You are on page 1of 17

BAB I

HAKEKAT PENDIDIKAN POLITIK

A. Makna Pendidikan Politik


Istilah pendidikan politik (political education) merupakan gabungan dari dua kata
yakni pendidikan dan politik. Banyak definisi yang telah mendeskripsikan kedua
istilah tersebut.
Pengertian pendidikan menurut beberapa pendapat
1. Pendidikan menurut Lengeveld adalah membimbing anak didik dari tingkat
belum dewasa menuju ke kedewasaan. Berarti kriteria keberhasilan pendidikan
adalah kedewasaan.
2. Ki Hajar Dewantara, menyatakan pendidikan sebagai “daya upaya untuk
mewujudkan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran
(intelek)) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan
dunianya” .
3. Pendidikan sebagai bagian dari kehidupan agar menjadi manusia adalah
penerusan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat disebarluaskan
kepada satu generasi ke generasi penerus suatu bangsa, atau dengan kata lain
adalah kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Tirtaharja dan Lusulo, 2005:33).
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan suatu
upaya untuk memasyarakatkan sesuatu hal agar menjadi dikenal, dipahami, dan
dihayati oleh masyarakat.
5. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 20
Tahun 2003)

Istilah politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polistaia. Polis berarti negara
kota, yakni suatu masyarakat yang mampu mengurus diri sendiri atau mandiri,
sedangkan taia berarti urusan. Jadi politik dapat diartikan segala urusan yang
berkenaan dengan negara, termasuk di dalamnya masalah kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan maupun pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Dalam penggunaan sehari-hari istilah politik sering mempunyai arti yang
berbeda-beda. Hal demikian, dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
konteks penggunaan, maupun unsur kepentingan para pengguna itu sendiri.
Kendatipun demikian, dalam konteks keilmuan, perbedaan penggunaan konsep
politik ini, dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
a. Politik dalam arti kepentingan
Manusia memiliki kebutuhan atau keinginan. Dengan berbagai tindakan dan
perilakunya, manusia kerap melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan

1 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


kebutuhan atau keinginannya. Menurut Deliar Noer (1983) keinginan itu bisa
terwujud dalam bentuk yang lebih keras, yaitu kepentingan. Politik adalah masalah
siapa mendapatkan apa, kapan dan bagaimana (Harold Laswell)
b. Politik dalam arti kebijakan
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa (a) masalah politik tidak bisa
dilepaskan dari konteks kemasyarakatan, (b) interaksi antar kepentingan, dan (c)
upaya untuk perjuangan kepentingan. Maka salah satu perkembangan ilmu politik
itu, adalah adanya penguatan makna politik sebagai sebuah kebijakan. Artinya,
politik bukan diartikan sebagai satu perjuangan kepentingan atau usaha
mempertahankan kepentingan, tetapi erat kaitannya dengan ‘bagaimana
membangun sebuah regulasi atau mekanisme pengelolaan kepentingan publik
dengan cara yang dapat diterima oleh semua pihak”.
Dalam pengertian yang lebih luas, politik berkenaan dengan konsep-konsep
pokok sebagai berikut; negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan
pembagian (Mirriam Budiardjo, 1977). Sedangkan istilah politik dalam konteks
pendidikan politik bukanlah politik dalam artian segala sesuatu yang berhubungan
dengan proses menetapkan atau melaksanakan kebijakan negara, tetapi “kebijakan
atau langkah yang diambil dalam usaha memilih dan mencapai tujuan negara”
(Soerono, 1981).
Berikut ini definisi pendidikan politik menurut beberapa pendapat.
1. Pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu bangsa mentransfer budaya
politiknya dari generasi yang satu ke generasi yang kemudian (M Panggabean,
1981)
2. Pendidikan politik adalah usaha memasyaratkan politik dalam arti
mencerdaskan kehidupan politik rakyat, meningkatkan kesadaran setiap warga
negara dalam berbangsa dan bernegara, serta meningkatkan kepekaan dan
kesadaran rakyat terhadap hak, kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap
bangsa dan negara (Soerono, 1982)
3. Pendidikan politik adalah pendidikan kesadaran berbangsa dan bernegara (L
Soetanto, 1982)
4. Pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah
proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan
menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang
ideal yang hendak dibangun” (Alfian ,1986).
5. Pendidikan politik adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk
membentuk individu agar menjadi partisipan yang bertanggung jawab secara
moral/etis dalam mencapai tujuan politik (Kartini Kartono, 1986)
6. Pendidikan politik merupakan proses dialogis antara pemberi dan penerima
pesan, melalui pesan ini masyarakat mengenal dan mempelajari nilai, norma,
simbol politik yang ideal dari berbagai pihak dalam sistem politik (Ramlan
Surbakti, 1992)
7. Pendidikan politik adalah pendidikan atau bimbingan, pembinaan warga negara
suatu negara untuk memahami, mencintai dan memiliki rasa keterikatan diri
(sense of belonging) yang tinggi terhadap bangsa dan negara serta seluruh

