You are on page 1of 10

Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 33

Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

PEMANFAATAN BULU AYAM DAN KOMPOSISI CANGKANG RAJUNGAN


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS FISIK DAN KIMIA KOMPOS

The Utilization Chicken Feather and Crab Shells for improving the Physical and
Chemical Quality Compost

Kusmiadi R1, Khodijah NS1, Akbar A1


1
Jurusan Agroteknologi, FPPB, Universitas Bangka Belitung, Balunijuk, Bangka

ABSTRACT

Utilization of waste chicken feather and crab shells as compost material is an alternative to
reduce the environmental pollution caused by waste. This research is identify and study the
effect of the addition of crab shells during composting of chicken feather in improving the
physical and chemical quality compost chicken feather. The composition compost consists of
1.75 kg of chicken feathers + 0.15 kg of chicken manure + 0.1 kg bran. Treatment includes
research R0 without the addition of crab shells, R1 0,2 kg, R2 0,4 kg, R3 0.6 kg shell crab. This
research used a cluster randomized design (RAK) consisting of 4 treatment, which was
repeated 3 and each treatment has 3 samples, 36 samples were obtained observations.
Observations on the observed variables were analyzed using the F test. If there is a treatment
that have a real effect, it will continue to use further testing Honestly Significant Difference
(HSD) with a 95% confidence level. Physical parameters include is water conten, temperature,
and colour of compost. Parameters chemical include is N, P, K, Ca, C-Organik, and C/N
ratio. The results showed that the addition 0.6 kg of crab shells only give the effect in improving
quality pH (7,29%), Ca (6,8%), P (1,16%), N-Total (4,16%). Variables that have met quality
standards by SNI 19-7030-2004 compost is N-total, pH, Ca, C-Organic and Phosphorus.
Key word: Shells Crab, Chicken Feather, Compost

PENDAHULUAN satu limbah yang pemanfaatannya belum


mendapatkan sistem pengelolaan yang baik.
Kegiatan dalam bidang pertanian, Produksi ayam pedaging di provinsi
peternakan, perindustrian, pemukiman, dan kepulauan bangka Belitung mengalami
pasar selalu menghasilkan limbah, terutama peningkatan 0,19 % dari tahun 2012 sampai
sisah hasil dari bahan utama yang tahun 2013. Tahun 2012 produksi ayam
diproduksi. Menurut Djajah (2008), limbah pedaging sebesar 13.033 ton dan pada tahun
merupakan bahan yang terbuang atau 2013 sebesar 13.058. (Direktorat Jendral
dibuang dari suatu aktivitas manusia atau Peternakan Dan Kesehatan Hewan 2011).
proses alam yang tidak atau belum Berdasarkan penelitian Puastuti et al.
mempunyai nilai ekonomi dan berdampak (2004), bobot bulu ayam sebesar 5% dari
negatif pada lingkungan. Musnawar et al. bobot hidup. Sehingga jika dihitung jumlah
(2006), menyatakan bila limbah ditangani bulu ayam yang dihasilkan pada tahun 2013
secara benar, akan dapat meningkatkan adalah sebesar 0,6529 ton.
kesuburan tanah maupun produksi Bulu ayam termasuk protein serat.
pertanian. Kandungan protein serat terbesar pada bulu
Salah satu kegiatan yang ayam adalah keratin. Keratin merupakan
menghasilkan limbah adalah usaha protein yang kaya akan asam amino
peternakan ayam. Selain menghasilkan bersulfur yaitu sistin. Diantara asam amino
daging dan telur, usaha ini juga sistin terdapat ikatan disulfida yang
menghasilkan hasil ikutan berupa bulu menghubungkan kedua asam amino
tersebut. Pemutusan atau pemecahan ikatan
ayam. Limbah bulu ayam merupakan salah
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 34
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

