Professional Documents
Culture Documents
KIMIA FISIKA II
PERCOBAAN III
MEMPELAJARI KINETIKA ADSORPSI
NAMA : ANNISA SYABATINI
NIM : J1B107032
HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 13 APRIL 2009
HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN / 20 APRIL 2009
HARI / TANGGAL ACC :
KELOMPOK : 5
ASISTEN : MISNA
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN III
MEMPELAJARI KINETIKA ADSORPSI
1. I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kinetika adsorpsi karbon aktif
terhadap asam asetat dalam larutan.
1. II. PRINSIP PERCOBAAN
Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terbagi atas dua bagian
yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang
disebabkan oleh gaya Van der Waals yang ada pada permukaan adsorbens, panas
adsorbens biasanya rendah dan terjadi di lapisan pada permukaan adsorbens yang
umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang
terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dan adsorbens, lapisan molekul
pada permukaan adsorbens hanya satu lapis dan panas adsorpsinya tinggi.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya
tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak
ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi.
Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi
zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990).
Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap,
makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan.
Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak
gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya
serap dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas
tergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan
tekanan gas (Atkins, 1990).
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa
adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens.
Dimana adsorben yang biasa digunakan dalam percobaan adalah kabon aktif,
sedangkan zat yang diserap adalah asam asetat (Keenan, 1999).
Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fasa yang bersih
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat
mempengaruhi sifat permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang
teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat
yang terserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun
demikian, bila adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi
dan desorpsi (pelepasan) merupakan kesetimbangan (Atkins, 1990).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, orde
dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi
spesies terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam
asetat dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai
fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan
adsorpsi) atau dengan grafik. Ketiga analisis kinetika adsorpsi tersebut adalah:
1. Orde satu
ln C = – kt + ln Co
Dari persamaan tersebut, diperoleh grafik hubungan antara ln C dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep ln Co.
1. Orde dua
=kt
Dari persamaan diatas diperoleh grafik hubungan antara 1/C dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1/Co.
1. Orde tiga
= kt
Dari persamaan diatas, maka grafik hubungan antara 1/C2 dengan t, yang merupakan
garis lurus dengan slope 2 k dan intersep 1/Co2 (Tony, 1987).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan buret 50 ml, erlenmeyer 250 ml, corong gelas, gelas ukur
25 ml, merca analitik, pipet gondok 25 ml dan kertas saring.
4.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan CH3COOH 1 N dan 0,5 N, larutan
NaOH standar 0,5 N, indikator fenolftalein, dan karbon aktif.
4.1 PROSEDUR KERJA
4.1.1 Menyiapkan 10 buah erlenmeyer 200 ml.
4.1.2 Mengisi 5 buah erlenmeyer dengan larutan asam asetat 1 N masing-
masing 25 ml dan diisi 5 buah erlenmeyer lain dengan larutan asam asetat 0,5 N
masing-masing 25 ml.
4.1.3 Menimbang 2 gram karbon aktif sebanyak 10 kali.
4.1.4 Memasukkan 2 gram karbon aktif ke dalam erlenmeyer yang berisi
larutan asam asetat, kemudian mengocok selama 1 menit, setelah itu
membiarkan dalam selang waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75
menit.
4.1.5 Menyaring, mengukur volume filtrat masing-masing yang didapatkan,
kemudian menitrasi dengan NaOH 0,5 N.
1. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL
Waktu CH3COOH 1 N CH3COOH 0,5 N
No
(menit) V. adsorpsi V. titrasi V. adsorpsi V. titrasi
1 10 8.3 14 7.8 5.4
2 20 7.8 13.2 7.8 5.3
3 30 7.9 13.1 7.8 5.1
4 40 7.9 11.9 7.4 4.7
5 50 7.8 13 7.3 4.6
Blangko asam asetat 1 N = 24.6 mL
Blangko asam asetat 0.5 N = 11.5 Ml
5.2 PERHITUNGAN
1. Untuk CH3COOH 0,5 N
C Blanko =
=
= 0,575 N
Konsentrasi asam asetat pada 10 menit
C CH3COOH =
= = 0,346 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,346 = 0,229 N
Konsentrasi asam asetat pada 20 menit
C CH3COOH =
= = 0,340 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,340 = 0,235 N
Konsentrasi asam asetat pada 30 menit
C CH3COOH =
=
= 0,327 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,327 = 0,248 N
Konsentrasi asam asetat pada 40 menit
C CH3COOH =
= = 0,318 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,318 = 0,257 N
Konsentrasi asam asetat pada 50 menit
C CH3COOH =
= = 0,315 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,315 = 0,260 N
1. Untuk CH3COOH 1 N
C Blanko =
=
= 1,230 N
Konsentrasi asam asetat pada 10 menit
C CH3COOH =
= = 0,843 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,843 = 0,387 N
Konsentrasi asam asetat pada 20 menit
C CH3COOH =
= = 0,846 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,846 = 0,384 N
Konsentrasi asam asetat pada 30 menit
C CH3COOH =
= = 0,829 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,829 = 0,401 N
Konsentrasi asam asetat pada 40 menit
C CH3COOH =
= = 0,753 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,753 = 0,477 N
Konsentrasi asam asetat pada 50 menit
C CH3COOH =
= = 0,833 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,833 = 0,397 N
Hasil perhitungan untuk asam asetat 0,5 N
V V
Waktu C fitrat C
NaOH CH3COOH Co(N) Ln C 1/C 1/C2
(menit) (N) terserap(N)
(ml) titrasi (ml)
10 5.4 7.8 0,575 0,346 0,229 -1.474 4.367 19.231
20 5.3 7.8 0,575 0,340 0,235 -1.448 4.255 18.182
30 5.1 7.8 0,575 0,327 0,248 -1.394 4.032 16.129
40 4.7 7.8 0,575 0,318 0,257 -1.359 3.891 15.152
50 4.6 7.4 0,575 0,315 0,260 -1.347 3.846 14.706
Hasil perhitungan untuk asam asetat 1 N
V V
Waktu C fitrat C
NaOH CH3COOH Co (N) Ln C 1/C 1/C2
(menit) (N) terserap(N)
(ml) titrasi (ml)
10 5.4 7.8 1,230 0,843 0,387 -0.949 2.584 6.667
20 5.3 7.8 1,230 0,846 0,384 -0.957 2.604 6.803
30 5.1 7.8 1,230 0,829 0,401 -0.914 2.494 6.211
40 4.7 7.8 1,230 0,753 0,477 -0.740 2.096 4.386
50 4.6 7.4 1,230 0,833 0,397 -0.924 2.519 6.329
5.1 Grafik
5.1.1 Untuk Asam Asetat 0,5 N
5.1.2 Untuk Asam Asetat 1 N
1. VI. PEMBAHASAN
Perlakuan pertama untuk menentukan proses adsorpsi karbon aktif terhadap asam
asetat dalam larutan yaitu dengan mengisi larutan asam asetat 0,5 N kedalam 6 buah
erlenmeyer dan 6 buah erlenmeyer lagi dengan larutan asam asetat konsentrasi 1 N.
