You are on page 1of 10

Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098

TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

Efek Teknik Hydraulic Fracturing dalam Eksplorasi Shale Gas di Amerika Serikat

Saat ini di berbagai belahan dunia, kampanye industri untuk mengurangi jejak karbon (carbon footprint)
dalam aktivitas produksinya sedang hangat diupayakan. Perusahaan-perusahaan baik yang bergerak di
bidang ekstraksi sumber daya alam atau pun pengolahan sumber daya alam kini berlomba untuk dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida atau CO2.Upaya pengurangan emisi karbon
dioksida ini dilakukan karena akumulasi dari emisi karbon dioksida di atmosfer berkontribusi pada
meningkatknya temperatur bumi secara rata-rata sehingga dipercaya berpotensi mengakibatkan
perubahan iklim global. Kesadaran akan dampak buruk aktivitas manusia pada lingkungan mulai
disadarai secara global sejak KTT Bumi 1992 yang diadakan di Rio De Janeiro. KTT Rio 1992 salah satunya
menyatakan bahwa tantangan yang harus dihadapi agar kita dapat menghindari bencana besar adalah
perkembangan iptek yang eksploitatif. Perkembangan iptek ini di satu sisi memang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi bagi manusia, tetapi perkembangan yang eksploitatif justru membuat manusia
tidak memperhatikan dampak aktivitasnya pada lingkungan. Upaya lanjutan sebenarnya sudah
dilakukan setelah KTT Bumi Rio 1992 seperti Protokol Kyoto, namun hingga saat ini kenyataan yang
terjadi justru semakin memburuk. Konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer (CO2, CH4, N2O, dan
HFC)cenderung meningkat sehingga memperburuk fenomena perubahan iklim. Perubahan iklim
tersebut dipicu oleh meningkatnya temperatur rata-rata secara global yang sejak tahun 1880 hingga
tahun 2002 hampir sekitar 0,6 OC (1 OF). Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan
temperatur global ini jika sudah mencapai titik tertentu tidak akan bisa diturunkan kembali (point of no
return). Fenomena point of no return ini terjadi karena jika kenaikan temperatur global sudah mampu
mencairkan es-es di kutub utara maka pencairan atau penguapan es itu sendiri akan melepas kandungan
karbon dioksida terlarut di dalamnya sehingga kandungan karbon dioksida justru akan terus meningkat
seiring peningkatan temperatur. Pandangan mengenai point of no return ini harus dapat dipahami
berbagai pihak mulai dari pemerintah, industri dan akademisi agar dapat lebih memperhatikan dampak
aktivitasnya pada lingkungan ke depannya.

Upaya-upaya tentang memasukkan variabel lingkungan ke dalam aktivitas bisnis pada abad 21 ini pada
dasarnya sudah lebih baik dibanding satu abad sebelumnya. Selain itu, masyarakat sendiri sudah
semakin kritis dalam memperhatikan aktivitas industri di sekitarnya atau bahkan di seluruh dunia karena
perkembangan teknologi informasi yang pesat. Industri saat ini mulai mengarahkan pengembangan
bisnisnya sesuai dengan prinsip triple bottom line. Triple bottom line merupakan prinsip pengembangan
bisnis yang memperhatikan tiga faktor utama yaitu people (aspek sosial), planet (aspek lingkungan) dan
profit (aspek ekonomi atau keuntungan). Aplikasi kebijakan bisnis sesuai dengna prinsip triple bottom
line ini diharapkan lebih mengarahkan pembangunan ke arah pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development) sesuai yang dijelaskan Brundtland Comission pada tahun 1987.Perusahaan-
perusahaan di mana pun terutama perusahaan multinasional saat ini berlomba dalam menerapkan
prinsip ini dan terus mengampanyekan atas apa yang mereka sudah lakukan karena hal ini penting bagi
reputasi atau citra mereka sendiri. Saat ini triple bottom line yang pertama kali dikemukakan oleh John
Elkington sudah berkembang menjadi parameter yang digunakan untuk mengukur sustainability atau
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

keberlanjutan. Perkembangan bisnis seperti ini pada dasarnya baik bagi masyarakat namun
membutuhkan pengaturan dan pengawasan yang jelas baik dari masyarakat dan pemerintah. Pada
akhrinya, model pengembangan kebijakan triple bottom line ini membutuhkan transparansi yang sejelas
mungkin agar tercipta atmosfer saling mendukung antara pemerintah, industri dan masyarakat.

