You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Morbili / Campak adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virusyang
belum ada obatnya dan apabila tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya
maka akan mengakibatkankomplikasi dalam tubuh, sehingga peranan
keperawatan dalam penanggulangan morbili di RS penting untuk mengurangi
resiko penderita penyakit.
Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan promotif, preventif,
kreatif dan rehabilitative. Promotif adalah member penyuluhan kesehatan di
masyarakat tentang penyakit morbili dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya morbili adalah merubah kebiasaan sehari-hari yaitu
menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup sehat.
Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang lebih dri 10-20
hari da kemudian timbul gejala-gejala.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Konsep medis tentang Morbili/Campak ?


1.2.2. Bagaimana Landasan Askep tentang Morbili/Campak ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Konsep medis tentang Morbili/Campak.
1.3.2. Untuk Mengetahui Landasan Askep tentang Morbili/Campak.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Medis Tentang Campak

2.1.1 Definisi

Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa

latin dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan

sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar)

atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus

yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk,

konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik

merah di kulit (ruam kulit).

Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli,

yaitu :

a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di

tandai dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral),

stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang di manifestasikan

dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan

Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).

b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya

ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan

campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa

nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).

2
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute

udara dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan

(Brunner & Suddart, vol 3, 2001).

Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang

disebabkan virus Campak/ Rubella. Campak adalah penyakit infeksi

menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,

stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara

droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus ini terdapat dalam

darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat

campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung

ataupun ludah.

2.1.2 Etiologi

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus

Rubella, oleh karena itu campak juga sering disebut Demam Rubella.

Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan

dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang

biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan.

Anak yang terinfeksi oleh virus campak dapat menularkan virus ini

kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal serumah

dengan penderita.

Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga

dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum

3
mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali terinfeksi jika

menghirup udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan virus

juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya

yang terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut.

Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul sampai 4

hari setelah ruam pertama kali timbul.

2.1.3 Patofisiologi

Lest essensial campak terdekat di kulit, membran mukosa

nasofaring bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat

serosa dan poliderasi sel mononudear dan beberapa sel

polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya terjadi hyperplasia

jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multi

nudeus berdiameter sampai 100 um (set raksasa retikuloendotelial

warthin-finkeldey) dapat ditemukan dikulit, reaksinya terutama

menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut, bercak koplik

terdiri dari eksudat serosa dan preliferasi sel endotel serupa dengan

bercak lesi pada kulit. Reaksi kadang menyeluruh pada mukosa bukal

dan faring meluas kedalam jaringan finifold dan membrane mukosa

trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dan virus campak

mengambil bentuk pneumonia sel raksasa hecht. Bronkopneumonia

dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

4
2.1.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis (Ngastiyah : 2005) adalah masa tuntas 10 – 20

hari. Penyakit dibagi dalam 3 stadium yaitu stadium, kataraiis stadium,

erupsi dan stadium konvalensi.

1. Stadium kataralis, biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari

disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fct’o fobia (silau),

konjungtivitis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir stadium

kataralis dan 24 jam timbul eantema (ruam pada selaput lendir).

Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan

dikelilingi eriterna.

2. Stadium erupsi

a. koriza dan batuk-batuk bertambah

b. timbul enantema atau titik atau titik merah di palatum durum

dan palatum mole

c. kadang-kadang terlihat pula bercak- bercak koplik

d. dalam 2 hari bercak–bercak menjalar kemuka, lengan atas dan

bagian dada, punggung, perut, tungkai bawah.

e. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.

f. Rasa gatal, muka bengkak

g. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula

dan di daerah leher belakang

5
h. Terdapat pula sedikit splenomegali serta sering pula disertai

diare dam rnuntah

3. Stadium konvalensi.

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpiginentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain

hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit

bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomik untuk

campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema

ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai

menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi.

2.1.5 Pencegahan

Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit

campak adalah dengan memberikan imunisasi campak. Jika setelah

mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka perjalanan penyakit

akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada

umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR

(measles-mump-rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan,

dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada otot paha

atau lengan atas

Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak

sebelum makan.

6
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau

karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak

(MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang

lain yang sedang demam.

2.1.6 Pengobatan
a) Campak tanpa Penyulit, cukup dengan: Rawat jalan, Cukup

mengkonsumsi cairan dan kalori.

Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga

pengobatannya hanya bersifat symtomatik, yaitu : memperbaiki

keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5 – 10

mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam – ekspektoran : gliseril guaiakolat

anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600

mg/hari. – Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu,

narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. – Mukolitik bila

perlu – Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium

kataral sangat bermanfaat. Antibiotic diberikan bila ada infeksi

sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada

penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

 Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.

 Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

b) Campak dengan Penyulit :

 Menyingkirkan komplikasi

7
 Mengobati komplikasi bila ada

 Merujuk ke rumah sakit bila perlu

2.1.7 Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat

serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh

sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa

menyertai campak :

a. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

b. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit),

sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami

perdarahan

c. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus

d. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)

e. Otitis Media (infeksi telinga) `

f. Laringitis (infeksi laring)

g. Kejang demam (step)

h. Diare

8
2.1.8 Woc

9
2.2 Landasan Asuhan Keperawatan Campak
1. Pengkajian

a. Pada pengkajian anak dengan campak dapat ditemukan adanya tanda-

tanda:

 Demam

 Nyeri tenggorok

 Nafsu makan menurun

 Adanya bercak putih kelabu

 Kelemahan pada ekstremitas

 Batuk

 Konjungtivitis

 Eritema pada banan belakang telinga, leher dan bagian belakang

 Lemah, lesu

 Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya

serumen atau cairan yang keluar dari telinga

 Apabila pada bronkhus dapat menyebabkan bronkhopneumonia,

terjadi masalah pernafasan.

2. Data Fokus

a. Wawancara

 Usia 0 – 10 tahun.

 Status Sosial Ekonomi

10
 Keluarga : tingkat ekonomi rendah mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan status kesehatan ( penularan campak dan higiene

makanan).

 Tempat tinggal klien : campak adalah endemis di sebagian besar

dunia.

 Keluhan utama : sesuai stadium campak.

 Riwayat kehamilan atau persalinan ibu : apakh selama kehamilan,

ibu pernah menderita penyakit yang sama.

 Riwayat penyakit lalu : riwayat imunisasi ( 9 – 12 bln ).

 Riwayat penyakit keluarga : adakah anggota keluarga lain yang

menderita penyakit yang sama ?

 Sosial : hubungan klien dengan teman sebaya. Adakah teman

yang menderita campak ?

 ADL

 Kebutuhan cairan / nutrisi.

 Kebutuhan istirahat / tidur

 Personal higiene budaya tidak boleh dimandikan.

 Aktifitas / bermain.

b. Pemeriksaan Fisik

 Biasanya k/u lemah

 Biasanya TTV : suhu meningkat.

11
 Biasanya ditemukan conjungtivitis, bercak koplik pada curuncula

lakrimalis, mukopurulen / perdarahan hidung/ mulut pada tipe

hemoragik.

 Biasanya terjadi splenomegali ringan, limfadenopati mesentrika

sehingga nyeri abdomen.

c. Pemeriksaan Penunjang
Selama stadium prodormal dapat terlihat sel raksasa berinti banyak

pada hapusan mukosa hidung. pada biakan jaringan dapat diisolasi virus

penyebab.

3. Analisa Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisa data yang

merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menstabilkan data,

menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingkan

dengan standart, menginterprestasikan dan akhirnya membuat kesimpulan

dalam bentuk diagnosa keperawatan.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan.

b. Nyeri akut berhubungan dengan keterbatasan agen injury.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, dan

mengabsorpsi makanan.

12
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

5. Rencana Asuhan Keperawatan (NANDA, NOC, NIC)

No NANDA NOC NIC


1. Bersihan jalan NOC : Respiratory NIC : Air way
nafas tidak status : Ventilation management
efektif Kriteria Hasil :  Intervensi :
berhubungan  Mendemonstrasika Posisikan
dengan sekresi n batuk efektif dan pasien untuk
yang suara, nafas yang memaksimalk
tertahan. bersih, tidak ada an ventilasi
sianosis, dan.  Identifikasi
dyspnen. pasien
 Menunjukkan jalan perlunya
nafas yang paten. pemasangan
 Mampu mencegah alai jalan nafas
dan buatan.
mengidentifikasi  Lakukan
faktor yang dapat fisioterapi
menghambat jalan dada jika
nafas. perlu.
 Keluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction.
 Monitor status
respirasi dan

13
O2.

2. Nyeri akut NOC : Pain Level NIC : Management


berhubungan Kriteria Hasil : pain
dengan  Mampu Intervensi :
keterbatasan mengontrol nyeri  Lakukan
agen injury. (tahu penyebab pengkajian
nyeri, mampu nyeri secara
menggunakan komprehensif
teknik termasuk lokasi,
nonfarmakologi karakteristik,
untuk mengurangi durasi,
nyeri) . frekuensi,
 Melaporkan kualitas dan
bahwa nyeri faktor
berkurang dengan predisposisi.
menggunakan  Observasi
manajemen nyeri. reaksi
 Mampu nonverbal dari
mengenali nyeri ketidaknyamana
(skala, intensitas, n
frekuensi dan  Ajarkan teatang
tanda nyeri) teknik
 Menyatakan rasa nonfamakolog
nyaman setelah  Kaji tipe dan
nyeri berkurang. untuk
menentukan
intervensi
 Berikan
analgetik untuk

