Professional Documents
Culture Documents
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang nanti pada akhirnya akan menjadi
bahan rekomendasi untuk memecahkan masalah di dalam Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Yang kedua ialah Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan dengan pemenuhan kebutuhan
prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi nasional harus
memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil,
pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity dan sistem logistik nasional dalam
rangka pencapaian MDGs. Serta upaya mempertahankan perandan fungsi prasarana jaringan
jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah diantara berbagai
gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping
juga memenuhi kebutuhanaksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet, dengan
meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum
jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan
penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan
produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah dan meningkatkan akuntabilitas kinerja
penyelenggaraan jalan, dan mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun
kesempatan expansi dengan meningkatkan daya kompetisi yang terukur dalam GCI (Global
Competitiveness Index) dan LPI (Logistic Performance Index).
Tugas :
Fungsi :
Fungsi sebagaimana disebutkan di atas ti-dak terlepas dari Undang-Undang sektor ke-PU-
an yang meliputi: (i) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (ii)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, (iii) Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2004 tentang Jalan, (iv) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, (v) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, (vi) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, serta (vii) Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Adapun fokus dari masing-masing
undang-undang sektor ke-PU-an tersebut adalah (i) Penyelenggaraan Penataan Ruang yang
menitikberatkan pada dukungan pembangunan berkelanjutan berbasis penataan ruang, (ii)
Pengelolaan Sumber Daya Air yang menitikberatkan pada ketahanan pangan, ketahanan air
(konservasi dan penyediaan air baku), dan pengendalian daya rusak air, (iii) Penyelenggaraan
Jalan yang menitikberatkan pada peningkatan konektivitas serta kelancaran arus orang dan
barang, (iv) Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang menitikberatkan
pada peningkatan pelayanan dasar masyarakat dalam rangka pencapaian target MDGs,
penanggulangan kemiskinan (pemberdayaan masyarakat/PNPM), serta peningkatan tertib
penyelenggaraan bangunan gedung dan penataan lingkungan, serta (v) Pembinaan Konstruksi
yang menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi pusat
dan daerah.
1.3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
1.3.1 Visi
Pembangunan infrastrukur pekerjaan umum dan permukiman diselenggarakan dalam rangka
mencapai visi jangka panjang: “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman
yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”.
Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang
terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi
serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat. Visi
tersebut sesuai dengan arahan RPJPN untuk mewujudkan
infrastruktur yang andal pada tahun 2025. Tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur
PU-KIM yang andal akan tercapai secara bertahap sesuai dengan tahapan rencana
pembangunan jangka menengah nasional.
1.3.2 Misi
1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional
dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui
pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal
dan berkelanjutan.
1.3.3 Tujuan
Sebagai penjabaran atas Visi dan Misi Kementerian PU, maka Tujuan yang akan dicapai oleh
Kementerian PUdalam periode lima tahun ke depan adalah:
1.3.4 Sasaran
Sasaran Kementerian PU dalam periode tahun 2010-2014 secara keseluruhan akan meliputi
sasaran-sasaransebagai berikut:
2. Meningkatnya ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas dan kontinuitas)
guna pemenuhan berbagai kebutuhan baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk
air minum guna mendukung target MDGs 2015, maupun kebutuhan pertanian dalam
rangka mempertahankan swasembada pangan serta kebutuhan sektor-sektor untuk
meningkatkan produktivitas sektor produksi melalui pembangun/
peningkatan/rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bendungan,
waduk/embung/bangunan penampung air lainnya serta prasarana penyediaan air baku,
jaringan irigasi dan jaringan rawa.
3. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu ke hilir dalam satu
wilayah dan perlindungan kawasan disepanjang garis pantai dari bahaya abrasi.