Tabel 1 Emisi Bahan Bakar Fosil per milyar Btu dari Energi yang Dihasilkan

Polutan Gas Bumi Minyak Bumi Batu Bara


Karbon dioksida 117 000 lb 164 000 lb 208 000 lb
Karbon monoksida 40 lb 33 lb 208 lb
Nitrogen oksida 92 lb 448 lb 457 lb
Sulfur dioksida 1 lb 1 122 lb 2 591 lb
Merkuri 0 lb 0,007 lb 0,016 lb
Partikulat 7 lb 84 lb 2 744 lb

Dalam prakteknya di lapangan, upaya-upaya pengurangan emisi CO2 dilakukan dengan penggunaan
sumber-sumber energi atau bahan bakar yang lebih ramah lingkungan khususnya pada penggunaan
sumber energi fosil yang masih mendominasi bauran sumber energi dunia. Sumber energi yang ramah
lingkungan ini berarti sumber energi yang menghasilkan emisi CO2 yang lebih rendah. Contoh dari
sumber energi fosil yang berpotensi mengemisikan CO2 lebih rendah adalah gas bumi. Dibanding batu
bara dan minyak bumi, jumlah emisi CO2 yang dihasilkan untuk jumlah energi yang sama, gas bumi
menghasilkan emisi yang paling rendah seperti dijelaskan pada Tabel 1.

Selain dikenal karena lebih bersih, gas bumi juga diproduksi dan dikembangkan dengan biaya
pengolahan yang relatif rendah. Pemanfaatan gas bumi juga diprediksi akan terus meningkat dalam
menggantikan peran batu bara dan minyak bumi terutama dalam penggunaan untuk pembangkitan
listrik. Selain dalam pembangkitan listrik, gas bumi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk
industri, di daerah pemukiman dan di sektor transportasi. Menurut BP Statistical Review of World
Energy pada Juni 2009, lima negara terbesar yang memiliki cadangan gas bumi terbesar di dunia adalah
Rusia (memegang 23,4% cadangan gas bumi dunia atau senilai 1 529 trillion cubic feet), Iran (16,0%),
Qatar (13,8%), Saudi Arabia (4,1%) dan Amerika Serikat (3,6%). Di negara dengan cadangan gas bumi
terbesar kelima, Amerika Serikat, cadangan gas bumi yang melimpah adalah gas bumi dengan kategori
unconventional terutama shale gas. Gas bumi dikatakan unconventional karena sulit dan cenderung
mahal atau tidak ekonomis untuk dieksplorasi. Gas bumi unconventional juga berada dalam sumber
yang cadangannya lebih sedikit dan recovery atau perolehannya lebih sedikit (volume perolehan gas per
kilometer luas area yang dieksplorasi) di banding sumur-sumur gas konvensional. Contoh dari gas bumi
yang dikategorikan unconventional adalah shale gas, tight gas dan coalbed methane. Skema yang
membedakan sumur gas konvensional dan unconventional digambarkan pada Gambar 1.
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

Gambar 1 Ilustrasi yang Membedakan Sumur Gas Konvensional dan Sumur Gas Unconventional

