You are on page 1of 9

JOM Vol. 2 No.

2, Oktober 2015

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP


PENURUNAN GEJALA POST PARTUM BLUES
Ike Dwi Permatasari 1, Misrawati 2, Oswati Hasanah 3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email : ikedwipermata@gmail.com

Abstract
Post partum blues is a mood swing that happens in post partum mother than often occurs at the third or fourth post
partum and peaked between the fifth and fourteenth day. One of the treatment that can be given to post partum mother
is by giving relaxation therapy such as Mozart classical music therapy. This study aimed to find the effectiveness of
Mozart classical music therapy toward decrease post partum blues symptoms. This study used quasy experimental
design with non equivalent control group design. Thirty people were chosen as the sample using purposive sampling
technique by focusing on the inclusion criteria. The research instrument used on both group was Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) questionnaire sheet which had been tested for its validity and reliability. The analyses used
were univariate and bivariate analysis with dependent sample t-test and independent sample t-test. The result of the
study showed that the average score of post partum blues symptom in experimental group after having Mozart classical
music therapy was 4,93 and for control group which was not given Mozart classical music therapy was 7,80. The
statistical result obtained p value of (0,000) < α (0,05), so it can be concluded that Mozart classical music therapy was
effective to decrease post partum blues symptom. Based on the result of this study, Mozart classical music therapy was
expected to become a part of treatment for mothers with post partum blues.

Keywords: Mozart music, post partum blues

PENDAHULUAN dan mengalami gangguan-gangguan


Periode Post partum atau pasca psikologis sehingga perasaan-perasaan itulah
melahirkan adalah masa enam minggu sejak yang membuat seorang ibu tidak mau
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi mengurus bayinya yang disebut dengan post
kembali ke keadaan normal sebelum hamil partum blues (Marshall, 2009). Post partum
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005). Pada blues sering disebut dengan maternity blues
periode ini tubuh akan mengalami perubahan atau baby blues syndrome, yaitu suatu
baik fisiologis maupun psikologis. Proses sindroma gangguan afek ringan yang sering
adaptasi fisiologis meliputi perubahan tanda- tampak dalam minggu pertama setelah
tanda vital, hematologi, sistem persalinan dan memuncak pada hari ke tiga
kardiovaskuler, perkemihan, pencernaan, sampai ke lima dan menyerang dalam rentang
sistem muskuloskeletal, sistem endokrin dan waktu 14 hari terhitung setelah persalinan
organ reproduksi, sedangkan proses adaptasi (Arfian, 2012).
psikologis yaitu suatu proses yang akan Angka kejadian post partum blues di
melewati tiga fase penyesuaian ibu terhadap luar negeri cukup tinggi, diantaranya Jepang
perannya sebagai orang tua, yaitu fase dengan jumlah 15 dari 100 orang (15%),
dependen (taking in), fase dependen-mandiri Yunani 27 dari 78 orang (34,6%) (Gonidakis,
(taking hold), dan fase interdependen (letting 2011; Takahashi, & Tamakoshi, 2014).
go) (Bobak et al., 2005; Pillitteri, 2007). Sedangkan di Indonesia 1 dari 10 wanita yang
Perubahan tersebut merupakan baru saja melahirkan memiliki kecenderungan
perubahan psikologis yang normal terjadi post partum blues (Depkes RI, 2008), dan
pada ibu yang baru melahirkan, namun hanya menurut Munawaroh (2008), 50-70% wanita
sebagian ibu post partum yang dapat pasca persalinan mengalami post partum
menyesuaikan diri dengan baik, sedangkan blues. Post partum blues juga terjadi di
sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan diri Provinsi Riau, berdasarkan penelitian yang
1160
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