1. Sekretariat Jenderal;
2. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;
3. Direktorat Jenderal Bina Marga;
4. Direktorat Jenderal Cipta Karya;
5. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan;
6. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
7. Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan;
8. Inspektorat Jenderal;
9. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah;
10. Badan Penelitian dan Pengembangan;
11. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
12. Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan;
13. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi;
14. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat;
15. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan
16. Staf Ahli Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan.
1.Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dalam
pelaksanaan program-program rencana strategisnya?
PEMBAHASAN
Pengantar :
Bab ini mencoba untuk menganalisa permasalahan yang dihadapi oleh Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dan kami mencoba untuk menelusuri beberapa program yang
menjadi prioritas.
Bab ini juga berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi dalam proses
kebijakan tersebut.
Dalam menjalankan program-program yang telah disusun dengan mantap dan rapih,
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tidak luput dihadapkan pada berbagai
masalah. Mulai dari permasalahan uang pembebasan lahan, penyerapan anggaran, masalah
infrakstruktur, dan berbagai macam permasalahan lainnya yang selalu menarik untuk dibahas
secara lebih mendetail. Berikut adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian
PUPR.
Dalam melaksanakan proyek pembangunan yang sudah disusun, tentunya selalu timbul
permasalahan dengan warga dan lingkungan sekitar. Terutama yang terkait dengan uang
pembebasan lahan.
Dalam berita yang dimuat oleh CNN Indonesia, pembangunan Waduk Jati Gede adalah salah
satu contoh dari masalah pembebasan lahan. Waduk Jatigede ini menjadi prioritas
pembangunan karena berpotensi menjadi sarana infrastruktur yang bernilai guna tinggi untuk
pengairan sawah juga pembangkit listrik dengan kapasitas 100 megawatt di kawasan
indramayu jabar dan nilai investasinya senilai US$ 467 juta atau sekitar Rp 4,6 Triliun.
Namun waduk yang sudah diresmikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat ini mengalami berbagai macam masalah, diantaranya kurang adanya komunikasi
dengan warga dan beberapa instansi, pembebasan lahan yang lamban untuk diputuskan,
pemberian kompensasi dan penggantian 80 ribu pohon milik Perhutani di kawasan hutan
lindung. Dalam pembangunan waduk tersebut, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian
sudah menyiapkan dana sebesar Rp 600 miliar sebagai kompensasi yang akan diberikan kepada
11 ribu kepala keluarga yang rumahnya akan terendam air waduk Jatigede. Menurut Basuki,
pemerintah akan segera membayarkan kompensasi secepat mungkin setelah Keputusan
Presiden dibuat.[3]
Dalam permasalahan ini, kami berpendapat bahwa harus adanya intensifitas komunikasi dari
pemerintah kepada masyarakat dan instansi agar tidak terjadi kesemrautan informasi yang
menghambat berjalannya program ini. Dalam pengalokasian lahanpun harus dipertimbangkan
dengan cepat karena apabila terbengkalai maka akan memunculkan masalah yang baru. Selain
mempercepat pembebasan lahan, pembayaran kompensasipun juga harus dipertegas karena
jika terus diundur maka 11 ribu kepala keluarga yang ada diwaduk tersebut nasibnya tidak
jelas.
Kementerian PUPR memiliki program yang menjadi salah satu prioritas mereka, yaitu program
sejuta rumah dengan fasilitas yang layak dan terjangkau. Namun dengan anggaran dan sumber
daya yang terbatas, mereka memiliki berbagai hambatan di dalam penyuksesan program
tersebut.
Dalam berita yang dimuat oleh Kementerian PUPR dijelaskan bahwa Kementerian PUPR
menargetkan program 2 juta unit rumah untuk menuntaskan kekurangan (backlog) sebanyak
13,5 juta unit dilihat dari segi kepemilikan. Namun seiring berjalannya waktu, angka 2 juta unit
tidak bisa dipenuhi dan 1 juta unit rumah adalah angka yang cukup signifikan untuk dicapai
karena total target yang sudah tebangun sebanyak 493.552 unit rumah.