14
mengurangi
nyeri
 Tingkatkan
istirahat
3. Resiko infeksi NOC : Immune NIC : Infection
berhubungan status Control.
dengan Kriteria Hasil : Intervensi :
organisme  Klien bebas dari  Bersihkan
purulen. tanda dan gejala lingkungan
infeksi. setelah dipakai
 Mendeskripsikan pasien lain
proses penularan  Batasi
penyakit, faktor pengunjung bila
yang perlu
mempengaruhi  Pertahankan
penularan serta teknik isolasi
penatalaksanaann  Cuci tangan
ya. sebelum dan
 Menunjukkan sesudah
kemampuan melakukan
untuk mencegah tindakan
timbulnya infeksi keperawatan
 Jumlah leukosit  Instruksikan
dalam batas pada
normal pengunjung
 Menunjukkan untuk mencuci
perilaku hidup tangan saat
sehat berkunjung
meninggalkan
pasien.

15
 Tingkatkan
intake nutrisi
 Berikan
antibiotik bila
perlu

4. Ketidakseimba NOC : Nutritional NIC : Nutrition


ngan nutrisi Status : Food and fluid management
kurang dari intake Intervensi :
kebutuhan Kriteria Hasil :  Kaji adanya
tubuh  Adanya alergi makanan
berhubungan penigkatan berat  Kolaborasikan
dengan badan sesuai dengan ahli
ketidakmampu dengan tujuan gizi untuk
an dalam  Berat badan ideal menentukan
memasukkan, sesuai dengan jumlah kalori
mencerna, dan tinggi badan dan nutrisi
mengabsorpsi  Mampu yang
makanan. mengidentifikasik dibutuhkan
an kebutuhan pasien.
nutrisi  Anjurkan
 Tidak ada tanda- pasien untuk
tanda malnutrisi meningkatkan
 Tidak terjadi intake protein,
penurunan berat Fe, dan vitamin
badan yang C
berarti.  Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori

16
 Berikan
makanan yang
terpilih.
5. Kerusakan NOC : Tissue NIC : Pressure
integritas kulit integrity : Skin and Management
berhubungan mucous membranes Intervensi :
dengan Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien
penurunan  Integritas kulit untak
imunitas. yang baik bisa menggunakan
dipertahankan pakaian yang
(sensasi, longgar.
elastisitas,  Hindari kerutan
temperatur, pada tempat
hidrasi, tidur
pigmentasi.  Jaga kebersihan
 Tidak ada luka, kulit agar tetap
atau lesi pada bersih dan
kulit kering
 Perfusi jaringan  Mobilisasi
baik pasien (ubah
 Menunjukkan posisi pasien)
pemahaman setiap 2 jam
dalam proses sekali
perbaikan kulit  Monitor kulit
dan mencegah adanya
terjadinya cedera kemerahan
berulang.  Monitor
 Mampu aktivitas dan
melindungi kulit mobilisasi
dan pasien

17
mempertahankan  Monitor status
kelembaban kulit nutrisi pasien
dan perawatan
alami.
6. Kurang NOC : Knowledge : NIC :
pengetahuan Disease process Mengajarkan proses
berhubungan Kriteria Hasil : penyakit
dengan  Pasien dan Intervensi :
keterbatasan keluarga  Gambarkan
paparan. menyatakan tanda dan gejala
pemahaman yang biasa
tentang penyakit, muncul pada
kondisi, penyakit dengan
prognosis dan cara yang benar.
program  Gambarkan
pengobatan. proses penyakit
 Pasien dan dengan cara
keluarga mampu yang tepat
melaksanakan  Identifikasi
prosedur yang kemungkinan
dijelaskan secara penyebab,
benar. dengan cara
 Pasien dan yang tepat
keluarga mampu  Hindarkan
menjelaskan harapan yang
kembali apa yang kosong
dijelaskan  Diskusikan
perawat/tim pilihan terapi
kesehatan atau
lainnya. penanganan

18
 Instruksikan
pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan
dengan cara
yang tepat.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh

karena itu campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak

ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Cara yang

paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan

memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang

campak, maka perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak

untuk bayi diberikan pada umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya

MMR (measles-mump-rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis

kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas

3.2 Saran

Dengan penulisan makalah ini semoga dapat memberikan pengetahuan


tentang asuhan keperawatan pada anak dengan CAMPAK dalam keperawatan
anak kepada pembaca dan khususnya pada kami selaku penyusun. Kami sadar
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penyampaian maupupun
penulisannya. Sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat
membangun dalam memperbaiki makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Penyakit Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Jhonson, Marion., Meridean Maas. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC).


St. Louis: Mosby.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. 2012. Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Loui: Mosby.

NANDA. 2010. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006.


Philadelphia: NANDA International.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Batam Centre: Binarupa

Aksara.

Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.

Richard, E. Behkman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta EGC.

Wong, Dona. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:

EGC.

21

You might also like