keratin dapat menggunakan berbagai pemanfaatannya bisa dijadikan bahan


macam perlakuan, salah satunya adalah kompos. Multazam (2002) menyatakan
menggunakan HCl (Puastuti 2007). bahwa, dalam limbah cangkang rajungan
Berdasarkan penelitian Puastuti (2004), beserta sisa daging yang masih melekat pada
melaporkan bahwa perlakuan hidrolisis bulu cangkang mengandung protein, lemak,
ayam dengan menggunakan HCl 6% dengan pigmen, garam kalsium, kitin, serat kasar
lama waktu perendaman 6 hari dan mineral (fosfor, kalsium, magnesium,
menghasilkan kecernaan berat kering 28,65 tembaga, besi, seng dan mangan).
%, dan fraksi terlarut sebesar 12,85 %. Pada cangkang rajungan terdapat
Banyaknya fraksi yang terlarut dari suatu khitin yang berikatan dengan protein dan
bahan mencerminkan bahwa bahan tersebut garam-garam terutama kalsium karbonat.
mudah dicerna. Semakin banyak fraksi yang Sehingga diperlukan preparasi bahan untuk
dapat dilarutkan mengindikasikan semakin memisahkan khitin dari protein dan mineral
banyak ikatan-ikatan yang diputus selama tersebut agar cangkang lebih mudah hancur.
proses hidrolisis oleh HCl. Menurut Suhardi (1993), pemisahan kitin
Selain usaha peternakan ayam yang dengan mineral lainya dapat dilakukan
menghasilkan limbah, kegiatan pengolahan dengan proses demineralisasi.
rajungan juga menghasilkan limbah padat Demineralisasi dapat dilakukan dengan
berupa limbah cangkang yang cukup banyak menggunakan larutan asam yaitu larutan
(Haryati 2005). Hal ini memberikan HCl 8,3 %. Penelitian Martati et al. (2002)
gambaran bahwa semakin besar pengolahan melaporkan bahwa, perlakuan
rajungan, maka semakin banyak pula limbah demineralisasi cangkang rajungan terbaik
yang dihasilkan. Maka diperlukan upaya yang memberikan hasil optimal dalam
serius untuk menanganinya agar dapat memisahkan khitin dari mineral lainya
bermanfaat dan mengurangi dampak negatif adalah dengan lama waktu perendaman
terhadap lingkungan. Jumlah produksi selama 15 jam dan suhu air 85°C.
rajungan di provinsi Kepulauan Bangka Penelitian yang dilakukan Haryati
Belitung pada tahun 2009 mencapai 418 (2005) menyatakan, cangkang rajungan
ton/thn (Badan Koordinasi Penanaman mempunyai kandungan mineral yang tinggi,
Modal Daerah Provinsi Kepulauan Bangka terutama kalsium (19,97%) dan fosfor
Belitung 2010). Multazam (2002), (1,81%). Hafiludin (2003), menambahkan
menyatakan bahwa bobot tubuh rajungan cangkang rajungan mengandung kitin,
yang berkisar antara 100–350 gram, terdapat protein, CaCO3 dan sedikit MgCO3.
cangkang sekitar 51–177 gram. Hal ini Menurut Bastaman (1989) dalam Martati et.
menunjukkan bahwa bobot cangkang al (2002), limbah udang-udangan dan
rajungan kurang lebih 50% atau setengah kepiting terdiri dari tiga komponen utama
dari bobot tubuh rajungan, maka dapat yaitu khitin (13- 15%), protein (30-35%)
disimpulkan cangkang rajungan yang dan mineral (50%). Hackman dan Foster
dihasilkan pada tahun 2009 adalah 209 ton. dalam Suhardi (1993) menyatakan, mineral
Besarnya jumlah limbah rajungan yang paling banyak dalam cangkang
yang dihasilkan merupakan masalah serius rajungan berupa CaCO3 77% dan sebagain
yang perlu dicari solusi pemanfaatannya. kecil mineral lain seperti magnesium, silika,
Hal ini bukan saja memberikan nilai tambah anhidrat fosforik dan lain- lain sebesar 23%.
pada usaha pengolahan rajungan, tetapi juga Penelitian Jayanti (2009), menyatakan
dapat menanggulangi masalah pencemaran pemberian tepung cangkang rajungan 10%
lingkungan yang ditimbulkan, terutama adalah komposisi terpilih dalam pembuatan
masalah bau serta estetika lingkungan yang kerupuk berkalsium tinggi.
kurang baik (Rahayu dan Purnavita 2007). Penelitian ini mengupayakan
Bulu ayam dan cangkang rajungan peningkatan kandungan unsur hara dari
adalah limbah organik sehingga alternatif kompos bulu ayam. Menurut Pardiansyah
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 35
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

