You are on page 1of 9

Makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana pekerjaan, kebijakan dan kinerja

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang nanti pada akhirnya akan menjadi
bahan rekomendasi untuk memecahkan masalah di dalam Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

Program-program pemerintah saat ini pada dasarnya hanyalah melanjutkan program-


program pemerintah di masa lalu yang belum selesai dikerjakan ataupun belum dilaksanakan
dengan maksimal karena masalah kekurangan dana anggaran yang terbatas ataupun karena
tidak mendapatkan prioritas utama dalam pelaksanaan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (dulu bernama Kementerian Pekerjaan Umum). Dalam perjalanannya,
Kementrian ini memiliki banyak masalah di dalam pelaksanaan program-program yang mereka
telah susun, tentunya ini bukan hanya sekedar mengenai anggaran yang tidak mencukupi
namun juga faktor-faktor lingkungan, sumber daya manusia, peraturan perundang-undangan,
hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah dan banyak lagi masalah yang ada. Tentunya
ini menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
apalagi setiap berganti presiden juga menteri selalu ada perubahan signifikan yang terjadi di
dalam program yang ada.

Adanya tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat yang pertamaberupaPengelolaan Sumber Daya Air, dimana laju alih fungsi
lahan pertanian beririgasi yang rata-rata terjadi ± 100.000 ha atau berkisar 1,4% per tahun.
Adapun beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pencapaian target-target Rencana
Strategis ialah Operasi dan Pemeliharaan (OP) Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), yang hingga
tahun 2012 baru mencapai 20,93% target, serta Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak, yang
hingga tahun 2012 baru mencapai 21,74% dari target, dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana
Pengamanan Pantai, yang hingga tahun 2012 baru mencapai 19,82% dari target.

Yang kedua ialah Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan dengan pemenuhan kebutuhan
prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi nasional harus
memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil,
pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity dan sistem logistik nasional dalam
rangka pencapaian MDGs. Serta upaya mempertahankan perandan fungsi prasarana jaringan
jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah diantara berbagai
gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping
juga memenuhi kebutuhanaksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet, dengan
meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum
jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan
penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan
produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah dan meningkatkan akuntabilitas kinerja
penyelenggaraan jalan, dan mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun
kesempatan expansi dengan meningkatkan daya kompetisi yang terukur dalam GCI (Global
Competitiveness Index) dan LPI (Logistic Performance Index).

Yang ketiga adalah Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman dengan


memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan
kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar 820.000 unit rumah setiap
tahunnya. Serta menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar,
menengah dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional. Karena pada akhir
tahun 2014 diperkirakan lebih dari separuh penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan
sebagai akibat laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun dan secara terus menerus telah
melahirkan dynamic phenomenon of urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya
suatu kawasan perkotaan, baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah. di sisi
lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguatmembawa dampak pula pada
“egoisme kedaerahan” yang semakin tinggi dan disertai kekuatan-kekuatan pasar (swasta) yang
terus memperlihatkan dominasinya sehingga membawa dampak pada kecenderungan
perkembangan dan pola penyebaran permukiman yang semakin sulit diantisipasi.[1]

1.2 Tugas dan Fungsi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat

Tugas :

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang ORGANISASI DAN


TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, Kementerian Pekerjaan Umum
mempunyai tugas: menyelenggarakan urusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi :

1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan umum.


2. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pekerjaan Umum.
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Pekerjaan Umum di daerah.
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Fungsi sebagaimana disebutkan di atas ti-dak terlepas dari Undang-Undang sektor ke-PU-
an yang meliputi: (i) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (ii)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, (iii) Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2004 tentang Jalan, (iv) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, (v) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, (vi) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, serta (vii) Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Adapun fokus dari masing-masing
undang-undang sektor ke-PU-an tersebut adalah (i) Penyelenggaraan Penataan Ruang yang
menitikberatkan pada dukungan pembangunan berkelanjutan berbasis penataan ruang, (ii)
Pengelolaan Sumber Daya Air yang menitikberatkan pada ketahanan pangan, ketahanan air
(konservasi dan penyediaan air baku), dan pengendalian daya rusak air, (iii) Penyelenggaraan
Jalan yang menitikberatkan pada peningkatan konektivitas serta kelancaran arus orang dan
barang, (iv) Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang menitikberatkan
pada peningkatan pelayanan dasar masyarakat dalam rangka pencapaian target MDGs,
penanggulangan kemiskinan (pemberdayaan masyarakat/PNPM), serta peningkatan tertib
penyelenggaraan bangunan gedung dan penataan lingkungan, serta (v) Pembinaan Konstruksi
yang menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi pusat
dan daerah.

1.3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

1.3.1 Visi
Pembangunan infrastrukur pekerjaan umum dan permukiman diselenggarakan dalam rangka
mencapai visi jangka panjang: “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman
yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”.

Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang
terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi
serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat. Visi
tersebut sesuai dengan arahan RPJPN untuk mewujudkan

infrastruktur yang andal pada tahun 2025. Tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur
PU-KIM yang andal akan tercapai secara bertahap sesuai dengan tahapan rencana
pembangunan jangka menengah nasional.

Tersedianya infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang andal merupakan


perwujudan dari tingkat dan kondisi ketersediaan serta kualitas dan cakupan pelayanan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang semakin luas, merata dan berkeadilan
untuk mendukung terciptanya kehidupan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
yang mencerminkan keadaan masyarakat yang semakin sejahtera.

1.3.2 Misi

Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian PU sebagaimana yang tercantum di


dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan sejalan dengan tugas dan fungsi
Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Kementerian PU “Tersedianya Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”,
ditetapkan Misi Kementerian PU tahun 2010–2014, yaitu:

1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional
dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

2. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan


kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya
rusak air.

3. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan


ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan
jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui
pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal
dan berkelanjutan.

5. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian


PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.

6. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel


dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good
governance.
7. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya
keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang
baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang.

8. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penerapan: IPTEK, norma,


standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan
permukiman.

1.3.3 Tujuan

Sebagai penjabaran atas Visi dan Misi Kementerian PU, maka Tujuan yang akan dicapai oleh
Kementerian PUdalam periode lima tahun ke depan adalah:

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya


pengembangan wilayah dan pemba-ngunan nasional serta daerah yang terpadu dan
sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

2. Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan


pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan
ekonomi nasional, keta-hanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi.

3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur


dasar sub bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Meningkatkan kapasitas pengawasan, pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas


kinerja untukmencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang.

5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur, pembinaan konstruksi serta


penelitian danpengembangan untuk meningkatkan kinerpenataan ruang.

1.3.4 Sasaran

Sasaran Kementerian PU dalam periode tahun 2010-2014 secara keseluruhan akan meliputi
sasaran-sasaransebagai berikut:

1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam setiap penyusunan Rencana Tata Ruang


(RTR) serta penerbitan Peraturan Presiden tentang RTR Pulau/Kepulauan dan
peraturan pendukungnya berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria NSPK bidang
penataan ruang sesuai amanat RTRWN.

2. Meningkatnya ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas dan kontinuitas)
guna pemenuhan berbagai kebutuhan baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk
air minum guna mendukung target MDGs 2015, maupun kebutuhan pertanian dalam
rangka mempertahankan swasembada pangan serta kebutuhan sektor-sektor untuk
meningkatkan produktivitas sektor produksi melalui pembangun/
peningkatan/rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bendungan,
waduk/embung/bangunan penampung air lainnya serta prasarana penyediaan air baku,
jaringan irigasi dan jaringan rawa.
3. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu ke hilir dalam satu
wilayah dan perlindungan kawasan disepanjang garis pantai dari bahaya abrasi.

