Professional Documents
Culture Documents
Istilah politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polistaia. Polis berarti negara
kota, yakni suatu masyarakat yang mampu mengurus diri sendiri atau mandiri,
sedangkan taia berarti urusan. Jadi politik dapat diartikan segala urusan yang
berkenaan dengan negara, termasuk di dalamnya masalah kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan maupun pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Dalam penggunaan sehari-hari istilah politik sering mempunyai arti yang
berbeda-beda. Hal demikian, dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
konteks penggunaan, maupun unsur kepentingan para pengguna itu sendiri.
Kendatipun demikian, dalam konteks keilmuan, perbedaan penggunaan konsep
politik ini, dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
a. Politik dalam arti kepentingan
Manusia memiliki kebutuhan atau keinginan. Dengan berbagai tindakan dan
perilakunya, manusia kerap melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan
The aim of political education is to get people interested in politics and to lay
down the foundations which will allow pupils and students to become responsible
citizens by attempting to teach them how to analyze and assess a given political
situation independently. (http://www.dadalos.org/int/uebersicht.htm)
Maksud dan tujuan pendidikan politik adalah menumbuhkan kembali
semangat kebangsaan, cinta tanah air, kebanggaan berbangsa dan bernegara,
menyegarkan kembali jiwa yang cinta damai dan cinta kemerdekaan serta
menjunjung tinggi ideologi negara dan menghormati kepada pemerintah disertai
tawakal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Endang Sumantri, 2010)
Tujuan pendidikan politik bagi generasi muda sebagaimana tercantum dalam
Inpres No. 12 tahun 1982 adalah sebagai berikut: menciptakan generasi muda
Tipe sosialisasi politik adalah bagaimana cara atau mekanisme sosialisasi politik
itu berlangsung. Tipe sosialisasi politik dapat disebut pula dengan mekanisme
sosialisasi politik.
Ada dua tipe sosialiasi politik yaitu;
a. sosialisasi politik tidak langsung
b. sosialisasi politik langsung
Yang dimaksud sosialisasi politik tidak langsung adalah warga pada mulanya
berorientasi pada hal-hal yang bukan politik (non politik) namun kemudian
mempengaruhinya untuk memiliki orientasi politik. Jadi dalam sosialisasi politik
tidak langsung ini melalui dua tahap yaitu
1) tahap pertama berorientasi pada non politik
2) tahap kedua orientasi pertama ia gunakan untuk orientasi pada politik
Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi
beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik.
Alfian (1986) menyatakan pendidikan politik diartikan sebagai usaha sadar
untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami
dan menghayati benar nilai-nilai yang terkandung alam suatu sistem politik ideal
yang hendak dibangun. Endang Sumantri (2003) menyatakan pendidikan politik
merupakan proses penurunan nilai-nilai dan norma dasar dari ideologi suatu negara
yang dilakukan secara sadar, terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu dari
satu generasi ke generasi berikutnya dalam rangka pembangunan watak bangsa.
Sunatra (2006) menyatakan pendidikan politik pada hakekatnya merupakan esensi
dari pembangunan budaya politik yang berlangsung secara sistematis dan
berkesinambungan seiring dari perjalanan hidup sistem politik. Berdasar pendapat
di atas, faktor apa saja yang mempengaruhi adanya pendidikan politik?
Perspektif pendidikan politik merupakan cara pandang terhadap suatu
persoalan, dalam hal ini pendidikan politik. Dalam pendidikan politik, perspektif
berguna untuk menempatkan materi secara proporsional dan tepat dalam rangka
membangun kesadaran kritis, pengetahuan dan kecakapana warga negara sehingga
bisa memahami persoalan politik yang dihadapi dan selanjutnya mampu
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab.
Dengan demikian dalam pendidikan politik, perlu melihat persoalan atau fakta
di sekitar kita yang dapat mempengaruhinya. Persoalan itu bisa dirangkum menjadi
4 macam (Nur Khoiron, 1999), sebagai berikut; gejala global, pudarnya ikatan
kebangsaaan sehingga berpotensi disintegrasi, adanya ledakan partisipasi politik
dan kebangkitan agama yang sarat kepentingan politik.