(2013), kompos bulu ayam yang dicampur Cara Kerja


dengan kotoran ayam dan dedak Pembuatan Rumah Kompos
menghasilkan kandungan hara N (7,23), P
(0,52), K (0,39). Oleh karena itu, Lahan seluas 6 m x 6 m dibersihkan
penambahan cangkang rajungan diharapkan dari vegetasi yang ada, kemudian buat
dapat meningkatkan kualitas kimia dan rumah kompos dengan lebar 3,5 meter dan
kualitas fisik kompos. Tujuan dari penelitian panjang 5 meter. Rumah kompos dibuat dari
ini yaitu mempelajari dan mengetahui kayu, terpal, dan wareng. Pembuatan rumah
pengaruh penambahan cangkang rajungan kompos ini dilakukan satu minggu sebelum
terhadap kualitas fisik dan kimia kompos dilakukan penelitian.
bulu ayam, serta mengetahui komposisi Persiapan Alat dan Bahan
terbaik penambahan cangkang rajungan
terhadap kualitas kompos bulu ayam. Alat yang akan digunakan terdiri dari
ember, terpal plastik, golok, timbangan,
BAHAN DAN METODE gelas ukur , dan alat tulis diletakan di rumah
kasa agar proses pengerjaan pembuatan
Penelitian dilaksanakan pada bulan kompos dapat menghemat waktu. Bahan
November tahun 2013 sampai dengan bulan baku kompos terdiri dari bulu ayam, larutan
Maret 2014. Penelitian ini dilakukan di HCl, kotoran ayam dan larutan EM-4,
lahan kebun percobaan dan laboratorium cangkang rajungan, dan dedak.
Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi Memperkecil Ukuran Bahan
Universitas Bangka Belitung. Pengukuran
kadar unsur hara makro terdiri dari N-total, Bulu ayam yang akan dijadikan bahan
P, K, Ca, dan C-organik dilakukan di pembuatan kompos diperkecil
Laboratorium Ilmu Tanah Universitas menggunakan mesin pencacah yang
Brawijaya Malang. berkapasitas 200kg/jam.
Alat yang digunakan dalam penelitian Pembuatan larutan HCl
ini adalah polybag 40 x 50 cm, timbangan
analitik, gelas ukur, terpal, buku munsel, pH Konsentrasi HCl yang digunakan
meter, oven, mesin pencacah, golok atau adalah 6% dan 8,3%. Pembuatan
pisau, termometer, drum 50 liter dan alat konsentrasi HCl 6% dengan cara 60 ml HCl
tulis. Bahan yang digunakan dalam pekat dicampurkan dengan air aquades
penelitian ini adalah bulu ayam, larutan HCl, sampai volumenya 1 liter. Pembuatan
cangkang rajungan, kotoran ayam, dedak, konsentrasi HCl 8,3% dilakukan dengan
gula, larutan EM-4, dan air. cara 83 ml HCl pekat dicampur aquades
Penelitian ini menggunakan sampai volumenya 1 liter.
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu Perendaman Bahan dengan larutan HCl
menggunakan komposisi bahan bulu ayam
Bulu ayam yang telah diperkecil
1,75 kg + 0,15 kg kotoran ayam + 0,1 kg
ukurannya dengan mesin pencacah,
dedak. Penelitian terdiri atas 4 taraf
dilakukan perendaman dengan larutan HCl
perlakuan dan ulangan sebanyak 3 kali.
6% selama 6 hari dengan perbandingan berat
Setiap perlakuan memiliki 3 sampel,
per volume 2:1. Perendaman cangkang
sehingga diperoleh 36 sampel
rajungan dengan HCl 8,3% dilakukan
pengamatan.yaitu:
selama 15 jam dengan suhu 85oC.
R0: Tanpa penambahan cangkang rajungan.
R1 : 0,2 kg cangkang rajungan. Penimbangan
R2 : 0,4 kg cangkang rajungan. Penimbangan komposisi bahan bulu
R3 : 0,6 kg cangkang rajungan. ayam, dedak, kotoran ayam, dan cangkang
rajungan ditimbang sesuai dengan jumlah
masing-masing perlakuan.
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 36
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