dilakukan oleh Misrawati, Lestari, dan Utami halusinasi, berpikir tentang bunuh diri,
(2014) di sebuah rumah sakit rujukan yaitu bahkan mencoba untuk membahayakan
Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru bayinya. (Amstrong, et al., 2000, dalam
terdapat 61,9% ibu post partum beresiko Latifah & Hartati, 2006).
mengalami post partum blues dan 16,7% Cara mencegah agar depresi post
mengalami post partum blues. partum ataupun psikosis post partum ini tidak
Penyebab post partum blues belum terjadi maka perlu penanganan yang baik
diketahui secara pasti, namun hasil beberapa pada saat ibu pasca melahirkan mengalami
penelitian mengatakan faktor penyebab post partum blues. Salah satu penanganan
terjadinya post partum blues adalah faktor yang dapat dilakukan pada ibu post partum
hormonal, demografik, pengalaman dalam blues adalah dengan memberikan terapi
proses kehamilan/persalinan, latar belakang relaksasi yaitu terapi musik. Terapi musik
psikososial wanita yang bersangkutan, berperan sebagai salah satu teknik relaksasi
dukungan keluarga, kecemasan pada untuk memperbaiki, memelihara, mengem
kehamilan dan persalinan, serta persalinan bangkan mental, fisik, dan kesehatan
dengan operasi caesar (Verkerk, et al., 2005; emosi/psikologis (Djohan, 2006).
Gonidakis, et al., 2007). Akibat dari beberapa Terapi musik sering digunakan karena
faktor tersebut maka ibu post partum blues sangat mudah dilakukan dan terjangkau,
akan mengalami gejala-gejala seperti: reaksi tetapi efeknya menunjukkan betapa besar
depresi / sedih / disforia, mudah menangis musik dalam mempengaruhi ketegangan atau
(tearfulness), mudah tersinggung (irritable), kondisi rileks pada diri seseorang (Mucci &
cemas, bingung, gelisah, nyeri kepala Mucci, 2002). Musik tersebut akan
(headache), labilitas perasaan, cenderung merangsang pengeluaran gelombang otak
menyalahkan diri sendiri, merasa tidak yang dikenal sebagai gelombang α yang
mampu, gangguan tidur dan gangguan nafsu memiliki frekuensi 8-12 cps (cycles per
makan (appetite). second). Pada saat gelombang α dikeluarkan
Gejala-gejala di atas mulai muncul otak memproduksi serotonin yang membantu
setelah persalinan dan pada umumnya akan menjaga perasaan bahagia dan membantu
menghilang dalam waktu antara beberapa jam dalam menjaga mood, dengan cara membantu
sampai sepuluh hari atau lebih, namun pada tidur, perasaan tenang serta melepaskan
beberapa minggu atau bulan kemudian dapat depresi dan endorphin yang menyebabkan
berkembang menjadi keadaan yang lebih seseorang merasa nyaman, tenang, dan
berat apabila tidak diatasi dengan baik euphoria (Mc Cann & Stewart, 2006).
(Bobak, et al., 2005; Nirwana, 2011). Gejala- Terapi musik membantu orang-orang
gejala post partum blues ini sering tidak yang memiliki masalah emosional dalam
diperhatikan dan tidak dipedulikan, karena mengeluarkan perasaan mereka, membuat
post partum blues pada ibu pasca persalinan perubahan positif dengan suasana hati,
masih dianggap sebagai hal yang wajar membantu memecahkan masalah, dan
sehingga seringkali terabaikan dan tidak memperbaiki konflik (Djohan, 2005).
tertangani dengan baik (Iskandar, 2004). Hal Menurut penelitian Kemper dan Danhauer
ini dapat menjadi masalah yang menyulitkan (2005), bahwa musik secara luas digunakan
bagi yang mengalaminya, bahkan gangguan untuk meningkatkan kesejahteraan,
ini dapat berkembang menjadi keadaan yang mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian
lebih berat yang disebut dengan depresi post pasien dari gejala yang tidak menyenangkan,
partum yang tentunya mempunyai dampak sehingga dengan demikian jelas bahwa terapi
lebih buruk (Saryono, 2010). Apabila tidak musik berpengaruh terhadap kondisi
segera diatasi maka dapat berlanjut menjadi emosional seseorang. Sedangkan menurut
psikosis post partum, dengan gejala yang jenis musiknya, Labbe et al. (2007)
tampak lebih parah seperti, mengalami menyebutkan bahwa mendengarkan musik
1161
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