4. Meningkatnya efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi yang


mendukung perekonomian nasional dan sosial masyarakat serta pengembangan
wilayah melalui reservasi dan peningkatan kapasitas jalan serta pembangunan Jalan
Bebas Hambatan/Jalan Tol.
5. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman melalui
pengembangan sistem jaringan penyediaan air minum untuk mendukung peningkatan
tingkat pelayanan penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan, serta meningkatnya
pelayanan sanitasi sistem terpusat dan sistem berbasis masyarakat bagi penduduk
perkotaan, meningkatnya sistem pengelolaan drainase untuk mendukung pengurangan
luas genangan di perkotaan serta meningkatnya sistem pengelolaan persampahan untuk
mendukung peningkatan tingkat pelayanan penduduk dan meningkatnya kualitas
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) di perkotaan.
6. Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dan 6. stakeholders jasa konstruksi serta
masyarakat untuk mendukung tercapainya penguasaan pangsa pasar domestik oleh
pelaku konstruksi nasional serta pengurangan jumlah dan dampak ekonomi, sosial dan
lingkungan akibat kegagalan konstruksi/bangunan melalui peningkatan sistem
pembinaan teknis dan usaha jasa konstruksi.

1.4 Struktur Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terdiri atas:

1. Sekretariat Jenderal;
2. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;
3. Direktorat Jenderal Bina Marga;
4. Direktorat Jenderal Cipta Karya;
5. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan;
6. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
7. Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan;
8. Inspektorat Jenderal;
9. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah;
10. Badan Penelitian dan Pengembangan;
11. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
12. Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan;
13. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi;
14. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat;
15. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan
16. Staf Ahli Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan.

1.5 Rumusan Masalah

1.Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dalam
pelaksanaan program-program rencana strategisnya?

2.Apa program yang direncanakan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dalam


pembangunan strategis di daerah tertinggal?
BAB II

PEMBAHASAN

Pengantar :

Bab ini mencoba untuk menganalisa permasalahan yang dihadapi oleh Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dan kami mencoba untuk menelusuri beberapa program yang
menjadi prioritas.

Bab ini juga berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi dalam proses
kebijakan tersebut.

2.1 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat

Dalam menjalankan program-program yang telah disusun dengan mantap dan rapih,
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tidak luput dihadapkan pada berbagai
masalah. Mulai dari permasalahan uang pembebasan lahan, penyerapan anggaran, masalah
infrakstruktur, dan berbagai macam permasalahan lainnya yang selalu menarik untuk dibahas
secara lebih mendetail. Berikut adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian
PUPR.

2.1.1 Masalah Pemeliharaan Infrastruktur

Kementeriaan PUPR memprioritaskan pembangunan infrastruktur sebagai ujung tombak atau


titik penggerak untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berujung pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dengan memperbaiki jembatan yang rusak parah di
sejumlah daerah di Indonesia yang panjangnya lebih dari 100 meter. Saat ini Kementerian
PUPR tengah mengumpulkan data mengenai seluruh jembatan gantung yang rusak berat.
Seperti jembatan penguhubung di Desa Pajagan, Kecamatan Sajira dengan Desa Tambak,
Kecamatan Cimarga ambruk dimana ada 46 warga yang menjadi korban dan 44 diantaranya
adalah siswa.[2] Dalam hal ini, pihak yang bertanggung jawab adalah Pemerintahan Daerah.
Mengapa demikian? Karena bereaksi lambat atas kerusakan infrastruktur-infrastruktur yang
ada di daerah sehingga menyebabkan timbulnya korban. Alasan dana APBD yang kurang
menjadi kembing hitam untuk dijadikan pembenaran atas kejadian tersebut. Padahal, apabila
Pemerintahan Daerah bisa menjalin komunikasi yang baik dengan Kementerian PUPR dan
Pemerintahan Pusat, tentunya masalah itu tidak akan terjadi.

