Professional Documents
Culture Documents
Prin
Prin
BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 4
2.1 Sejarah ......................................................................................................................... 4
2.2 Distribusi Tanaman...................................................................................................... 5
2.3 Kultivasi....................................................................................................................... 5
2.4 Pengumpulan Bagian Tumbuhan................................................................................. 6
2.5 Pembuatan Simplisia ................................................................................................... 6
2.6 Pemeriksaan Kualitas Simplisia .................................................................................. 7
2.7 Kandungan Kimia ........................................................................................................ 9
2.8 Kegunaan ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
1. Menentukan sejarah dari Piper betle L.
2. Menentukan distribusi dan kultivasi Piper betle L.
3. Menentukan tahapan yang perlu dilakukan dalam proses pembuatan simplisia
Piper betle L. dan bagian tanaman yang digunakan untuk proses pembuatan
simplisia Piper betle L.
4. Menentukan cara pemeriksaan kualitas simplisia Piper betle L.
5. Menentukan kandungan kimia dan kegunaan Piper betle L.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Piper betle L. atau sirih merupakan tanaman herba perenial, tumbuh memanjat, berdaun
tunggal dengan letak daun alternet, bentuk bervariasi dari bundar telur sampai oval, ujung daun
runcing, pangkal daun berbentuk jantung atau agak bundar simetris. Menurut Purseglove (1969)
dan Burkill (1935) sirih berasal dari Malaysia Timur dan Tengah dan sudah sejak dahulu
tersebar ke seluruh daerah tropika Asia dan Malaysia. Pada akhirnya dibawa sampai ke
Madagaskar dan Afrika Timur. Budidaya sirih pertama kali dilakukan secara meluas di
beberapa tempat pada daerah timur, “Indo-Malay Peninsula”, Madagaskar dan Bourdon.
Menurut keterangan De Candolle dalam “Origin of Cultivated Plants”, Kepulauan Malaya
merupakan daerah asal tanaman sirih dan tanaman sirih ini dijadikan sebagai tanaman budidaya
selama lebih dari 2000 tahun. Sir George Watt dalam “Standard Encyclopedia of Modern
Agriculture”, menyebutkan bahwa Pulau Jawa mungkin juga merupakan daerah asal dari
tanaman sirih. Sementara J.C. Konigsberger yang merupakan Direktur Kebun Raya Bogor pada
masa itu menyatakan bahwa di Jawa belum pernah ditemukan sirih tumbuh liar dan
menambahkan bahwa kemungkinan ditemukan tumbuh liar yaitu di Pulau Sulawesi dan juga
Kepulauan Maluku (Chibber,1912). Tanaman sirih juga telah ditetapkan sebagai flora khas dari
daerah Kepulauan Riau. Daun dari Piper betle diketahui memiliki beberapa bioaktivitas dan
sering digunakan dalam obat tradisional. Pada jaman dahulu, tanaman sirih digunakan oleh
orang Indonesia sebagai anti vaginal atau candidiasis oral. Telah banyak riset dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai Piper betle dan aktivitasnya seperti antikanker, antidiabetik,
analgesik, diuretik, antiradang, mendinginkan, antioksidan, antibakteri, antialergi, dan
antijamur. Klasifikasi Piper betle L. menurut Tjitrosoepomo (1993) adalah sebagai berikut ;
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
https://www.amazon.com
4
2.2 Distribusi Tanaman
Tanaman sirih (Piper betle L.) tumbuh subur di sepanjang Asia tropis hingga Afrika
Timur, menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India,
hingga Madagaskar. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Pada bagian timur pantai Afrika, sirih ditemukan di sekitar Pulau Zanzibar, daerah
sekitar sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan
Fiji dan kepulauan Indonesia. Di daerah Pulau Jawa, sirih tumbuh liar di hutan jati atau hutan
hujan sampai ketinggian 300 meter diatas permukaan laut.