santai klasik dan dipilih sendiri, menghasilkan terhadap pencegahan post partum blues,
penurunan yang signifikan dalam kecemasan, hasilnya menunjukkan bahwa ada pengaruh
kemarahan, dan meningkatkan relaksasi terapi musik pada kelompok intervensi (p=
dibandingkan dengan mereka yang duduk 0,018) dan kelompok kontrol mempunyai
diam atau mendengarkan musik mental berat. resiko mengalami blues sebesar 7 kali
Beberapa ahli menyarankan untuk tidak dibanding kelompok intervensi.
menggunakan jenis musik tertentu seperti Berdasarkan studi pendahuluan yang
pop, disco, rock and roll, dan musik berirama dilakukan oleh peneliti pada 8 Januari 2015 di
keras (anapestic beat) lainnya, karena jenis wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir
musik dengan anapestic beat (2 beat pendek, melalui metode wawancara, salah seorang
1 beat panjang dan kemudian pause) bidan di puskesmas tersebut mengatakan
merupakan irama yang berlawanan dengan bahwa banyak ibu post partum yang
irama jantung (Potter & Perry, 2005). mengalami post partum blues dan
Saat ini banyak jenis musik yang sebelumnya belum ada mahasiswa yang
dapat diperdengarkan namun musik yang meneliti tentang terapi untuk post partum
menempatkan kelasnya sebagai musik blues. Setelah mendapatkan beberapa data ibu
bermakna medis adalah musik klasik karena post partum dari puskesmas, selanjutnya
musik ini magnitude yang luar biasa dalam peneliti mengunjungi satu persatu alamat
perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya yang didapat dan melakukan wawancara.
memiliki nada yang lembut dan teratur, Hasil dari wawancara didapatkan 4 dari 5
memberikan stimulasi gelombang alfa, orang ibu post partum mengalami gejala post
ketenangan, dan membantu pendengarnya partum blues seperti mudah emosi, marah-
lebih rileks (Campbell, 2001). Pemilihan marah tanpa sebab kepada suami, mudah
terapi musik klasik didasarkan pada tersinggung, hingga menangis. Gejala
keyakinan banyak ahli musik, bahwa irama semakin dirasakan saat anak pertama dan
dan tempo musik klasik mengikuti kecepatan tidak ada terapi apapun yang dilakukan untuk
detak jantung manusia, yaitu sekitar 60 detak mengatasi gejala tersebut. Berdasarkan uraian
permenit (Potter & Perry, 2005). di atas, maka peneliti tertarik untuk
Dari beberapa penelitian tentang melakukan penelitian tentang ”Efektifitas
pengaruh berbagai jenis musik klasik, terapi musik klasik Mozart terhadap
akhirnya banyak dari peneliti tersebut penurunan gejala post partum blues”.
menganjurkan musik klasik Mozart karena
aplikasi medis musik Mozart telah TUJUAN PENELITIAN
membuktikan hasil yang menakjubkan bagi Secara umum penelitian ini bertujuan
perkembangan ilmu kesehatan (Campbell, untuk mengetahui efektifitas terapi musik
2001). Menurut Campbell (2000), musik- klasik Mozart terhadap penurunan gejala post
musik klasik Mozart memiliki keunggulan partum blues.
akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-
bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi, MANFAAT PENELITIAN
dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Hasil penelitian ini diharapkan
klasik Mozart merangsang dan memberi daya menjadi sumber informasi dalam
pada daerah-daerah kreatif dan motivasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam otak serta sesuai dengan pola sel otak tentang penerapan terapi musik klasik Mozart
manusia. Penelitian yang dilakukan oleh dalam bidang kesehatan yaitu sebagai salah
Utama (2011), menunjukkan bahwa terapi satu alternatif terapi komplementer untuk
musik Mozart dapat memberikan perasaan penurunan gejala post partum blues.
rileks dan tenang bagi pendengarnya.
Penelitian lain yang dilakukan Manurung, dkk
(2011) tentang efektifitas terapi musik
1162
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