Pengomposan Pengamatan kadar air dilakukan pada


akhir penelitian. Berat kering kompos
Pembuatan kompos dilakukan
didapatkan melalui pengovenan sampel
didalam polygag yang bagian atasnya
kompos selama 16 jam dengan suhu 105oC
disungkup lagi menggunakan polybag.
(Balai Penelitian Tanah 2005).
Semua bahan kompos dicampurkan,
Rumus untuk menghitung kadar air
kemudian diaduk sampai merata.
adalah:
Penambahan EM-4 dan larutan gula 5g/liter
air dilakukan dengan tujuan untuk Berat Basah−Berat Kering
mempercepat proses pengomposan. Kadar Air = × 100%
Berat Basah
Penambahan bioaktifator disesuaikan
dengan dosis anjuran. Kualitas Kimia
Pembalikan Kadar Unsur Hara Makro
Pembalikan dilakukan setiap 3 hari Pengukuran kadar unsur hara makro
sekali sampai dengan proses pengomposan terdiri dari N-total, P, K, Ca, dan C-organik.
selesai. Pengukuran dilakukan pada saat kompos
Pemanenan telah dipanen. Setiap taraf perlakuan
diambil sampel sebanyak 0,5 kg untuk
Proses pengomposan dilakukan dianalis. Analisis kandungan unsur hara
selama 36 hari. Pemanenan kompos dapat dilakukan di Laboratorim Kimia Jurusan
dilakukan dengan memperhatikan kondisi Ilmu Tanah Universitas Brawijaya Malang.
kompos yang ditandai dengan hilangnya Metode yang digunakan adalah metode
aroma kotoran ayam untuk kompos yang kjeldalh (Kadar N-total), kadar P dan C
menggunakan kotoran ayam, tidak panas, organik, unsur K beserta Ca dianalisis
dan bahan kompos tidak berbentuk lagi dengan spektrofotometer serapan atom.
seperti aslinya.
pH
Peubah yang Diamati
pH kompos diukur menggunakan pH
Kualitas Fisik meter digital diakhir penelitian ketika
Kualitas produk kompos diuji kompos telah dipanen.
berdasarkan kualitas fisik dan kimia. Analisis Data
Pengujian kualitas fisik meliputi suhu,
warna dan kadar air. Sedangkan pengujian Hasil pengamatan pada parameter yang
kualitas kimia meliputi C-Organik, pH, N- diamati dianalisis menggunakan Uji
total, P, K, Ca, dan C/N rasio. ANOVA (F), apabila terdapat taraf
perlakuan yang mempunyai pengaruh nyata,
Suhu Kompos maka akan dilanjutkan menggunakan uji
Pengamatan suhu dilakukan pada awal lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf
pengomposan dan diulangi setiap 3 hari kepercayaan 95%.
sekali hingga produk kompos dipanen. HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna Kompos. Hasil
Warna kompos diamati menggunakan Hasil analisis sidik ragam (Tabel 1)
buku Munsell colour chart pada akhir menunjukan bahwa perlakuan penambahan
penelitian. Setiap perlakuan pada produk dosis cangkang rajungan terhadap
kompos yang dibuat diambil sampelnya, komposisi bulu ayam, berpengaruh sangat
lalu diamati ke bagan warna pada buku nyata pada nilai pH dan Ca serta
munsell. berpengaruh nyata terhadap nilai P, dan N-
Kadar Air total, tetapi berpengaruh tidak nyata
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 37
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

terhadap peubah C-Organik, C/N rasio, Tabel 2 Rata-rata nilai Kadar air, Warna,
suhu, kadar air, dan warna kompos dan Suhu kompos.
Tabel 1 Hasil sidik ragam sifat fisik dan Penambahan Kadar Warna Suhu
kimia kompos. cangkang air (oC)
rajungan (%)
Peubah F.Hitung KK (kg)
Kadar air 1,10tn 3,08 0 65,76 Coklat, 7,5Yr 24.4
Fisik Suhu 0,73tn 0,67 0,2 63,83 5/3 24.5
N total 12,91* 8,91 0,4 64,73 Coklat, 7,5Yr 24.5
0,6 62,96 5/3 24.5
P 5,05* 13,63
Coklat, 7,5Yr
K 1,91tn 23,57 5/3
Kimia Ca 128,63** 7,97 Coklat, 7,5Yr
C-Organik 3,15tn 14,13 5/3
C/N Rasio 0,62tn 22,30 SNI : min - - 27
pH 58,49** 0,84 max 50 Kehitaman 30
Keterangan : tn = Berpengaruh tidak nyata;
* = Berpengaruh nyata;
** = Berpengaruh sangat nyata; 45
KK = Koefisien Keragaman
40
Sifat Fisik Kompos
35
Rata-rata kadar air kompos pada
30
perlakuan tanpa penambahan cangkang
Suhu ( oC )

rajungan memilki kadar air tertinggi yaitu 25


sebesar 65,76% dan terendah pada 20 cangkang
rajungan 0 kg
perlakuan penambahan cangkang rajungan
15 cangkang
0,6 kg yaitu 62,96% (Tabel 2). Pengamatan rajungan 0,2
warna kompos menggunakan buku munsell 10 kg
cangkang
colour chart menunjukan bahwa setiap 5 rajungan 0,4
perlakuan menghasilkan kompos berwarna kg
0
coklat (Tabel 2). 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36
Rata-rata suhu kompos pada saat Hari Pengamatan
panen adalah 24,5 oC. Rata-rata nilai kadar
air, warna, dan suhu kompos dapat dilihat Gambar1. Grafik pengukuran Suhu kompos
pada tabel 2. selama 36 hari.
Pengukuran suhu kompos selama 36
hari menunjukan terjadinya fluktuasi selama Perlakuan penambahan cangkang
proses pengomposan. Analisis statistik rajungan 0,4 kg menunjukan rata-rata suhu
menunjukan tidak berpengaruh nyata pada awal pengomposan 36oC dan menjadi suhu
setiap perlakuan. Perlakuan tanpa tertinggi selama proses pengomposan,
penambahan cangkang rajungan sedangkan suhu terendah 24,3oC pada hari
menunjukan rata-rata suhu awal ke-36. Penambahan cangkang rajungan
o
pengomposan 33,2 C dan mencapai suhu sebesar 0,6 kg menunjukan rata-rata suhu
tertinggi 35,4oC pada hari ke-3, sedangkan awal pengomposan 38,4oC dan menjadi
suhu terendah 24,3oC pada hari ke-36. suhu tertinggi selama proses pengomposan,
Penambahan cangkang rajungan 0,2 kg sedangkan suhu terendah 24,3oC pada hari
menunjukan rata-rata suhu awal ke-36. Grafik pengukuran suhu kompos
o
pengomposan 33,3 C dan mencapai suhu selama 36 hari dapat dilihat pada gambar 1.
tertinggi 35,1oC pada hari ke-3, sedangkan
suhu terendah 24,3oC pada hari ke-36
(Gambar 1).
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 38
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

