Professional Documents
Culture Documents
Hanifah Kusumawati
hanifahkusumawati91@gmail.com Program Pascasarjana
Magister Manajemen Pendidikan FKIP - Universitas Kristen
Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari hasil supervisi tentang adanya permasalahan kompetensi
guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum memadai (baru
mencapai 59,375%); Demikian juga kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran baru
mencapai 60,8. Kondisi devisit kompetensi guru yang cukup tinggi ini (40,625% dan 39,2%)
merupakan kebutuhan guru akan pelayanan dari Kepala Sekolah selaku supervisor dalam
memberikan penilaian dan masukan terhadap keterampilan guru dalam menyusun dan
mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan penelitian tindakan
sekolah ini untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun dan
mengimplementasikan RPP. Subjek penelitian ini adalah 4 guru SDIT AL-Fallah Kecamatan
Simo, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang terdiri
dari dua siklus. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan panduan wawarcara.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun dan
mengimplementasikan RPP. Pada Siklus I, meskipun belum tuntas (kriteria PTS berhasil jika
terjadi peningkatan kompetensi guru 30%), namun terjadi peningkatan kompetensi guru
dalam menyusun RPP sebesar 25% dan peningkatan kompetensi dalam melaksanakan
pembelajaran sebesar 26%. Pada Siklus II peningkatan kompetensi guru sudah tuntas (kriteria
PTS berhasil jika terjadi peningkatan kompetensi guru 25%), hasil penelitian menunjukkan
terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP sebesar 26% dan peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 25%.
92
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)
Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses Menurut Pidarta (2009: 124) permasalahan
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, kinerja guru yang dirasa masih amat lemah
bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan dapat diatasi menggunakan supervisi klinis.
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan Sejalan dengan gagasan Pidarta, Sagala (2012:
pengawasan. Perencanaan proses pembelajaran 194) mengungkapkan salah satu upaya yang
salah satunya adalah penyusunan silabus yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kelemahan
kemudian akan dijabarkan dalam RPP sebagai guru adalah melalui supervisi klinis.
pedoman guru dalam melaksanakan proses Supervisi klinis merupakan sebuah
pembelajaran. pertemuan antara supervisor dengan guru yang
Oleh sebab itu, setiap guru pada satuan telah sepakat untuk dilakukan pengamatan saat
pendidikan diwajibkan untuk menyusun RPP mengajar. Supervisi klinis dilakukan untuk
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran memecahkan masalah-masalah pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menye- sehingga dapat memperbaiki kelemahan guru
nangkan, menantang, memotivasi peserta didik dalam mengajar.Tahapan pelaksanaan supervisi
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan klinis dalam bentuk siklus dimulai dengan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kegiatan pra siklus, kemudian dilanjutkan pada
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan tahap pertemuan pendahuluan, pengamatan
perkembangan fisik serta psikologis peserta (observasi) kelas, dan pertemuan balikan
didik. Dengan demikian, penyusunan dan (Mukhtar, 2009: 63).
implementasi RPP oleh guru, perlu di fasilitasi Mukhtar menambahkan bahwa mengajar
dan dibimbing oleh kepala sekolah dan merupakan suatu kegiatan yang dapat dikontrol
pengawas untuk meningkatkan kualitas melalui tiga kegiatan pokok supervisi klinis,
pembelajaran (Sagala, 2012: 35). yaitu pertemuan pendahuluan, pengamatan, dan
Bertitik tolak dari pemikiran di atas bahwa pertemuan balikan yang mengacu pada
penyusunan RPP itu wajib dan dibutuhkan sebagai pelaksanaan kegiatan mengajar tersebut. Jadi
pedoman mengajar, maka dilakukan studi yang menjadi tujuan supervisi klinis secara
pendahuluan di SDIT Al-Fallah Simo. Hasil studi umum adalah memperbaiki dan meningkatkan
pendahuluan diperoleh data sebagai berikut: keterampilan guru dalam mengajar. Berdasar-
1) skor rata-rata kemampuan guru dalam kan uraian latar belakang diatas, peneliti
menyusun RPP hanya sebesar 59 (berada pada bermaksud untuk memecahkan masalah dalam
kategori cukup); 2) skor rata-rata kemampuan penelitian ini yaitu apakah supervisi klinis dapat
dalam melakukan pembelajar-an sebesar 60,8 meningkatkan kemampuan guru SD dalam
(berada pada kategori cukup). menyusun dan mengimplementasikan RPP.