2 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


perangkat sistem maupun perangkat kelembagaan yang ada (Kosasih Djahiri,
1995)
8. Pendidikan politik secara umum adalah sosialisasi nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Azis Wahab, 1996)
9. Pendidikan politik sebagai “Upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik
rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem
politiiknya” (Rusadi Kantaprawira, 2004)
10. Pendidikan politik adalah suatu proses penanaman nilai-nilai politik yang
dilakukan sengaja, terencana, bisa bersifat formal dan informal, dilakukan terus
menerus dari generasi ke generasi agar warga negara mau berpartisipasi dalam
politik serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya secara
bertanggung jawab (Sunarso, 2007)
11. Pendidikan politik adalah proses penurunan nilai-nilai dan norma-norma dasar
dari ideologi suatu negara yang dilakukan dengan sadar, terorganisir, dan
berencana dan berlangsung kontinyu dari satu generasi kepada generasi
berikutnya dalam rangka membangun watak bangsa (national character
building) (Endang Sumantri, 2010)
12. Pendidikan politik menurut Instruksi Presiden No. 12 tahun 1982 tentang Pola
Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Politik Generasi muda, sebagai
berikut: “Pendidikan politik merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan
dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan guna menunjang
kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa. Pendidikan
politik juga harus merupakan bagian proses perubahan kehidupan politik
bangsa Indonesia yang sedang dilakukan dewasa ini dalam rangka usaha
menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil, efektif,
dan efisien”
13. Pendidikan politik menurut Permendagri No. 36 tahun 2010 tentang Pedoman
Fasilitasi Penyelenggaraan Pendidikan Politik, sebagai berikut: “ proses
pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab
setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”.

Definisikan konsep pendidikan politik menurut anda sendiri!

The aim of political education is to get people interested in politics and to lay
down the foundations which will allow pupils and students to become responsible
citizens by attempting to teach them how to analyze and assess a given political
situation independently. (http://www.dadalos.org/int/uebersicht.htm)
Maksud dan tujuan pendidikan politik adalah menumbuhkan kembali
semangat kebangsaan, cinta tanah air, kebanggaan berbangsa dan bernegara,
menyegarkan kembali jiwa yang cinta damai dan cinta kemerdekaan serta
menjunjung tinggi ideologi negara dan menghormati kepada pemerintah disertai
tawakal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Endang Sumantri, 2010)
Tujuan pendidikan politik bagi generasi muda sebagaimana tercantum dalam
Inpres No. 12 tahun 1982 adalah sebagai berikut: menciptakan generasi muda

3 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


Indonesia yang sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk membangun manusia
Indonesia seutuhnya, yang perwujudannya akan tercermin dalam sejumlah ciri
watak dan kepribadiannya sebagai berikut:
1. Sadar akan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kepentingan
bangsa dan negara yang terutama diwujudkan melalui keteladanan.
2. Secara sadar taat pada hukum dan Undang-Undang Dasar.
3. Memiliki disiplin pribadi, sosial, dan nasional.
4. Berpandangan jauh ke depan serta memiliki tekad perjuangan untuk
mencapai kehidupan yang lebih maju, yang didasarkan kepada kemampuan
objektif bangsa.
5. Secara sadar mendukung sistem kehidupan nasional secara demokratis.
6. Aktif dan kreatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya
dalam usaha.
7. Aktif menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dengan kesadaran akan
keanekaragaman bangsa.
8. Sadar akan perlunya pemeliharaan lingkungan hidup dan alam secara
selaras, serasi, dan seimbang.
9. Mampu melaksanakan penilaian terhadap gagasan, nilai, serta ancaman
yang bersumber dari luar Pancasila dan UUD 1945 atas dasar pola pikir atau
penalaran logis mengenai Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan tujuan atau sasaran penyelenggaraan pendidikan politik menurut


Permendagri No. 36 Tahun 2010 adalah
a. meningkatnya kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. meningkatnya kemandirian, kedewasaan, dan pencapaian prestasi dalam
penyelenggaraan kehidupan politik dan kenegaraan; dan
c. berkembangnya karakter bangsa yang selaras dengan budaya dan sejarah
bangsa.

