You are on page 1of 51

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II
PERCOBAAN III
MEMPELAJARI KINETIKA ADSORPSI
NAMA : ANNISA SYABATINI
NIM : J1B107032
HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 13 APRIL 2009
HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN / 20 APRIL 2009
HARI / TANGGAL ACC :
KELOMPOK : 5
ASISTEN : MISNA
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN III
MEMPELAJARI KINETIKA ADSORPSI
1. I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kinetika adsorpsi karbon aktif
terhadap asam asetat dalam larutan.
1. II. PRINSIP PERCOBAAN
Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terbagi atas dua bagian
yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang
disebabkan oleh gaya Van der Waals yang ada pada permukaan adsorbens, panas
adsorbens biasanya rendah dan terjadi di lapisan pada permukaan adsorbens yang
umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang
terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dan adsorbens, lapisan molekul
pada permukaan adsorbens hanya satu lapis dan panas adsorpsinya tinggi.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya
tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak
ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi.
Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi
zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990).
Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap,
makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan.
Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak
gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya
serap dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas
tergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan
tekanan gas (Atkins, 1990).
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa
adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens.
Dimana adsorben yang biasa digunakan dalam percobaan adalah kabon aktif,
sedangkan zat yang diserap adalah asam asetat (Keenan, 1999).
Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fasa yang bersih
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat
mempengaruhi sifat permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang
teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat
yang terserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun
demikian, bila adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi
dan desorpsi (pelepasan) merupakan kesetimbangan (Atkins, 1990).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, orde
dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi
spesies terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam
asetat dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai
fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan
adsorpsi) atau dengan grafik. Ketiga analisis kinetika adsorpsi tersebut adalah:
1. Orde satu
ln C = – kt + ln Co
Dari persamaan tersebut, diperoleh grafik hubungan antara ln C dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep ln Co.
1. Orde dua
=kt
Dari persamaan diatas diperoleh grafik hubungan antara 1/C dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1/Co.
1. Orde tiga
= kt
Dari persamaan diatas, maka grafik hubungan antara 1/C2 dengan t, yang merupakan
garis lurus dengan slope 2 k dan intersep 1/Co2 (Tony, 1987).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan buret 50 ml, erlenmeyer 250 ml, corong gelas, gelas ukur
25 ml, merca analitik, pipet gondok 25 ml dan kertas saring.
4.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan CH3COOH 1 N dan 0,5 N, larutan
NaOH standar 0,5 N, indikator fenolftalein, dan karbon aktif.
4.1 PROSEDUR KERJA
4.1.1 Menyiapkan 10 buah erlenmeyer 200 ml.
4.1.2 Mengisi 5 buah erlenmeyer dengan larutan asam asetat 1 N masing-
masing 25 ml dan diisi 5 buah erlenmeyer lain dengan larutan asam asetat 0,5 N
masing-masing 25 ml.
4.1.3 Menimbang 2 gram karbon aktif sebanyak 10 kali.
4.1.4 Memasukkan 2 gram karbon aktif ke dalam erlenmeyer yang berisi
larutan asam asetat, kemudian mengocok selama 1 menit, setelah itu
membiarkan dalam selang waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75
menit.
4.1.5 Menyaring, mengukur volume filtrat masing-masing yang didapatkan,
kemudian menitrasi dengan NaOH 0,5 N.
1. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL
Waktu CH3COOH 1 N CH3COOH 0,5 N
No
(menit) V. adsorpsi V. titrasi V. adsorpsi V. titrasi
1 10 8.3 14 7.8 5.4
2 20 7.8 13.2 7.8 5.3
3 30 7.9 13.1 7.8 5.1
4 40 7.9 11.9 7.4 4.7
5 50 7.8 13 7.3 4.6
Blangko asam asetat 1 N = 24.6 mL
Blangko asam asetat 0.5 N = 11.5 Ml
5.2 PERHITUNGAN
1. Untuk CH3COOH 0,5 N
C Blanko =
=
= 0,575 N
Konsentrasi asam asetat pada 10 menit
C CH3COOH =
= = 0,346 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,346 = 0,229 N
Konsentrasi asam asetat pada 20 menit
C CH3COOH =
= = 0,340 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,340 = 0,235 N
Konsentrasi asam asetat pada 30 menit
C CH3COOH =
=
= 0,327 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,327 = 0,248 N
Konsentrasi asam asetat pada 40 menit
C CH3COOH =
= = 0,318 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,318 = 0,257 N
Konsentrasi asam asetat pada 50 menit
C CH3COOH =
= = 0,315 N
Cterserap = C blanko – C CH3COOH
= 0,575 – 0,315 = 0,260 N
1. Untuk CH3COOH 1 N
C Blanko =
=
= 1,230 N
Konsentrasi asam asetat pada 10 menit
C CH3COOH =
= = 0,843 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,843 = 0,387 N
Konsentrasi asam asetat pada 20 menit
C CH3COOH =
= = 0,846 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,846 = 0,384 N
Konsentrasi asam asetat pada 30 menit
C CH3COOH =
= = 0,829 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,829 = 0,401 N
Konsentrasi asam asetat pada 40 menit
C CH3COOH =
= = 0,753 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,753 = 0,477 N
Konsentrasi asam asetat pada 50 menit
C CH3COOH =
= = 0,833 N
Cterserap = Cblanko – C CH3COOH
= 1,230 – 0,833 = 0,397 N
Hasil perhitungan untuk asam asetat 0,5 N
V V
Waktu C fitrat C
NaOH CH3COOH Co(N) Ln C 1/C 1/C2
(menit) (N) terserap(N)
(ml) titrasi (ml)
10 5.4 7.8 0,575 0,346 0,229 -1.474 4.367 19.231
20 5.3 7.8 0,575 0,340 0,235 -1.448 4.255 18.182
30 5.1 7.8 0,575 0,327 0,248 -1.394 4.032 16.129
40 4.7 7.8 0,575 0,318 0,257 -1.359 3.891 15.152
50 4.6 7.4 0,575 0,315 0,260 -1.347 3.846 14.706
Hasil perhitungan untuk asam asetat 1 N
V V
Waktu C fitrat C
NaOH CH3COOH Co (N) Ln C 1/C 1/C2
(menit) (N) terserap(N)
(ml) titrasi (ml)
10 5.4 7.8 1,230 0,843 0,387 -0.949 2.584 6.667
20 5.3 7.8 1,230 0,846 0,384 -0.957 2.604 6.803
30 5.1 7.8 1,230 0,829 0,401 -0.914 2.494 6.211
40 4.7 7.8 1,230 0,753 0,477 -0.740 2.096 4.386
50 4.6 7.4 1,230 0,833 0,397 -0.924 2.519 6.329
5.1 Grafik
5.1.1 Untuk Asam Asetat 0,5 N
5.1.2 Untuk Asam Asetat 1 N
1. VI. PEMBAHASAN
Perlakuan pertama untuk menentukan proses adsorpsi karbon aktif terhadap asam
asetat dalam larutan yaitu dengan mengisi larutan asam asetat 0,5 N kedalam 6 buah
erlenmeyer dan 6 buah erlenmeyer lagi dengan larutan asam asetat konsentrasi 1 N.
Penambahan karbon aktif terhadap erlenmeyer sebanyak 2 gram dan digunakan
sampel pembanding tanpa penambahan karbon aktif dalam dua buah erlenmeyer.
Dengan proses pengocokkan selama satu menit, didiamkan larutan dengan selang
waktu tertentu agar proses penyerapan yang terjadi pada permukaan zat bisa
berlangsung sempurna dan tercapai kesetimbangan antara adsorbens dan zat pelarut.
Setelah bereaksi dengan sempurana larutan tersebut disaring sehingga diperoleh
filtrat yang berwarna bening. Namun dari percobaan yang telah dilakukan terjadi
kesalahan yaitu filtrat yang dihasilkan masih mengandung karbon dimana warna
larutan bening kehitaman. Percobaan diakhiri dengan mentitrasi filtrat yang
diperoleh dengan larutan NaOH 0,5 N dengan penambahan indikator pp ditandai
pada saat titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
Reaksi yang terjadi yaitu:
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
Setelah dititrasi diperoleh hasil untuk volume titrasi (CH3COOH 1 N) dalam selang
waktu mulai 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit dan 50 menit yakni 14; 13,2;
13,1; 11,9 dan 13 ml. Sedangkan untuk CH3COOH 0.5 N adalah 5,4; 5,3; 5,1; 4,7
dan 4,6 ml. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu adsorpsi,
maka volume titran yang diperlukan semakin sedikit, begitu pula pengaruh
konsentrasi asam asetat, dimana semakin besar konsentrasi asam asetat, maka
semakin banyak pula diperlukan titran untuk mentitrasi volume asam asetat yang
telah diadsorpsi. Proses ini sebagai pembuktian bahwa suatu zat dapat menyerap zat
lain dalam fungsi waktu, sehingga dapat dikatakan bahwa karbon aktif yang
bertindak sebagai adsorben sedangkan adsorbatnya adalah larutan asam asetat. Hasil
tersebut sesuai dengan teori yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa percobaan ini
mencapai keberhasilan. Kesalahan terbesar yang dapat terjadi pada percobaan ini
dikarenakan penggunaan larutan asam asetat berdasarkan konsentrasinya maupun
kurangnya kualitas dan mutu dari larutan tersebut.
Grafik yang diperoleh dari hubungan antara ln c terhadap t diperoleh persamaan
untuk asam asetat 0,5 N adalah y = 0,0034x – 1,5073 dan untuk asam asetat 1 N
adalah y = 0,0027x – 0,9769. Pada grafik hubungan 1/C terhadap t pada asam asetat
0,5 N adalah y = -0,0141x + 4,5 dan untuk asam asetat 1 N adalah y = -0,0064x +
2,6508. Sedangkan pada grafik hubungan 1/C2 terhadap t untuk asam asetat 0,5 N
adalah y = -0,1208x + 20,304dan untuk 1 N adalah y = -0,0309x + 7,0071. Setelah
dibuat grafik orde I, orde II dan orde III didapatkan nilai R untuk asam asetat 0,5 N
adalah RI = 0,9636; RII = 0,9608 dan RIII = 0,9539; sedangkan untuk asam asetat 1 N
didapatkan RI = 0,.223; RII = 0,235 dan RIII = 0,2507. Dari nilai R yang didapatkan
yang paling mendekati angka 1 pada CH3COOH 0,5 N adalah nilai R pada orde I dan
pada CH3COOH 1 N adalah nilai R pada orde III. Dengan demikian kinetika
adsorpsi yang berlangsung antara asam asetat dengan karbon aktif dalam percobaan
ini berlangsung pada orde I untuk asam asetat 0,5 N pada dan berlangsung pada orde
III untuk asam asetat 1 N. Hasil tersebut menunjukkan bahwa percobaan yang telah
dilakukan berhasil.
1. VII. KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah :
1. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat dalam
fungsi waktu. Dimana karbon aktif yang bertindak sebagai adsorben dan
adsorbatnya adalah larutan asam asetat.
2. Jenis adsorpsi yang terjadi pada percobaan ini adalah adsorpsi fisika.
3. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh macam adsorben, macam zat yang
diadsorpsi, konsentrasi adsorben, luas permukaan, temperatur dan tekanan zat
yang diadsorpsi.
4. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar
pula jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap.
5. Semakin lama waktu yang diberikan agar larutan bereaksi dengan adsorbens,
semakin banyak pula jumlah zat yang diserap.
6. Kinetika adsorpsi yang berlangsung antara asam asetat dengan karbon aktif
dalam percobaan ini berlangsung pada orde I untuk asam asetat 0,5 N pada
dan berlangsung pada orde III untuk asam asetat 1 N.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Keenan. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Tony, Bird. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II