Sifat Kimia Kompos menunjukan bahwa peubah C-Organik dan


C/N rasio berpengaruh tidak nyata pada tiap
Hasil uji lanjut pada peubah pH,
perlakuan. Nilai C-organik tertinggi terdapat
perlakuan tanpa penambahan cangkang
pada perlakuan tanpa penambahan
rajungan tidak menunjukan perbedaan yang
cangkang rajungan yaitu sebesar 26,67 dan
nyata dengan perlakuan penambahan
terendah pada perlakuan penambahan
cangkang rajungan 0,2 kg, tetapi berbeda
cangkang rajungan 0,6 kg yaitu 18,95.
nyata dengan perlakuan penambahan
Perlakuan penambahan cangkang rajungan
cangkang rajungan sebanyak 0,4 kg dan 0,6
0,2 kg dan 0,4 memilki nilai C/N rasio yang
kg. Penambahan cangkang rajungan 0,6 kg
sama yaitu 5 dan sebagai nilai C/N rasio
berbeda nyata dengan perlakuan lainya dan
tertinggi (Tabel 4).
memiliki persentase pH tertinggi yaitu
sebesar 7,29% (Tabel 3). Tabel 4 Hasil rata-rata nilai C-Oranik dan
C/N rasio kompos.
Tabel 3 Rata-rata nilai pH, Kalsium, dan
Nitrogen total kompos. Penambahan C-Organik C/N rasio
cangkang rajungan (%)
Penambahan pH Ca
Nitrogen (kg)
cangkang (%)
Total
0 26,67 4
rajungan (kg) (%)
0,2 25,82 5
0 6,7c 1,61d 6,46a 0,4 24,59 5
0,2 6,85c 3,53c 5,25ab 0,6 18,95 4,6
0,4 7,08b 4,66b 4,90b
0,6 7,29a 6,81a 4,16b SNI : min 9,8 10
Max 32 20
SNI : min 6,80 - -
max 7,49 25,5 0,4 Tabel 5. Rata-rata nilai Fosfor dan Kalium
Keterangan : Angka yang diikutii huruf yang
berbeda pada kolom yang sama kompos bulu ayam yang
menunjukan adanya beda nyata ditambahkan rajungan
berdasarkan uji lanjut BNJ dengan
Penambahan Fosfor Kalium
taraf kepercayaan 95%.
cangkang rajungan (%) (%)
Perlakuan penambahan cangkang (kg)
rajungan pada peubah kalsium (Ca) 0 0,76b 0,24
kompos, menunjukan Setiap perlakuan yang 0,2 0,92ab 0,22
diberikan semuanya berbeda nyata. 0,4 1,03ab 0,18
Persentase Ca terendah terdapat pada 0,6 1,16a 0,16
perlakuan tanpa penambahan cangkang SNI : Max - -
rajungan yaitu sebesar 1,61% dan tertinggi min 0,1 0,2
pada perlakuan penambahan cangkang Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang
rajungan 0,6 kg yaitu sebesar 6,81%. berbeda pada kolom yang sama
menunjukan adanya beda nyata
Kandungan nitrogen total pada berdasarkan uji lanjut BNJ dengan
perlakuan tanpa penambahan cangkang taraf kepercayaan 95%.
rajungan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan penambahan cangkang rajungan Kandungan fosfor pada perlakuan
sebanyak 0,2 kg, tetapi berbeda nyata penambahan cangkang rajungan 0,6 kg tidak
dengan perlakuan penambahan cangkang berbeda nyata dengan perlakuan
rajungan sebesar 0,4 dan 0,6 kg. Perlakuan penambahan cangkang rajungan sebanyak
tanpa penambahan cangkang rajungan 0,4 dan 0,2 kg tetapi, berbeda nyata dengan
memiliki kandungan nitrogen total tertinggi perlakuan yang tidak ditambahkan
sebesar 6,46%. cangkang rajungan. kadar fosfor tertinggi
Perlakuan penambahan cangkang yaitu 1,16% terdapat pada penambahan 0,6
rajungan pada kompos bulu ayam kg cangkang rajungan (Tabel 5).
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 39
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