2.1.2 Masalah Pembebasan Lahan

Dalam melaksanakan proyek pembangunan yang sudah disusun, tentunya selalu timbul
permasalahan dengan warga dan lingkungan sekitar. Terutama yang terkait dengan uang
pembebasan lahan.
Dalam berita yang dimuat oleh CNN Indonesia, pembangunan Waduk Jati Gede adalah salah
satu contoh dari masalah pembebasan lahan. Waduk Jatigede ini menjadi prioritas
pembangunan karena berpotensi menjadi sarana infrastruktur yang bernilai guna tinggi untuk
pengairan sawah juga pembangkit listrik dengan kapasitas 100 megawatt di kawasan
indramayu jabar dan nilai investasinya senilai US$ 467 juta atau sekitar Rp 4,6 Triliun.

Namun waduk yang sudah diresmikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat ini mengalami berbagai macam masalah, diantaranya kurang adanya komunikasi
dengan warga dan beberapa instansi, pembebasan lahan yang lamban untuk diputuskan,
pemberian kompensasi dan penggantian 80 ribu pohon milik Perhutani di kawasan hutan
lindung. Dalam pembangunan waduk tersebut, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian
sudah menyiapkan dana sebesar Rp 600 miliar sebagai kompensasi yang akan diberikan kepada
11 ribu kepala keluarga yang rumahnya akan terendam air waduk Jatigede. Menurut Basuki,
pemerintah akan segera membayarkan kompensasi secepat mungkin setelah Keputusan
Presiden dibuat.[3]

Dalam permasalahan ini, kami berpendapat bahwa harus adanya intensifitas komunikasi dari
pemerintah kepada masyarakat dan instansi agar tidak terjadi kesemrautan informasi yang
menghambat berjalannya program ini. Dalam pengalokasian lahanpun harus dipertimbangkan
dengan cepat karena apabila terbengkalai maka akan memunculkan masalah yang baru. Selain
mempercepat pembebasan lahan, pembayaran kompensasipun juga harus dipertegas karena
jika terus diundur maka 11 ribu kepala keluarga yang ada diwaduk tersebut nasibnya tidak
jelas.

2.1.3 Masalah Pemenuhan Target Program Sejuta Rumah

Kementerian PUPR memiliki program yang menjadi salah satu prioritas mereka, yaitu program
sejuta rumah dengan fasilitas yang layak dan terjangkau. Namun dengan anggaran dan sumber
daya yang terbatas, mereka memiliki berbagai hambatan di dalam penyuksesan program
tersebut.

Dalam berita yang dimuat oleh Kementerian PUPR dijelaskan bahwa Kementerian PUPR
menargetkan program 2 juta unit rumah untuk menuntaskan kekurangan (backlog) sebanyak
13,5 juta unit dilihat dari segi kepemilikan. Namun seiring berjalannya waktu, angka 2 juta unit
tidak bisa dipenuhi dan 1 juta unit rumah adalah angka yang cukup signifikan untuk dicapai
karena total target yang sudah tebangun sebanyak 493.552 unit rumah.

Akibat dari permasalahan tersebut, Kementerian PUPR berusaha untuk mencari solusi dengan
meminta Pemerintah Daerah untuk mendukung dalam mensukseskan program sejuta rumah.
Kendala utama yang dalami oleh Kementerian PUPR adalah selalu tentang masalah perijinan
dan relatif lama dan proses yang berbelit-belit oleh karena kebijakan pemerintah yang berbeda
di setiap daerah.[4]

Dilihat dari permasalahan program sejuta rumah Kementerian PUPR, seharusnya dapat
didukung secara penuh oleh Pemerintah Pusat dibantu dengan Pemerintah Daerah. Selama ini,
pemerintah pusat terlalu bergantung pada investasi swasta. Seharusnya pemerintah lebih
banyak berkontribusi karena pihak swasta selalu mementingkan keuntungan diatas
kepentingan rakyat padahal program ini ditujukan untuk masyarakat luas terutama masyarakat
menengah kebawah. Jika program ini tidak berjalan lancar, maka dalam waktu lima tahun
kedepan target pemenuhan rumah rakyat tidak akan tercapai dan konflik sosial akan terjadi.
2.2 Solusi Atas Semua Permasalahan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