ISOTERM ADSORPSI

DISUSUN OLEH :

NO.LAB : K-211-028-F
K-211-051-F
K-211-066-F
NIM : 0903132806
KELOMPOK : X (SEPULUH)
TGL PERCOBAAN :11 DESEMBER 2011
ASISTEN : ADE PRIYANTO, S.Si
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
ISOTERM ADSORPSI

Abstrak:
Adsorption is a symptom of clotting molecules of substance on the surface of
another substance, as a result of unsaturation forces on the surface of the substance.
Adsorption isotherms show a relationship between the phase distribution of the
adsorbent adsorbed on the adsorbent surface with bulk phase equilibria at a given
temperature.
Adsorption process is influenced by several factors including: type of
adsorbent, adsorbate species, the surface area of adsorbent, the solute concentration
and temperature. Freundlich isotherm based on the assumption that an adsorbent
having a heteregenous surface and each molecules has the potential of the different
absorption.
I. Tujuan
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich.
II. Latar Belakang Teori
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan
zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan
sebagai:
x/m = k. Cn
..............................................................................(1)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan
adsorpsi
k dan n = tetapan
maka persamaan (1) menjadi :
log x/m = log k + n log
c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari
garis dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011).
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan
pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorbsi (anonim,2008).
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi satu
molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-
molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal
berikut : selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak
inert dan mekanisme adsorbsi pada molekul pertama asangat berbeda dengan
mekanisme pada molekul terakhir yang teradsorpsi.
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah
sebagai berikut : A(g) + S ↔ AS, dimana A adalah molekul gas dan s adalah
permukaan adsorpsi (anonim,2008).
Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada
tekanan tiggi gas. Irving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana
pada pertimbangan teoritis berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai
adsorpsi isoterm Langmuir (anonim,2010).
2. Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan
yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi
bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat
dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah :
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan
untuk adsorpsi fisik (anonim,2008).
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh
Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada
koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan
diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi
dari suatu adsorben (anonim,2008).
III. Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Beaker gelas 50 mL 4 buah 9. Corong 1
buah
2. Gelas ukur 25 mL 3 buah 10.Labu takar 250
mL 1 buah
3. Gelas ukur 5 mL 3 buah 11. Labu takar 100 mL 2
buah
4. Erlenmeyer 50 mL 4 buah 12. Botol semprot 1
buah
5. Erlenmeyer 50 mL 4 buah 13. Batang pengaduk 1
buah
6. Pipet tetes 5 buah 14. Spatula 1
buah
7. Buret 50 mL 1 buah 15. Gelas ukur 10 mL 1
buah
8. Statip 1 buah
b. Bahan-bahan yang digunakan:
1. Asam klorida(HCl)
2. Asam asetat (CH3COOH)
3. Natrium Hidroksida (NaOH)
4. Indikator Phenolptalin (pp)
5. Arang aktif

IV. Skema Kerja


V. Hasil Pengamatan
No. Campuran Pengamatan
1. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Terbentuk 2 lapisan:
0,125 N Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
2. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Terbentuk 2 lapisan:
0,05 N Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
3. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,1 Terbentuk 2 lapisan:
N Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
4. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Terbentuk 2 lapisan:
0,01 N Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH

No. Campuran Pengguncangan I Pengguncangan II


1. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Tercampur sebentar, lalu Tercampur se
0,125 N terpisah lagi terpisah lagi
2. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Tercampur sebentar, lalu Tercampur se
0,05 N terpisah lagi terpisah lagi
3. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Tercampur sebentar, lalu Tercampur se
0,1 N terpisah lagi terpisah lagi
4. Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH Tercampur sebentar, lalu Tercampur se
0,01 N terpisah lagi terpisah lagi

Konsentrasi CH3COOH Volume NaOH


0,125 N 3,8 mL
0,05 N 1,6 mL
0,1 N 3,6 mL
0,01 N 0,5 mL

VI. Perhitungan
1. Pengenceran CH3COOH 1 N dalam 100 mL menjadi :
a. CH3COOH 0,125 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,125 N
V1.M = 12,5 mL. N
V1 = 12,5 mL
b. CH3COOH 0,05 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,05 N
V1.M = 5 mL. N
V1 = 5 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,1 N
V1.M = 10 mL. N
V1 = 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,1 N
V1.M = 10 mL. N
V1 = 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,1 N
V1.M = 10 mL. N
V1 = 10 mL
d. CH3COOH 0,01 N
V1N1 = V2N2
V1.1M = 100 mL. 0,01 N
V1.M = 1mL. N
V1 = 1 mL
2. V1N1 = V2N2
a. CH3COOH 0,125 N
5 mL . N1 = 3,8 mL . 0,125 N
5 N1 = 0,475 N
N1 = 0,095 N
b. CH3COOH 0,05 N
5 mL . N1 = 1,6 mL . 0,05 N
5 N1 = 0,08 N
N1 = 0,016 N
c. CH3COOH 0,1 N
5 mL . N1 = 3,6 mL . 0,1 N
5 N1 = 0,36 N
N1 = 0,072 N
d. CH3COOH 0,01 N
5 mL . N1 = 0,5 mL . 0,01 N
5 N1 = 0,005 N
N1 = 0,001 N
3. X = W awal – W akhir
a. CH3COOH 0,125 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,075 gr –
0,057 gr
= 0,125 N.0,01 L. 60 = 0,095 N.0,01 L. 60 = 0,018
gr
= 0,075 gr = 0,057 gr
b. CH3COOH 0,05 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,03 gr –
0,0096 gr
= 0,05 N.0,01 L. 60 = 0,016 N.0,01 L. 60 = 0,0096
gr
= 0,03 gr = 0,0096 gr
c. CH3COOH 0,1 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,06gr –
0,0432 gr
= 0,1 N.0,01 L. 60 = 0,072 N.0,01 L. 60 = 0,0168
gr
= 0,06 gr = 0,0432gr
d. CH3COOH 0,01 N
Wawal = N.V. Be Wakhir = N.V.Be X= 0,006gr –
0,0006 gr
= 0,01 N.0,01 L. 60 = 0,001 N.0,01 L. 60 = 0,0054
gr
= 0,006 gr = 0,0006 gr
4. x/m (gram)
a. CH3COOH 0,125 N b. CH3COOH
0,05 N
x/m = 0,018 gr/0,5 gr x/m = 0,0204 gr/0,5 gr
= 0,036 gr = 0,0408 gr

c. CH3COOH 0,1 N d. CH3COOH 0,01 N


x/m = 0,0168 gr/0,5 gr x/m = 0,0054 gr/0,5 gr
= 0,0336 gr = 0,0108 gr

5. log x/m
a. CH3COOH 0,125 N b. CH3COOH
0,05 N
log 0,036 = -1,443 log 0,0408 = -1,389
c. CH3COOH 0,1 N d. CH3COOH 0,01 N
log 0,0336 = -1,473 log 0,0108 = -1,966
6. log C
a. CH3COOH 0,125 N b. CH3COOH
0,05 N
log 0,095 = -1,022 log 0,16 = -1,795
c. CH3COOH 0,1 N d. CH3COOH 0,01 N
log 0,072 = -1,142 log 0,001 = -3

7. Tabel
No. m Konsentrasi Konsentrasi X x/m Log Log C
(gram) awal akhir (gram) (gram) x/m
1. 0,5 0,125 N 0,095 N 0,018 0,036 -1,443 -1,022
2. 0,5 0,05 N 0,016 N 0,0204 0,0408 -1,389 -1,795
3. 0,5 0,1 N 0,072 N 0,0168 0,0336 -0,473 -1,142
4. 0,5 0,01 N 0,001 N 0,0054 0,0108 -1,996 -3

8. Grafik x/m Vs C

9. Grafik log x/m Vs C

10. log x/m = log k + n log C


-1,443 = log k + -2,589 (-1,022)
-1,443 = log k + 2,638
Log k = 1,443 + 2,638
Log k = 4,081
k = 12.050, 35

log x/m = log k + n log C


-1,389 = log k + -2,5819 (-1,795)
-1,389 = log k + 4,6345
Log k = 6,023
k = 1.054.386,89
log x/m = log k + n log C
-0,473 = log k + -2,5819 (-1,142)
-0,473 = log k + 2,948
Log k = 0,473 + 2,948
k = 2.636,331
log x/m = log k + n log C
-1,996 = log k + -2,5819 (-3)
-1,996 = log k + 7,7457
Log k = 1,996 +7,7457
Log k = 9,7417
k = 5.516.962,09

VII. Pembahasan
Adsorbsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan
merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-
zat lainnya. Salah satu adsorben yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum
adalah karbon aktif arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna dan rasa
air termasuk logam-logam ion berat. Dalam percobaan ini menggunakan karbon aktif
sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta
larutan NaOH 0,05 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat
dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit.
Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih
mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu
mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat
diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan
standar NaOH 0,05 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi
yang digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH
yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara
molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada
saat proses titrasi.

VIII. Pertanyaan dan Jawaban


1. Sebutkan pembagian absorbsi dan pada percobaan ini termasuk jenis adsorpsi apa?
Jelaskan!
Jawab:
Adsorpsi terbagi atas 2, yaitu :
a. adsorpsi secara kimia : merupakan adsorpsi menggunakan senyawa kimia
b. adsorpsi secara fisika : adsorpsi dengan menggunakan sifat fisika
pada percobaan termasuk ke dalam adsorpsi secara fisika dikarenakan ikatan yang
terlibat dalam adsorpsi ini yaitu ikatan yang lemah yang merupakan ikatan van der
waals dan melalui panas reaksi yang rendah.