Rata-rata kandungan kalium terendah Apabila suhu semakin tinggi, maka kadar air
terdapat pada perlakuan penambahan 0,6 kg akan semakin rendah dan sebaliknya.
cangkang rajungan yaitu 0,16% dan Warna kompos merupakan salah satu
tertinggi pada perlakuan tanpa penambahan indikator fisik tingkat kematangan kompos.
cangkang rajungan yaitu sebesar 0,24 %. Berdasarkan penyesuaian warna terhadap
Semakin tinggi jumlah cangkang yang Munsell Soil Color Chart, rata-rata seluruh
ditambahkan maka semakin kecil kompos sesuai dengan kode Munsell 10 yr
kandungan kalium pada kompos. 5/3. Warna seluruh jenis kompos termasuk
kedalam kategori cokelat. Setyorini et al.
Pembahasan (2008) menyebutkan bahwa, warna kompos
yang telah matang akan berbeda dengan
Sifat Fisik Kompos Bulu Ayam warna bahan-bahan mentahnya dan lebih
Perlakuan yang diberikan pada saat menyerupai warna tanah.
pengomposan tidak berpengaruh nyata
terhadap peubah suhu. Suhu yang dihasilkan Sifat Kimia Kompos Bulu Ayam
belum memenuhi standar kompos
Hasil dari penelitian menunjukan
berdasarkan SNI. Rendahnya suhu ini dapat
bahwa nilai pH dan kadar Ca kompos akan
disebabkan keadaan kompos yang lembab
semakin meningkat ketika diberi perlakuan
dan kandungan air yang tinggi. Kadar air
penambahan cangkang rajungan yang
yang terlalu tinggi akan menyebabkan
semakin tinggi. Peningkatan nilai pH dan Ca
bakteri kekurangan oksigen. Sehingga suhu
kompos ini disebabkan oleh kandungan
yang dihasilkan tidak optimum. Menurut
mineral pada cangkang rajungan yang
Firmansyah (2010), tingkat kelembaban
bersifat alkalis. Hafiludin (2003)
yang tinggi akan mengakibatkan hilangnya
melaporkan bahwa, cangkang rajungan
oksigen dari pori-pori partikel kompos.
mengandung khitin, protein, CaCO3 dan
Wahyono dan Firman L. Sahwan (2008)
sedikit MgCO3. Haryati (2005) melaporkan
menambahkan, Ketersediaan oksigen
bahwa, cangkang rajungan mengandung Ca
mempengaruhi aktivitas mikrobiologi,
sebesar 19,97%. Hackman dan Foster dalam
semakin tinggi laju penyerapan oksigen
Suhardi (1993) menyatakan, mineral yang
semakin tinggi temperaturnya. Semakin
paling banyak dalam cangkang rajungan
rendah penyerapan oksigen maka akan
berupa CaCO3 77% dan sebagain kecil
semakin rendah juga suhu yang dihasilkan.
mineral lain seperti magnesium, silika,
Rata-rata nilai kadar air kompos pada
anhidrat fosforik dan lain- lain sebesar 23%.
tiap perlakuan menunjukan bahwa kadar air
Penambahan 0,6 kg cangkang rajungan
kompos telah melebihi standar maksimal
memberikan pengaruh tertinggi terhadap
kompos berdasarkan acuan SNI 19-7030-
kandungan pH dan Ca kompos.
2004 yaitu sebesar 50%. Kadar air diakhir
Penambahan cangkang rajungan pada
pengomposan berkisar antara 62-66%.
perlakuan lainya dapat menurunkan kadar
Menurut Sudrajat (2002), bahwa kadar air
nitrogen. Semakin tinggi persentase
berkaitan dengan ketersediaan oksigen
cangkang rajungan yang diberikan maka
untuk aktivitas mikroorganisme aerobik,
semakin kecil kadar N-Total pada kompos.
bila kadar air bahan berada pada kisaran
Penurunan kadar N-Total dikarenakan
40%-60,5%, maka mikroorganisme
Cangkang rajungan mengandung kitin yang
pengurai akan bekerja optimal.
menyebabkan mikrooranisme sulit
Tingginya kadar ini dikarenakan suhu
berkembang sehingga bahan kompos sulit
pada saat pengomposan rendah, sehingga
terurai. Menurut Wardaniati (2009), khitin
jumlah air yang hilang akibat penguapan
dan sejenis turunannya sangat berpotensi
sangat sedikit. Menurut Ole (2013), bahwa
untuk dijadikan sebagai bahan anti mikroba.
kadar air berbanding terbalik dengan suhu.
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 40
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