Dari semua permasalahan yang terjadi, seharusnya ada peningkatan komunikasi antara
Kementerian PUPR dengan kementerian-kementerian yang lain juga dengan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Dan permasalahan anggaran yang dinilai klasik haruslah ditambah
secara signifikan setiap tahun agar program pembangunan bisa terlaksana dengan baik. Namun,
Kementerian PUPR juga harus aktif menyerap anggaran sehingga tidak terjadi inefesiensi
anggaran yang merugikan kepentingan rakyat. Dalam proses perijinan, haruslah dibuat undang-
undang yang membantu Kementerian PUPR untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan.
Karena sejauh ini, peraturan pemerintah daerah yang berbeda setiap daerahnya selalu menjad
penghambat proses pembebasan lahan hingga proyek terus diundur dan nyaris terlupakan.

2.3 Tabel Kumulatif

NO PERMASALAHAN SOLUSI
 Komunikasi Pemerintah Daerah dengan
Kementerian PUPR harus dijalin dengan
baik.
 Kementerian PUPR harus bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah untuk
melakukan pendataan infrastruktur-
infrakstruktur yang ada di daerah secara
1 Pemeliharaan Infrakstruktur
berkala.
 Pemerintah Daerah harus lebih aktif dan
reaktif menanggapi kerusakan
infrakstruktur dan tidak menjadikan
anggaran yang kurang untuk berdalih dari
masalah tersebut.

 Pemerintah harus jelas dan tegas dalam


memenuhi pembayaran ganti rugi kepada
masyarakat yang terkena program
pemerintah.
 Kementerian PUPR harus saling
2 Pembebasan Lahan
berkordinasi dengan kementerian lain
untuk menghindari informas yang
simpang siur tentang keadaan yang terjadi
di lapangan.

 Target atau program yang dibuat


Kementerian PUPR harus realistis agar
tidak terjadi inefesiensi dana.
Pemenuhan Target Program  Harus dibuat peraturan secara tertulis
3
Sejuta Rumah untuk memudahkan perizinan yang
berbeda disetiap daerah.
 Pemerintah tidak boleh terlalu bergantung
pada investasi swasta dan lebih menitik
beratkan investasi kepada negara demi
suksesnya program tersebut.

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memiliki Rencana Strategis yang
mantap dan rapih. Walaupun ada beberapa hambatan dan juga masalah sumber daya di
Kementerian PUPR sendiri namun semuanya masih berjalan dengan baik dan pemerintah
terlihat lebih serius dalam pemecahan masalah ini lebih dari pemerintah sebelumnya.

3. 2 Saran

Masalah-masalah komunikasi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dengan kementerian-


kementerian lain juga pihak swasta nasional ataupun asing beserta kepala daerah masih amat
banyak terjadi dan tentunya ini dan harusnya ini menjadi pekerjaan rumah yang penting bagi
Kementerian PUPR untuk segera diceri solusi yang tepat agar pembangunan dapat terlaksana
sesuai dengan rencana strategis yang sudah disusun.

Rencana pembangunan haruslah disentralistikkan oleh pemerintah pusat dan hal-hal yang
menghalangi program pembangunan di daerah seperti contoh kecilnya yaitu otonomi daerah
tentunya harus dihadapi dengan keras dan dilakukan pengecekan kembali tentang peraturan-
peraturan daerah yang menghambat. Perjanjian-pernjanjian dengan pengusaha swasta asing
dan nasional juga patutlah diperiksa dengan cermat karena banyak sekali masalah yang terjadi
ketika dominasi swasta lebih besar dalam perjanjian daripada pemerintah juga swasta bisa
dengan mudah memperpanjang kontrak yang pastinya merugikan kedudukan pemerintah di
dalam infrastruktur. Kemudahan-kemudahan yang diberikan investasi swasta di dalam
program infrastruktur pemerintah tentunya tidak boleh dianggap bahwa swasta bisa sesukanya
mendominasi proyek-proyek infrastruktur yang ada dan kelak tentunya membawa kerugian
bagi masyarakat luas karena swasta selalu mencari keuntungan banyak dan tidak peduli pada
masyaraka

You might also like