2. Apakah sebenarnya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan pemanasan?


Jawab :
Pengaktifan arang dengan metoda pemanasan merupakan metoda aktifasi fisika yang
merupakan terjadinya proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan
bantuan panas, uap dan karbon dioksida.
3. Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat? Dan apa batasnya?
Jawab :
Isoterm Freundlich berlaku untuk gas yang bertekanan rendah, semua tempat di atas
permukaannya tidak sama dan lapisan molekul gas padat, zat apadat bersifat
multilayer dengan persamaan :
V + k p 1/n
dalam hal ini :
v = gas yang teradsoi pada setiap suhu, satuan massa adsorpsi pada tekanan gas
k,n = konstanta dengan n > 1
p = tekanan gas yang teradsorpsi
batasannya adalah kelarutan harus ideal. Nilai batasannya adalah Vm, yaitu volume
gas yang diserap ( 0 C, 76 mmHg). Vm tidak akan dicapai walaupun tekanan gas
yang dibutuhkan untuk menutupi satuan-satuan massa adsorben.
4. Mengapa isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang
memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsopsi Langmuir?
Jawab :
Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan
karena nilai Vm tidak akab dicapai walaupun tekannaya diperbesar. Sedangkan pada
isoterm Langmuir mengemukakan asumsi yang lebih baik.

IX. Kesimpulan
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar
pula volume yang diperlukan untuk pengenceran.
2. warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah kuning keruh menjadi merah
jambu.
3. Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,05 N dengan indikator pp
4. Ketika arang dicampurkan asam asetat dengan berbagai konsentrasi, arang
menimbulkan perilaku yang sama.
5. Arang dapat dilakukan aktifasi dengan aktif karbon bahan-bahan kimia.
6. Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.

X. Daftar Pustaka
Anonim.2008. Isoterm Adsorpsi. http://smk3ae.wordpress.com (diakses pada tanggal 08
Desember 2011)
Anonim.2010. Adsorpsi Isoterm. http://transtutor.com (diakses pada tanggal 08 Desember
2011)
Tim Labor Kimia Fisika.2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. FMIPA-UR,
Pekanbaru.

aporan kimia fisika isoterm adsorpsi karbon aktif


Posted on April 3, 2012 by ferrazukhrufia
laporan kimia fisika isoterm adsorpsi karbon aktif
1. A. TUJUAN
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat
pada arang.

1. B. LATAR BELAKANG TEORI


Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan
adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut
yang teradsorbsi.
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat
maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen
mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya.
Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat
lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi
juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat
keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu
kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang
mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing
power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil
dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah
dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga
diklasifikasikan ion lemah.
Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas
anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik
dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan
elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran
besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan
kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah
(Atkins at al. ,1990).
Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses
berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi.
Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa
desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa
adsorpsi cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung
meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering
disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan tidak
teramati perubahan secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada
proses adsorpsi adalah berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang
terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya
kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat
dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (Castellans 1982).
Suatu permukaan padatan yang bersentuhan dengan larutan akan menyebabkan
molekul-molekul terlarut terserap/ adsorp pada permukaan padatan. Adsorbsi
molekul digambarkan sebagai berikut :
A + B —> A.B
Dimana :
A = adsorbat
B = adsorbent
A.B = jumlah bahan yang terjerap
Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals
menyebabkan bahan yang teradsorp berkumpul pada permukaan penserap. Bila
reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan karbon
aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat pada ruas kiri.
Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah selesai. (Arifin,
2008)
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorbent antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengn fasa ruah saat kesetimbangan pada suhu
tertentu. Dibawah ini adalah beberapa contoh isoterm yang biasa digunakan dalam
adsorpsi :

log x/m x/m

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


a Log C b C
Gambar 1. (a) kurva Freundlich; (b) kurva Langmuir

Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan


monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log
c…………………………………………………………………. ..(1),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 1.(a)
Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (a) adsorpsi hanya
terjadi pada lapisan tunggal (monolayer), (b) panas adsorpsi tidak tergantung pada
penutupan permukaan, dan (c) semua situs dan permukaannya bersifat homogen
(Oscik J ,1994). Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara
teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat
yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekul molekul zat yang tidak
teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut
(Day, R. A. dan Underwood, A. L., 2002):.

C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat


yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan
afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben.
Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1 (b).
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-
95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara,
kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus
baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas.
Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat
karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan
industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-
industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi. ( M.T.
Sembiring, dkk, 2003)
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-
1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat
halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan
menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam
biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu
biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap
tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian
tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat
tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan
keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002).

1. C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Cawan porselin 1 buah
2. Labu takar bertutup 250 ml 12 buah
3. Labu Erlenmeyer 150 ml 6 buah
4. Gelas ukur 5 ml 1 buah
5. Gelas ukur 10 ml 1 buah
6. Gelas ukur 25 ml 1 buah
7. Corong kaca 6 buah
8. Buret 50 ml 1 buah
9. Stativ dan penyangga 1 buah
10. Pembakar spiritus 1 buah
11. Kasa 1 buah
12. Neraca analitik 1 buah
13. Spatula 1 buah
14. Thermometer 1 buah
15. Kertas saring 6 buah
16. Botol 6 buah
17. Beaker glass 1 buah

Bahan :
1. Larutan asam asetat 0,5 N; 0,25 N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313N; 0,0156N
2. Adsorben Arang
3. Larutan NaOH 0,25 N
4. Indicator phenolphthalein (PP)
D. CARA KERJA
Titrasi juga dilakukan pada sisa asam
E. DATA PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang disajikan pada table 1 dan
2.
Suhu kamar : 27 0 C
Table 1. Data Pengamatan
Konsentrasi Awal Akhir
CH3COOH CH3COOH NaOH 0,25 N CH3COOH NaOH 0,25 N
0,5 N 10 ml 18,5 18,4 10 ml 17,2 15,3
0,25 N 10 ml 11,5 12,6 10 ml 8,4 7,1
0,125 N 25 ml 11,3 10,8 25 ml 10 10,1
0,0625 N 50 ml 10,5 10,2 50 ml 10,1 9,1
0,0313 N 50 ml 6,6 6,5 50 ml 5,5 5,2
0,0156 N 50 ml 3,6 3,9 50 ml 2 2,2

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan


M CH3COOH
Yang
No x (gram) x/m log x/m log C
Awal Akhir teradsorpsi
(C)
1. 0,46125 0,40625 0,055 0,33027 0,33027 -0,48112 -1,25963
2. 0,30125 0,19375 0,1075 0,6455 0,6455 -1,19010 -0,96859
3. 0,1105 0,1005 0,01 0,06005 0,06005 -1,2214 -2
4. 0,05175 0,048 0,00375 0,02252 0,02252 -1,64743 -2,42596
5. 0,03275 0,02675 0,03475 0,20867 0,20867 -0,68054 -1,4590
6. 0,01875 0,0105 0,00825 0,04954 0,04954 -1,3050 -2,0835

m= massa adsorbent mula-mula=1 gram

1. F. HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan yang dilakukan pada bab isotherm adsorpsi arang aktif adalah dengan
menggunakan larutan organic yaitu asam asetat dengan variasi 6 konsentrasi.
Adsorben yang digunakan adalah arang yang telah diaktifkan sebelumnya. Pada
percobaan ini adsorban yang digunakan adalah arang,dimana sebelum digunakan
harus diaktifkan dulu dengan cara dipanaskan. Hal ini agar pori-pori arang semakin
besar sehingga dapat memepermudah penyerapan. Karena semakin luas permukaan
adsorben maka daya penyerapannya pun semakin tinggi. Pengaktifan arang dapat
dilakukan dengan beberapa cara.
Ann Limley, Et.al, 1995, menyatakan bahwa dengan proses oksidasi, karbon aktif
yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu
300oC – 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia.
L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa
seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam
akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan
menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan
pertukaran ion.
2. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan
pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada
atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga
tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air
tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat
hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah
dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka
asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam
mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi
ion logam berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik
dengan menetralkannya.
Pada percobaan ini pengaktifan arang dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan suhu yang tinggi, hal ini dilakukan karena percobaan ini mengadsorbsi
larutan organic (asam asetat) sehingga pengaktifan dilakukan dengan suhu tinggi dan
tidak sampai membara. Perlakuan ini dimaksudkan supaya arang tidak menjadi abu.
Arang yang telah aktif digunakan untuk mengadsorpsi asam asetat dengan variasi
konsentrasi yaitu, 0,5 N; 0,25 N; 0,125 N; 0,0625 N; 0,0313 N; 0,0156 N diperoleh
dari hasil titrasi dengan NaOH 0,25 N, asam asetat yang dititrasi berasal dari sisa
asam yang digunakan pada percobaan. Masa arang aktif yang digunakan dalam
setiap konsentrasi adalah 1 gram. Volume asam asetat yang digunakan dalam
adsorpsi adalah 100 ml. langkah pertama, memasukkan 1 gram arang aktif kedalam
Erlenmeyer dan menambahkan asam asetat dengan konsentrasi yang ada sebanyak
100 ml kemudian tutup Erlenmeyer dan diamkan selama 30 menit dengan perlakuan
pengocokan setiap 10 menit dengan rentang 1 menit dan temperature tetap dijaga
konstan. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kestabilan adsorben dalam
mengadsorpsi adsorbat.
Setelah 30 menit, larutan disaring dengan kertas saring. Terakhir, titrasi asam asetat
hasil adsorpsi dengan indicator PP dan larutan NaOH 0,25 N sebagai titran. Dalam
percobaan ini diambil 10 ml dari dua konsentrasi asam asetat tertinggi, selanjutnya
25 ml dan tiga konsentrasi terendah diambil 50 ml.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm
Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur
pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,25 N yang digunakan untuk
menitrasi CH3COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi
CH3COOH yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi
awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH yang
teradsorbsi.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam asetat sebelum
adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah
diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan
sebagai ordinat dan C sebagai absis.
Grafik hubungan antara x/m dengan c maupun hubungan antara log x/m dengan log
C dari percobaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini,

Grafik 1. Grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich


Grafik 2. Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir
Grafik merupakan Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich. Dari persamaan grafik
tersebut jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat nilai k
dan n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c sedangkan persamaan grafik Isotherm Adsorpsi
Freundlich adalah y = 1x + 0,7785, sehingga didapat nilai Log k = 0,7785 dan 1/n =
1. Maka nilai k adalah 6,0048 dan nilai n adalah 1.
Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami penurunan. Pada data
diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara data 1 sampai 6 dapat
dilihat dari X gram ( jumlah zat yang teradsorpsi) kurang stabil. Hal ini terjadi
karena dalam adsorpsi terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi hasil
adsorpsi.
Menurut M.T. Sembiring dkk, 2003 bahwa karbon aktif yang baik mempunyai
persyaratan seperti yang tercantum pada SII No.0258 -79. Sifat karbon aktif yang
paling penting adalah daya serap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya
serap adsorpsi, yaitu :
1. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya
untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan
bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur
yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
1. Temperatur/ suhu.
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat
berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan
mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi suhu
proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika
pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya.
Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada suhu kamar atau bila memungkinkan
pada suhu yang lebih kecil.
1. pH (Derajat Keasaman).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam
mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam
organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang
sebagai akibat terbentuknya garam.
1. Waktu Singgung
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang
yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga
mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi
kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa
serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu
singgung yang lebih lama.
Kesalahan –kesalahan yang terjadi pada percobaan ini juga dapat mempengaruhi data
percobaan. Kesalahan yang terjadi seperti: kesalahan dalam pembacaan skala pada
buret titrasi, kesalahan dalam pengocokan campuran larutan dan adsorben,
kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.