METODE PENELITIAN Tabel 2


Penelitian ini menggunakan desain Distribusi Karakteristik Responden
penelitian quasy eksperiment dengan berdasarkan Pekerjaan dan Jenis
pendekatan non-equivalent control group Pemberian Nutrisi
yang melibatkan dua kelompok, yaitu Eksperi
Kontrol Jumlah
Karakteris men
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. tik (n=15)
(n=15) (n=30)
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja n % nB % n %
Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pekerjaan
a. Bekerja 2 13,3 1 6,7 3 10,0
Pesisir Pekanbaru dengan jumlah sampel b. Tidak 13 86,7 14 93,3 27 90,0
sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel Bekerja
Jenis Pemberian
menggunakan purposive sampling sesuai Nutrisi
dengan kriteria inklusi, yaitu ibu post partum a. ASI 3 20,0 3 20,0 6 20,0
hari ke 7 dengan persalinan normal, eksklusif
b. ASI dan 12 80,0 12 80,0 24 80,0
mengalami post partum blues (skor EPDS 9- susu
14), tidak mengalami gangguan pendengaran, formula
serta bersedia untuk dijadikan responden
penelitian. Pada tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan
Terapi musik diberikan pada hari ke 7 bahwa mayoritas umur responden pada
post partum satu kali sehari selama tujuh hari kelompok eksperimen dan kontrol berada
berturut-turut dengan menggunakan Earphone pada rentang 20-35 tahun yaitu sebanyak
dan MP3 Player selama 30 menit. Pada hari 83,3% (25 orang), paritas multipara 60,0%
ke 14 gejala post partum blues diukur (18 orang), pendidikan SD 40,0% (12 orang),
kembali dengan menggunakan kuesioner pekerjaan sebagian besar tidak bekerja 90,0%
EPDS. Analisa data yang digunakan yaitu (27 orang), dan jenis pemberian nutrisi adalah
analisa univariat menggunakan frekuensi dan ASI dan susu formula 80,0% (24 orang).
analisa bivariat menggunakan uji Dependent
T Test dan uji Independent T Test untuk 2. Analisa Bivariat
melihat efektifitas terapi musik klasik Mozart Tabel 3
terhadap penurunan gejala post partum blues. Perbedaan Rata-Rata Gejala Post
Partum Blues Sebelum dan Sesudah
HASIL PENELITIAN Intervensi pada Kelompok Eksperimen
Berdasarkan penelitian didapatkan dan Kelompok Kontrol
hasil sebagai berikut: Gejala Post p
Mean SD Min Max
Partum Blues value
1. Analisa Univariat Kelompok
Tabel 1 Eksperimen
Distribusi Karakteristik Responden a. Pre test 10,80 1,52 9 13 0,000
berdasarkan Umur, Paritas, Pendidikan b. Post test 4,93 1,28 3 7
Eksperi Kelompok
Kontrol Jumlah
Karakteris men Kontrol
(n=15) (n=30)
Tik (n=15) a. Pre test 11,00 1,46 9 13 0,000
n % nB % n % b. Post test 7,80 1,37 6 11
Umur
a. <20 1 6,7 2 13,3 3 10,0
b. 20-35 12 80,0 13 86,7 25 83,3 Tabel 3, terdapat perbedaan antara
c. >35 2 13,3 0 0 2 6,7
rata-rata gejala post partum blues pada
Paritas
a. Primipara 6 40,0 6 40,0 12 40,0
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b.Multipara 9 60,0 9 60,0 18 60,0 Pada kelompok eksperimen terjadi penurunan
Pendidikan rata-rata gejala post partum blues yaitu dari
a. SD 6 40,0 6 40,0 12 40,0
b. SMP 3 20,0 4 26,7 7 23,3 10,80 (SD=1,52) dengan skor minimal 9 dan
c. SMA 5 33,3 5 33,3 10 33,3 skor maksimal 13 menjadi 4,93 (SD=1,28)
d. PT 1 6,7 0 0 1 3,3 dengan skor minimal 3 dan skor maksimal 7,
1163
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi Bobak et al. (2005) menyatakan