Penurunan kadar N-Total juga diduga Perlakuan penambahan 0,6 kg


dapat terjadi karena cangkang rajungan cangkang rajungan memilki kadar fosfor
memiliki kandungan CaCO3 sebesar 77%. tertinggi yaitu sebesar 1,16%. Kadar fosfor
Tingginya kadar kapur dalam kompos terendah yaitu 0,76% yaitu sebagai kontrol
tersebut membuat N dapat menguap. tanpa penambahan cangkang rajungan.
Menurut Manurung (2011), pemberian Peningkatan fosfor kompos disebabkan
kapur pada saat pengomposan tidak cangkang rajungan memiliki kandungan
dianjurkan. Pemberian kapur akan fosfor yang cukup tinggi. Penelitian Haryati
menyebabkan kehilangan nitrogen yang (2005) menyatakan, cangkang rajungan
berubah menjadi gas amoniak. mempunyai kandungan mineral fosfor yang
Semakin tinggi dosis penambahan cukup tinggi yaitu sebesar 1,81%.
cangkang rajungan, maka kandungan C- Penambahan cangkang rajungan yang
Organik kompos akan semakin menurun. cukup tinggi pada kompos dapat
Hal ini terjadi karena cangkang rajungan menurunkan kadar kalium kompos. Bahan
yang ditambahkan masih mengandung kitin organik sulit didekomposisi kerena
yang cukup tinggi, sehingga perkembangan mikroorganisme tertekan
mikroorganisme perombak membutuhkan oleh cangkang rajungan yang mengandung
energi yang lebih besar dalam merombak khitin. Ketersediaan mikroorganisme akan
bahan kompos. Sumber energi sangat mempengaruhi kadar kalium dalam
mikroorganisme perombak didapatkan dari kompos. Menurut Wibawati (2013), unsur
karbon, dengan demikian maka karbon kalium diperoleh dari aktifitas perombakan
yang tersisa pada kompos akan semakin bahan organik yang dilakukan
sedikit. Menurut Manurung (2011), mikroorganisme tersebut. Penurunan kadar
penurunan kandungan C-Organik pada kalium dipengaruhi oleh faktor nutrisi
masing-masing perlakuan kompos akibat mikroorganisme tersebut sedikit.
adanya penggunaan karbon sebagai sumber .
energi agen dekomposer untuk aktivitas KESIMPULAN
metabolismenya.
Penambahan cangkang rajungan pada 1. Perlakuan pengomposan tidak
kompos bulu ayam tidak berpengaruh nyata meningkatkan kualitas fisik kompos
terhadap C/N rasio kompos. Nilai C/N rasio yang meliputi warna, kadar air, dan
kompos rata-rata 5 dan belum memenuhi suhu. tetapi meningkatkan kualitas
SNI 19-7030-2004 yaitu 10-20. Rendahnya kimia kompos yaitu pada peubah pH,
kadar C/N rasio ini terjadi karena selama Ca, dan fosfor.
proses penguraian, mikroorganisme lebih 2. Penambahan cangkang rajungan
banyak menggunakan karbon sebagai sebanyak 0.6 kg memberikan nilai
sumber energi. Pernyatan ini juga diperkuat tertinggi terhadap kandungan pH
oleh Mckinley (1985) dalam Zaman dan (7,29%), Ca (6,8%), P (1,16%), tetapi
Endro (2007), proses pengomposan yang tidak pada peubah lainya.
disebabkan dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme dimana karbon dikonsumsi DAFTAR PUSTAKA.
sebagai sumber energi dengan
membebaskan CO2 dan H2O untuk proses Badan Koordinasi Penanaman Modal
aerobik sehingga konsentrasi karbon akan Daerah Kepulauan Bangka Belitung.
menurun. Yuniwati et al. (2012) Regoinalinvestment.bpkm.go.id./.../k
menambahkan, pada proses pengomposan omoditiprofilkomoditi.php. 2010. [5
terjadi penurunan jumlah C karena diubah September 2013].
menjadi CO2 dan CH4 yang berupa gas Badan Standardisasi Nasional. 2001. SNI
sehingga C/N-rasio semakin kecil. Standar Nasional Indonesia,19-7030-
2004. Jakarta. [22 10 2013].
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 41
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