1. G. SIMPULAN DAN SARAN


1. 1. Simpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Isoterm adsorbsi karbon aktif merupakan hubungan antara banyaknya zat
yang teradsorpsi( acetic acid) persatuan luas atau persatuan berat adsorben,
dengan konsentrasi zat terlarut pada temperature tertentu.
2. Isoterm yang terjadi pada percobaan ini adalah isoterm adsorpsi Freundlich,
dimana adsorben mengadsorpsi larutan organic yang sangat bagus dengan
situs-situs hoterogen seperti situs Freundlich.
3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi daya adsorpsinya dan
semakin banyak pula zat yang teradsorpsi demikin juga sebaliknya.
4. Semakin luas permukaan adsorben, maka semakin tinggi daya adsorpsinya
pada zat terlarut.
5. Dari perhitungan di peroleh harga n = 1 dan k = 6,0048.
6. 2. Saran
Dari hasil percobaan masih banyak terjadi kesalahan, oleh karena itu kami
menyarankan bahwa:
1. Penggunaan alat yang terbatas membuat percobaan kurang efisien
2. Human eror yang terjadi pada praktikan karena kurang memahami alur kerja
dari percobaan ini.
3. Dalam percobaan adsorpsi ini praktikan seharusnya bisa memperoleh data
dengan benar dan teliti dalam melakukan titrasi.
1. H. DAFTAR PUSTAKA.

Castellan. 1983. Physical Chemistry. Edisi ketiga. Addison-Wesley Publishing


Company
Day, R.A, Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Dwi, Vallentinus. 2009. Studi Adsorpsiion Cu (Ii) Dalam Larutan Tembaga
Menggunakan Komposit Serbuk Cangkang Kupang Khitosanterikatsilang. Surabaya:
Skripsi FMIPA ITS.
Fitryana, Rizka.2012. Isoterm Adsorpsi.

http://berburudggema.blogspot.com/2012/01/percobaan-
isoterm-adsorbsi.html diakses 29 Maret 2012
Sembiring, dkk. 2003. Isoterm Adsorpsi ion Cr3+ oleh abu sekam padi varietas
IR 64. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Undiksha.
Suardana, Nyoman. 2009. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion
Kromium (III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains &
Humaniora, 17-23 diakses tanggal 28 Maret 2012.
Wahyuni, Sri. 2012. Diktat petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Jurusan
Kimia FMIPA UNNES.

1. I. JAWABAN PERTANYAAN
1. 1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau kimia?
Pada percobaan ini proses adsorpsi terjadi secara adsorpsi fisik yang memiliki ciri
molekul yang terikat pada adsorben oleh gaya Van Der Walls, mempunyai entalpi
reaksi dan bersifat tidak spesifik
1. 2. Apakah perbedan antara kedua jenis adsorpsi ini? Berikan beberapa
contoh dari kedua jenis adsorpsi ini!
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik
antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben, tidak melibatkan energy
aktivasi.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat
terlarut yang teradsorbsi, terjadi pemutusan dan pembentukan
ikatan kimia, panas adsorbsinya tinggi, melibatkan energy aktivasi.
Ex: adsorpsi SDBS
 Adsorsi fisik : adsorpsi nitrogen pada besi secara fisik nitrogen cair pada -190
0 C akan teradsorpsi pada besi

 Adsorpsi kimia: pada suhu 500 0 C nitrogen teradsorpsi cepat pada


permukaan besi.
1. 3. Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada
permukaan zat padat? Apa pembatasannya?
Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik atau
memuaskan. Hal ini terjadi karaena pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada
permukaan adsorben bersifat heterogen. Gas merupakan campuran yang homogen
sehingga kurang cocok jika digunakan dalam isotherm Freundlich.
Batasannya : adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat
heterogen.
1. 4. Mengapa isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada
permukaan zat padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isoterm
adsorpsi Langmuir?
Bagaimana bentuk isoterm adsorpsi yang berakhir ini?
Karena pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat
heterogen, sedangkan adsorpsi pada Langmuir bersifat homogen. Ketika
mengadsorpsi gas yang wujudnya campuran yang homogeny, maka adsorpsi
Freundlich kurang cocok. Dari percobaan yang telah dilakukan, adsorpsi ini
berbentuk adsorpsi Langmuir.
1. 5. Bagaimana bentuk kurva isoterm adsorpsi Lamgmuir (antara n dan C
untuk larutan atau V/m dengan P untuk gas?

1. 6. Turunkan persamaan (1). C !


x/m = kCn
Log (x/m) = log k + n log c

1. J. LAMPIRAN
Diketahui [NaOH] = 0,25 N
Asam asetat yang diadsorpsi = 100 mL

1. Konsentrasi awal CH3COOH


1. V1 x N1 = V2 x N2
18.45 x 0.25 = 10 x N2
N2 = 0.46125 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
12.05 x 0.25 = 10 x N2
N2 = 0.30125 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
11.5 x 0.25 = 25 x N2
N2 = 0.1105 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
10.35 x 0.25 = 50 x N2
N2 = 0.05175 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
6.55 x 0.25 = 50 x N2
N2 = 0.03275 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
3.75 x 0.25 = 50 x N2
N2 = 0.01875 N
1. Konsentrasi akhir CH3COOH
1. V1 x N1 = V2 x N2
16.25 x 0.25 = 10 x N2
N2 = 0.40625 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
7.75 x 0.25 = 10 x N2
N2 = 0.19375 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
10.05 x 0.25 = 25 x N2
N2 = 0.1005 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
9.6 x 0.25 = 50 x N2
N2 = 0.048 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
5.35 x 0.25 = 50 x N2
N2 = 0.02675 N
1. V1 x N1 = V2 x N2
2.1 x 0.25 = 50 x N2
N2 = 0.0105 N

1. Jumlah zat yang teradsorbsi (x)


1. x1 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,46125-0,40625) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,330275 gram
1. x2 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,30125-0,19375) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,6455 gram
1. x3 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,1105-0,1005) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,06005 gram
1. x4 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,05175-0,048) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,02252 gram
1. x5 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,03275-0,02675) x 60,05 x 100 / 1000
= 0.036303 gram
1. x6 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,01875-0,0105) x 60,05 x 100 / 1000
=0,04954 gram

Disusun oleh:
Nama : Hurul Aini As Silmi
Hari, Tanggal : Selasa, 6 Spetember 2010

LABORATORIUM KIMIA FISIK


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
PERCOBAAN VIII
ISOTERM ADSORPSI LARUTAN

I. TUJUAN
Memahami secara kuntitatif sifat-sifat adsorpsi zat terlarut dari suatu larutan
pada permukaan adsorben.

II. DASAR TEORI


2.a. Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu
larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu
(adsorben). Dengan cara ini, komponen-komponen dari suatu larutan, baik itu dari
larutan gas ataupun cairan, bisa dipisahkan satu sama lain (Treybal, 1980).
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat
atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain
yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair,
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat
yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap
hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990). Komponen yang terserap
disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan
disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat
digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.
Tabel 5.1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya van der Waals ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi – 4 sampai Mempunyai entalpi reaksi – 40
– 40 kJ/mol sampai – 800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di Adsorpsi dapat terjadi pada suhu
bawah titik didih adsorbat tinggi
Jumlah adsorpsi pada permukaan
Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan karakteristik adsorben
merupakan fungsi adsorbat
dan adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi
Melibatkan energi aktifasi tertentu
tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

2.b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari
adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan
komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan
adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar
akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar.
Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat
maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing
power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu
ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat
keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan
ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power
cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun
muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah. Sedangkan pengertian keras
untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas anion yaitu, kemampuan
suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari kation. Anion
bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan elektronegativitas
tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar, muatan
kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan
anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al.
1990).
Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses
berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi.
Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa
desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa
adsorpsi cendung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung
meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering
disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan berkesetimbangan tidak
teramati perubahan secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada
proses adsorpsi adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang
terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya
kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat
dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (Castellans 1982).
Isoterm adsorpsi menyatakan hubungan antara tekanan parsial adsorbat
dengan jumlah zat yang teradsorpsi pada temperatur tetap dalam keadaan setimbang.
Dengan kata lain, adsorpsi isoterm menunjukkan ketergantungan jumlah zat yang
teradsorpsi terhadap tekanan setimbang dari gas pada temperatur tetap. Nilai ini
bervariasi dari 0 pada P/Po = 0 ke tak terhingga P/Po = 1. Sudut kontak dari uap yang
terkondensasi = 0, ini berarti permukaan terbasahi secara sempurna. Apabila garis
isoterm mendekati garis vertikal melalui P/Po, menunjukkan sudut kontak dari uap =
0, yang berarti bahwa permukaan terbasahi secara sempurna (Lowell, S & Shields,
J.E., 1984).
2.c. Persamaan Isoterm Adsorpsi Langmuir
Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (a)
adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer), (b) panas adsorpsi tidak
tergantung pada penutupan permukaan, dan (c) semua situs dan permukaannya
bersifat homogen (Oscik J 1994). Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat
diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara
molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekul-
molekul zat yang tidak teradsorpsi.
C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi
adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan
dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari
adsorben.
2.d. Persamaan Isoterm Adsorpsi BET
Teori isoterm adsorpsi BET merupakan hasil kerja dari S. Brunauer, P.H.
Emmet, dan E. Teller. Teori ini menganggap bahwa adsorpsi juga dapat terjadi di
atas lapisan adsorbat monolayer. Sehingga, isoterm adsorpsi BET dapat diaplikasikan
untuk adsorpsi multilayer. Keseluruhan proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai:
a. Penempelan molekul pada permukaan adsorben membentuk lapisan monolayer
b. Penempelan molekul pada lapisan monolayer membentuk lapisan multilayer