Berangkat dari hasil studi pendahuluan,
KAJIAN TEORI
yang menunjukan adanya kebutuhan guru
akan pelayanan supervisor, maka dibutuhkan Proses pembelajaran merupakan suatu
adanyasuatu upaya yang bertujuan untuk sistem yang dalam pencapaian tujuannya harus
memperbaiki kelemahan-kelemahan guru dimulai dari menganalisis setiap komponen yang
dalam menyusun dan mengimplementasikan mempengaruhinya. Dari sekian banyak
RPP, sehingga dapat meningkatkan kualitas komponen yang mempengaruhi pencapaian
pembelajaran yang pada akhirnya mampu tujuan pembelajaran, terdapat satu komponen
93
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102
yang selama ini disebut-sebut sebagai sehingga terjadi perubahan perilaku akademik
komponen yang paling mempengaruhi. bagi murid (Sagala, 2012: 95). Supervisi
Komponen tersebut adalah guru. Guru disebut dilakukan bukan untuk mencari kesalahan
sebagai agen pembelajaran (learning agent) guru, akan tetapi lebih untuk membantu guru
yang berperan sebagai fasilitator, motivator, memecahkan masalah yang dihadapi dalam
pemacu, dan inovator bagi peserta didik. menjalankan tugasnya (Kompri, 2015: 241).
Asumsi yang selama ini berkembang Jenis supervisi yang cocok untuk mengatasi
dimasyarakat adalah guru sebagai agen pem- kelemahan-kelemahan guru dalam pengelolaan
belajaran yang hanya sekedar menyampaikan pembelajaran adalah supervisi klinis. Menurut
materi pelajaran saja. Namun tidak Sagala (2012: 195) supervisi klinis merupakan
sesederhana itu, guru bukan hanya sekedar suatu pendekatan melalui proses bimbingan
menjadi agen penyampai materi pelajaran, dengan menyediakan konsultasi, dukungan,
namun lebih menekankan pada proses layanan dan bantuan kepada guru untuk
merubah tingkah laku peserta didik sesuai meningkatkan kepro-fesionalannya melalui
yang diharapkan. Oleh sebab itu, seorang guru sejumlah tahapan yaitu observasi, implementasi
perlu mempunyai kemampuan merancang dan pembelajaran, dan kegiatan diskusi hasil analisis
mengimplemen-tasikan pembelajaran sesuai data sebagai pegangan untuk perubahan tingkah
dengan bakat, minat, perkembangan peserta laku, memperbaiki dan meningkatkan kualitas
didik, dan lingkungan belajar dengan pembelajaran ke arah yang lebih baik.
menggunakan berbagai sumber dan media Sejalan dengan pendapat Sagala, Mukhtar
pembelajaran untuk menjamin efektivitas (2009: 60-61) mendefinisikan supervisi klinis
pembelajaran (Sanjaya, 2015: 274). adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan
Hal itu sesuai dengan Undang-Undang untuk mengembangkan profesional guru dalam
No.14 Tahun 2005, bahwa guru harus memiliki hal penampilan mengajar berdasarkan observasi
kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran dan analisis data sebagai pegangan untuk
yang sekurang-kurangnya meliputi perancangan perubahan tingkah laku mengajar. Tidak berbeda
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran jauh dengan pendapat Sagala dan Mukhtar,
yang mendidik dan dialogis. Purwanto (2010: 90) mendefinisikan supervisi
Kemampuan guru dalam pengelolaan klinis sebagai pe-ngamatan yang dilakukan
pembelajaran tentunya dituntut agar kualitasnya secara langsung ter-hadap cara guru mengajar,
selalu baik bahkan meningkat. Usaha yang dapat kemudian mengada-kan “diskusi balikan” untuk
ditempuh untuk memperbaiki dan me- memecahkan masalah yang dialami guru.
ningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan Pidarta (2009: 124) menegaskan bahwa
pembelajaran adalah melalui supervisi. Super- supervisi merupakan kegiatan pengamatan bagi
visi merupakan suatu upaya mengkoordinasi dan guru yang betul-betul membutuhkan bantuan
membimbing guru-guru di sekolah yang dikarenakan kinerjanya masih amat lemah,
dilakukan secara berkelanjutan baik individu sehingga dengan adanya balikan yang diberikan
maupun kelompok (Mukhtar, 2009: 41). Kegiat- supervisor dapat memperbaiki kelemahan guru
an supervisi bertujuan untuk meningkatkan mengajar.
kemampuan profesionalis guru. Kemampuan Berdasarkan beberapa definisi supervisi
profesional ini tercermin pada kemampuan guru menurut para ahli di atas, dapat dirumuskan
dalam memberikan layanan pembelajaran, bahwa supervisi merupakan (1) pengamatan
94
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)
yang dilakukan secara langsung terhadap cara observasi, terutama pada aspek yang telah
guru mengajar; (2) penyediaan layanan dan disepakati (kontrak) - Berikan penguatan
bantuan untuk memecahkan masalah guru terhadap penampilan guru. Hindari kesan
dalam pembelajaran; (3) umpan balik sebgai menyalahkan. Usahakan guru menemukan
upaya untuk memperbaiki/ meningkatkan sendiri kekurangannya; Berikan dorongan
kemampuan guru dalam mengajar. moral bahwa guru mampu memperbaiki
Supervisi klinis adalah suatu proses kekurangannya; dan tentukan bersama rencana
bimbingan yang bertujuan untuk membantu pembelajaran dan supervisi berikutnya.
pengembangan profesional guru, khususnya Berkaitan dengan tindak lanjut supervisi
dalam menyiapkan dan penampilan mengajar, ini, salah satu metode yang dapat digunakan
berdasarkan observasi dan analisis data secara oleh kepala sekolah selaku supervisor adalah
teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk pe- meminta bantuan guru senior sebagai tutor
rubahan tingkah laku mengajar tersebut. Super- sejawat untuk melakukan bimbingan atau
visi klinis dilaksanakan secara berkesinam- pelatihan singkat. Berbagai penelitian
bungan melalui tahapan pra-observasi, obser- menunjukkan bahwa pelatihan yang dilakukan
vasi pembelajaran, dan pasca observasi (Slamet oleh teman sejawat sebagai tutor terbukti lebih
Lestasi, Nurtanio Agus, & Lia Yuliana, 2009: efektif. Ahmad Yusuf Sobri (2013) dalam
12). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelaksanaan penelitiannya mengatakan pelaksanaan supervisi
supervisi klinis dilakukan melalui 3 tahapan, tidak berjalan efektif apabila dilakukan hanya
yaitu tahap Pra-observasi, Observasi, dan Pasca- oleh kepala sekolah saja. Kepala sekolah
obsevasi. Hal-hal yang perlu diperhati-kan pada melibatkan guru senior dalam kegiatan
tahap Pra-observasi, Observasi, dan Pasca- supervisi. Ternyata guru yang disupervisi lebih
obsevasi. Pada tahap Pra-observasi (Pertemuan merasa terbantu karena keterlibatan guru senior
awal): ciptakan suasana akrab dengan guru; membuat guru tidak ada hambatan psikologis
Membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan dalam kegiatana supervisi. Kegiatan diskusi dan
membuat kesepakatan mengenai aspek yang bertukar pengalaman untuk memecahkan
menjadi fokus pengamatan; dan menyepakati masalah dapat berangsung lebih keluasa. Sejalan
instrumen observasi yang akan digunakan. Pada dengan pendapat Yusuf Sobri, K Ahmad juga
tahap Observasi, sebaiknya memperhatikan hal- mengemukakan bahwa dalam menangani
hal berikut: pengamatan difokuskan pada aspek persoalan-persoalan di kelas, guru dapat bekerja
yang telah disepakati; gunakan instrumen sama dengan teman sejawat/ sesama guru untuk
observasi; perlu dibuat catatan (fieldnotes); berkolaborasi sehingga dapat menangani
catatan observasi meliputi perilaku guru dan masalah di kelas dengan lebih baik dan terjadi
siswa; dan upayakan tidak mengganggu proses penularan (transfer of learning) pengetahuan.