2.3 Kultivasi
Tanaman Piper betle L. dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian 300-
1000 m diatas permukaan laut (dpl), terutama pada tanah yang banyak mengandung bahan
organik dan cukup air. Sirih dapat diperbanyak dengan cara stek batang. Langkah pertama yang
harus dilakukan yaitu siapkan media tanam untuk stek, yaitu tanah, pasir dan pupuk kompos.
Pastikan perbandingan untuk bercocok tanam menggunakan media tersebut memiliki jumlah
yang tepat, yaitu perbandingan 3:1:3. Kemudian, bahan yang telah disiapkan dimasukkan ke
dalam polybag yang berdiameter 10 cm.
Media penanaman untuk tanaman sirih harus dilubangi terlebih dahulu bagian
bawahnya. Untuk melakukan penanaman, sediakan batang sirih yang usianya sudah tua dan
terdiri dari 4-6 ruas kemudian dipotong dan direndam dalam air biasa kira-kira 15 menit. Bagian
batang yang terpilih kemudian disemaikan di tempat yang teduh. Semaian batang sirih
kemudian dapat dipindahkan ke media tanam (kebun, tanah pekarangan atau pot) setelah
tumbuh hijau dengan ketinggian 20-30 cm.
Tanaman sirih juga dapat ditanam secara merunduk. Caranya adalah dengan memilih
batang daun sirih yang sudah cukup panjang kemudian batang diletakkan di tanah atau media
yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian, setelah beberapa minggu akar tanaman ini akan
tumbung dan kemudian tumbuh lagi batang sirih baru yang sudah siap untuk dipotong.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk menanam tanaman sirih adalah dengan metode
stek air. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk petani pemula. Pertama,
batang sirih yang telah disediakan dipotong kemudian batang direndam di dalam air (hanya
batang, bukan daunnya) . Tunggu hingga batang mengeluarkan akar.
5
2.4 Pengumpulan Bagian Tumbuhan
Bagian tanaman yang biasa digunakan pada tanaman sirih adalah daunnya. Tanaman
sirih yang siap panen minimal berumur 4 bulan. Pada waktu tersebut, sirih terdiri atas 16 sampai
20 daun. Daun sudah relatif lebar dengan Panjang 15 sampai 20 cm. Daun siap petik harus
berumur 1 bulan, bersih dan warna mengkilap. Daun yang dipetik berumur sedang, tidak terlalu
tua ataupun muda karena kadar zat aktifnya tinggi.
Daun yang subur berukuran 10 cm dan 5 cm. Apabila dipegang, daun terasa tebal dan
kaku (tidak lemas). Semakin tua warna daun, semakin tebal dan semakin tebal daun, maka
semakin kaku. Aroma daun tajam dan rasanya pahit. Proses pemetikan dimulai dari bagian
bawah menuju atas. Daun dipetik sekitar 60 cm dari permukaan tanah dengan tujuan untuk
meminimalkan apabila terdapat kotoran atau debu yang menempel. Apabila daun dipetik sekitar
10 cm dari permukaan tanah, kotoran terlalu banyak sehingga kurang layak panen. Semakin
sering daun dipanen, maka tunas akan semakin cepat tumbuh. Waktu pemetikan sebaiknya pada
pagi hari hingga pukul 11.00 karena apabila dipetik pada sore hari akan menghambat proses
pengeringan. Pemetikan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam dan steril.
6
Daun yang telah dikumpulkan dan kering kemudian akan memasuki tahap pemilihan.
Tujuan utama tahap pemilihan adalah untuk memisahkan bagian daun dari bahan organik lain,
bagian tumbuhan yang lain, ataupun pengotor.
Daun yang telah dipilah kemudian disimpan. Simplisia disimpan didalam wadah
tertutup yang terbuat dari bahan yang kedap udara dan pada temperatur yang cukup rendah.
Simplisia yang telah dibuat harus terlindung dari paparan udara lembab, serta gangguan
serangga.