Akibat dari permasalahan tersebut, Kementerian PUPR berusaha untuk mencari solusi dengan
meminta Pemerintah Daerah untuk mendukung dalam mensukseskan program sejuta rumah.
Kendala utama yang dalami oleh Kementerian PUPR adalah selalu tentang masalah perijinan
dan relatif lama dan proses yang berbelit-belit oleh karena kebijakan pemerintah yang berbeda
di setiap daerah.[4]
Dilihat dari permasalahan program sejuta rumah Kementerian PUPR, seharusnya dapat
didukung secara penuh oleh Pemerintah Pusat dibantu dengan Pemerintah Daerah. Selama ini,
pemerintah pusat terlalu bergantung pada investasi swasta. Seharusnya pemerintah lebih
banyak berkontribusi karena pihak swasta selalu mementingkan keuntungan diatas
kepentingan rakyat padahal program ini ditujukan untuk masyarakat luas terutama masyarakat
menengah kebawah. Jika program ini tidak berjalan lancar, maka dalam waktu lima tahun
kedepan target pemenuhan rumah rakyat tidak akan tercapai dan konflik sosial akan terjadi.
2.2 Solusi Atas Semua Permasalahan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Dari semua permasalahan yang terjadi, seharusnya ada peningkatan komunikasi antara
Kementerian PUPR dengan kementerian-kementerian yang lain juga dengan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Dan permasalahan anggaran yang dinilai klasik haruslah ditambah
secara signifikan setiap tahun agar program pembangunan bisa terlaksana dengan baik. Namun,
Kementerian PUPR juga harus aktif menyerap anggaran sehingga tidak terjadi inefesiensi
anggaran yang merugikan kepentingan rakyat. Dalam proses perijinan, haruslah dibuat undang-
undang yang membantu Kementerian PUPR untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan.
Karena sejauh ini, peraturan pemerintah daerah yang berbeda setiap daerahnya selalu menjad
penghambat proses pembebasan lahan hingga proyek terus diundur dan nyaris terlupakan.
NO PERMASALAHAN SOLUSI
Komunikasi Pemerintah Daerah dengan
Kementerian PUPR harus dijalin dengan
baik.
Kementerian PUPR harus bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah untuk
melakukan pendataan infrastruktur-
infrakstruktur yang ada di daerah secara
1 Pemeliharaan Infrakstruktur
berkala.
Pemerintah Daerah harus lebih aktif dan
reaktif menanggapi kerusakan
infrakstruktur dan tidak menjadikan
anggaran yang kurang untuk berdalih dari
masalah tersebut.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memiliki Rencana Strategis yang
mantap dan rapih. Walaupun ada beberapa hambatan dan juga masalah sumber daya di
Kementerian PUPR sendiri namun semuanya masih berjalan dengan baik dan pemerintah
terlihat lebih serius dalam pemecahan masalah ini lebih dari pemerintah sebelumnya.
3. 2 Saran
Rencana pembangunan haruslah disentralistikkan oleh pemerintah pusat dan hal-hal yang
menghalangi program pembangunan di daerah seperti contoh kecilnya yaitu otonomi daerah
tentunya harus dihadapi dengan keras dan dilakukan pengecekan kembali tentang peraturan-
peraturan daerah yang menghambat. Perjanjian-pernjanjian dengan pengusaha swasta asing
dan nasional juga patutlah diperiksa dengan cermat karena banyak sekali masalah yang terjadi
ketika dominasi swasta lebih besar dalam perjanjian daripada pemerintah juga swasta bisa
dengan mudah memperpanjang kontrak yang pastinya merugikan kedudukan pemerintah di
dalam infrastruktur. Kemudahan-kemudahan yang diberikan investasi swasta di dalam
program infrastruktur pemerintah tentunya tidak boleh dianggap bahwa swasta bisa sesukanya
mendominasi proyek-proyek infrastruktur yang ada dan kelak tentunya membawa kerugian
bagi masyarakat luas karena swasta selalu mencari keuntungan banyak dan tidak peduli pada
masyaraka