pembelajaran. Pasca-observasi (Pertemuan Penelitian lain yang dilakukan oleh Kirbani,
balikan), perhatikan hal-hal berikut: Budiyono, Susanto (2013) membuktikan bahwa
dilaksanakan segera setelah observasi; tanyakan penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat
bagaimana pendapat guru mengenai proses dapat memberikan hasil yang lebih tinggi.
pembelajaran yang baru berlangsung; tunjukkan Berdasarkan rumusan permasalahan dan
data hasil observasi (instrumen dan catatan) - kajian teori di atas, dapat disusun hipotesis
beri kesempatan guru mencermati dan tindakan yaitu supervisi klinis dilanjutkan dengan
menganalisisnya; diskusikan secara terbuka hasil bimbingan tutor sejawat mampu meningkatkan
95
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102
96
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)
perbandingan skor rata-rata kemam-puan guru Kepala Sekolah selaku supervisor berdiskusi
dalam menyusun RPP dan kemam-puan guru dengan guru mencoba untuk memecahkan
dalam melakukan pembelajaran pada siklus I dan masalah yang dialami guru. Upaya yang
siklus II. Hasil pengukuran kemam-puan guru dilaku-kan untuk memecahkan masalah
merancang RPP dan melaksanakan pembelajaran yang dialami guru, dilakukan menggunakan
dikategorikan menjadi lima kategori berikut: skor pendekatan humanistik teknik tutor sejawat.
80 = SB (Sangat Baik); 60 – 79 = Baik (B); Pada siklus ini supervisor sekaligus
40 – 59 = Kurang Baik (KB); 20 – 39 = Jelek berperan sebagai tutor sejawat yang
(J); < 20 = Sangat Jelek (SJ). Selanjutnya hasil memberikan masukan terhadap guru dan
komparasi skor kompetensi guru merancang memecahkan masalah yang dialami guru.
RPP dan melaksanakan pembelajaran Pada Siklus II, kegiatan perencanaan
dibandingkan dengan kriteria keberhasilan secara umum menunjukkan bahwa
PTS berikut: 1) pada Siklus I, PTS dikatakan kemampuan guru dalam menyusun RPP sudah
berhasil jika persentase kenaikan skor lebih baik dibandingkan pada siklus I, hal
kompetensi guru dalam merancang RPP dan tersebut ter-cermin pada skor penilaian
melaksanakan pembelajaran mencapai 30%; perencanaan dimana sudah tidak ada guru
2) Pada Siklus II, PTS dikatakan berhasil jika yang mendapatkan skor 1 pada aspek tertentu.
persentase kenaikan skor kompetensi guru Pada tahap pengamatan pelaksanaan
dalam merancang RPP dan melaksanakan pembelajaran, perilaku guru yang ditampilkan
pembe-lajaran mencapai 25%. ketika mengimplementasikan RPP sudah
nampak adanya peningkatan yang jelas. Hal
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut diperkuat dengan skor penilaian
Hasil Penelitian pelaksanaan pembelajaran dimana skor guru
Penelitian ini dilaksanakan sesuai berada pada skor 4 dan 5. Pada pertemuan
rancangan yang telah ditetapkan, yaitu terdiri balikan, berdasarkan hasil analisa pengamatan
dari dua siklus (siklus I dan siklus II) dapat yang dilakukan oleh supervisor, terlihat
dipaparkan sebagai berikut. Pada Siklus 1, adanya peningkatan guru dalam menyusun
kegiatan perencanaan secara umum guru dan mengimplementasikan RPP. Walaupun
mampu menyusun RPP dengan baik, namun belum semua guru memperoleh skor 5.