Gambar 1. Contoh isoterm adsorpsi BET


Pada pendekatan ini, perbandingan kekuatan ikatan pada permukaan
adsorben dan pada lapisan adsorbat monolayer didefinisikan sebagai konstanta c.
Lapisan adsorbat akan terbentuk sampai tekanan uapnya mendekati tekanan uap dari
gas yang teradsorpsi. Pada tahap ini, permukaan dapat dikatakan ”basah (wet)”. Bila
V menyatakan volume gas teradsorpsi, Vm menyatakan volume gas yang diperlukan
untuk membentuk lapisan monolayer, dan x adalah P/P*, maka isoterm adsorpsi BET
dapat dinyatakan sebagai
v = cx
vm (1-x) (1-x+cx) ...................................... (1)
Kesetimbangan antara fasa gas dan senyawa yang teradsorpsi dapat dibandingkan
dengan kesetimbangan antara fasa gas dan cairan dari suatu senyawa. Dengan
menggunakan analogi persamaan Clausius – Clapeyron, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tekanan kesetimbangan dari gas teradsorpsi bergantung pada
permukaan dan entalpi adsorpsi.

2.e. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich


Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan
monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
log (x/m) = log k + 1/n log c...........................................................................(2),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2.
Kurva isoterm adsorpsi

2. f. Karbon Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan
aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.
Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Pada umumnya bahan baku karbon yang terdapat pada binatang, tanaman,
dan mineral dapat dijadikan arang, misalnya tulang binatang, tempurung kelapa,
kayu, serbuk gergaji, ampas tahu, sekam padi, tongkol jagung, dan batu bara.
Struktur karbon non aktif berbeda dengan struktur karbon aktif, pada karbon non
aktif mempunyai pori-pori yang tersebar, sedangkan karbon aktif mempunyai pori-
pori yang saling berhubungan, sehingga mempunyai daya serap yang lebih besar
(Arifin dan Ramli, 1989).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Timbangan analitik 1 buah
2. Erlenmeyer 12 buah
3. Buret 50 mL 1 buah
4. Labu takar 50 mL 1 buah
5. Pipet ukur 10 mL 1 buah
6. Pipet ukur 5 mL 1 buah
7. Penjepit pipet ukur 1 buah
8. Corong 1 buah
9. Kertas saring

Bahan :
1. Larutan asam asetat 1 M
2. Larutan standar NaOH 0.5 M
3. Karbon aktif
4. Indikator pp
5. Aquades
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Volume NaOH 0,5 M
Konsentrasi
Sebelum ditambah karbon aktif Setelah ditambah ka
No Asam Asetat
(M) Erlenmeyer I Erlenmeyer I Erlenmeyer I Erlenmeyer I Erlenmeyer
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL)
1 0,8 17,4 17,4 17,4 - 15,4
2 0,6 13,7 13,6 13,65 11,5 11,2
3 0,4 9,1 8,8 8,95 7,6 7,4
4 0,2 4,5 4,5 4,5 3,5 3,4
5 0,1 2,6 2,3 2,45 1,4 1,5

b. Pembahasan
Pada percobaan ini, bertujuan untuk memahami sifat-sifat adsorpsi zat
terlarut dari suatu larutan pada permukaan adsorben. Adsorpsi adalah suatu contoh
metode yang biasanya digunakan untuk menjernihkan suatu larutan, contoh di
kehidupan sehari-hari adalah dalam proses penjernihan air. Pada percobaan ini,
praktikan menganalisis adanya zat pengotor dalam larutan asam asetat yang
disediakan di laboratorium kimia fisik.
Percobaan ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung
volume larutan asetat mula-mula sebelum ditambah karbon aktif dibandingkan
dengan volume larutan asetat setelah ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum
di hasil percobaan dan direpresentasikan dalam bentuk kurva. Dari hasil percobaan
itu, diketahui bahwa di dalam larutan asam asetat yang dianalisis, terdapat beberapa
pengotor yang terlarut dalam larutan tersebut sehingga mengakibatkan volumenya
bertambah. Dengan melakukan analisis isoterm adsorpsi larutan ini dapat diketahui
berat pengotor yang ada dalam larutan asam asetat.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat dalam
berbagai konsentrasi yaitu, 0,8M; 0,6M; 0,4M; 0,2M; dan 0,1M. Larutan tersebut
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5M dan menggunakan indikator pp untuk
mengetahui konsentrasi sesungguhnya. Indikator pp digunakan dalam titrasi ini
karena merupakan indikator yang bekerja pada pH basa, yaitu pada rentang pH 8,3-
10. Hal ini sesuai dengan sifat larutan hasil titrasi, yaitu bersifat basa. Indikator
diperlukan dalam proses titrasi sebagai penanda pada proses titrasi sehingga proses
titrasi dapat dihentikan apabila indikator sudah berubah warna.
Selanjutnya, larutan ditambah dengan 1 gram karbon aktif untuk
mengadsorpsi pengotor-pengotor dalam larutan tersebut. Proses adsorpsi dilakukan
pada keadaan isoterm (temperatur tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh
dalam adsorpsi, sehingga untuk memudahkan analisis maka temperatur dibuat tetap.
Erlenmeyer kemudian dikocok dengan pengaduk agar terjadi pencampuran yang
merata sehingga membantu dalam proses adsorpsi, dengan kata lain, adsorpsi dapat
berjalan lebih cepat. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan kertas saring dan
didiamkan selama + 30 menit.
Campuran yang terbentuk kemudian disaring dengan kertas saring dengan
cara didekantir. Dekantir adalah suatu metode untuk memisahkan campuran yang
penyusunnya berupa cairan dan padatan. Untuk memudahkan proses dekantir ini
digunakan pengaduk saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir
di luar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Filtrat yang dihasilkan
dari pemisahan inilah yang merupakan larutan asam asetat murni tanpa pengotor.
Filtrat tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5M untuk mengetahui
konsentrasi yang sesungguhnya.
Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel hasil percobaan, dapat dilihat
bahwa semakin besar konsetrasi zat terlarut, semakin besar pula zat terlarut yang
dapat teradsorpsi. Zat terlarut yang teradsorpsi merupakan hasil pengurangan dari
larutan asam asetat mula-mula dan larutan asam asetat setelah ditambah adsorben.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat teradsorpnya. Dari hasil percobaan
tersebut kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik. Grafik yang dibuat adalah
grafik isoterm Freundlich dan grafik isoterm Langmuir. Grafik isoterm Freundlich
menggambarkan hubungan logaritmik antara berat adsorbat dalam adsorben dengan
konsentrasi larutan asam asetat setelah peristiwa adsorpsi. Dari grafik yang telah
digambar, diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas
(R) = 0,9197, nilai n = -0,094, dan k = 0,4246. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Freundlich mengenai nilai k yang mengindikasikan kapasitas
serapan. Semakin besar luas permukaan suatu adsorben, maka semakin besar pula
harga intersep k.
Grafik yang kedua adalah grafik isoterm Langmuir yang menggambarkan
hubungan konsentrasi larutan terhadap adsorpsi. Dari grafik yang telah digambar,
diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas (R) =
0,9612, nilai n = -0,471, dan nilai α = 0,3428. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan pada teori adsorpsi isoterm Langmuir yang menggambarkan bahwa
pada permukaan adsorben terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas
permukaan adsorben. Artinya, semakin besar permukaan adsorbennya, maka akan
semakin besar daya adsorpsinya.

VI. KESIMPULAN
1. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar pula
jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap.
2. Grafik isoterm Freundlich menunjukkan nilai intersep k = 0,4246 dan nilai n = -
0,094, sedangkan nilai linieritas grafik (R) = 0,9197.
3. Grafik isoterm Langmuir menunjukkan nilai n = -0,471, dan nilai α = 0,3428,
sedangkan nilai linieritas grafik (R) = 0,9612.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Silakan hubungi saya dan tinggalkan alamat email Anda di comment blog saya
bagi Anda yang membutuhkan. Terima kasih.

Yogyakarta, 20 September 2010


Praktikan
Hurul Aini As Silmi
VIII. LAMPIRAN
Pengolahan Data
1. Menentukan volume pengenceran
* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,8 . 50 V CH3COOH = 40 mL
V1 = 40 mL V air = 10 mL

* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,6 . 50 V CH3COOH = 30 mL
V1 = 30 mL V air = 20 mL

* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,4 . 50 V CH3COOH = 20 mL
V1 = 20 mL V air = 30 mL

* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,2 . 50 V CH3COOH = 10 mL
V1 = 10 mL V air = 40 mL

* M1 . V1 = M2 . V2
1. V1 = 0,1 . 50 V CH3COOH = 5 mL
V1 = 5 mL V air = 40 mL

2. Konsentrasi CH3COOH sebenarnya


[0,8M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M
10 . M = 17,4 . 0,5M
M = 0,87

[0,6M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 13,65 . 0,5M
M = 0,6825

[0,4M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 8,95 . 0,5M
M = 0,4475

[0,2M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 4,5 . 0,5M
M = 0,225
[0,1M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M
10 . M = 2,45 . 0,5M
M = 0,1225

3. Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi (c)


[0,8M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M
10 . M = 15,4 . 0,5M
M = 0,77

[0,6M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 11,35 . 0,5M
M = 0,5675

[0,4M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 7,5 . 0,5M
M = 0,375

[0,2M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 3,45 . 0,5M
M = 0,1725