Shale gas yang banyak terdapat di Amerika Serikat ini adalah gas bumi yang terperangkap dalam batuan
atau formasi serpihan batuan yang permeabilitasnya rendah dan porositasnya rendah sehingga aliran
gasnya sangat rendah dibanding sumur konvensional. Dalam prakteknya, diperlukan teknik-teknik
khusus agar didapatkan aliran perolehan gas yang kontinyu dan dinilai ekonomis untuk dieksplorasi.
Shale gas pada umumnya terletak sekitar 7000 sampai 14 000 kaki di bawah permukaan bumi. Di awal
abad 21 ini tepatnya sejak tahun 2005 – sejak aktivitas perusahaan oil and gas diberikan exemption atau
pengecualian dari aturan clean water act, clean air act, safe water drinking act dan peraturan
lingkungan lainnya oleh kongres Amerika Serikat – dengan semakin meningkatnya harga gas bumi dan
semakin bergantungnya Amerika Serikat pada impor gas bumi karena kebutuhannya yang terus
meningkat maka motivasi untuk eksplorasi gas bumi unconventional menjadi semakin kuat. Kandungan
gas bumi unconventional ini dipercaya sangat melimpah di Amerika Serikat dengan proyeksi terendah
mencapai 420 trillion cubic feet dan proyeksi tertinggi mencapai 870 trillion cubic feet. Gas bumi
unconventional ini sangat ekonomis dikembangkan jika harga gas berada di kisaran $6/MMBtu atau
lebih rendah. Saat ini, gas bumi unconventional ini sedang marak dieksplorasi di Amerika Serikat dan
diharapkan dapat memberikan suplai yang lebih mengamankan keamanan energi Amerika Serikat ke
depannya.
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

Gambar 2 Teknik Hydraulic Fracturing

Eksplorasi shale gas di Amerika Serikat kini sudah dilakukan di Barnett shale, Marcellus shale,
Haynesville shale, Bossier shale, Pavillion field dan Pearsall shale. Eksplorasi shale gas ini agar
mendapatkan recovery gas ekonomis membutuhkan teknik khusus. Teknik khusus yang dilakukan dalam
eksplorasi shale gas ini adalah hydraulic fracturing atau dikenal juga dengan istilah fracking. Skema
fracking ditampilkan di Gambar 2. Fracking sendiri pada dasarnya sudah marak digunakan sejak
ditemukan pada 1940-an agar diperolah eksplorasi yang ekonomis. Fracking menstimulasi aliran gas
bumi yang terperangkap dalam batuan yang berada di sekitar 7000 – 14 000 kaki di bawah permukaan
tanah. Teknik fracking diawali dengan pengeboran secara vertikal hingga sampai ke dalaman formasi
shale (di atas 7 000 kaki) lalu diikuti dengan pengeboran horizontal (hingga 4 000 kaki) yang menembus
formasi shale. Pengeboran ini kemudian diikuti dengan pemasangan casing atau pelindung aliran
pengeboran sumur gas yang terdiri dari lapisan baja dan semen dengan berlapis-lapis agar tidak bocor
mengontaminasi lingkungan tanah sekitar sumur. Gambar casing ditampilkan oleh Gambar 3. Setelah
sumur terlindungi, dilakukan peretakan (fissures) atau penghancuran dengan perforated devices di
daerah sumur horizontal pada beberapa titik. Tahap selanjutnya yaitu injeksi air, pasir dan bahan-bahan
kimia (fracking fluid) bertekanan tinggi ke dalam sumur agar memastikan retakan yang sudah diciptakan
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

mampu menstimulasi gas-gas yang terperangkan dalam formasi shale. Volume fracking fluid yang
digunakan dapat mencapai 7 juta galon dengan komposisi utama yaitu. Penerapan injeksi fracking fluid
ini dapat dilakukan hingga 18 kali untuk satu sumur agar memastikan sumur tesebut dapat beroperasi
dengan ekonomis. Air dan Pasir adalah konstituen utama penyusun fracking fluid hingga 98 – 99 %.