B. Hubungan Pendidikan Dengan Politik


Kehidupan politik sangat mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan,
sebaliknya pendidikan adalah institusi penting dalam hal pengembangan bidang
politik. Pendidikan adalah faktor politik dan kekuatan politik. Pendidikan dan
sekolah adalah pencerminan kekuatan sosial politik yang tengah berkuasa dan
merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada.Tujuan pendidikan erat kaitannya
dengan filsafat negara dan tujuan politik negara. Pendidikan juga merupakan
penjabaran dan filsafat negara dan tujuan politik negara.
Pendidikan itu tidak bisa netral. Artinya pendidikan bisa dipakai sebagai
instrumen untuk mencapai kebebasan, atau justru digunakan sebagai alat
memperbudak, menindas dan membelenggu manusia oleh pihak-pihak yang
berkuasa. Pendidikan sering menjadikan anak sebagai objek, untuk tujuan politik

4 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


atau komersial tertentu. Dalam kondisi ini pendidikan berubah wujud menjadi anti
pendidikan disertai usaha humanisasi.
Pendidikan merupakan aspek penting dari suatu kebijakan publik (public
policy). Politik pendidikan pada dasarnya mencakup pemikiran, gagasan,
pendekatan dan cara-cara yang ditempuh suatu bangsa dalam mendidik
warganegaranya (Azis Wahab, 1996). Langkah pendidikan yang tergambar
dilaksanakan pemerintah melalui departemen pendidikan. Dari departemen inilah
politik pendidikan dipikirkan, direncanakan dan disebarluaskan untuk menjadi
bahan rujukan instansi yang ada dibawahnya.

C. Hubungan Pendidikan Politik Dengan Pendidikan Kewarganegaraan


PKn dalam literatur asing disebut citizenship educatioan (arti luas) dan civic
education (arti sempit). Berikut ini definisi PKn dari para ahli Indonesia
PKn diartikan sebagai pendidikan politik yang yang fokus materinya peranan
warga negara daam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam
rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan
UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara (Cholisin, 2000)
PKn sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang kesemua itu diproses guna
melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis
dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasar Pancasila dan UUD 1945
(Numan Somantri, 2001)
PKn didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah
kebajikan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan
ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang
relevan, yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler
kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural kewarganegaraan, dan kajian ilmiah
kewarganegaraan (Udin S Winataputra, 2005)
Pendidikan Kewarganegaraan diakui sebagai bidang yang multifacet atau
multidimensional. Ia dapat bersifat lintas disiplin keilmuan, atau interdisipliner.
Dengan demikian PKn bisa mengemban beberapa fungsi atau misi pendidikan,
sebagai berikut;
 Pendidikan kebangsaan
 Pendidikan demokrasi
 Pendidikan politik
 Pendidikan hukum atau kesadaran berkonstitusi
 Pendidikan multikultural
 Pendidikan nilai
 Pendidikan kewarganegaraan
 Pendidikan damai atau resolusi konflik
 Pendidikan anti korupsi
 Dan lain-lain

5 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


Pendidikan kewarganegaraan atau citizenship education sudah menjadi
bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia
dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. Kedua, sebagai
mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan
disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru.
Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk
Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau
sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program.
Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan
kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka
berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua,
ketiga, dan keempat (Udin Winataputra, 2001)
Jika citizenship education diartikan dalam arti luas, maka “political
education” merupakan salah satu dimensi dari citizenship education (Cogan &
Dericott, 1998)

D. Hubungan Pendidikan Politik Dan Sosialisasi Politik


Berbagai pengertian dan batasan mengenai sosialisasi politik banyak
dikemukakan para sarjana terkemuka. Pada dasarnya pengertian-pengertian yang
disampaikan tidak jauh berbeda. Berikut berbagai pengertian mengenai sosialisasi
politik.
a. Menurut Kenneth P Langton
Sosialisasi politik dalam pengertian luas merujuk pada cara masyarakat dalam
mentransmisikan budaya politiknya dari generasi ke generasi
b. Menurut Gabriel Almond
Sosialisasi politik menunjuk pada proses dimana sikap-sikap dan pola tingkah
laku politik diperoleh atau dibentuk dan juga merp sarana bagi suatu generasi
untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan – keyakinan politk
pada generasi berikutnya.
c. Menurut Richard E Dawson
Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai pewarisan pengetahuan, nilai-nilai
dan pandangan-pandagan politik dari orang tua, guru, dan sarana-sarana
sosialisasi lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak
dewasa
d. Menurut Denniss Kavanagh
Sosialisasi politik adalah sitilah yang digunakan untuk menggambarkan proses
dimana individu belajar tentang politik dan mengembangkan orientasinya
terhadap politik
e. Menurut Prewitt & Dawson
Sosialisasi politik didefinisikan sebagai proses bagaimana warga negara
memperolah pandangan-pandangan politik yang merupakan perkumpulan cara
yang telah menjadi pegangan bagi kehidupan politik bangsanya.