[0,1M] VCH3COOH . M = VNaOH . 0,5M


10 . M = 1,45 . 0,5M
M = 0,0725

4.
x m
[CH3COOH] C log log c
(gram) (gram)
- -
0,8 0,77 0,3 1 0,3 2,5667
0,5528 0,1135
-
0,6 0,5675 0,345 1 0,345 1,6449 -0,246
0,4622
-
0,4 0,375 0,2175 1 0,2175 1,7241 -0,426
0,6625
-
0,2 0,1725 0,1575 1 0,1575 1,0952 -0,763
0,8027
- -
0,1 0,0725 0,15 1 0,15 0,4833
0,8239 1,1396
5. a. Berdasarkan Kurva
R2 = 0,846
R = 0,9197

log = n log c + log k


y = -0,094x – 0,372
maka, nilai n = -0,094

log k = - 0,372
k = 0,4246

b. Kurva vs c
R2 = 0,924
R = 0,9612

= c+
y = -0,471x + 2,917
maka, nilai n = -0,471

= 2,917
α = 0,3428
Kajian Manfaat Lempung Aktif dan Arang Aktif sebagai Adsorben
By Faaza
1. Judul
Kajian Manfaat Lempung Aktif dan Arang Aktif sebagai Adsorben
1. Data Pengamatan
2. Tabelpengamatan
KonsentrasiMetilen Blue
No Absorbansi
(ppm)
1 1 0,150
2 2 0,476
3 3 0,674
4 4 0,954
5 5 1,080
1. Kurvakalibrasikonsentrasimetilen blue (ppm) vsabsorbansi
1. Penentuankonsentrasizatwarnasetelahadsorpsidanberatzatwarna yang
teradsorpsi
Dik : Volume metilen Blue = 25 ml = 0,025 L
[ ] sebelumadsorpsi = 5 ppm
Absorbansi (y)arangaktif = 0,438
Absorbansi (y) lempungaktif = 0,051
Persamaangaris
Dit : [ ] setelahadsorpsi = … ppm
Berat yang teradsorpsi = … gr
Penyelesaian:
- Penentuankonsentrasizatwarnasetelahadsorpsioleharangaktif
Zatwarna (metilen blue) yang teradsorpsi adalah ppm
- Penentuanberatzatwarna yang teradsorpsioleharangaktif
Konsentrasisebelumadsorpsi =
Beratsebelumadsorpsi =
Konsentrasisetelahadsorpsi =
Beratsetelahadsorpsi =
Jadi, beratzatwarna (metilen blue) yang teradsorpsioleharangaktifadalah .
- Penentuankonsentrasizatwarnasetelahadsorpsiolehlempungaktif
Zatwarna (metilen blue) yang teradsorpsi adalah ppm
- Penentuanberatzatwarna yang teradsorpsiolehlempungaktif
Konsentrasisebelumadsorpsi =
Beratsebelumadsorpsi =
Konsentrasisetelahadsorpsi =
Beratsetelahadsorpsi =
Jadi, beratzatwarna (metilen blue) yang teradsorpsiolehlempungaktifadalah .
1. Pembahasan
Adsorpsididefinisikansebagaiperistiwapenjerapansuatuzatpadapermukaanzat lain
yang terjadikarenaadanyaketidakseimbangangayatarikpadapermukaanzattersebut
(Sukardjo, 1985). Mekanismeadsorpsi yang mungkinterjadiadalahadsorpsifisika
(melibatkangaya Van der Walls), adsorpsikimia (melibatkangayaelektrostatik),
ikatanhidrogendanpembentukankomplekskoordinasi (PoerwadiodanMasduqi, 2004).
Proses adsorpsitelahbanyakdigunakanuntukberbagaimacamkebutuhanmanusia,
mulaidarihal-halumumsepertimenjernihkan air
hinggaaplikasinyapadabidangilmutertentusepertiisolasisuatusenyawa.
MenurutSukardjo (1985), dalamadsorpsiterdapatduakomponen yang memilikiperan
yang penting, yaituzat yang menjerapatauadsorbendanzat yang terjerapatauadsorbat.
Selainitu, adabeberapafaktorlain yang
dapatmempengaruhitingkatanterjadinyaadsorpsidiantaranyaadalahagitasi,karakteristi
k adsorbent, dayalarut, ukuranmolekulzatterlarut, pH larutandantemperaturlarutan
(PoerwadiodanMasduqi, 2004).
Karbonaktifadalahzat yang dikenalsebagai adsorbent yang
baik,merupakansenyawakarbon yangdihasilkandari material yang
mengandungkarbon yang diperlakukankhususuntukmendapatkanpermukaan yang
lebihluasmelalui proses aktifasi. Luaskarbonaktifberkisarantara 300-3500 m2/gr.
Luasnyapermukaankarbonaktifdisebabkankarenaterdapatrongga di dalamkarbon
yang memungkinkanmenjaditempatterserapnyaadsorbat (Muktamar, 2004).
Lempungbentonitmerupakan adsorbent yang
cukupbanyakdigunakan.Namunbentonitmemilikikemampuanadsorpsi yang terbatas,
untukmendapatkanadsorpsisitas yang
baikmakabentonitharusdiaktifasidenganlarutanasamyaituHCl, H2SO4atau
HNO3.Permukaan yang asamakanmudahmelepaskan proton
danmenggantinyadenganmengikatadsorbat (Suarya, 2008).
Arangaktifdanlempungaktifadalah adsorbent yang baikdanbanyakdigunakandalam
proses penyerapan,
sehinggakajiantentangperbandingankeduanyaakansangatmenarikuntukdisajikan.
Dalampercobaan kali
iniakandibandingkankemampuanadsorpsiarangaktifdanlempungaktifterhadaplarutanb
erwarnametilen blue.
Berdasarkanhasilolahan data perbandingankonsentrasidanabsorbansilarutanberwarna
(kurvakalibrasi), menunjukkanhubungan yang
ekivalenantarakonsentrasidanabsorbansi,
dimanasemakintinggikonsentrasilarutanberwarnamakaabsorbansinyajugaakansemaki
ntinggi. Konsentrasilarutanberwarnametilen blue yang digunakanadalahlarutanyang
memilikiabsorbansitertinggi.Absorbansitertinggiyang ditunjukkanlarutanmetilen blue
adalahlarutandengankonsentrasi 5 ppm.
Arangaktifdanlempungaktifdiberikanwaktuinteraksidansuhu yang
samadalaminteraksinyadenganlarutanberwarnametilen blue. Setelahitularutanmetilen
blue yang telahdiadsorpsidenganmasing-
masingadsorbendiukurabsorbansinyadengansepktrometer UV-Vis. Dari data yang
diperoleh, menunjukkanbahwaabsorbansilarutan yang
diadsorpsiarangaktifjauhlebihbesardaripadaabsorbansilarutan yang
diadsorpsiolehlempungaktif.
Data
inimenunjukkanbahwalempungaktiflebihbanyakmenyerapzatwarnadaripadaarangakti
f.Sebenarnyadayaseraparangaktiflebihbesardaripadalempungaktif,
sebabarangaktifmemilikipori-poridalamjumlahbesardanluaspermukaan yang
besar.NamunArangaktiftidaktergolongkedalamadsorbenselektifsehinggazat lain
akanikutteradsorpsisehinggaarangaktiflebihcepatjenuholehzat lain (Muslichet al.,
2007).Lempungaktifmerupakanadsorbenselektif yang menyerapkomponen-
komponentertentusepertizatwarna.Olehkarenaitu, komponen yang
teradsorpsiolehlempungaktifhanyalahlarutanberwarnametilen
blue.Larutanberwarnametilen blue yang diserapoleharangaktifadalah 0,075mg
sedangkanlarutanberwarnametilen blue yang diserapolehlempungaktifadalah 0,116
mg.
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwalempungaktiflebihbanyakmenyerapzatwarnametilen blue
dibandingkanarangaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Muktamar, Z., Sukisno, Setyowati, N., 2004,
‘AdsorpsidanDesorpsiHerbisidaParaquat olehBahanOrganik Tanah’,
JurnalAktaAgrosia Vol. 7 No. 1.
Muslich, PrayogaSuryadarmadan R. Indri R. Hayuningtyas, 2007, ‘Kinetika
AdsorpsiIsotermal β-KarotendariOleinKelapaSawitKasardengan
menggunakanBentonit’, InstitutPertanian Bogor, JurnalTeknologiIndustri
Pertanian, Vol. 19(2) : 93-100
Poerwadio, Andreas Djatmikodan Ali Masduqi, 2004, ‘Penurunan Kadar
Besioleh Media ZeolitAlamPonorogosecaraKontinyu’,
JurnalPurifikasi,Vol.5, No.4 : 169-174.
Suarya, P., 2008,
‘AdsorpsiPengotorMinyakDaunCengkeholehLempungTeraktivasi Asam’,
Jurnal Kimia, Vol. 2(1) ; 19-20.
Sukardjo, 1985, Kimia Anorganik, BinaAksara, Yogyakarta.
Abu Silmi (Mifta Nur Rahmat)
entalpi adsorbsi

LAPORAN PRAKTIKUM
TERMODINAMIKA KIMIA
PENENTUAN ENTALPI ADSORPSI

NamaPraktikan : Rega Wahyu Anggraini


NIM : 091810301011
Kelompok : 1 (satu)
Fak/Jurusan : MIPA/KIMIA
Nama asisten :

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2010

BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses adsorpsi oleh karbon aktif terbukti memberikan hasil yang baik dalam
menyisihkan kandungan warna maupun organik, namun biaya menjadi sangat mahal
untuk mengganti karbon aktif yang jenuh. Untuk mengurangi biaya yang dibutuhkan
dilakukan modifikasi proses dengan menggunakan sistem kombinasi fisik dan
biologi, yaitu dengan memasukkan karbon aktif ke tangki aerasi lumpur aktif.
Pemakaian karbon aktif dalam tangki aerasi lumpur aktif menghasilkan efisiensi
pengolahan yang lebih baik dan biaya yang lebih ekonomis dibandingkan proses
koagulasi-flokulasi dan proses adsorpsi denga karbon aktif.
Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Ada
sejumlah hal yang mempengaruhi efektifitas adsorpsi yakni salah satunya adalah
jenis adsorban. Salah satu adsorban yang yang biasa diterapkan dalam pengolahan air
minum adalah karbon aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna
dan rasa air termasuk logam-logam ion berat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan
adsorpsi ?

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Materials Safety Data Sheet (MSDS) Bahan


2.1.1 Asam Asetat (CH3COOH)

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah
cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C, Rumus molekul :
CH3COOH ; Massa molar : 60.05 g.mol-1 ; Densitas : 1.049 g cm−3 cairan dan 1.266
g cm−3 padatan ; titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F) (anonim, 30 oktober
2010).
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati
(anonim, 30 oktober 2010).