Gambar 3 Casing untuk Perlindungan Eksplorasi Gas dalam Fracking

Penggunaan pasir atau proppant dalam fracking digunakan untuk memastikan retakan tetap terbuka
dan gas dapat mengalir ke dalam sumur. Penggunaan bahan kimia atau aditif dalam fracking fluid
ditengarai mencapai lebih dari 596 jenis aneka bahan kimia. Aneka bahan kimia yang terdapat dalam
fracking fluid ditampilkan pada Tabel 2 yang dirilis Department of Environmental Conservation New York
pada ekslplorasi Marcellus shale dan digunakan juga di daerah-daerah shale lainnya di Amerika Serikat.
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

Tabel 2 Konstituen Aditif dalam Fracking Fluid

Tipe Aditif Tujuan Penggunaan Contoh dari Bahan Kimia


Proppant Membuka retakan atau pori buatan dalam shale yang Pasir [Sintered
dibuat perforated device agar aliran gas mengalir bebas ke bauxite; zirconium
dalam sumur oxide; ceramic
beads]
Asam Pembersihan setiap lubang-lubang fissures dan daerah HCl, 3% to 28% atau
interval lubang di formasi shale dan meningkatkan akses muriatic acid
dalam lubang sampai ke sumur gas untuk stimulasi aliran
Breaker Mengurangi viskositas fracking fluid, memudahkan Peroxydisulfates
pelepasan proppant dan untuk meningkatkan recovery
Biocide Menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat Gluteraldehyde;
memproduksi gas H2S dalam sumur agar gas bumi tidak 2-Bromo-2-nitro-1,2-
terkontaminasi dan agar tidak menghambat laju gas propanediol
pH adjusting Mengatur pH agar aditif lain dapat bekerja dengan optimal Natrium atau kalium
agent / buffer sepeti crosslinker karbonat; Asam asetat
Clay stabilizer Menghindari swelling dari tanah liat agar tidak Garam-garam (e.g.,
mengahalangi pori-pori buatan yang dapat mengurangi tetramethyl
permeabilitas gas ammonium
chloride); Kalium klorida
Corrosion Mengurangi tingkat korosifitas dari fracking fluid agar Metanol;
inhibitor casing dan peralatan yang membawa fracking fluid tidak ammonium bisulfate
mudah korosi untuk Oxygen
Scavengers
Crosslinker Pembawa agen yang digunakan untuk peningkatkan Kalium hidroksida;
viskositas agar dapat meningkatkan jumlah proppant Garam-garam borate
dalam fracking fluid
Friction Memudahkan fracking fluid untuk mengalir dan ditekan Sodium
reducer tanpa mengalami banyak gesekan acrylateacrylamide
copolymer;
polyacrylamide
(PAM); petroleum
distillates
Gelling agent Meningkatkan viskositas fracing fluid untuk peningkatan Guar gum;
jumlah proppant petroleum distillate
Iron control Menghindari pengendapan senyawa karbonat dan sulfat Ammonium
yang dapat memblok aliran gas dalam sumur chloride; ethylene
glycol; polyacrylate
Pelarut Aditif yang larut dalam minyak, air dan senyawa-senyawa Beberapa hidrokarbon
asam dalam fracking fluid untuk mengatur tegangan aromatik
permukaan dan mengontrol tingkat emulsi
Surfaktan Mengurangi tegangan permukaan fracking fluid agar Metanol;
meningkatkan recovery isopropanol;
ethoxylated alcohol
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