Penambahan karbon aktif terhadap erlenmeyer sebanyak 2 gram dan digunakan
sampel pembanding tanpa penambahan karbon aktif dalam dua buah erlenmeyer.
Dengan proses pengocokkan selama satu menit, didiamkan larutan dengan selang
waktu tertentu agar proses penyerapan yang terjadi pada permukaan zat bisa
berlangsung sempurna dan tercapai kesetimbangan antara adsorbens dan zat pelarut.
Setelah bereaksi dengan sempurana larutan tersebut disaring sehingga diperoleh
filtrat yang berwarna bening. Namun dari percobaan yang telah dilakukan terjadi
kesalahan yaitu filtrat yang dihasilkan masih mengandung karbon dimana warna
larutan bening kehitaman. Percobaan diakhiri dengan mentitrasi filtrat yang
diperoleh dengan larutan NaOH 0,5 N dengan penambahan indikator pp ditandai
pada saat titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
Reaksi yang terjadi yaitu:
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
Setelah dititrasi diperoleh hasil untuk volume titrasi (CH3COOH 1 N) dalam selang
waktu mulai 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit dan 50 menit yakni 14; 13,2;
13,1; 11,9 dan 13 ml. Sedangkan untuk CH3COOH 0.5 N adalah 5,4; 5,3; 5,1; 4,7
dan 4,6 ml. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu adsorpsi,
maka volume titran yang diperlukan semakin sedikit, begitu pula pengaruh
konsentrasi asam asetat, dimana semakin besar konsentrasi asam asetat, maka
semakin banyak pula diperlukan titran untuk mentitrasi volume asam asetat yang
telah diadsorpsi. Proses ini sebagai pembuktian bahwa suatu zat dapat menyerap zat
lain dalam fungsi waktu, sehingga dapat dikatakan bahwa karbon aktif yang
bertindak sebagai adsorben sedangkan adsorbatnya adalah larutan asam asetat. Hasil
tersebut sesuai dengan teori yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa percobaan ini
mencapai keberhasilan. Kesalahan terbesar yang dapat terjadi pada percobaan ini
dikarenakan penggunaan larutan asam asetat berdasarkan konsentrasinya maupun
kurangnya kualitas dan mutu dari larutan tersebut.
Grafik yang diperoleh dari hubungan antara ln c terhadap t diperoleh persamaan
untuk asam asetat 0,5 N adalah y = 0,0034x – 1,5073 dan untuk asam asetat 1 N
adalah y = 0,0027x – 0,9769. Pada grafik hubungan 1/C terhadap t pada asam asetat
0,5 N adalah y = -0,0141x + 4,5 dan untuk asam asetat 1 N adalah y = -0,0064x +
2,6508. Sedangkan pada grafik hubungan 1/C2 terhadap t untuk asam asetat 0,5 N
adalah y = -0,1208x + 20,304dan untuk 1 N adalah y = -0,0309x + 7,0071. Setelah
dibuat grafik orde I, orde II dan orde III didapatkan nilai R untuk asam asetat 0,5 N
adalah RI = 0,9636; RII = 0,9608 dan RIII = 0,9539; sedangkan untuk asam asetat 1 N
didapatkan RI = 0,.223; RII = 0,235 dan RIII = 0,2507. Dari nilai R yang didapatkan
yang paling mendekati angka 1 pada CH3COOH 0,5 N adalah nilai R pada orde I dan
pada CH3COOH 1 N adalah nilai R pada orde III. Dengan demikian kinetika
adsorpsi yang berlangsung antara asam asetat dengan karbon aktif dalam percobaan
ini berlangsung pada orde I untuk asam asetat 0,5 N pada dan berlangsung pada orde
III untuk asam asetat 1 N. Hasil tersebut menunjukkan bahwa percobaan yang telah
dilakukan berhasil.
1. VII. KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah :
1. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat dalam
fungsi waktu. Dimana karbon aktif yang bertindak sebagai adsorben dan
adsorbatnya adalah larutan asam asetat.
2. Jenis adsorpsi yang terjadi pada percobaan ini adalah adsorpsi fisika.
3. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh macam adsorben, macam zat yang
diadsorpsi, konsentrasi adsorben, luas permukaan, temperatur dan tekanan zat
yang diadsorpsi.
4. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar
pula jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap.
5. Semakin lama waktu yang diberikan agar larutan bereaksi dengan adsorbens,
semakin banyak pula jumlah zat yang diserap.