2.1.2 Kardon Aktif


Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon
yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram dari karbon aktif,
akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500
m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas nitrogen). Biasanya pengaktifan hanya
bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga
berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri
(anonim, 30 oktober 2010).
Larutan standar dalam memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan
larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan
standar adalah tepat dan akurat). Larutan standar merupakan istilah kimia yang
menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya.NaOH tidak dapat
dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu
maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar
primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar
primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan
larutan standar primer NaCO3 (anonim, 30 oktober 2010).

2.1.3 Larutan Standar NaOH


Rumus molekul NaOH, sifat fisik dan kimia natrium hidroksida : massa molar :
39,9971 g.mol-1 ; densitas : 2,1 g.cm-3; titik leleh : 318°C (591 K) ; titik didih :
1390°C (1663 K) ; kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20°C) (anonim, 30 oktober
2010).
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas,
tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling
umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk
putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga
larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-
polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas (anonim, 30 oktober 2010).

2.1.4 Indikator pp
Sifat fisik dan kimia pp : massa molar : 318,32 g/mol ; massa jenis : 1,277 g/mol
pada suhu 32°C ; titik leleh : 262,5°C. Indikator asam-basa (fenoftalen)
menunjukkan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa. Indikator asam-basa
seperti pp (fenoftalen) mempunyai warna tertentu pada trayek pH / rentang pH
tertentu => yang ditunjukkan dengan perubahan warna indikator. Kalau indikator pp,
merupakan indikator yang menunjukkan pH basa, karena dia berada pada rentang pH
antara 8,3 hingga 10,0 (dari tak berwarna – merah pink). Kalau pada percobaan Anda
ketika NaOH diberi fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung,
maka trayek pH-nya mungkin sekitar 9-10. Indikator ini tidak larut dalam air,
benzene, tetapi sangat larut dalam etanol dan eter (anonim, 30 oktober 2010).

2.2 Entalpi Absorpsi


Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan
atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan
absorpsi atau penyerapan, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke
dalam zat penyerap. Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan
atau lareutan, atau masuknya cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika,
absorpsi adalah perubahan energi radiasi elektromagnetik, bunyi, berkas partikel, dan
lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika dilewatkan pada suatu medium. Bila foton
diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadan tereksitasi (Daintith, 1994 : 35).
Bila pada permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti antara gas–cairan dan
cairan–cairan) ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga inilah yang
akan teradsorpsi pada permukan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat
permukaan. Sebagai contoh bila komponen ketiga tadi adalah n-pentanol ( alcohol
rantai pendek ), yang dilarutkan dalam air maka ketegangan permukaan air–udara
akan berkurang karena adanya adsorpsi n-pentanol tadi. Contoh lain adalah
penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi air–minyak. Kestabilan akan
meningkat karena dalam kasus ini molekul sabun akan teradsorpsi pada permukan
antara kedua cairan dan menurunkan tegangan permukaan. Dalam kedua kasus
diatas, komponen ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada
permukaan (dan karenanya dinamakan sebagai surface active / surfaktan) (Bird,
1993: 309).
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium
hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk
gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).Dalam proses adsorpsi dikenal juga kolom
adsorpsi dimana kolom adsorpsi itu sendiri adalah suatu kolom atau tabung tempat
terjadinya proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan
di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana
terdapat fase cair dari komponen tersebut (Warnana 2007:49).
Persyaratan absorben : memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang
sebesar mungkin, selektif, memiliki tekanan uap yang rendah, tidak korosif,
mempunyai viskositas yang rendah, stabil secara termis, murah (Daintith.1994:34).
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua cara. Dalam
fisisorpsi (kependekan dari adsorpsi fisika), terdapat interaksi van der Waals antar
adsorpat dan substrat. Antaraksi van der Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah,
dan energi yang dilepaskan jika partikel terfisiorpsi mempunyai orde besaran yang
sama dengan entalpi kondensasi. Kuantitas energi sekecil ini dapat diadsorpsi
sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang
melambung pada permukaan seperti batuan itu akan kehilangan energinya perlahan-
lahan dan akhirnya teradsorpsi padapermukaan itu, dalam proses yang disebut
akomodasi. Entalpi fisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperatur
sampel dengan kapasitas kalor yang diketahui, dan nilai khasnya berada di sekitar 20
kJ mol-1. Perubahan entalpi yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan
pemutusan ikatan, sehingga molekul yang terfisisorpsi tetap mempertahankan
identitasnya, walaupun molekul itu dapat terdistorsi dengan adanya penukaran
(Atkins, 1997:285).

BAB. 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat :
 Erlenmeyer 250 ml
 Buret 50 ml
 Corong gelas
 Kertas saring

3.1.2 Bahan :
 Larutan asam asetat 1 N
 Larutan standart NaOH 0,5 N
 Karbo aktif
 Indikator PP

3.2 Skema Kerja


Asam asetat

 Dilarutkan dalam aquades sebanyak 50 ml dengan normalitas (1 ; 0.8 ; 0.6 ;


0.4 ; 0.2 ; 0.1).
 Diambil 10 ml tiap-tiap larutan asam asetat
 Dititrasi dengan 0.5 N NaOH menggunakan indikator pp
Hasil
Asam asetat

 Diambil setiap larutan sebanyak 25 ml


 Dimasukkan kedalam enlemeyer
 Ditambahkan 1 gram absorben kedalam masing-masing larutan
 Dikocok dan ditutup dengan kertas saring
 Didiamkan selama 30 menit
 Diambil 10 ml dari masing-masing filtrat
 Diberi indikator 2 tetes
 Dititrasi dengan larutan standar 0.5 N larutan NaOH
Hasil
BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
volum vol NaOH yang dibutuhkan
NO Normalitas awal tanpaAdsorbsi dengan
asam asetat
karbon aktif karbon aktif
1 1N 50 ml 6,4 ml 6 ml
2 0.8 N 40 ml 4.1 ml 4 ml
3 0.6 N 30 ml 3.9 ml 3,6 ml
4 0.4 N 20 ml 1,2 ml 2,5 ml
5 0.2 N 10 ml 1.1 ml 1.3 ml
6 0.1 N 5 ml 0.7 ml 0.4 ml

4.2 Pembahasan
Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya.
Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon
yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut, hanya dengan satu gram karbon aktif, akan
didapatkan suatu material yang memiliki permukaan sebesar 500m2. Biasanya
pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan saja, namun
beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon
aktif itu sendiri.
Adsorpsi yang dipakai pada percobaan kali ini adalah karbon aktif, dmana karbon
aktif memiliki sifat-sifat diantaranya sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang
melakukan kontak dengan karbon tersebut, baik di udara maupun di dalam air.
Larutan asam asetat dapat diserap oleh karbon aktif sehingga asam asetat yang
awalnya tidak murni merjadi lebih murni karena zat-zat lain yang ikut pada asam
asetat menjadi terserap oleh karbon aktif. Sehingga asam asetat yang semula
konsentrasinya tinggi menjadi lebih rendah konsentrasinya.
Apabila luas permukaan pada karbon aktif semakin besar, maka penyerapan yang
dilakukan terhadap zat-zat lain juga semakin besar. Karena ruangan yang dimiliki
karbon aktif untuk melakukan penyerapan zat-zat semakin besar maka semakin
banyak pula zat-zat yang terserap didalamnya, serta semakin cepat pula waktu yang
dibutuhkan untuk proses penyerapannya.
Pada percobaan ini dilakukan pengenceran asam asetat agar diperoleh konsentrasi
yang berbeda-beda. Pengadukan yang dilakukan setelah penambahan karbon aktif
bertujuan supaya terjadi penyerapan warna dari larutan. Pengadukan larutan
seharusnya menggunakan stirer magnetik agar pengadukan dilakukan pada saat yang
bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar penyerapan warna dari larutan dengan
konsentrasi berbeda memerlukan waktu yang sama. Selain itu, pengadukan dengan
stirer dilakukan untuk efektifitas waktu. Erlenmeyer ditutup dengan kertas saring
agar larutan tidak terpecik keluar erlenmeyer serta menghalangi gangguan dari luar
sehingga larutan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat mempengaruhi daya
asam asetat oleh karbon aktif. Pengadukan dilakukan selama 30 menit karena
dianggap sebagai waktu yang cukup bagus untuk adsorbsi larutan.
Pada percobaan ini juga terjadi penambahan indikator pada saat melakukan titrasi.
Indikator disini berfungsi untuk mengetahui kapan penambahan titran harus
dihentikan dan untuk mengetahui titik ekivalen yaitu jumlah titran sama dengan
jumlah titratnya.Juga untuk menentukan titik akhir yaitu titik dimana titrasi harus
dihentikan karena terjadi perubahan warna. Pada umumnya, titik akhir tidak sama
tepat dengan titik ekivalen sehingga terjadi kesalahan titrasi,tetapi kesalahan ini tidak
perlu dianggap sebagai suatu kegagalan dalam melakukan titrasi. Pada percobaan
kali ini indikator yang digunakan adalah indikator PP, dimana indikator PP
merupakan jenis indikator asam. Dimana pada saat suasana asam indikator PP tidak
berwarna, tetapi pada suasana basa indikator PP berubah warna menjadi merah.
Hasil percobaan kami diperoleh berikut : pada konsentrasi 0,1 N nilai ( x/m ) sebesar
0,009 ; konsentrasi 0,2 N nilai x/m sebesar -0,006 ; konsentrasi 0,4 N nilai x/m
sebesar -0,039 ; konsentrasi 0,6 N nilai x/m sebesar 0,009 ; konsentrasi 0,8 nilai x/m
sebesar 0,003 ; konsentrasi 1 N nilai x/m sebesar 0,012. Menurut teori nilai adsorbsi
semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Hal ini
seharusnya didapatkan hubungan grafik yang cukup linier, tetapi dalam percobaan
kami didapatkan hasil yang kurang sesuai, yaitu grafik yang diperoleh kurang linier.
Didapatkan volume akhir (setelah ditambah adsorben) NaOH yang dibutuhkan lebih
banyak daripada volume awal, pada larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,4 N
yaitu 2,5 mL NaOH sedangkan awalnya hanya dibutuh 1,2 mL NaOH. Begitu juga
dengan asam asetat yang memiliki konsentrasi 0,2 N. Pada percobaan ini ada
beberapa kesalahan yang dilakukan pada saat praktikum. Pada saat melakukan titrasi
titik ekivalen dan titik akhir terlambat dicapai, hal ini dikarenakan dalam proses
pengenceran asam asetat tidak dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak tepat pada
garis batas labu ukur yang menyebabkan konsentrasi yang diperoleh tidak sesui
dengan yang diharapkan. Kesalahan yang lain yaitu pada saat melakukan titrasi, pada
saat indikator berubah warna,titrasi tidak langsung dihentikan,sehingga titik akhir
dan titik ekivalen tidak sesuai dengan yang diharapkan. Serta pada saat mengocok
dan menutup larutan yang berisi asam asetat dengan karbon aktif yang bersifat
higroskopis akan menyerap air yang berupa gas disekitarnya sehingga konsentrasi
yang diinginkan terjadi perubahan dan dapat menyebabkan data yang diinginkan
tidak valid.