6 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


f. Cholisin (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi politik merupakan proses
transmisi orientasi politik, budaya politik bangsanya (sistem politik nasionalnya)
agar warga negara memiliki kematangan politik (sadar akan hak dan
kewajibannya sesuai dengan yang ditentukan dalam sistem politik nasional)

Beberapa aspek penting dari sosialisasi politik:


a. sosialisasi politik merupakan proses belajar, belajar dari pengalaman
b. sosialisasi politik berlangsung tidak hanya pada usia dini dan remaja tetapi tetap
berlanjut sepanjang kehidupan
c. memberikan hasil belajar yang berupa informasi, pengetahuan, sikap, motif,
nilai-nilai yang tidak hanya berkaitan dengan individu tetapi juga dengan
kelompok
d. sosialisasi politik merupakan pra kondisi bagi aktitas sosial politik

Tipe sosialisasi politik adalah bagaimana cara atau mekanisme sosialisasi politik
itu berlangsung. Tipe sosialisasi politik dapat disebut pula dengan mekanisme
sosialisasi politik.
Ada dua tipe sosialiasi politik yaitu;
a. sosialisasi politik tidak langsung
b. sosialisasi politik langsung

Yang dimaksud sosialisasi politik tidak langsung adalah warga pada mulanya
berorientasi pada hal-hal yang bukan politik (non politik) namun kemudian
mempengaruhinya untuk memiliki orientasi politik. Jadi dalam sosialisasi politik
tidak langsung ini melalui dua tahap yaitu
1) tahap pertama berorientasi pada non politik
2) tahap kedua orientasi pertama ia gunakan untuk orientasi pada politik

Sosialisasi politik secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui


1) pengalihan hubungan antar individu
Hubungan antar individu yang pada mulanya tidak berkaitan dengan politik
namun nantinya akan berpengaruh ketika berhubungan atau berorientasi
dengan kehidupan politik. Contoh ; hubungan siswa dengan guru nantinya akan
membentuk orientasi siswa manakala ia bertemu atau berhubungan dengan
bupati
2) magang
Magang merupakan bentuk aktifitas sebagai sarana belajar. Magang ditempat-
tempat tertentu atau organisasi non politik nantinya akan mempengaruhi orang
ketika berhubungan dengan politik. Contoh : siswa ikut organisasi Pramuka, PKS,
dan Osis. Organisasi ini juga tempat pembelajaran politik. Siswa akan belajar
rapat, melakukan voting, membuat putusan dan sebagainya. Kegiatan ini akan
sangat membantu manakala siswa nanti benar-benar terjun di masyarakat dan
politik.

7 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


3) Generalisasi
Menurut tipe ini, kepercayaan dan nilai-nilai yang diyakini yang sebenarnya
tidak berkaitan dengan politik dapat mempengaruhi orang untuk berorientasi
pada obyek politik tertentu. Misalnya ; warga memiliki kepercayaan bahwa
semua orang pada dasarnya baik, maka kepercayaan ini akan menjadikan ia
berprasangka baik terhadap semua pejabat negara . Sebaliknya jika orang
berpendapat bahwa semua orang pada dasarnya buruk, maka ia akan hati-hati
manakala bertemu dengan pejabat. Jadi kepercayaan atau nilai-nilai yang
diyakini digeneralasasikan pada kehidupan politik.

c. Sosialisasi politik langsung


Dalam tipe ini, sosialisasi politik berlangsung dalam satu tahap saja yaitu bahwa
hal-hal yang dioreintasikan, yang ditransmisikan adalah hal-hal yang bersifat
politik.
Sosialisasi politik langsung dapat dilakukan melalui
1) Peniruan perilaku (imitasi)
Proses menyerap atau mendapatkan orientasi politik dengan cara meniru orang
lain. Yang ditiru tidak hanya pandangan politik, tetapi juga bisa sikap-sikap
politik, keyakinan politik, harapan mengenai politik, tingkah laku politik serta
ketrampilan dalam berpolitik. Contoh; seorang remaja akan mendukung calon
bupati karena orang tuanya juga mendukung si calon bupati tersebut
2) Sosialisasi antisipatori
Sosialisasi politik dengan cara belajar bersikap dan berperilaku seperti tokoh
politik yang diidealkan. Pada umumnya anak atau remaja mengidealkan seorang
tokoh serta ia bila dewasa berkeinginan seperti tokoh tersebut. Maka yang
dilakukan adalah belajar bersikap dan berpandangan layaknya si tokoh, dalam
hal ini tokoh atau pemimpin politik. Misal, serorang remaja belajar bersikap dan
cara berbicara seperti presiden sebab ia memang mengidealkan peran itu.
3) Pendidikan politik
Sosialisasi politik melalui pendidikan politik adalah upaya yang secara sadar dan
sengaja serta direncanakan untuk menyampaikan, menanamkan dan
membelajarkan anak untuk memiliki orientasi-orientasi politik tertentu.
Pendidikan politik bisa dilakukan melalui sekolah, organisasi, partai politik,
media massa, diskusi politik, serta forum-forum yang sengaja dirancang untuk
penyampaian orientasi politik.
4) Pengalaman politik
Pengalaman politik adalah belajar langsung dalam kegiatan-kegiatan politik atau
kegiatan yang sifatnya publik. Terlibat langsung dalam kegiatan partai politik
adalah contoh mendapatkan pengalaman politik.