6. Kinetika adsorpsi yang berlangsung antara asam asetat dengan karbon aktif
dalam percobaan ini berlangsung pada orde I untuk asam asetat 0,5 N pada
dan berlangsung pada orde III untuk asam asetat 1 N.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Keenan. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Tony, Bird. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
DISUSUN OLEH :
NO.LAB : K-211-028-F
K-211-051-F
K-211-066-F
NIM : 0903132806
KELOMPOK : X (SEPULUH)
TGL PERCOBAAN :11 DESEMBER 2011
ASISTEN : ADE PRIYANTO, S.Si
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
ISOTERM ADSORPSI
Abstrak:
Adsorption is a symptom of clotting molecules of substance on the surface of
another substance, as a result of unsaturation forces on the surface of the substance.
Adsorption isotherms show a relationship between the phase distribution of the
adsorbent adsorbed on the adsorbent surface with bulk phase equilibria at a given
temperature.
Adsorption process is influenced by several factors including: type of
adsorbent, adsorbate species, the surface area of adsorbent, the solute concentration
and temperature. Freundlich isotherm based on the assumption that an adsorbent
having a heteregenous surface and each molecules has the potential of the different
absorption.
I. Tujuan
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich.
II. Latar Belakang Teori
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan
zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan
sebagai:
x/m = k. Cn
..............................................................................(1)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan
adsorpsi
k dan n = tetapan
maka persamaan (1) menjadi :
log x/m = log k + n log
c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari
garis dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011).
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan
pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorbsi (anonim,2008).
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi satu
molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-
molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal
berikut : selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak
inert dan mekanisme adsorbsi pada molekul pertama asangat berbeda dengan
mekanisme pada molekul terakhir yang teradsorpsi.
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah
sebagai berikut : A(g) + S ↔ AS, dimana A adalah molekul gas dan s adalah
permukaan adsorpsi (anonim,2008).
Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada
tekanan tiggi gas. Irving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana
pada pertimbangan teoritis berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai
adsorpsi isoterm Langmuir (anonim,2010).
2. Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan
yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi
bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat
dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah :
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan
untuk adsorpsi fisik (anonim,2008).
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh
Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada
koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan
diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi
dari suatu adsorben (anonim,2008).
III. Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Beaker gelas 50 mL 4 buah 9. Corong 1
buah
2. Gelas ukur 25 mL 3 buah 10.Labu takar 250
mL 1 buah
3. Gelas ukur 5 mL 3 buah 11. Labu takar 100 mL 2
buah
4. Erlenmeyer 50 mL 4 buah 12. Botol semprot 1
buah
5. Erlenmeyer 50 mL 4 buah 13. Batang pengaduk 1
buah
6. Pipet tetes 5 buah 14. Spatula 1
buah
7. Buret 50 mL 1 buah 15. Gelas ukur 10 mL 1
buah
8. Statip 1 buah
b. Bahan-bahan yang digunakan:
1. Asam klorida(HCl)
2. Asam asetat (CH3COOH)
3. Natrium Hidroksida (NaOH)
4. Indikator Phenolptalin (pp)
5. Arang aktif
VI. Perhitungan
1. Pengenceran CH3COOH 1 N dalam 100 mL menjadi :
a. CH3COOH 0,125 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,125 N
V1.M = 12,5 mL. N
V1 = 12,5 mL
b. CH3COOH 0,05 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,05 N
V1.M = 5 mL. N
V1 = 5 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,1 N
V1.M = 10 mL. N
V1 = 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,1 N
V1.M = 10 mL. N
V1 = 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,1 N
V1.M = 10 mL. N
V1 = 10 mL
d. CH3COOH 0,01 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,01 N
V1.M = 1mL. N
V1 = 1 mL
2. V1N1 = V2N2
a. CH3COOH 0,125 N
5 mL . N1 = 3,8 mL . 0,125 N
5 N1 = 0,475 N
N1 = 0,095 N
b. CH3COOH 0,05 N
5 mL . N1 = 1,6 mL . 0,05 N
5 N1 = 0,08 N
N1 = 0,016 N
c. CH3COOH 0,1 N
5 mL . N1 = 3,6 mL . 0,1 N
5 N1 = 0,36 N
N1 = 0,072 N
d. CH3COOH 0,01 N
5 mL . N1 = 0,5 mL . 0,01 N
5 N1 = 0,005 N
N1 = 0,001 N
3. X = W awal – W akhir
a. CH3COOH 0,125 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,075 gr –
0,057 gr
= 0,125 N.0,01 L. 60 = 0,095 N.0,01 L. 60 = 0,018
gr
= 0,075 gr = 0,057 gr
b. CH3COOH 0,05 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,03 gr –
0,0096 gr
= 0,05 N.0,01 L. 60 = 0,016 N.0,01 L. 60 = 0,0096
gr
= 0,03 gr = 0,0096 gr
c. CH3COOH 0,1 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,06gr –
0,0432 gr
= 0,1 N.0,01 L. 60 = 0,072 N.0,01 L. 60 = 0,0168
gr
= 0,06 gr = 0,0432gr
d. CH3COOH 0,01 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,006gr –
0,0006 gr
= 0,01 N.0,01 L. 60 = 0,001 N.0,01 L. 60 = 0,0054
gr
= 0,006 gr = 0,0006 gr
4. x/m (gram)
a. CH3COOH 0,125 N b. CH3COOH
0,05 N
x/m = 0,018 gr/0,5 gr x/m = 0,0204 gr/0,5 gr
= 0,036 gr = 0,0408 gr
5. log x/m
a. CH3COOH 0,125 N b. CH3COOH
0,05 N
log 0,036 = -1,443 log 0,0408 = -1,389
c. CH3COOH 0,1 N d. CH3COOH 0,01 N
log 0,0336 = -1,473 log 0,0108 = -1,966
6. log C
a. CH3COOH 0,125 N b. CH3COOH
0,05 N
log 0,095 = -1,022 log 0,16 = -1,795
c. CH3COOH 0,1 N d. CH3COOH 0,01 N
log 0,072 = -1,142 log 0,001 = -3
7. Tabel
No. m Konsentrasi Konsentrasi X x/m Log Log C
(gram) awal akhir (gram) (gram) x/m
1. 0,5 0,125 N 0,095 N 0,018 0,036 -1,443 -1,022
2. 0,5 0,05 N 0,016 N 0,0204 0,0408 -1,389 -1,795
3. 0,5 0,1 N 0,072 N 0,0168 0,0336 -0,473 -1,142
4. 0,5 0,01 N 0,001 N 0,0054 0,0108 -1,996 -3
8. Grafik x/m Vs C
VII. Pembahasan
Adsorbsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan
merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-
zat lainnya. Salah satu adsorben yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum
adalah karbon aktif arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna dan rasa
air termasuk logam-logam ion berat. Dalam percobaan ini menggunakan karbon aktif
sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta
larutan NaOH 0,05 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat
dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit.
Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih
mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu
mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat
diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan
standar NaOH 0,05 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi
yang digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH
yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara
molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada
saat proses titrasi.
IX. Kesimpulan
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar
pula volume yang diperlukan untuk pengenceran.
2. warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah kuning keruh menjadi merah
jambu.
3. Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,05 N dengan indikator pp
4. Ketika arang dicampurkan asam asetat dengan berbagai konsentrasi, arang
menimbulkan perilaku yang sama.
5. Arang dapat dilakukan aktifasi dengan aktif karbon bahan-bahan kimia.
6. Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.
X. Daftar Pustaka
Anonim.2008. Isoterm Adsorpsi. http://smk3ae.wordpress.com (diakses pada tanggal 08
Desember 2011)
Anonim.2010. Adsorpsi Isoterm. http://transtutor.com (diakses pada tanggal 08 Desember
2011)
Tim Labor Kimia Fisika.2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. FMIPA-UR,
Pekanbaru.
Bahan :
1. Larutan asam asetat 0,5 N; 0,25 N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313N; 0,0156N
2. Adsorben Arang
3. Larutan NaOH 0,25 N
4. Indicator phenolphthalein (PP)
D. CARA KERJA
Titrasi juga dilakukan pada sisa asam
E. DATA PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang disajikan pada table 1 dan
2.
Suhu kamar : 27 0 C
Table 1. Data Pengamatan
Konsentrasi Awal Akhir
CH3COOH CH3COOH NaOH 0,25 N CH3COOH NaOH 0,25 N
0,5 N 10 ml 18,5 18,4 10 ml 17,2 15,3
0,25 N 10 ml 11,5 12,6 10 ml 8,4 7,1
0,125 N 25 ml 11,3 10,8 25 ml 10 10,1
0,0625 N 50 ml 10,5 10,2 50 ml 10,1 9,1
0,0313 N 50 ml 6,6 6,5 50 ml 5,5 5,2
0,0156 N 50 ml 3,6 3,9 50 ml 2 2,2
http://berburudggema.blogspot.com/2012/01/percobaan-
isoterm-adsorbsi.html diakses 29 Maret 2012
Sembiring, dkk. 2003. Isoterm Adsorpsi ion Cr3+ oleh abu sekam padi varietas
IR 64. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Undiksha.
Suardana, Nyoman. 2009. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion
Kromium (III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains &
Humaniora, 17-23 diakses tanggal 28 Maret 2012.
Wahyuni, Sri. 2012. Diktat petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Jurusan
Kimia FMIPA UNNES.
1. I. JAWABAN PERTANYAAN
1. 1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau kimia?
Pada percobaan ini proses adsorpsi terjadi secara adsorpsi fisik yang memiliki ciri
molekul yang terikat pada adsorben oleh gaya Van Der Walls, mempunyai entalpi
reaksi dan bersifat tidak spesifik
1. 2. Apakah perbedan antara kedua jenis adsorpsi ini? Berikan beberapa
contoh dari kedua jenis adsorpsi ini!
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik
antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben, tidak melibatkan energy
aktivasi.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat
terlarut yang teradsorbsi, terjadi pemutusan dan pembentukan
ikatan kimia, panas adsorbsinya tinggi, melibatkan energy aktivasi.
Ex: adsorpsi SDBS
Adsorsi fisik : adsorpsi nitrogen pada besi secara fisik nitrogen cair pada -190
0 C akan teradsorpsi pada besi
1. J. LAMPIRAN
Diketahui [NaOH] = 0,25 N
Asam asetat yang diadsorpsi = 100 mL
Disusun oleh:
Nama : Hurul Aini As Silmi
Hari, Tanggal : Selasa, 6 Spetember 2010
I. TUJUAN
Memahami secara kuntitatif sifat-sifat adsorpsi zat terlarut dari suatu larutan
pada permukaan adsorben.
Gambar 2.
Kurva isoterm adsorpsi
2. f. Karbon Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan
aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.
Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Pada umumnya bahan baku karbon yang terdapat pada binatang, tanaman,
dan mineral dapat dijadikan arang, misalnya tulang binatang, tempurung kelapa,
kayu, serbuk gergaji, ampas tahu, sekam padi, tongkol jagung, dan batu bara.
Struktur karbon non aktif berbeda dengan struktur karbon aktif, pada karbon non
aktif mempunyai pori-pori yang tersebar, sedangkan karbon aktif mempunyai pori-
pori yang saling berhubungan, sehingga mempunyai daya serap yang lebih besar
(Arifin dan Ramli, 1989).
Bahan :
1. Larutan asam asetat 1 M
2. Larutan standar NaOH 0.5 M
3. Karbon aktif
4. Indikator pp
5. Aquades
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Volume NaOH 0,5 M
Konsentrasi
Sebelum ditambah karbon aktif Setelah ditambah ka
No Asam Asetat
(M) Erlenmeyer I Erlenmeyer I Erlenmeyer I Erlenmeyer I Erlenmeyer
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL)
1 0,8 17,4 17,4 17,4 - 15,4
2 0,6 13,7 13,6 13,65 11,5 11,2
3 0,4 9,1 8,8 8,95 7,6 7,4
4 0,2 4,5 4,5 4,5 3,5 3,4
5 0,1 2,6 2,3 2,45 1,4 1,5
b. Pembahasan
Pada percobaan ini, bertujuan untuk memahami sifat-sifat adsorpsi zat
terlarut dari suatu larutan pada permukaan adsorben. Adsorpsi adalah suatu contoh
metode yang biasanya digunakan untuk menjernihkan suatu larutan, contoh di
kehidupan sehari-hari adalah dalam proses penjernihan air. Pada percobaan ini,
praktikan menganalisis adanya zat pengotor dalam larutan asam asetat yang
disediakan di laboratorium kimia fisik.