Pada uji makroskopik, daun sirih (Piper betle L.) dari suku Piperaceae, mengandung
flavonoid total tidak kurang dari 0,8% dihitung sebagai rutin. Identitas simplisia meliputi
pemerian berupa helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal
berbentuk jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi daun rata agak menggulung, Panjang
5-18 cm, lebar 3-12 cm dengan warna daun hijau kecokelatan hingga cokelat, permukaan bawah
7
kasar, kusam, berwarna lebih mudah dari permukaan atas. Tulang daun pada permukaan atas
agak tengelam, permukaan bawah menonjol, tangkai daun bulat dengan Panjang 1,5-3 cm ,
berbau khas dan memiliki rasa pedas.
Pada uji perhitungan kadar, dilakukan penetapan susut pengeringan. Susut pengeringan
adalah pengurangan berat bahan setelah dikeringkan dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali
dinyatakan lain, simplisia harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus nomor 8, suhu
pengeringan 105º dengan cara tertentu. Pertama-tama timbang 1-2gram simplisia dalam botol
timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara.
Bahan dalam botol timbang kemudian diratakan dengan cara menggoyangkan botol hingga
terdapat lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm. Kemudian dimasukkan kedalam ruang
pengering, tutup kemudian dibuka dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobotnya tetap.
Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam
eksikator hingga suhu ruang.
Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui sisa simplisia yang tidak
menguap pada saat pembakaran. Abu yang dihasilkan dapat berasal dari bagian jaringan
tanaman atau pengotor lain, misalnya pasir atau tanah. Penetapan kadar abu total dilakukan
dengan cara ditimbang 2-3 gram sampel yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam
krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang
habis lalu didinginkan dan ditimbang. Apabila dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
maka dapat ditambahkan air panas kemudian diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu.
Kemudian kertas saring dipijarkan beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Filtrat
kemudian dimasukkan ke dalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobotnya tetap.
Kemudian kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji dan dinyatakan dalam %b/b.
Penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk mengetahui pengotor dari pasir atau
tanah silikat dengan cara abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total kemudian
dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam
asam kemudian dikumpulkan, disaring melewati kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
panas, dipijarkan dalam krus hingga bobotnya tetap. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung
terhadap berat bahan uji dan dinyatakan dalam %b/b.
Penetapan sari larut etanol dilakukan degan cara serbuk yang telah dikeringkan di udara
sebanyak kurang lebih 5 gram ditimbang (4/18). Kemudian dimasukkan ke dalam labu
tersumbat dan ditambahkan 100mL etanol 95% P. Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring dengan cepat untuk menghindari penguapan etanol.
Sebanyak 20 mL filtrat kemudian diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar
8
yang telah dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobotnya tetap dan kemudian kadar dari % sari
larut etanol dihitung.
Penetapan kadar larut air dilakukan dengan cara yang sama seperti penetapan kadar larut
etanol, perbedaannya adalah pada penetapan kadar larut air, yang ditambahkan adalah 100mL
air jenuh kloroform, sementara pada penetapan etanol yang ditambahkan adalah 100mL etanol
95% P.
Berikut standar kualitas simplisia dari daun sirih berdasarkan Farmakope Herbal
Indonesia:
1. Susut pengeringan : Tidak lebih dari 10%
2. Kadar sari larut air : Tidak kurang dari 14,4 %
3. Kadar sari larut etanol : Tidak kurang dari 8,1 %
4. Kadar abu total : Tidak lebih dari 3,7 %
5. Kadar abu tidak larut asam: Tidak lebih dari 1,1 %
9
2.8 Kegunaan
Daun sirih memiliki beberapa aktivitas farmakologi yaitu antimikroba, gastroprotektif,
antidiabetik, antidiare, antimutagenik. Piper betle (sirih) juga dapat digunakan sebagai
pengobatan untuk mengurangi keputihan, menghentikan batuk mengurangi peradangan,
menghilangkan gatal, melindungi hati, dan peluruh kentut. Selain itu, sirih berkhasiat
menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan, menahan perdarahan
(berperan dalam hemostatik), menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran
pencernaan, mengeluarkan dahak, dan meluruhkan saliva.