BAB. 5 PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
 Karbon aktif berfungsi sebagai adsorben.
 Semakin kecil konsentrasi ( normalitas ) semakin sedikit jumlah NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi, begitu pula sebaliknya semakin semakin besar
konsentrasi ( normalitas ) semakin banyak pula jumlah NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi.
 Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi asam asetat yang telah
diadsorpsi lebih sedikit dibandingkan jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk
titrasi pertama (tanpa karbon).

5.2 SARAN
 Selalu periksa kondisi alat sebelum melakukan percobaan guna
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
 Selalu tingkatkan ketelitian dalam pengamatan untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
 Ikuti petunjuk asisten dan buku penuntun untuk meminimalisasi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Asam Asetat. http://www.id.wikipedia.org/Asam-Asetat diakses
tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Karbo Aktif. http://www.id.wikipedia.org/Karbon-Aktif diakses
tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Natrium Hidroksida. http://www.id.wikipedia.org/Natrium-
Hidroksida diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Pheolptealein. http://www.id.wikipedia.org/Phenolptealein diakses
tanggal 22 oktober 2010.
Atkins, P. W., 1994, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.
Dainith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Bird,Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Warnana, Dwa Desa, dkk. 2007.Termodinamika. Jakarta : Universitas Terbuka.

LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Pengenceran
Diketahui : N1 = 1 N
N2 = 0.8N, 0.6N, 0.4N, 0.2N, 0.1N
V2 = 50 mL

 N2 = 0.8 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.8 N
V2 = 40 mL

 N2 = 0.6 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.6 N
V2 = 30 mL

 N2 = 0.4 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.4 N
V2 = 20 mL

 N2 = 0.2 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 50 mL . 0.2 N
V2 = 10 mL

 N2 = 0.1 N , V2 = 10 mL
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1N = 100 mL . 0.1 N
V2 = 10 mL

1. Perhitungan Asam Asetat yang diadsorbsi


Diketahui : N NaOH = 0.5 N
m Karbon = 1 gram

{60(x-y) . NNaoH/1000} gram


 {60(6.4 -6)0.5N/1000} gram
= 0.012 gram
Log = -1,92
Log konsentrasi= 0

 {60(4,1-4)0.5N/1000} gram
= 0.003 gram
Log = -2,52
Log konsentrasi= -0,097

 {60(3,9-3,6)0.5N/1000} gram
= 0.009 gram
Log = -2,05
Log konsentrasi= -0,222

 {60(1,2-2,5)0.5N/1000} gram
= – 0.039 gram
Log = 1,41
Log konsentrasi= -0,391

 {60(1,1-1,3)0.5N/1000} gram
= – 0.006 gram
Log =2,22
Log konsentrasi= -0,699

 {60(0.7-0.4)0.5N/1000} gram
= 0.009 gram
Log = – 2,05
Log konsentrasi= -0,1

GRAFIK

Like this:
Like
Be the first to like this.
Laporan Praktikum Menentukan Isoterm Adsorpsi Menurut Freundlich

JUDUL PERCOBAAN : Menentukan Isoterm Adsorpsi Menurut


Freundlich
HARI / TANGGAL PERCOBAAN : Rabu / 14 Maret 2012
SELESAI PERCOBAAN : Rabu / 14 Maret 2012
TUJUAN PERCOBAAN : Untuk menentukan adsorpsi menurut Freudlich
pada proses adsorpsi asam oleh karbon aktif
TINJAUAN PUSTAKA
Adsorpsi menggunakan istilah adsorban dan adsorben, dimana adsorben
adalah merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon,
sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air buangan
proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika dan kimia
yang sulit dibedakan, namun tidak akan mempengaruhi analisa pada proses adsorbsi.
Absorpsi adalah proses adhesi yang terjadi pada permukaan suatu zat padat atau cair
yang berkontak dengan media lainnya, sehingga menghasilkan akumulasi atau
bertambahnya konsentrasi molekul-molekul (Anonim, 2008).
Isoterm Freundlich : Persamaan Freundlich (Freundlich 1906) merupakan
persamaan empiris digunakan untuk menjelaskan sistem heterogen, di mana ia
dicirikan oleh faktor heterogenitas 1/n. Ketika n = 1/n, persamaan Freundlich
menggeser hukum Henry. Oleh karena itu, persamaan empiris dapat ditulis:

Dimana : qe = Konsentrasi sorbat fase padat dalam kesetimbangan (mmol/g)


Ce = Konsentrasi sorbat fase cair dalam kesetimbangan (mmol/L)
KF = Freundlich konstan (L/mg1-1/n/g)
1/n = Aktor heterogenitas.
Isoterm Ini merupakan bentuk lain dari pendekatan Langmuir untuk
adsorpsi pada permukaan yang tak berbentuk. Jumlah material terserap merupakan
penjumlahan adsorpsi. Isoterm Freundlich diperoleh dengan mengasumsikan suatu
energi peluruhan fungsi distribusi eksponensial yang dimasukkan kedalam
persamaan Langmuir. Hal ini menggambarkan adsorpsi reversibel dan tidak terbatas
hanya pada pembentukan monolayer (Chan, dkk., 2010).
Selain itu adsorpsi mempunyai pengertian penyerapan cairan pada
permukaan zat penyerap (adsorpsi). Zat yang diserap disebut adsorbat. Zat padat
terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul yang saling tarik menarik dengan daya
tarik Van Der Waals. Kalau ditinjau molekul-molekul di dalam zat padat, maka gaya
tarik menarik antara satu molekul dengan molekul yang lain disekelilingnya adalah
seimbang. Sebab gaya tarik yang satu akan dinetralkan oleh yang lain yang letaknya
simetri (atau resultantenya = 0).
Lain halnya dengan molekul-molekul yang letaknya dipermukaan, gaya
tarik kedua molekul tersebut tidak seimbang karena pada salah satu arah disekeliling
molekul tersebut tidak ada molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut
akan menarik molekul-molekul gas atau solute kepermukaannya. Fenomena ini
disebut adsorpsi. Adsorbsi dipengaruhi :
Macam adsorben - Macam zat yang diadsorbsi (Adsorbat)
Konsentrasi masing-masing zat - Luas permukaan
Temperatur - Tekanan
Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi
adsorbat makin besar zat yang dapat diserap. Proses adsorpsi berada dalam keadaan
setimbang apabila kecepatan desorbsi sama dengan kecepatan adsorbsi. Apabila
salah satu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi kesetimbangan baru.
Desorbsi adalah kebalikan adsorbsi, yaitu peristiwa terlepasnya kembali
adsorbat dari permukaan adsorben. Adsorbsi isotermis adalah adsorbsi yang terjadi
pada temperatur tetap. Untuk menerangkan fenomena adsorbsi secara kuantitatif kita
mendasarkan pada teori termodinamika dari Gibbs dan Van’t Hoff.
Persamaan empiris dari Adsorbsi isotermis Freundlich :

Dimana : X = Berat zat (solut) yang teradsorbsi (gram)


m = berat adsorben (gram)
C = konsentrasi larutan setelah diadsorbsi (setelah setimbang)
k = konstanta Freundlich
n = Aktor heterogenitas
Persamaan teoritis dari adsorbsi Langmuir :

Dimana : N = Mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif


C = Konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter
K = Konstanta Langmuir
Nm = Jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada karbon aktif.
Baik persamaan Freundlich maupun persamaan Langmuir hanya sesuai atau
cocok jika zat yang diserap membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan
adsorben. Kedua isoterm tersebut tidak cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi,
karena lapisan adsorbat yang terserap tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi
menjadi lapisan multi molekuler.
Untuk kondisi ini, isoterm yang lebih sesuai dipakai adalah isoterm BET
(Brunauer Emmet and Teller). Isoterm ini dibuat atas dasar anggapan bahwa
kekuatan yang ada dipakai untuk kondensasi dan energi ikat adsorbsi
multimolekuler. Kalor adsorbsi gas pada lapisan kedua, ketiga dst dianggap sama
dengan kalor pencairan gas. Adsorbsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan :
Adsorbsi positif : Apabila solut relatif lebih besar teradsorbsi daripada adsorbent.
Contoh: zat warna oleh aluminium atau Chromium.
Adsorbsi negatif : Apabila solvent relatif lebih besar teradsorbsi daripada solute dalam
larutan.
Contoh: Alkaloid dengan karbon aktif
Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorbsi
Adsorbsi fisika (physisorption)
Apabila adsorpsi berjalan pada temperatur rendah dan prosesnya reversible jumlah
asam yang hilang karena diadsorpi sama dengan pengurangan konsentrasi asam
dalam larutan.
Adsorbsi kimia (chemisorption, activated adsorbsion) Apabila adsorbsi berjalan pada
temperatur tinggi disertai dengan reaksi kimia yang irreversibel.

Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorben


antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasaruah saat
kesetimbangan pada suhu tertentu.
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorf dan berpori yang
mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon (batubara, kulit kelapa dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan
dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas.
Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat
karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan
industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-
industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia, farmasi dan industri tekstil.
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-
1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat
halus berukuran 0,01-0,0000001 mm.
Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi
jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif dikemas dalam
kemasan yang kedap udara. Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya
Van Der Waals menyebabkan bahan yang teradsorpsi berkumpul pada permukaan
penjerap. Bila reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada
permukaan karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah
zat pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah
selesai.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 1999. Bab II Tinjauan Pustaka http://digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F-639-
1920036 /F-639-Bab%20II.pdf, diakses pada tanggal 14 Maret 2012).
Anonim. 2010. Adsorpsi Karbon Aktif (http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/adsorpsi-
karbon-aktif/, diakses pada tanggal 14 Maret 2012).
Atkins, P. W., 1997, Kimia Fisika Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Bird, Tony. 1987. “Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas”. Alih bahasa: Kwe
Ie Tjien, Cet. 1. Jakarta: Gramedia.
Tim Dosen Kimia Fisika IV. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika IV. Surabaya: Jurusan
Kimia FMIPA UNESA.

You might also like