Percobaan ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung
volume larutan asetat mula-mula sebelum ditambah karbon aktif dibandingkan
dengan volume larutan asetat setelah ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum
di hasil percobaan dan direpresentasikan dalam bentuk kurva. Dari hasil percobaan
itu, diketahui bahwa di dalam larutan asam asetat yang dianalisis, terdapat beberapa
pengotor yang terlarut dalam larutan tersebut sehingga mengakibatkan volumenya
bertambah. Dengan melakukan analisis isoterm adsorpsi larutan ini dapat diketahui
berat pengotor yang ada dalam larutan asam asetat.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat dalam
berbagai konsentrasi yaitu, 0,8M; 0,6M; 0,4M; 0,2M; dan 0,1M. Larutan tersebut
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5M dan menggunakan indikator pp untuk
mengetahui konsentrasi sesungguhnya. Indikator pp digunakan dalam titrasi ini
karena merupakan indikator yang bekerja pada pH basa, yaitu pada rentang pH 8,3-
10. Hal ini sesuai dengan sifat larutan hasil titrasi, yaitu bersifat basa. Indikator
diperlukan dalam proses titrasi sebagai penanda pada proses titrasi sehingga proses
titrasi dapat dihentikan apabila indikator sudah berubah warna.
Selanjutnya, larutan ditambah dengan 1 gram karbon aktif untuk
mengadsorpsi pengotor-pengotor dalam larutan tersebut. Proses adsorpsi dilakukan
pada keadaan isoterm (temperatur tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh
dalam adsorpsi, sehingga untuk memudahkan analisis maka temperatur dibuat tetap.
Erlenmeyer kemudian dikocok dengan pengaduk agar terjadi pencampuran yang
merata sehingga membantu dalam proses adsorpsi, dengan kata lain, adsorpsi dapat
berjalan lebih cepat. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan kertas saring dan
didiamkan selama + 30 menit.
Campuran yang terbentuk kemudian disaring dengan kertas saring dengan
cara didekantir. Dekantir adalah suatu metode untuk memisahkan campuran yang
penyusunnya berupa cairan dan padatan. Untuk memudahkan proses dekantir ini
digunakan pengaduk saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir
di luar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Filtrat yang dihasilkan
dari pemisahan inilah yang merupakan larutan asam asetat murni tanpa pengotor.
Filtrat tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5M untuk mengetahui
konsentrasi yang sesungguhnya.
Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel hasil percobaan, dapat dilihat
bahwa semakin besar konsetrasi zat terlarut, semakin besar pula zat terlarut yang
dapat teradsorpsi. Zat terlarut yang teradsorpsi merupakan hasil pengurangan dari
larutan asam asetat mula-mula dan larutan asam asetat setelah ditambah adsorben.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat teradsorpnya. Dari hasil percobaan
tersebut kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik. Grafik yang dibuat adalah
grafik isoterm Freundlich dan grafik isoterm Langmuir. Grafik isoterm Freundlich
menggambarkan hubungan logaritmik antara berat adsorbat dalam adsorben dengan
konsentrasi larutan asam asetat setelah peristiwa adsorpsi. Dari grafik yang telah
digambar, diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas
(R) = 0,9197, nilai n = -0,094, dan k = 0,4246. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Freundlich mengenai nilai k yang mengindikasikan kapasitas
serapan. Semakin besar luas permukaan suatu adsorben, maka semakin besar pula
harga intersep k.
Grafik yang kedua adalah grafik isoterm Langmuir yang menggambarkan
hubungan konsentrasi larutan terhadap adsorpsi. Dari grafik yang telah digambar,
diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas (R) =
0,9612, nilai n = -0,471, dan nilai α = 0,3428. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan pada teori adsorpsi isoterm Langmuir yang menggambarkan bahwa
pada permukaan adsorben terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas
permukaan adsorben. Artinya, semakin besar permukaan adsorbennya, maka akan
semakin besar daya adsorpsinya.
VI. KESIMPULAN
1. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar pula
jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap.
2. Grafik isoterm Freundlich menunjukkan nilai intersep k = 0,4246 dan nilai n = -
0,094, sedangkan nilai linieritas grafik (R) = 0,9197.
3. Grafik isoterm Langmuir menunjukkan nilai n = -0,471, dan nilai α = 0,3428,
sedangkan nilai linieritas grafik (R) = 0,9612.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Silakan hubungi saya dan tinggalkan alamat email Anda di comment blog saya
bagi Anda yang membutuhkan. Terima kasih.
* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,6 . 50 V CH3COOH = 30 mL
V1 = 30 mL V air = 20 mL
* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,4 . 50 V CH3COOH = 20 mL
V1 = 20 mL V air = 30 mL
* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,2 . 50 V CH3COOH = 10 mL
V1 = 10 mL V air = 40 mL
* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,1 . 50 V CH3COOH = 5 mL
V1 = 5 mL V air = 40 mL
4.
x m
[CH3COOH] C log log c
(gram) (gram)
- -
0,8 0,77 0,3 1 0,3 2,5667
0,5528 0,1135
-
0,6 0,5675 0,345 1 0,345 1,6449 -0,246
0,4622
-
0,4 0,375 0,2175 1 0,2175 1,7241 -0,426
0,6625
-
0,2 0,1725 0,1575 1 0,1575 1,0952 -0,763
0,8027
- -
0,1 0,0725 0,15 1 0,15 0,4833
0,8239 1,1396
5. a. Berdasarkan Kurva
R2 = 0,846
R = 0,9197
log k = - 0,372
k = 0,4246
b. Kurva vs c
R2 = 0,924
R = 0,9612
= c+
y = -0,471x + 2,917
maka, nilai n = -0,471
= 2,917
α = 0,3428
Kajian Manfaat Lempung Aktif dan Arang Aktif sebagai Adsorben
By Faaza
1. Judul
Kajian Manfaat Lempung Aktif dan Arang Aktif sebagai Adsorben
1. Data Pengamatan
2. Tabelpengamatan
KonsentrasiMetilen Blue
No Absorbansi
(ppm)
1 1 0,150
2 2 0,476
3 3 0,674
4 4 0,954
5 5 1,080
1. Kurvakalibrasikonsentrasimetilen blue (ppm) vsabsorbansi
1. Penentuankonsentrasizatwarnasetelahadsorpsidanberatzatwarna yang
teradsorpsi
Dik : Volume metilen Blue = 25 ml = 0,025 L
[ ] sebelumadsorpsi = 5 ppm
Absorbansi (y)arangaktif = 0,438
Absorbansi (y) lempungaktif = 0,051
Persamaangaris
Dit : [ ] setelahadsorpsi = … ppm
Berat yang teradsorpsi = … gr
Penyelesaian:
- Penentuankonsentrasizatwarnasetelahadsorpsioleharangaktif
Zatwarna (metilen blue) yang teradsorpsi adalah ppm
- Penentuanberatzatwarna yang teradsorpsioleharangaktif
Konsentrasisebelumadsorpsi =
Beratsebelumadsorpsi =
Konsentrasisetelahadsorpsi =
Beratsetelahadsorpsi =
Jadi, beratzatwarna (metilen blue) yang teradsorpsioleharangaktifadalah .
- Penentuankonsentrasizatwarnasetelahadsorpsiolehlempungaktif
Zatwarna (metilen blue) yang teradsorpsi adalah ppm
- Penentuanberatzatwarna yang teradsorpsiolehlempungaktif
Konsentrasisebelumadsorpsi =
Beratsebelumadsorpsi =
Konsentrasisetelahadsorpsi =
Beratsetelahadsorpsi =
Jadi, beratzatwarna (metilen blue) yang teradsorpsiolehlempungaktifadalah .
1. Pembahasan
Adsorpsididefinisikansebagaiperistiwapenjerapansuatuzatpadapermukaanzat lain
yang terjadikarenaadanyaketidakseimbangangayatarikpadapermukaanzattersebut
(Sukardjo, 1985). Mekanismeadsorpsi yang mungkinterjadiadalahadsorpsifisika
(melibatkangaya Van der Walls), adsorpsikimia (melibatkangayaelektrostatik),
ikatanhidrogendanpembentukankomplekskoordinasi (PoerwadiodanMasduqi, 2004).
Proses adsorpsitelahbanyakdigunakanuntukberbagaimacamkebutuhanmanusia,
mulaidarihal-halumumsepertimenjernihkan air
hinggaaplikasinyapadabidangilmutertentusepertiisolasisuatusenyawa.
MenurutSukardjo (1985), dalamadsorpsiterdapatduakomponen yang memilikiperan
yang penting, yaituzat yang menjerapatauadsorbendanzat yang terjerapatauadsorbat.
Selainitu, adabeberapafaktorlain yang
dapatmempengaruhitingkatanterjadinyaadsorpsidiantaranyaadalahagitasi,karakteristi
k adsorbent, dayalarut, ukuranmolekulzatterlarut, pH larutandantemperaturlarutan
(PoerwadiodanMasduqi, 2004).
Karbonaktifadalahzat yang dikenalsebagai adsorbent yang
baik,merupakansenyawakarbon yangdihasilkandari material yang
mengandungkarbon yang diperlakukankhususuntukmendapatkanpermukaan yang
lebihluasmelalui proses aktifasi. Luaskarbonaktifberkisarantara 300-3500 m2/gr.
Luasnyapermukaankarbonaktifdisebabkankarenaterdapatrongga di dalamkarbon
yang memungkinkanmenjaditempatterserapnyaadsorbat (Muktamar, 2004).
Lempungbentonitmerupakan adsorbent yang
cukupbanyakdigunakan.Namunbentonitmemilikikemampuanadsorpsi yang terbatas,
untukmendapatkanadsorpsisitas yang
baikmakabentonitharusdiaktifasidenganlarutanasamyaituHCl, H2SO4atau
HNO3.Permukaan yang asamakanmudahmelepaskan proton
danmenggantinyadenganmengikatadsorbat (Suarya, 2008).
Arangaktifdanlempungaktifadalah adsorbent yang baikdanbanyakdigunakandalam
proses penyerapan,
sehinggakajiantentangperbandingankeduanyaakansangatmenarikuntukdisajikan.
Dalampercobaan kali
iniakandibandingkankemampuanadsorpsiarangaktifdanlempungaktifterhadaplarutanb
erwarnametilen blue.
Berdasarkanhasilolahan data perbandingankonsentrasidanabsorbansilarutanberwarna
(kurvakalibrasi), menunjukkanhubungan yang
ekivalenantarakonsentrasidanabsorbansi,
dimanasemakintinggikonsentrasilarutanberwarnamakaabsorbansinyajugaakansemaki
ntinggi. Konsentrasilarutanberwarnametilen blue yang digunakanadalahlarutanyang
memilikiabsorbansitertinggi.Absorbansitertinggiyang ditunjukkanlarutanmetilen blue
adalahlarutandengankonsentrasi 5 ppm.