Injeksi fracking fluid yang mengandung banyak aditif ini pada dasarnya akan membuat pori atau lubang
buatan menjadi semakin membesar dan bercabang. Injeksi kemudian diikuti dengan penarikan atau
pemompaan kembali fracking fluid tersebut ke atas permukaan. Fracking fluid yang diangkat ke
permukaan kembali ini sering disebut dengan produced water atau flowback water. Produced water
merupakan limbah cair dari proses eksplorasi dengan teknik fracking. Limbah cair sebenarnya sangat
berbahaya karena kandungan berbagai bahan kimia yang dimilikinya. Limbah cair ini kemudian ditaruh
atau disimpan dalam suatu pit dan kemudian dibiarkan terevaporasi dengan dibantu evaporation
sprayers. Pada prakteknya, penarikan kembali fracking fluid ke permukaan hanya berhasil
mengembalikan 25% sampai 50% dari volume yang diinjeksikan sehingga dapat disimpulkan bahwa sisa
fracking fluid yang tidak dapat di-recovery masih berada di dalam shale. Setelah dilakukan penarikan
kembali fracking fluid, kemudian gas dalam shale dapat diambil secara ekonomis. Seperti disebutkan
sebelumnya, selama sumur gas produktif menghasilkan, biasanya hydraulic fracturing ini dilakukan
sampai 18 kali. Selain itu, pemanfaatan shale gas secara komersial juga harus lebih banyak melibatkan
sumur atau penggalian per kilometer cakupan area yang diekplorasi jika dibandingkan dengan sumur gas
konvensional.

Di Amerika Serikat, dimana teknik fracking diterapkan secara komersial untuk eksplorasi shale gas
terutama di daerah Pennsylvania yang terletak di atas daerah eksplorasi Marcellus shale, Pavillion field
di Wyoming dan Colorado, dan Barnett shale di Texas sudah banyak ditemukan temuan tentang
pencemaran lingkungan yang ditengarai disebabkan oleh aktivitas pengeboran dengan teknik hydraulic
fracturing. Temuan-temuan ini bahkan sudah didokumentasikan dalam film “Gasland” yang diproduksi
pada tahun 2010.

Gambar 4 Pencemaran Gas Bumi dalam Akuifer di Colorado

Pencemaran yang terjadi dalam daerah-daerah yang sudah disebutkan tadi adalah kebocoran gas,
pencemaran gas bumi ke akuifer (air tanah sumur dalam atau deep well) dan pencemaran sumber air
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

permukaan. Kasus yang paling sering ditemui adalah pencemaran gas bumi ke akuifer. Di Pennsylvania
yang terletak di atas formasi Marcellus shale dan Colorado di atas Pavillion field, banyak ditemukan
kasus pencemaran gas bumi yang masuk ke akuifer sehingga setiap rumah yang mengambil sumber
airnya dari air tanah sumur dalam airnya sudah tercemari gas bumi. Fakta ini terungkap jika kita
menyalakan api dekat keran rumah maka air akan membakar udara di sekitar keran seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4. Di Wyoming, terdapat kasus yang lebih parah, di daerah Sublette County,
ditemukan pencemaran eter glikol yang digunakan sebagai antifreeze dalam fracking fluid. Di daerah ini
juga, ditemukan daerah tertinggal dimana gas dari bumi bocor atau mengalir bebas ke permukaan.
Setelah terjadi kebocoran, gas bumi yang mengalir diprediksi sudah mencapai 3 trillion cubic feet. Hal ini
berbahaya karena metana yang terkandung di gas bumi lagnsung mencemari udara sekitar. Metana
sendiri berbahaya bagi perubahan iklim karena merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya
dibanding karbon dioksida. Sumber air permukaan di daerah ini juga sudah terkontaminasi banyak
hidrokarbon dan berbau tengik. Dampak yang lebih sistemik yaitu kerusakan ekosistem banyak ditemui
di Texas dan Pennsylvania. Texas adalah daerah eksplorasi Barnett shale. Salah kasus yang terjadi adalah
kerusakan pada ekosistem perairan Divide Creek. Ikan-ikan seluruhnya ditemukan mati di perairan.
Kasus kerusakan ekosistem ini juga sama seperti yang terjadi di Dunkard Creek, Pennsylvania.
Sementara itu di Steven Creek, Pennsylvania, hasil analisis air permukaan menghasilkan fakta yang
memprihatinkan karena ditemukan barium sebanyak 300 ppm, stronsium sebanyak 80 ppm, MBAS
(methylene blue active substance) sebanyak 0,8 ppm dan air dengan konduktivitas yang sangat tinggi
yaitu sekitar 32 800 μsiemens/cm. Di Meshoppen Creek, Pennsylvania juga dilaporkan telah ditemukan
bahan kimia yang tercemar yang digunakan oleh Halliburton sebagai perusahaan service pengeboran.
Tindak lanjut dari temuan pencemaran ini jika sudah dilaporkan masyarakat kemudian akan diselidiki
lebih lanjut oleh EPA atau Environmental Protection Agency seperti yang terjadi di Pavillion field,
Wyoming untuk kemudian ditindaklanjuti. Namun, tindakan hukum ini sulit dilakukan karena
perusahaan oil and gas sendiri dibebaskan dari peraturan lingkungan Amerika Serikat sehingga
fenomena yang terjadi adalah masyarakat terpaksa harus menjual tanah dan rumahnya kepada
perusahaan eksplorasi gas. Untuk kelancaran proses ini bahkan perusahaan berani menawar tanah
masyarakat di sekitar dengan harga tinggi dan diserta bonus. Tanah Josh Fox, pembuat film “Gasland” di
daerah Pennsylvania yang terletak di atas Marcellus shale ditawar sekitar $400-500 per meter persegi
sehingga jika dijual seluruhnya berharga sekitar $100 juta dollar Amerika Serikat.