lebih sedikit penurunan yaitu dari 11,00 bahwa usia yang cenderung lebih beresiko
(SD=1,46) dengan skor minimal 9 dan skor untuk mengalami post partum blues adalah
maksimal 13 menjadi 7,80 (SD=1,37) dengan <20 tahun dan >35 tahun dikarenakan usia
skor minimal 6 dan skor maksimal 11. tersebut beresiko untuk melahirkan dilihat
Berdasarkan uji Dependent T Test pada dari sisi kesehatan reproduksi wanita, namun
kelompok eksperimen diperoleh p value 0,000 disamping itu post partum blues juga dapat
(p<α), hasil ini berarti bahwa ada perbedaan terjadi kapan saja selama 2 minggu pasca
yang signifikan antara gejala post partum melahirkan pada setiap wanita yang
blues sebelum dan sesudah pada kelompok melahirkan. Hal ini berarti post partum blues
eksperimen, pada kelompok kontrol juga dapat terjadi pada wanita yang melahirkan
terdapat perbedaan antara gejala sebelum dan direntang usia manapun. Hasil ini sesuai
sesudah yaitu dengan p value 0,000 (p<α). dengan penelitian Misrawati, Lestari dan
Utami (2014) yang menunjukkan tidak ada
Tabel 4 hubungan karakteristik usia ibu terhadap
Perbedaan Rata-Rata Gejala Post Partum kejadian post partum blues dengan p value
Blues Sesudah Intervensi pada Kelompok (0,648).
Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil penelitian yang
Variabel Mean SD p value dilakukan pada 30 responden didapatkan
Eksperimen 4,93 1,28 paritas responden terbanyak adalah multipara
0,000
Kontrol 7,80 1,37 sebanyak 60,0% (18 orang), sedangkan
primipara sebanyak 40,0% (12 orang)
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji Sebagian besar pendidikan responden
statistik Independent T Test didapatkan rata- dalam penelitian ini adalah SD sebanyak
rata gejala post partum blues post test 40,0% (12 orang), sedangkan pendidikan
kelompok eksperimen adalah 4,93 (SD=1,28) responden yang paling sedikit adalah
sedangkan rata-rata gejala post partum blues perguruan tinggi sebanyak 3,3% (1 orang).
post test pada kelompok kontrol lebih tinggi Hal ini sesuai dengan penelitian Irawati dan
yaitu 7,80 (SD=1,37). Hasil uji statistik Yuliani (2013) yang menyatakan bahwa
diperoleh p value 0,000 (p<α). Hal ini berarti pendidikan terbanyak yang mengalami post
Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa partum blues adalah di bawah tingkat SMA.
terapi musik klasik Mozart efektif terhadap Pendidikan rendah lebih sering mengalami
penurunan gejala post partum blues. post partum blues dibandingkan dengan
pendidikan tinggi.
PEMBAHASAN Berdasarkan pekerjaan ibu post
1.Karakteristik Ibu Post Partum Blues partum, dalam penelitian ini didapatkan
Hasil penelitian yang dilakukan pada bahwa yang terbanyak adalah tidak bekerja
30 responden didapatkan umur responden yaitu sebanyak 90,0% (27 orang) sedangkan
terbanyak adalah pada rentang 20-35 tahun responden yang bekerja sebanyak 10,0% (3
sebanyak 83,3,%. Hal ini sesuai dengan orang). Hal ini sesuai dengan pernyataan
penelitian Miyansaski (2014) yang Ambarwati (2008) bahwa ibu-ibu yang hanya
mendapatkan hasil sebagian besar responden bekerja di rumah mengurus anak-anak mereka
ibu post partum berada pada rentang usia 20- dapat mengalami keadaan krisis situasi dan
35 tahun sebanyak 94,6%. Sejalan dengan mencapai blues karena rasa lelah dan letih
pernyataan Bobak et al. (2005) bahwa angka yang mereka rasakan
kelahiran yang tinggi pada kelompok umur 20 Berdasarkan jenis pemberian nutrisi,
sampai 24 tahun dan 25 sampai 29 tahun yang dalam penelitian ini didapatkan bahwa yang
mencerminkan tahun-tahun usia subur dan terbanyak adalah memberikan ASI dan susu
produktif wanita. formula yaitu sebanyak 80,0% (24 orang)
1164
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