masih ditemukan beberapa kelemahan Secara rinci data temuan penelitian ayng
misalnya pada aspek kerincian skenario menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
pembelajaran dan kesesuaian teknik dengan guru dalam menyusun dan mengimplemen-
tujuan pem-belajaran. Pada aspek tersebut, tasikan RPP dapat dilihat pada tabel 1. Ber-
terdapat guru yang mendapatkan skor 1. dasarkan data pada tabel 1, diperoleh beberapa
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, temuan. Temuan yang pertama, Temuan yang
hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara pertama, pada kondisi awal diperoleh skor
umum perilaku guru yang ditampilkan ketika kompetensi guru dalam menyusun rencana
mengimplementasikan RPP, ditemukan beberapa pembelajaran bergerak antara 55 sampai 65,
kelemahan dalam hal penguasaan kelas, dengan rerata sebesar 59,37, berada pada
menumbuhkan kebiasaan positif siswa, rentang skor 40 - 59, berarti berada pada
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media kategori kurang baik (KB). Hal ini disebabkan
pembelajaran. Pertemuan balikan untuk refleksi, karena guru belum mampu memenuhi rambu-
97
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102
Tabel 1 Komparasi Skor Kemampuan Guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan
pembelajaran
Nama Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Peren- Pelak- Peren- Pelak- Peren- Pelak-
canaan sanaan canaan sanaan canaan sanaan
IK 65 68,3 80 78 95 96
AD 60 59,1 73 74 94 96
RD 55 57,5 69,1 80 90 98
S 57,5 58,3 75 75 94 95
Rerata 59,37 60,8 74,27 76,75 93,25 96,25
Selisih Rerata 14,9 15,95 18,97 19,5
Peningkatan (%) 25 26 26 25
Indikator Keberhasilan (%) 30 30 25 25
rambu penyusunan RPP yang baik dan benar dengan baik. Adapun penyebab yang meng-
dari Kemendikbud, yang digunakan guru akibatkan guru belum mampu melakukan
sebagai pedoman mengajar merupakan RPP, pembelajaran dengan baik, dikarenakan guru
sehingga guru kurang memahami bagaimana bulum terbiasa menggunakan model pem-
penyusunan yang sesuai dengan karakteristik belajaran berdasarkan sintak tertentu,
siswa yang hadapi. Tindakan yang dilakukan sehingga guru mengalami kesulitan dalam
supervisor untuk mengatasi masalah tersebut melaksanakan-nya. Treatmen yang diberikan
adalah dengan memberikan penjelasan dan kepala sekolah selaku supervisor kepada guru
bimbingan mengenai cara menyusun RPP untuk memecah-kan masalah tersebut adalah
dengan baik dan benar sesuai dengan memberikan bimbingan/tutor sejawat sesuai
karakteristik siswa yang dihadapi. kebutuhan masing-masing guru.
Pada Siklus I diperoleh skor kompetensi Pada Siklus I diperoleh skor kompetensi
guru dalam menyusun rencana pembelajaran guru dalam melaksanakan pembelajaran
bergerak antara 69,1 sampai 80 dengan rerata bergerak antara 74 sampai 80 dengan rerata
sebesar 74,27. Rerata ini berada pada rentang sebesar 76,75. Rerata ini berada pada rentang
skor60 – 79, berarti berada pada kategori baik skor60 – 79, berarti berada pada kategori baik
(B). Pada Siklus II diperoleh skor (B). Pada Siklus II diperoleh skor kompetensi
kompetensi guru dalam menyusun rencana guru dalam melaksanakan pembelajaran
pembelajaran bergerak antara 90 sampai 95 bergerak antara 95 sampai 98 dengan rerata
dengan rerata sebesar 93,25. Rerata ini sebesar 96,25. Rerata ini berada pada rentang
berada pada rentang skore 80, berarti skor 80, berarti berada pada kategori sangat
berada pada kategori sangat baik (SB). baik (SB). Komparasi rerata kompetensi guru
Temuan yang kedua, pada kondisi awal secara visual dapat dilihat pada gambar 1.