Beberapa produk lain dari daun sirih telah diolah secara modern dan sudah
beredar dipasaran, diantaranya adalah Jamu Sariayu Napas Wangi (herbal mouthwash) , Tissue
Wanita Rempah Dara, dan Tissue Sirih Wangi yang diproduksi oleh perusahaan kosmetik PT
Sariayu Martha Tilaar.
Jamu Sariayu Napas Wangi diklaim memiliki fungsi mencegah radang tenggorokan,
mengharumkan dan menyegarkan napas, mengatasi sariawan, serta menjaga kesehatan mulut.
Jamu ini merupakan ramuan dari ekstrak daun sirih yang ditambah dengan ekstrak kayu legi
atau kayu manis dan cengkih. Sementara itu, Tissue Wanita Rempah Darah dan Tissue Wanita
Sirih Wangi merupakan pemakaian tissue khusus untuk kaum perempuan, yakni untuk
mencegah dan mengurangi keputihan serta membersihkan daerah kewanitaan atau vagina.
10
Menurut produsennya, Tissue Wanita Rempah Darah merupakan campuran ekstrak
daun ketepeng, daun sirih dan kayu angina. Tissue Wanita Sirih Wangi merupakan sari pati
daun sirih yang telah terbukti khasiatnya sejak zaman dulu.
Selain produk diatas, terdapat pula produk sabun cair yang menggunakan formulasi
ekstrak daun sirih. Seperti halnya tissue yang disebutkan diatas, sabun ini juga ditujukan untuk
konsumen perempuan. Sabun cair yang dimaksud adalah Privasi-V. Produk ini mengklaim
dirinya memiliki keunggulan yakni terbuat dari ekstrak daun sirih yang sudah dikenal
manfaatnya sejak zaman dahulu sebagai antiseptic dan antibakteri dengan pH atau derajat
keasaman netral, sehingga aman digunakan setiap saat, mampu memelihara kecantikan kulit,
menjaga keputihan dan memberikan kesegaran di sekitar vagina. Produk lain adalah Resik-V
sabun cair sirih yang diproduksi oleh PT Kinocare Era Kosmetindo. Produsennya mengklaim
bahwa produk ini mampu menjaga keharuman alami dan kebersihan vagina agar terhindar dari
kuman.
Sumber : Moeljanto, Rini Darmayanti. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih : Obat Mujarab dari Masa ke
Masa. (halaman 14)
PT Mustika Ratu juga meluncurkan pembersih wanita yang diberi nama Ginasih.
Produk ini mengandung ekstrak sirih 50%, andrographis herba 20%, pluchae indicae folium
10%, achileae herba 10% dan bahan bahan lain 100%. Ginasih diklaim memiliki khasiat
mencegah dan mengobati keputihan, mengurangi lendir yang berlebihan, menghilangkan bau
yang kurang sedap, serta mencegah dan mengobati gatal-gatal dan iritasi di sekitar vagina.
Selain itu terdapat produk berupa pasta gigi dari PT Mustika Ratu yang dilengkapi
dengan mineral florida. Produk ini diklaim dapat mencegah dan mengurangi kerusakan gigi dan
gusi, serta sangat efektif mengendalikan kuman-kuman pembentuk asam di rongga mulut
sehingga menghilangkan bau mulut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2010. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 104-107.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Materia Kosmetika Bahasa Alam Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 720-722.
Moeljanto, Rini Darmayanti. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih :Obat Mujarab dari Masa
Ke Masa. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Halaman 1-15.
Hariana, Arief. 2014. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Jakarta : Penebar Swadaya,
halaman 101-102.
12