Arangaktifdanlempungaktifdiberikanwaktuinteraksidansuhu yang
samadalaminteraksinyadenganlarutanberwarnametilen blue. Setelahitularutanmetilen
blue yang telahdiadsorpsidenganmasing-
masingadsorbendiukurabsorbansinyadengansepktrometer UV-Vis. Dari data yang
diperoleh, menunjukkanbahwaabsorbansilarutan yang
diadsorpsiarangaktifjauhlebihbesardaripadaabsorbansilarutan yang
diadsorpsiolehlempungaktif.
Data
inimenunjukkanbahwalempungaktiflebihbanyakmenyerapzatwarnadaripadaarangakti
f.Sebenarnyadayaseraparangaktiflebihbesardaripadalempungaktif,
sebabarangaktifmemilikipori-poridalamjumlahbesardanluaspermukaan yang
besar.NamunArangaktiftidaktergolongkedalamadsorbenselektifsehinggazat lain
akanikutteradsorpsisehinggaarangaktiflebihcepatjenuholehzat lain (Muslichet al.,
2007).Lempungaktifmerupakanadsorbenselektif yang menyerapkomponen-
komponentertentusepertizatwarna.Olehkarenaitu, komponen yang
teradsorpsiolehlempungaktifhanyalahlarutanberwarnametilen
blue.Larutanberwarnametilen blue yang diserapoleharangaktifadalah 0,075mg
sedangkanlarutanberwarnametilen blue yang diserapolehlempungaktifadalah 0,116
mg.
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwalempungaktiflebihbanyakmenyerapzatwarnametilen blue
dibandingkanarangaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Muktamar, Z., Sukisno, Setyowati, N., 2004,
‘AdsorpsidanDesorpsiHerbisidaParaquat olehBahanOrganik Tanah’,
JurnalAktaAgrosia Vol. 7 No. 1.
Muslich, PrayogaSuryadarmadan R. Indri R. Hayuningtyas, 2007, ‘Kinetika
AdsorpsiIsotermal β-KarotendariOleinKelapaSawitKasardengan
menggunakanBentonit’, InstitutPertanian Bogor, JurnalTeknologiIndustri
Pertanian, Vol. 19(2) : 93-100
Poerwadio, Andreas Djatmikodan Ali Masduqi, 2004, ‘Penurunan Kadar
Besioleh Media ZeolitAlamPonorogosecaraKontinyu’,
JurnalPurifikasi,Vol.5, No.4 : 169-174.
Suarya, P., 2008,
‘AdsorpsiPengotorMinyakDaunCengkeholehLempungTeraktivasi Asam’,
Jurnal Kimia, Vol. 2(1) ; 19-20.
Sukardjo, 1985, Kimia Anorganik, BinaAksara, Yogyakarta.
Abu Silmi (Mifta Nur Rahmat)
entalpi adsorbsi
LAPORAN PRAKTIKUM
TERMODINAMIKA KIMIA
PENENTUAN ENTALPI ADSORPSI
BAB. 1 PENDAHULUAN
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah
cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C, Rumus molekul :
CH3COOH ; Massa molar : 60.05 g.mol-1 ; Densitas : 1.049 g cm−3 cairan dan 1.266
g cm−3 padatan ; titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F) (anonim, 30 oktober
2010).
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati
(anonim, 30 oktober 2010).
2.1.4 Indikator pp
Sifat fisik dan kimia pp : massa molar : 318,32 g/mol ; massa jenis : 1,277 g/mol
pada suhu 32°C ; titik leleh : 262,5°C. Indikator asam-basa (fenoftalen)
menunjukkan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa. Indikator asam-basa
seperti pp (fenoftalen) mempunyai warna tertentu pada trayek pH / rentang pH
tertentu => yang ditunjukkan dengan perubahan warna indikator. Kalau indikator pp,
merupakan indikator yang menunjukkan pH basa, karena dia berada pada rentang pH
antara 8,3 hingga 10,0 (dari tak berwarna – merah pink). Kalau pada percobaan Anda
ketika NaOH diberi fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung,
maka trayek pH-nya mungkin sekitar 9-10. Indikator ini tidak larut dalam air,
benzene, tetapi sangat larut dalam etanol dan eter (anonim, 30 oktober 2010).
3.1.2 Bahan :
Larutan asam asetat 1 N
Larutan standart NaOH 0,5 N
Karbo aktif
Indikator PP
4.2 Pembahasan
Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya.
Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon
yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut, hanya dengan satu gram karbon aktif, akan
didapatkan suatu material yang memiliki permukaan sebesar 500m2. Biasanya
pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan saja, namun
beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon
aktif itu sendiri.
Adsorpsi yang dipakai pada percobaan kali ini adalah karbon aktif, dmana karbon
aktif memiliki sifat-sifat diantaranya sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang
melakukan kontak dengan karbon tersebut, baik di udara maupun di dalam air.
Larutan asam asetat dapat diserap oleh karbon aktif sehingga asam asetat yang
awalnya tidak murni merjadi lebih murni karena zat-zat lain yang ikut pada asam
asetat menjadi terserap oleh karbon aktif. Sehingga asam asetat yang semula
konsentrasinya tinggi menjadi lebih rendah konsentrasinya.
Apabila luas permukaan pada karbon aktif semakin besar, maka penyerapan yang
dilakukan terhadap zat-zat lain juga semakin besar. Karena ruangan yang dimiliki
karbon aktif untuk melakukan penyerapan zat-zat semakin besar maka semakin
banyak pula zat-zat yang terserap didalamnya, serta semakin cepat pula waktu yang
dibutuhkan untuk proses penyerapannya.
Pada percobaan ini dilakukan pengenceran asam asetat agar diperoleh konsentrasi
yang berbeda-beda. Pengadukan yang dilakukan setelah penambahan karbon aktif
bertujuan supaya terjadi penyerapan warna dari larutan. Pengadukan larutan
seharusnya menggunakan stirer magnetik agar pengadukan dilakukan pada saat yang
bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar penyerapan warna dari larutan dengan
konsentrasi berbeda memerlukan waktu yang sama. Selain itu, pengadukan dengan
stirer dilakukan untuk efektifitas waktu. Erlenmeyer ditutup dengan kertas saring
agar larutan tidak terpecik keluar erlenmeyer serta menghalangi gangguan dari luar
sehingga larutan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat mempengaruhi daya
asam asetat oleh karbon aktif. Pengadukan dilakukan selama 30 menit karena
dianggap sebagai waktu yang cukup bagus untuk adsorbsi larutan.