sedangkan responden yang memberikan ASI Hal ini sejalan dengan Reeder et al. (2011),
eksklusif hanya 20,0% (6 orang). Persepsi yang menjelaskan bahwa post partum blues
tentang jumlah air susu yang tidak adekuat merupakan depresi sementara (terkait dengan
sering dijumpai pada saat penelitian, sehingga hormon) yang dimulai pada hari kedua atau
itu menjadi alasan mengapa ibu ketiga setelah persalinan dan biasanya
menambahkan susu formula, sedangkan menghilang dalam 1 sampai 2 minggu
menurut Bobak et al. (2005) isapan yang walaupun pada beberapa wanita mengalami
dilakukan bayi menstimulasi aliran susu depresi ringan dalam jangka waktu yang lebih
dalam waktu cukup lama seharusnya dapat lama dan menurut Nirwana (2011) setelah
memberikan suplai susu dalam jumlah besar. beberapa minggu atau bulan kemudian dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih
2.Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart berat apabila tidak diatasi dengan baik. Hal
Terhadap Gejala Post Partum Blues ini tentunya dapat menjadi masalah yang
Hasil uji Dependent Sample T Test menyulitkan dan tidak menyenangkan bagi
pada kelompok eksperimen diperoleh p value yang mengalaminya, bahkan keadaan ini
0,000 (p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh dapat berkembang menjadi gangguan yang
yang signifikan antara rata-rata gejala post lebih berat yang disebut dengan depresi post
partum blues pada kelompok eksperimen partum yang tentunya mempunyai dampak
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik lebih buruk (Saryono, 2010). Depresi post
klasik Mozart. partum ini dapat berlanjut menjadi psikosis
Mekanisme musik dapat menurunkan post partum, yang mana gejala akan tampak
gejala post partum blues yaitu musik akan lebih parah seperti, mengalami halusinasi,
merangsang pengeluaran gelombang otak berpikir tentang bunuh diri, bahkan mencoba
yang dikenal sebagai gelombang α yang untuk membahayakan bayinya (Amstrong, et
memiliki frekuensi 8-12 cps (cycles per al., 2000, dalam Latifah & Hartati, 2006).
second). Pada saat gelombang α dikeluarkan Pada penjabaran di atas diketahui
otak memproduksi serotonin yang membantu bahwa pada kedua kelompok eksperimen dan
menjaga perasaan bahagia dan membantu kontrol terdapat penurunan yang signifikan
dalam menjaga mood, dengan cara membantu antara gejala post partum blues pre test dan
tidur, perasaan tenang serta melepaskan post test. Penurunan pada kelompok
depresi dan endorphin yang menyebabkan eksperimen yaitu sebanyak 5,87 sedangkan
seseorang merasa nyaman, tenang, dan penurunan pada kelompok kontrol lebih
euphoria (Mc Cann & Stewart, 2006). Hal ini sedikit yaitu 3,2. Setelah dilakukan uji
sesuai dengan hasil penelitian Manurung, dkk Independent Sample T Test diperoleh p value
(2011) yang berjudul ”Efektifitas terapi musik 0,000 (p<0,05), berarti dapat disimpulkan
terhadap pencegahan post partum blues”, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh terapi rata-rata gejala post partum blues setelah
musik pada kelompok intervensi (p<0,05) dan intervensi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai resiko kelompok kontrol.
mengalami blues sebesar 7 kali dibanding Menurut Campbell (2000), musik-
kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan musik klasik Mozart memiliki keunggulan
bahwa terapi musik klasik Mozart akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-
berpengaruh sebagai penanganan post partum bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi,
blues. dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik
Pada kelompok kontrol ternyata juga klasik Mozart merangsang dan memberi daya
diperoleh p value 0,000 (p<0,05). Hal ini juga pada daerah-daerah kreatif dan motivasi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam otak serta sesuai dengan pola sel otak
antara rata-rata gejala post partum blues manusia. Selain itu musik klasik Mozart juga
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. dapat memberikan ketenangan, memperbaiki
1165
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