Berdasar hal ini, maka ada 4 (empat) wacana kontekstual yang dapat
mempengaruhi pendidikan politik. Wacana tersebut adalah
Wacana geopolitik internasional akibat pengaruh global
Wacana pendiri bangsa sebagai akibat dari pudarnya ikatan kebangsaan
Wacana demokrasi partisipatoris sebagai akibat gagalnya demokrasi
representatif dan ledakan partisipasi
Wacana agama sebagai akibat adanya politisasi agama yang sarat
kepentingan
Isi pendidikan politik membicarakan bahan atau materi apa saja dari
pendidikan politik itu. Apabila dinyatakan pendidikan politik bertujuan
mengembangkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan warga negara dalam
politik, maka materinya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Aspek pendidikan politik ini hampir sama dengan konsep civic knowledge, civic
disposition dan civic skill dalam dimensi civic education. Civic education dalam
pengertian luas (citizenship education) pada dasarnya juga merupakan political
education
Materi di atas perlu dijawab dan dikembangkan secara kritis dari berbagai sudut
pandang, termasuk keempat wacana perspektif pendidikan politik. Adapun langkah
yang ditempuh untuk memahami persoalan tersebut adalah
1. Definisikan konsep tersebut menurut makna dasarnya atau menurut
pendapat/pemikiran
2. Bandingkan uraian dari aneka pemikiran tersebut
3. Definisikan dengan pemahaman bebas sesuai pengalaman aktual partisipan
4. Bangun pemahaman baru berdasar perspektif yang telah ditawarkan
Isi pendidikan politik atau bahan pendidikan politik yang harus disosialisasikan
menurut Inpres No 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda,
mencakup:
1. Penanaman kesadaran berbangsa dan bernegara
2. Kehidupan dan kerukunan hidup umat beragama
3. Motivasi berprestasi
4. Hak dan kewajiban, keadilan sosial, harkat dan martabat manusia
5. Pengembangan kemampuan politik dan pribadi untuk mewujudkan
kebutuhan dan keinginan ikut serta dalam politik
6. Disiplin pribadi, sosial dan nasional
7. Kepercayaan pada pemerintah
8. Kepercayaan kepada pembangunan yang berkelanjutan
BAB VI
RANCANGAN PENDIDIKAN POLITIK
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ridha. 2002. Pengantar Pendidikan Politik Dalam Islam. Bandung: Syaamil Cipta
Media.
Afan Gaffar. 1999. Politik Indonesia ; Transisi menuju demokrasi. Pustaka Pelajar.
Jogjakarta
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London: Routledge
Budi Suryadi. 2006. Kerangka analisis sistem politik Indonesia . Jogjakarta : Ircisod
Budi Suryadi. 2007. Sosiologi Politik : Sejarah, definisi dan perbandingan konsep.
Jogjakarta : Ircisod
Cholisin. 2006. IKN dan PKn. Modul. Jakarta: Universitas Terbuka
Deden Faturrahman dan Wawan Sobari. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Malang :
UMM Press
Deliar Noer. 1999. Pemikiran politik di negara Barat. Jakarta: Mizan
Efriza. 2008. Ilmu Politik: Dari Ilmu Politik sampai Ilmu Pemerintahan. Bandung :
Alfabeta
Endang Sumantri. 2003. Pendidikan Politik. Modul. Jakarta : Universitas Terbuka
M Nur Khoiron.(dkk). 1999. Pendidikan Politik bagi Warga Negara . Yogyakarta :
LKIS
Mirriam Budiardjo. 1997. Dasar Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia
Mirriam Budiarjo. 1998. Partisipasi dan partai Politik. Edisi III. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Muhammad Numan Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.
Bandung : Rosda Karya
Permendagri No. 36 Tahun 2010 tentang Pedoman Fasilitasi Penyelenggaraan
Pendidikan Politik
Rafael Raga Maran. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Rineka Cipta