Djajah W. 2008. Langkah Jitu Membuat (Mussa Parasidiaca) Sebagai


Kompos dari Ternak dan Sampah. Dekomposer Smpah Organik.
Jakarta: Agromedia Pustaka. Yogyakarta: Program Studi Biologi,
Firmansyah MA. 2010. Teknik Pembuatan Fakultas Teknologi. Universitas Atma
Kompos. Pelatihan Petani Plasma Jaya Yogyakarta.
Kelapa Sawit di Kabupaten Pardiansyah P. 2013. Kajian Pemanfaatan
Sukamara, Kalimantan Tengah. [16 Limbah Bulu Ayam sebagai Bahan
April 2014] Pembuatan Kompos.[SKIPSI].
Hafilludin. 2003. Studi Proses Isolasi Khitin Bangka: Universitas Bangka Belitung.
dari Cangkang Rajungan (Portunus Puastuti W. 2007. Teknik pengomposan bulu
sp.) Dengan Menggunakan Mesin ayam dan pemanfaatannya sebagai
Ekstraksi Semi Otomatis. [SKRIPSI]. sumber protein ruminansia. Balai
Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu penelitian ternak. Bogor. Wartazoa
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 17(2).
Haryati S. 2005. Kajian Subtitusi Tepung Puastuti W, Yulistianid, Matius I. 2004.
Ikan Kembung, Rebon Rajungan Nilai Biologis (In Vitro Dan In Sacco)
dalam Berbagai Mutu Fisika-Kimia Bulu Ayam yang Diolah Secara
dan Organoleptik pada Mie Instan. Kimiawi sebagai Sumber Protein By-
Semarang: Universitas Semarang. Pas Rumen. Balai penelitian ternak.
Jayanti Ardyaning Estrida. 2009. Bogor. Jitv 9(2).
Pemanfaatan Flavor Kepala Udang Rahayu L.H. & Purnavita S. 2007. Optimasi
Windu dalam Pembuatan Kerupuk Pembuatan Kitosan dari Kitin Limbah
Berkalsium dari Cangkang Rajungan. Cangkang Rajungan (Portunus
Bogor : Institut Pertanian Bogor. pelagicus) untuk Adsorben Ion Logam
Martati E, Susanto T, Yunianta, dan Efendi Merkuri, jurnal Reaktor, Vol. 2, No. 1.
Z. 2002. Optimasi Proses Setyorini D, Rasti S dan Ea K A. 2008.
Demineralisasi Cangkang Rajungan ( Kompos. Pupuk organik dan pupuk
Portunus pelagicus) Kajian Suhu dan hayati. [25 03 2013].
Waktu Demineralisasi. Malang: Suhardi. 1993. Khitin dan Khitosan-Pusat
Universitas Brawijaya. Antar Universitas Pangan Dan Gizi.
Manurung H. 2011. Aplikasi bioaktifator Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
(effective mikroorganisms4 dan Sudrajat. 2002. Mengelola Sampah Kota,
orgadec) untuk mempercepat Solusi Mengatasi Maslah Sampah
pembentukan kompos limbah kulit Kota Dengan Manajemen Terpadu
pisang kepok (Musa paradisiaca L). Dan Mengolahnya Menjadi Energi
Jurnal bioprospek Vol8. No2. Listrik Dan Kompos. Depok: Penebar
Multazam. 2002. Prospek Pemanfaatan Swadaya.
Cangkang Rajungan (Portunus Sp.) Wardaniati R.A. 2009. Pembuatan Chitosan
sebagai Suplemen Pakan Ikan. dari Kulit Udang dan Aplikasinya
[SKRIPSI]. Bogor. Fakultas untuk Pengawetan Bakso.
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut http://eprints.undip.ac.id/1718/1/mak
Pertanian Bogor. alah_penelitian_fix.pdf. Diakses 25
Munawar A, Achmadi dan Desilina. 2009. Maret 2014.
Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Wahyono S Dan F L Sahwan. 2008.
Aktifator Terhadap Laju Dekomposisi Dinamika Perubahan Temperatur Dan
Serasa Dibawah Tegakan Mangium Reduksi Volume Limbah Dalam
yang Berbeda Umur. jurnal ilmu Proses Pengomposan. J. Tek. Ling
tanah dan lingkungan 2:117-122. Vol. 9 No. 3 Hal. 255-262. Issn 1441-
Ole MBB. 2013. Penggunaan 318x
Mikrooganisme Bonggol Pisang
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 42
Oktober 2014, Vol.7 No. 2, hal 1- 42

Wibawati R E. 2013. Rasio C/N, kandungan menggunakan EM4. Jurnal


kaliaum(K), keasaman (pH), dan Bau Teknologi, 5 (2) : 172-181. (23 maret
kompos hasil pengomposan sampah 2014)
organik pasar dengan starter kotoran Zaman B dan Endro S. 2007. Studi Pengaruh
sapi (Bos taurus) dalam berbagai Pencampuran Sampah Domestik,
dosis. Semarang: IKIP PGRI Sekam Padi, Dan Ampas Tebu
SEMARANG. Dengan Metode Mac Donald
Yuniwati M F, Iskarima A, Padulemba. Terhadap Kematangan Kompos.
2012. Optimasi kondisi proses jurnal presipitasi Vol. 2.No 1. ISSN
pembuatan kompos dari sampah 1907-187X
organik dengan cara fermentasi

You might also like