persepsi spasial dan memungkinkan pasien Saran


untuk berkomunikasi baik dengan hati Bagi perkembangan ilmu keperawatan
maupun pikiran. Musik klasik Mozart penelitian ini dapat dijadikan informasi
memiliki efek yang tidak dimiliki komposer sebagai terapi komplementer untuk ibu pasca
lain, yaitu memiliki kekuatan yang melahirkan dan penanganan pada ibu yang
membebaskan, mengobati dan mengalami post partum blues sehingga dapat
menyembuhkan (Musbikin, 2009). meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu
Pemberian intervensi terapi musik post partum.
klasik membuat seseorang menjadi rileks, Bagi institusi tempat penelitian
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
melepaskan rasa gembira dan sedih, kontribusi dan masukan untuk dapat
melepaskan rasa sakit dan menurunkan menggunakan hasil penelitian ini sebagai
tingkat stres, sehingga dapat menyebabkan salah satu terapi alternatif dalam
penurunan kecemasan. Hal tersebut terjadi penatalaksanaan ibu dengan post partum
karena peningkatan serotonin dan penurunan blues, dan sebaiknya skrining kejadian post
Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) yang partum blues dapat dilakukan pada semua ibu
merupakan hormon stres (Djohan, 2005; post partum.
Musbikin, 2009). Sehingga dapat disimpulkan Bagi responden dan masyarakat
bahwa pemberian terapi musik klasik Mozart diharapkan ibu hamil sudah memiliki
efektif terhadap penurunan gejala post partum persiapan yang lebih matang dalam
blues. menghadapi persalinan agar proses adaptasi
lebih baik pada masa pasca persalinannya
PENUTUP sehingga akan meminimalkan peluang
Kesimpulan munculnya gangguan post partum blues pada
Setelah dilakukan penelitian tentang ibu. Selain itu ibu pada masa post partum
efektifitas terapi musik klasik Mozart juga dapat menerapkan terapi musik klasik
terhadap gejala post partum blues di wilayah Mozart ini sebagai terapi untuk relaksasi
kerja Puskesmas Rumbai Pesisir dengan sehingga dapat menenangkan dan mengurangi
kelompok eksperimen sebanyak 15 orang dan kecemasan.
kelompok kontrol sebanyak 15 orang Bagi penelitian selanjutnya diharapkan
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai
mayoritas responden berumur 20-35 tahun evidence based dan tambahan informasi untuk
(83,3%), paritas multipara (60,0%), mengembangkan penelitian lebih lanjut
pendidikan SD (40,0%), pekerjaan tidak seperti terapi musik klasik Mozart terhadap
bekerja (90,0%), dan jenis pemberian nutrisi kecemasan pada ibu post partum.
adalah ASI dan susu formula (80,0%).
Pada kelompok eksperimen yang UCAPAN TERIMAKASIH
diberikan terapi musik klasik Mozart terdapat
1
penurunan yang signifikan terhadap gejala Ike Dwi Permatasari: Mahasiswa Program
post partum blues sebanyak 5,87 point Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
dengan p value 0,000 (p<0,05). Meskipun Indonesia
2
demikian, pada kelompok kontrol juga Misrawati, M.Kep., S.Mat: Dosen Bidang
mengalami penurunan yang signifikan yaitu Keilmuan Keperawatan Maternitas Program
sebanyak 3,2 point dengan p value 0,000 Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
(p<0,05). Setelah dilakukan uji statistik Indonesia
3
Independent Sample T Test diperoleh p value Oswati Hasanah, M.Kep., Sp.Kep.An:
0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Anak
bahwa terapi musik klasik Mozart efektif Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
terhadap penurunan gejala post partum blues. Riau, Indonesia
1166
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