Apa hubungan pendidikan politik dengan sosialisasi politik menurut anda?


Sebelum menjawab, buatlah dulu skema dari uraian di atas!

8 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


BAB II
PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi
beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik.
Alfian (1986) menyatakan pendidikan politik diartikan sebagai usaha sadar
untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami
dan menghayati benar nilai-nilai yang terkandung alam suatu sistem politik ideal
yang hendak dibangun. Endang Sumantri (2003) menyatakan pendidikan politik
merupakan proses penurunan nilai-nilai dan norma dasar dari ideologi suatu negara
yang dilakukan secara sadar, terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu dari
satu generasi ke generasi berikutnya dalam rangka pembangunan watak bangsa.
Sunatra (2006) menyatakan pendidikan politik pada hakekatnya merupakan esensi
dari pembangunan budaya politik yang berlangsung secara sistematis dan
berkesinambungan seiring dari perjalanan hidup sistem politik. Berdasar pendapat
di atas, faktor apa saja yang mempengaruhi adanya pendidikan politik?
Perspektif pendidikan politik merupakan cara pandang terhadap suatu
persoalan, dalam hal ini pendidikan politik. Dalam pendidikan politik, perspektif
berguna untuk menempatkan materi secara proporsional dan tepat dalam rangka
membangun kesadaran kritis, pengetahuan dan kecakapana warga negara sehingga
bisa memahami persoalan politik yang dihadapi dan selanjutnya mampu
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab.
Dengan demikian dalam pendidikan politik, perlu melihat persoalan atau fakta
di sekitar kita yang dapat mempengaruhinya. Persoalan itu bisa dirangkum menjadi
4 macam (Nur Khoiron, 1999), sebagai berikut; gejala global, pudarnya ikatan
kebangsaaan sehingga berpotensi disintegrasi, adanya ledakan partisipasi politik
dan kebangkitan agama yang sarat kepentingan politik.
Berdasar hal ini, maka ada 4 (empat) wacana kontekstual yang dapat
mempengaruhi pendidikan politik. Wacana tersebut adalah
 Wacana geopolitik internasional akibat pengaruh global
 Wacana pendiri bangsa sebagai akibat dari pudarnya ikatan kebangsaan
 Wacana demokrasi partisipatoris sebagai akibat gagalnya demokrasi
representatif dan ledakan partisipasi
 Wacana agama sebagai akibat adanya politisasi agama yang sarat
kepentingan

A. Perspektif yang mempengaruhi pendidikan politik


1. Wacana geopolitik internasional
a. Menyadarkan makna penting hidup bersama dalam ikatan kebangsaan
b. Menyatukan tujuan, visi misi kita kita dalam melangsungkan hidup bersama
2. Wacana pendiri bangsa
a. Wacana pendirian bangsa yang pernah dilakukan the founding fathers
mempunyai makna sejarah yang penting

9 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


b. Perspektif geopolitik harus menjadi dasar bagi pengembangan wawasan
kebangsaan
c. Wawasan kebangsaan harus dibangun bersifat dua arah : inward looking dan
out ward looking
d. Pendidikan politik dalam rangka menegakkan demokrasi dan mencegah
integrasi dapat diberangkatkan dari perspektif wacana pendiri bangsa
3. Wacana demokrasi partisipatoris
Demokrasi langsung partisipatoris penting untuk disosialisasikan sebagai wacana
sekaligus praksis politik dalam kehidupan bernegara
4. Wacana agama
Bermaksud menghadirkan kesadaran kritis dengan memperhatikan agama
sebagai faktor komplementer dalam kehidupan bernegara
Meskipun agama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur namun dapat
saja digunakan sebagai sarana legitimasi yang efektif untuk kepentingan suatu
kekuasaan.
Keempat wacana tersebut memunculkan beragam problem aktual dan isu
strategis yang bisa mempengaruhi isi materi pendidikan politik.