diperoleh skor kompetensi guru dalam Berdasarkan paparan data tersebut di atas,
melaksanakan pembelajaran bergerak antara nampak bahwa terjadi peningkatan per-sentase
57,5 sampai 68,3, dengan rerata sebesar 58,3, skor kompetensi guru dalam menyusun RPP
berada pada rentang skor 40 – 59, berarti sebesar 25% pada Siklus I dan 26% pada Siklus
berada pada kategori kurang baik (KB). Hal II. Demikian juga terjadi peningkatan persentase
ini disebabkan karena guru belum mampu skor kemampuan guru dalam melaksanakan
melaksanakan sintak model pembelajaran pembelajaran sebesar 26% pada
98
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)
96,25
76,75
PERENCANAAN
59,375 74,275
Siklus I dan 25% pada Siklus II.Temuan data Tabel 2 Komparasi Distribusi Frekuensi Skor
hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan Kemampuan Guru dalam menyusun RPP
kriteria keberhasilan PTS, nampak bahwa Kelas Kondisi Silus1 Siklus2
Interval Awal
tindakan pada Siklus I belum berhasil
< 20 0 0 0
(persentase peningkatan baru mencapai 25%,
20 – 39 0 0 0
padahal kriteria keberhasilannya adalah 40 – 59 1 0 0
30%).Kegagalan tindakan pada Siklus I ini 60 – 79 1 3 0
menjadi bahan refleksi kepala sekolah sebagai =80
80 2 1 4
supervisor untuk mem-perbaiki tindakan Siklus
II dengan meng-intensifkan peran teman sejawat Komparasi Distribusi Frekuensi Skor
sebagai tutor, melalui contoh-contoh konkrit dan Kemampuan Guru dalam
peer teaching.Perbaikan tindakan ini melaksanakan pembelajaran
menampakkan hasil, terbukti pada Siklus II
Sama seperti halnya komparasi distribusi
persentase peningkatan kompetensi guru dalam
frekuensi kemampuan guru dalam menyusun
menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran
mencapai kriteria keberhasilan. Terlihat bahwa RPP, peningkatan kemampuan guru dalam
persentase kenaikan skor kompetensi menyusun melaksanakan pembelajaran dapat dikom-
RPP mencapai 26% (lebih tinggi dari kriteria parasikan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus
keberhasilan 25%). Demikian juga dengan II. Data komparasi dapat dilihat pada Tabel 3.
capaian persentase kenaikan skor kemampuan Tabel 3 Komparasi Distribusi Frekuensi Skor
melaksanakan pembelajaran mencapai 25% Kemampuan Guru Dalam melaksanakan
pembelajaran
(sama dengan kriteria keberhasilan 25%).
Komparasi Distribusi Frekuensi Skor Kelas Kondisi Siklus1 Siklus2
Interval Awal
Kemampuan Guru dalam menyusun RPP < 20 0 0 0
Peningkatan kemampuan guru dalam 20 – 39 0 0 0
menyusun RPP dapat dikomparasikan dari 40 – 59 1 0 0
60 – 79 1 3 0
kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Data
80 2 1 4
komparasi dapat dilihat padaTabel 2.