Jika ditinjau lebih jauh tentang penerapan teknik fracking, critical point potensi pencemaran dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pada potensi pencemaran udara, pencemaran air permukaan dan
pencemaran air tanah. Pencemaran udara dapat terjadi jika ada gas bumi yang bocor secara tidak
sengaja hingga menembus permukaan bumi atau secara sengaja seperti yang ada di pengolahan
permukaan sumur eksplorasi lewat venting, kebocoran yang tidak disengaja atau flaring. Polusi udara ini
akan sangat berbahaya jika berada di daerah dengan kepadatan penduduk cukup tinggi di sekitar sumur
eksplorasi. Pencemaran air permukaan dapat terjadi disebabkan oleh pemindahan dan penanganan pit
yang buruk sehingga kontaminasi produced water akan masuk ke tanah sehingga mencemari air
permukaan dan berpotensi juga untuk mencemari air tanah. Penyebab lain yaitu karena instalasi casing
yang buruk atau casing yang tidak layak sehingga mengakibatkan rembesan fracking fluid atau gas bumi
ke luar. Gas bumi yang sudah mudah mengalir sendiri dapat mengalir bebas ke retakan atau ruang-
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

ruang kosong yang ada di luar casing karena tanah disekitar tersebut tidak padat atau permeabilitasnya
tinggi sehingga dapat mencemari akuifer hingga ke permukaan tanah. Pencemaran air tanah dapat
terjadi juga akibat retakan yang diakibatkan aliran gas bumi ke permukaan tanpa melewati sumur
eksplorasi. Retakan inilah yang dapat menyebabkan kebocoran sampai ke permukaan atau pencemaran
air tanah pada akuifer sumur dalam. Bahaya-bahaya yang dapat diakibatkan hal ini adalah rusaknya air
tanah dan air permukaan, peningkatan bahaya perubahan iklim, kerusakan ekosistem yang kesemuanya
bermuara pada buruknya kualitas lingkungan sehingga dianggap tidak layak huni bagi mahkluk hidup.