DAFTAR PUSTAKA Mojokerto.http://dppm.uii.ac.id/doku


men/seminar/2013/F.Dian%20Irawati.
Arifin, S. (2004). Factor-faktor yang pdf.
mempengaruhi pemberian asi oleh ibu Iskandar, S.S. (2004). Depresi pasca
melahirkan. Diperoleh tanggal 25 Juni kehamilan (Post Partum Blues).
2015 dari http://www.google.com/m?q http://www.mitrakeluarga.net/depresik
=faktor+faktor+yang+memmpengaruh ehamilan.html.
i+produksi+asi+pdf. Kemper, K. J., & Danhauer, S. C. (2005).
Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Music as therapy. Complementary and
Yogyakarta: Mitra Cendikia Alternative Medicine, 282-287.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, Labbe, E., Schmidt, N., Babin, J., & Pharr, M.
M.D. (2005). Buku ajar keperawatan (2007). Coping with stress: the
maternitas (Maria & Peter, effectiveness of different types of
Penerjemah). Edisi 4. Jakarta: EGC. music.Applpsychophysiol biofeedback,
Campbell, D. (2001). Efek Mozart: musik 32, 163–168. doi: 10.1007/s10484-
memanfaatkan kekuatan musik untuk 007-9043-9.
mempertajam pikiran, mengaktifkan Latifah, L., & Hartati. (2006). Efektifitas
kreatifitas dan menyehatkan tubuh skala edinburgh dan skala beck dalam
(Hermaya, penerjemah). Jakarta: mendeteksi risiko depresi post partum
Gramedia Pustaka Utama. di Rumah Sakit Umum Prof. Dr.
Depkes RI. (2008). Kehamilan dengan Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal
masalah psikologi. Diperoleh tanggal Keperawatan Soedirman (The
20 Maret 2015 dari Soedirman Journal of Nursing, 1(1),
http://www.psikologi/psi16popb.php. 16-19. Diperoleh tanggal 9 Desember
Djohan. (2005). Psikologi musik. Yogyakarta: 2014 dari http://keperawatan.unsoed.
Buku Baik. ac.id/pdf.
Djohan. (2006). Terapi musik teori dan Manurung, S. et al. (2011). Efektifitas terapi
aplikasi. Cetakan ke-1. Yogyakarta: musik terhadap pencegahan
Galangpress. postpartum blues pada ibu primipara
Gonidakis, F., Rabavilas, A.D., Varsou, E., di ruang kebidanan RSUP Cipto
Kreatsas, G., & Christodoulou, G.N. Mangunkusumo Jakarta Pusat. Jurnal
(2007). Maternity blues in athens, penelitian Poltekkes Kemenkes
greece: A study during the first 3 days Jakarta. Diperoleh tanggal 10
after delivery. Journal of Affective Desember 2014 dari
Disorders, 99, 107–115. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/ind
Gonidakis, F. (2012). Postpartum depression ex.php/hsr/article/view/2269.
and maternity blues in immigrants, Marshall, C. (2009). Calon ayah, membantu
perinatal depression, Dr. Maria calon ayah memahami dan menjadi
Graciela Rojas Castillo (117-138). bagian dari pengalaman kehamilan.
Diperoleh tanggal 20 Maret 2015 dari Jakarta: Arcan.
http://www.intechopen.com/ Mc Cann D,. Stewart J. (2006). Musical
download/pdf/26575. Learning. Diperoleh tanggal 12
Irawati, D., & Yuliani, F. (2013). Pengaruh Desember 2011 dari http://www.tms.
faktor psikososial terhadap terjadinya com.au/tms12-1m.html.
postpartum blues di ruang nifas Misrawati, Lestari, W., & Utami, S. (2014).
RSUD R.A. Bosoeni Mojokerto. Post partum blues in Pekanbaru public
Prosiding Seminar Nasional 2013 hospital. Riau Internasional Nursing
Menuju Masyarakat Madani dan Conference. Pekanbaru.
Lestari. Poltekkes Majapahit,
1167
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Miyansaski, A.U. (2014). Perbandingan


kejadian post partum blues pada ibu
post partum dengan persalinan
normal dan sectio caesarea. Skripsi
tidak dipublikasikan.
Mucci, R., & Mucci, K. (2002). The healing
sound of music. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum.
Munawaroh, H. (2008). Hubungan paritas
dengan kemampuan mekanisme
koping dalam menghadapi postpartum
blues pada ibu post section caesaria
di Bangsal Mawar 1 RSUD Dr.
Moerwardi Surakarta. Surakarta:
FakultasIlmuKesehatanUMS.
Musbikin, I. (2009). Kehebatan musik untuk
mengasah kecerdasan anak.
Jogjakarta: Power Books (IHDINA).
Nirwana, A.B. (2011). Psikologi ibu bayi dan
anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pilliteri, A. (2007). Maternal and child health
nursing. Care of childbearing and
childreadring family. 3th edition.
Lippincott Williams & Wilkins.
Reeder S.H., Martin L.L., & Griffin, D.K.
(2011). Keperawatan maternitas:
kesehatan wanita, bayi & keluarga.
Edisi 18. Jakarta: EGC.
Saryono. (2010). Depresi pasca persalinan.
Bogor: Rekatama.
Takahashi, Y., & Tamakoshi, K. (2014).
Factors associated with early
postpartum maternity blues and
depression tendency among Japanese
mothers with fulls-term infant healthy.
Nagoya J. Med. S. Ci., 76, 129-138.
Diperoleh tanggal 20 Maret 2015 dari
http://www.med.nagoya_j_med_sci/76
12/14_Takahashi.pdf.
Verkerk, G.J.M., Denollet, Van Heck, G.L.,
Van Son, M.J.M., & Pop, V.J.M.
(2005). Personality Factors as
Determinants Of Depression in
Postpartum Woman. Psychosom Med,
67(4):632-7.

1168

You might also like