B. Aktor Pendidikan Politik


Aktor adalah pelaku pendidikan politik. Aktor pendidikan politik antara lain;
partai politik, keluarga, masyarakat sipil, dan kelompok kepentingan (Nur Khoiron,
1999). Menurut Permendagri No 36 Tahun 2010, pelaku pendidikan politik adalah
a. partai politik;
b. partai politik lokal;
c. organisasi kemasyarakatan;
d. lembaga nirlaba lainnya; dan
e. lembaga atau instansi vertikal di daerah.
Yang dimaksud organisasi nir laba itu, mencakup:
a. badan eksekutif mahasiswa;
b. dharma wanita;
c. pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga;
d. pondok pesantren;
e. paguyuban atau sejenisnya;
f. rukun tetangga;
g. rukun warga;
h. karang taruna; dan
i. kelompok swadaya masyarakat lainnya

Kembangkanlah masing-masing perspektif tersebut !


Temu tunjukkan pelaku pendidikan politik dalam praktek pendidikan politik!

10 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


BAB III
ISI PENDIDIKAN POLITIK

Isi pendidikan politik membicarakan bahan atau materi apa saja dari
pendidikan politik itu. Apabila dinyatakan pendidikan politik bertujuan
mengembangkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan warga negara dalam
politik, maka materinya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Aspek pendidikan politik ini hampir sama dengan konsep civic knowledge, civic
disposition dan civic skill dalam dimensi civic education. Civic education dalam
pengertian luas (citizenship education) pada dasarnya juga merupakan political
education

A. Isi pendidikan politik yang mencakup aspek kognitif


Salah satu tujuan pendidikan politik adalah membangun pengetahuan politik
warga negara (civic knowledge). Setidaknya ada 5 persoalan pokok yang perlu
diketahui warga negara. Kelima persoalan itu adalah :
1. Demokrasi dan hak-hak warga negara
2. Kedaulatan rakyat
3. Sistem kelembagaan negara
4. Hubungan kekuasaan pusat dan daerah
5. Sistem ekonomi

Materi di atas perlu dijawab dan dikembangkan secara kritis dari berbagai sudut
pandang, termasuk keempat wacana perspektif pendidikan politik. Adapun langkah
yang ditempuh untuk memahami persoalan tersebut adalah
1. Definisikan konsep tersebut menurut makna dasarnya atau menurut
pendapat/pemikiran
2. Bandingkan uraian dari aneka pemikiran tersebut
3. Definisikan dengan pemahaman bebas sesuai pengalaman aktual partisipan
4. Bangun pemahaman baru berdasar perspektif yang telah ditawarkan

B. Isi pendidikan politik yang mencakup aspek afektif


Pendidikan politik mencakup didalamnya proses menanamkan nilai-nilai
tertentu kepada warga negara. Dengan demikian pendidikan politik bertujuan
membangun karakter warga negara, sebagai dimensi afektif dari pendidikan politik.
Dalam pendidikan politik warga negara, nilai-nilai yang diajarkan adalah nilai-nilai
demokrasi.
Nilai-nilai tersebut adalah
a. Kebebasan
b. Tanggung jawab
c. Kemandirian
d. Hak menentukan nasib sendiri
e. Toleransi

11 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


f. Pertolongan agar bisa menolong diri sendiri
g. Pluralisme
h. Kemajuan
i. Perdamaian

Selain nilai-nilai demokrasi, pendidikan politik bertujuan pula membangun


karakter yang berpihak. Karakter warga negara ini sesungguhnya juga merupakan
pencerminan dari nilai-nilai demokrasi .
Karakter tersebut antara lain;
a. Rasa hormat dan tanggung jawab
b. Bersikap kritis
c. Membuka diskusi –dialog
d. Bersikap terbuka
e. Rasional
f. Jujur
g. Adil

C. Isi pendidikan politik yang mencakup aspek psikomotor


Aspek psikomotorik berkenaan dengan tujuan pendidikan politik untuk
membangun kecapakan warga negara . kecakapan itu meliputi kecakapan
intelektual dan kecakapan partisipatoris.
Kecakapan intelektual adalah kecakapan berfikir kritis. Untuk mampu berfikir
kritis mensyaratkan adanya kesadaran kritis warga negara. Kecakapan intelektual
meliputi:
1. Kemampuan mendengar
2. Kemampuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan persoalan
3. Kemampuan menganalisis
4. Kemampuan mengadakan evaluasi
Kecakapan partisipasi meliputi kemampuan interaksi (interacting), monitoring
(monitoring), dan mempengaruhi (influencing).