Seluruh pencemaran akibat aktivitas hydraulic fracturing sebenarnya sangat berbahaya bagi manusia
dan ekosistem. Pengawasan aktivitas ini sebaiknya harus diatur seketat mungkin karena selain
mleibatkan sumur eksplorasi yang lebih padat per areanya dibanding sumur konvensional, kegiatan ini
juga melibatkan banyak bahan kimia beracun dan berbahaya dalam fracking fluid. Air sebagai sumber
kehidupan makhluk hidup sudah tidak layak dikonsumsi pada daerah yang sudah terkena kontaminasi
akibat dari gas bumi atau pencemaran produced water. Udara yang tidak bersih juga akan semakin
berakibat buruk pada kesehatan makhluk hidup disekitarnya. Sebaiknya, eksplorasi dengan teknik
fracking ini diregulasi dengan ketat dan tetap memperhatikan aturan untuk penegakan standar
kebersihan air termasuk untuk air minum dan standar kebersihan udara. Exemption atau pengecualian
pada perusahaan oil and gas yang sudah diputuskan kongres Amerika Serikat sebaiknya dicabut atau
dibuat aturan lain yang mengatur regulasi eksplorasi shale gas yang standarnya lebih longgar namun
tetap berada dalam batas yang layak bagi makhluk hidup. Selain itu, pengetatan standar kualitas
eksplorasi dalam hal keamanan juga harus ditingkatkan terutama pada casing dan pemasangannya,
perforated device, dan bahan kimia aditif yang ada dalam fracking fluid. Studi mengenai analisis
dampaknya terhadap lingkungan harus berdasarkan eksperimen nyata yang dapat dikaitkan dengan
kegiatan eksplorasi. Perusahaan yang melakukan eksplorasi sendiri seharusnya membuat sistem quality
assurance dan quality control yang juga sebaiknya diatur oleh pemerintah agar pengawasannya
terhadap lingkungan tetap terjaga. Selain itu, audit dan inspeksi juga harus dilakukan oleh badan
pengawas lingkungan yang berwenang. Ketika sumur tersebut sudah akan ditinggalkan, pengaturan
tentang remediasi lingkungan juga harus dibuat dan dilaksanakan. Pada akhirnya, sumber daya alam ini
memang tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keinginan manusia yang sulit terpuaskan, namun
sumber daya alam ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam sendiri
pada dasarnya bukan satu-satunya titipan kita bagi generasi selanjutnya tetapi alam yang sehat dan
layak itu sendirilah titipan yang sebenarnya untuk generasi selanjutnya. Bencana setara dengan bencana
pengelolaan nuklir di PLTN berpotensi terjadi pada aktivitas hydraulic fracturing yang tidak bertanggung
jawab.
Mohammad Rusydi Fatahillah – 13009098
TUGAS Individu 01 Pengelolaan Limbah Industri – TK4101

Referensi

Film Gasland (2010)

Video: Exxon Mobil – Youtube Account – Title: Hydraulic Fracturing – How it Works

http://www.epa.gov/cleanenergy/energy-and-you/affect/natural-gas.html

http://www.ibrc.indiana.edu/ibr/2011/spring/article2.html

http://www.earthworksaction.org/issues/detail/hydraulic_fracturing_101

The World in 2050. 2011. Laurence C Smith. Plume Book Earth Science

The Future of Natural Gas. The Interdisciplinary MIT studies.

(http://web.mit.edu/mitei/research/studies/documents/natural-gas-2011/NaturalGas_Report.pdf)

Investigation of Groundwater Contamination near Pavillion, Wyoming. EPA Draft Report

(http://www.epa.gov/region8/superfund/wy/pavillion/EPA_ReportOnPavillion_Dec-8-2011.pdf)

Golden Rule for Golden Age of Gas: World Energy Outlook Special Report on Unconventional Gas.
International Energy Agency

(http://www.worldenergyoutlook.org/media/weowebsite/2012/goldenrules/WEO2012_GoldenRulesRe
port.pdf)

Unconventional Gas Shale: Development, Technology, and Policy Issues. Congressional Research Service.

(http://www.fas.org/sgp/crs/misc/R40894.pdf)

Peranan Teknik Bioproses dalam Mewujudkan Masyarakat Berkelanjutan. Pidato Ilmiah Guru Besar
Prof.Tjandra Setiadi. Diperoleh dari Booklet di Perpustakaan TK ITB.

You might also like