Pada percobaan ini juga terjadi penambahan indikator pada saat melakukan titrasi.
Indikator disini berfungsi untuk mengetahui kapan penambahan titran harus
dihentikan dan untuk mengetahui titik ekivalen yaitu jumlah titran sama dengan
jumlah titratnya.Juga untuk menentukan titik akhir yaitu titik dimana titrasi harus
dihentikan karena terjadi perubahan warna. Pada umumnya, titik akhir tidak sama
tepat dengan titik ekivalen sehingga terjadi kesalahan titrasi,tetapi kesalahan ini tidak
perlu dianggap sebagai suatu kegagalan dalam melakukan titrasi. Pada percobaan
kali ini indikator yang digunakan adalah indikator PP, dimana indikator PP
merupakan jenis indikator asam. Dimana pada saat suasana asam indikator PP tidak
berwarna, tetapi pada suasana basa indikator PP berubah warna menjadi merah.
Hasil percobaan kami diperoleh berikut : pada konsentrasi 0,1 N nilai ( x/m ) sebesar
0,009 ; konsentrasi 0,2 N nilai x/m sebesar -0,006 ; konsentrasi 0,4 N nilai x/m
sebesar -0,039 ; konsentrasi 0,6 N nilai x/m sebesar 0,009 ; konsentrasi 0,8 nilai x/m
sebesar 0,003 ; konsentrasi 1 N nilai x/m sebesar 0,012. Menurut teori nilai adsorbsi
semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Hal ini
seharusnya didapatkan hubungan grafik yang cukup linier, tetapi dalam percobaan
kami didapatkan hasil yang kurang sesuai, yaitu grafik yang diperoleh kurang linier.
Didapatkan volume akhir (setelah ditambah adsorben) NaOH yang dibutuhkan lebih
banyak daripada volume awal, pada larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,4 N
yaitu 2,5 mL NaOH sedangkan awalnya hanya dibutuh 1,2 mL NaOH. Begitu juga
dengan asam asetat yang memiliki konsentrasi 0,2 N. Pada percobaan ini ada
beberapa kesalahan yang dilakukan pada saat praktikum. Pada saat melakukan titrasi
titik ekivalen dan titik akhir terlambat dicapai, hal ini dikarenakan dalam proses
pengenceran asam asetat tidak dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak tepat pada
garis batas labu ukur yang menyebabkan konsentrasi yang diperoleh tidak sesui
dengan yang diharapkan. Kesalahan yang lain yaitu pada saat melakukan titrasi, pada
saat indikator berubah warna,titrasi tidak langsung dihentikan,sehingga titik akhir
dan titik ekivalen tidak sesuai dengan yang diharapkan. Serta pada saat mengocok
dan menutup larutan yang berisi asam asetat dengan karbon aktif yang bersifat
higroskopis akan menyerap air yang berupa gas disekitarnya sehingga konsentrasi
yang diinginkan terjadi perubahan dan dapat menyebabkan data yang diinginkan
tidak valid.
BAB. 5 PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Karbon aktif berfungsi sebagai adsorben.
Semakin kecil konsentrasi ( normalitas ) semakin sedikit jumlah NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi, begitu pula sebaliknya semakin semakin besar
konsentrasi ( normalitas ) semakin banyak pula jumlah NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi.
Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi asam asetat yang telah
diadsorpsi lebih sedikit dibandingkan jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk
titrasi pertama (tanpa karbon).
5.2 SARAN
Selalu periksa kondisi alat sebelum melakukan percobaan guna
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Selalu tingkatkan ketelitian dalam pengamatan untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Ikuti petunjuk asisten dan buku penuntun untuk meminimalisasi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Asam Asetat. http://www.id.wikipedia.org/Asam-Asetat diakses
tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Karbo Aktif. http://www.id.wikipedia.org/Karbon-Aktif diakses
tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Natrium Hidroksida. http://www.id.wikipedia.org/Natrium-
Hidroksida diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Pheolptealein. http://www.id.wikipedia.org/Phenolptealein diakses
tanggal 22 oktober 2010.
Atkins, P. W., 1994, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.
Dainith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Bird,Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Warnana, Dwa Desa, dkk. 2007.Termodinamika. Jakarta : Universitas Terbuka.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Pengenceran
Diketahui : N1 = 1 N
N2 = 0.8N, 0.6N, 0.4N, 0.2N, 0.1N
V2 = 50 mL
N2 = 0.8 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.8 N
V2 = 40 mL
N2 = 0.6 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.6 N
V2 = 30 mL
N2 = 0.4 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.4 N
V2 = 20 mL
N2 = 0.2 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.2 N
V2 = 10 mL
N2 = 0.1 N , V2 = 10 mL
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 100 mL . 0.1 N
V2 = 10 mL
{60(4,1-4)0.5N/1000} gram
= 0.003 gram
Log = -2,52
Log konsentrasi= -0,097
{60(3,9-3,6)0.5N/1000} gram
= 0.009 gram
Log = -2,05
Log konsentrasi= -0,222
{60(1,2-2,5)0.5N/1000} gram
= – 0.039 gram
Log = 1,41
Log konsentrasi= -0,391
{60(1,1-1,3)0.5N/1000} gram
= – 0.006 gram
Log =2,22
Log konsentrasi= -0,699
{60(0.7-0.4)0.5N/1000} gram
= 0.009 gram
Log = – 2,05
Log konsentrasi= -0,1
GRAFIK
Like this:
Like
Be the first to like this.
Laporan Praktikum Menentukan Isoterm Adsorpsi Menurut Freundlich