= 80
99
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102
tersebut maka dilakukan uji statistik meng- dalam menyusun RPP dan melak-sanakan
gunakan uji t untuk melihat perbedaan skor pembelajaran. Penelitian senada dilakukan oleh I
kemampuan guru pada siklus I dan siklus II. Wayan Korma (2012), bahwa terdapat pengaruh
Data hasil uji perbedaan menggunakan uji t yang signifikan implementasi pendekatan supervisi
dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. klinis secara simultan terhadap wawasan
Dari Tabel 4, tampak bahwa perbedaan kompetensi pedagogik dan kualitas guru dalam
kemampuan guru dalam menyusun RPP pada pengelolaan pembelajaran. Penelitian Sri Hidayati
kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 terlihat dari t (2012) menunjukkan adanya pengaruh positif dan
hitung sebesar 8,124 dengan probabilitas sebesar signifikan pelaksanaan supervisi klinis kunjungan
0,000. Oleh karena probabilitas lebih kecil dari kelas terhadap kompetensi profesional guru mata
(0,05), maka perbedaan ini signifikan. pelajaran UN.
Dari Tabel 5, tampak bahwa perbedaan Keberhasilan tindakan ini terlihat bahwa
pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus bimbingan/tutor sejawat melalui supervisi klinis,
One-Sample Test
Test Value = 0
Sig. Mean 95% Confidence Interval
t df (2-tailed) Difference of the Difference
Lower Upper
_ 8,124 11 ,000 2,000 1,46 2,54
100
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)
kepada guru disesuaikan dengan kebutuhan guru Wawasan Kompetensi Pedagogik dan
mengajar. Hal ini sesuai dengan prinsip Guru di Gugus IV SD Kecamatan Den-
supervisi klinis yaitu pengkajian objek pasar Selatan. Jurnal Penelitian Pasca-
berdasarkan pada kebutuhan profesional guru sarjana UNDIKSHA. Vol. 2 (2): 1-12
secara nyata/ yang dialami (Mukhtar, 2009: 62). K Ahmad. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas. Jurnal Pendidikan Penabur 8
SIMPULAN DAN
(12): 53-65.
SARAN Simpulan Karniti. 2014.Supervisi Klinis dengan
Berdasarkan hasil analisis data dan Pendekatan “PIS” sebagai Upaya Pe-
pembahasan, dapat ditarik dua simpulan yaitu ningkatan Kualitas Pembelajaran Guru.
supervisi klinis mampu meningkatkan kemam- Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah
puan guru dalam menyusun rencana pem-belajaran dan Kepengawasan. 1 (2): 1-7.
di SDIT Al-Fallah, Kecamatan Simo, Kabupaten Kirbani, Budiyono, dan Sutanto. 2013. Pengem-
Boyolali sebesar 26%. Simpulan selanjutnya bangan Model Assessment For Learning
bahwa supervisi klinis mampu me-ningkatkan (Afl) Melalui Penilaian Teman Sejawat
kemampuan guru dalam melaksana-kan Untuk Pembelajaran Matematika pada
pembelajaran di SDIT Al-Fallah, Kecamatan Simo, Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus di
Kabupaten Boyolali sebesar 25 %. Madrasah Tsanawiyah PondokPesan-tren
Modern Islam Assalaam Sukoharjo.
Saran
Mengacu pada simpulan PTS ini penulis eprints.uns.ac.id (2): 131-143.
101
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102
Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar. Slamet Lestasi, Nurtanio Agus, & Lia
3 (1): 12-23 Yuliana. 2009. Pelatihan Supervisi Klinis
Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Bagi Kepala Sekolah Dasar Di Lingkungan
Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Supervisi Pendidikan. Jakarta: GP Press.
Pleret Kabupaten Bantul. Yogyakarta:
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Fakultas Ilmu Pendidikan –
Tentang Standar Proses. Universitas Negeri Yogyakarta.
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Sri Hudayati. 2012. Keikutsertaan dalam
Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. Kegiatan MGMP, Supervisi Klinis
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi Kunjungan Kelas, In-Service
dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Training, dan Kompetensi Profesional
Remaja Rosdakarya. Guru SMP Negeri Sub Rayon 04
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran Jakenan Pati. Jurnal Manajemen
dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Pendidikan. 7 (1): 73-82
Alfabeta. Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Manajemen.
102