Isi pendidikan politik atau bahan pendidikan politik yang harus disosialisasikan
menurut Inpres No 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda,
mencakup:
1. Penanaman kesadaran berbangsa dan bernegara
2. Kehidupan dan kerukunan hidup umat beragama
3. Motivasi berprestasi
4. Hak dan kewajiban, keadilan sosial, harkat dan martabat manusia
5. Pengembangan kemampuan politik dan pribadi untuk mewujudkan
kebutuhan dan keinginan ikut serta dalam politik
6. Disiplin pribadi, sosial dan nasional
7. Kepercayaan pada pemerintah
8. Kepercayaan kepada pembangunan yang berkelanjutan

12 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


Sedangkan isi pendidikan politik atau disebut materi pendidikan politik
menurut Permendagri No 36 Tahun 2010, meliputi materi wajib dan materi pilihan.
Materi wajib adalah Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan materi pilihan mencakup:
a. demokrasi;
b. hak asasi manusia;
c. sistem pemerintahan;
d. pertahanan dan keamanan;
e. budaya dan etika politik;
f. kebijakan publik;
g. pendidikan kewarganegaraan;
h. politik kesejahteraan sosial;
i. politik tata ruang dan lingkungan;
j. kepemerintahan yang baik;
k. globalisasi dan politik luar negeri Indonesia;
l. partai politik;
m. otonomi daerah;
n. masyarakat sipil; dan
o. pasar dan dunia usaha

Acuan normatif yang digunakan adalah bahwa


(1) Materi pilihan sebagaimana dimaksud tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(2) Materi pendidikan politik sebagaimana dimaksud difasilitasi sesuai dengan
kebutuhan, ketersediaan, prosedur, dan ketentuan yang berlaku

Analisis dan kembangkan isi pendidikan politik di Indonesia tersebut berdasar


tiga aspek : kognitif, afektif dan psikomotorik !

13 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


BAB IV
PENDEKATAN DAN MODEL PENDIDIKAN POLITIK

A. Tahap tahap pendidikan politik :


Menurut Numan Somantri (2001), berdasar sejarah dan perkembangannya di
masa depan, pendidikan politik berisi 3 tahapan dalam tekanan yang saling
berkaitan satu sama lain.
Ketiga tahapan tersebut adalah
1. Patriotic/traditional political education
Yakni tahapan pendidikan politik yang menekankan pada penanaman nilai-nilai
tertentu yang dilakukan umumnya melalui indoktrinasi. Pendidikan politik
diarahkan pada “nation and character building”
2. Institutional political education
Pendidikan politik sudah membicarakan hubungan warga negara dengan
pemerintah serta hak dan kewajiban. Pendidikan politik diarahkan pada
terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab
3. Behavioristic political education
Pendidikan politik sudah mengkaji mekanisme dan nilai-nilai serta perilaku
kelompok masyarakat dan perilaku pemerintah dalam arti luas.
Tahapan ini mirip dengan perkembangan pendekatan ilmu politik dan
perkembangan sosial studies (pendidikan ilmu sosial). Ilmu politik bermula dari
pendekatan institusional selanjutnya pendekatan tingkat laku. Perkembangan sosial
studies adalah : transmisi kewarganegaraan, sosial studies sebagai ilmu dan social
studies sebagai reflektif inquiri.

B. Pendekatan pendidikan politik


Menurut Inpres No 12 Tahun 1982 ada dua pendekatakan pokok dalam
pendidikan politik yakni pendekatan pembinaan dan pendekatan pengembangan.
Dalam pendekatan pembinaan, prakarsa datang dari pihak pemerintah dan
kepemimpinan nasional, sedang generasi muda sebagai obyek yang dibina.
Pendekatan ini diterapkan pada generasi muda usia 0- 17 tahun. Sedangkan dalam
pendekatan pengembangan, prakarsa datang dari generasi muda sendiri sebagai
subyek. Pendekatan ini diterapkan pada usia 18- 30 tahun.
Masing-masing pendekatan memiliki motivasi, usaha, sasaran, cara dan
meteri yang berbeda.

C. Jalur pendidikan politik


Jalur pembinaan dan pengembangan pendidikan politik generasi muda
dikelompokkan menjadi 3 jalur yakni : jalur utama, penunjang dan koordinasi.
1. Jalur utama terdiri atas jalur keluarga dan jalur generasi muda.
2. Jalur penunjang terdiri atas jalur sekolah/prasekolah, dan jalur masyarakat.
3. Jalur koordinasi adalah jalur yang dilakukan pemerintah.

14 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


Dengan jalur-jalur tersebut, diharapkan pendidikan politik generasi muda
mampu mencapai sasaran yang terdiri atas penahapan kemajuan, yakni
4. Taraf pertama adalah pengetahuan, pengertian dan pemahaman
5. Taraf kedua adalah penerimaan, penanggapan, penghargaan dan penjiwaan
6. Taraf ketiga adalah penerapan dan pengalaman

D. Model pendidikan politik


Pendidikan politik dapat dilakukan dengan berbagai cara, atau strategi
penyampaian. Dalam hal ini dapat dikatakan model pendidikan politik. Model-
model pendidikan politik antara lain;
1. Model keteladanan,
2. Model penataran,
3. Model pelatihan,
4. Model penyuluhan ,
5. Model organisasi

Selain model, juga diketengahkan beragam motode pendidikan politik non


formal. Metode ini antara lain; bursa gagasan, buzz group, studi kasus, debat,
pengharapan, diskusi terbuka, role play, cerita pengalaman, forum lingkaran,
lingkaran dalam lingkaran, dan melapor ulang. Ada juga metode display dan
allegoris, seperti karnaval, festival, pawai, teatrikal, dan arak-arakan.
Sementara itu metode dalam pendidikan formal yang sudah lazim digunakan
antara lain; ceramah, diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah, penugasan, analisis
nilai, dan klarifikasi nilai (VCT)
Penggunaan model dan metode pendidikan politik memerlukan media
pendidikan yang efektif agar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
pelaku pendidikan politik juga mempertimbangkan penggunaan media pendidikan
politik apa yang efektif untuk suatu program pendidikan politik yang dijalankan.
Ada dua jenis media yang bisa dipilih yakni media langsung dan media tidak
langsung. Masing jenis media ini memiliki kelebihan dan kelemahannya.

Kemukakan model dan metode yang sejalan dengan tahapan pendidikan


politik di atas!

15 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


BAB V
PRAKTIK PENDIDIKAN POLITIK

A. Kelebihan dari suatu praktik pendidikan politik


B. Kelemahan dari suatu praktik pendidikan politik
C. Umpan balik terhadap suatu praktik pendidikan politik

BAB VI
RANCANGAN PENDIDIKAN POLITIK

1. Memilih isi dan sasaran dari kegiatan pendidikan politik


2. Membuat usulan kegiatan pendidikan politik

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ridha. 2002. Pengantar Pendidikan Politik Dalam Islam. Bandung: Syaamil Cipta
Media.
Afan Gaffar. 1999. Politik Indonesia ; Transisi menuju demokrasi. Pustaka Pelajar.
Jogjakarta
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London: Routledge
Budi Suryadi. 2006. Kerangka analisis sistem politik Indonesia . Jogjakarta : Ircisod
Budi Suryadi. 2007. Sosiologi Politik : Sejarah, definisi dan perbandingan konsep.
Jogjakarta : Ircisod
Cholisin. 2006. IKN dan PKn. Modul. Jakarta: Universitas Terbuka
Deden Faturrahman dan Wawan Sobari. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Malang :
UMM Press
Deliar Noer. 1999. Pemikiran politik di negara Barat. Jakarta: Mizan
Efriza. 2008. Ilmu Politik: Dari Ilmu Politik sampai Ilmu Pemerintahan. Bandung :
Alfabeta
Endang Sumantri. 2003. Pendidikan Politik. Modul. Jakarta : Universitas Terbuka
M Nur Khoiron.(dkk). 1999. Pendidikan Politik bagi Warga Negara . Yogyakarta :
LKIS
Mirriam Budiardjo. 1997. Dasar Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia
Mirriam Budiarjo. 1998. Partisipasi dan partai Politik. Edisi III. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Muhammad Numan Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.
Bandung : Rosda Karya
Permendagri No. 36 Tahun 2010 tentang Pedoman Fasilitasi Penyelenggaraan
Pendidikan Politik
Rafael Raga Maran. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Rineka Cipta

16 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI


Ramdlon Naning (Peny). 1982. Pendidikan Politik dan Regenerasi.Yogyakarta:
Liberty
Ramlan Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Sunarso. 2007. Pendidikan Politik dan Politik Pendidikan dalam Jurnal Civics, Vol 4
No 2 Des 2007, Jur PKn dan Hukum, FISE, UNY
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik”. Orasi Ilmiah
Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung
Winarno & Wijianto. 2010. Ilmu Kewarganegaraan dalam Konteks PKn . Solo : UNS
Pres dan Laboratorium PPKn

17 Kapsel Pendidikan Politik/ PPKn/VI

You might also like