Professional Documents
Culture Documents
2, Oktober 2015
Abstract
Post partum blues is a mood swing that happens in post partum mother than often occurs at the third or fourth post
partum and peaked between the fifth and fourteenth day. One of the treatment that can be given to post partum mother
is by giving relaxation therapy such as Mozart classical music therapy. This study aimed to find the effectiveness of
Mozart classical music therapy toward decrease post partum blues symptoms. This study used quasy experimental
design with non equivalent control group design. Thirty people were chosen as the sample using purposive sampling
technique by focusing on the inclusion criteria. The research instrument used on both group was Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) questionnaire sheet which had been tested for its validity and reliability. The analyses used
were univariate and bivariate analysis with dependent sample t-test and independent sample t-test. The result of the
study showed that the average score of post partum blues symptom in experimental group after having Mozart classical
music therapy was 4,93 and for control group which was not given Mozart classical music therapy was 7,80. The
statistical result obtained p value of (0,000) < α (0,05), so it can be concluded that Mozart classical music therapy was
effective to decrease post partum blues symptom. Based on the result of this study, Mozart classical music therapy was
expected to become a part of treatment for mothers with post partum blues.
dilakukan oleh Misrawati, Lestari, dan Utami halusinasi, berpikir tentang bunuh diri,
(2014) di sebuah rumah sakit rujukan yaitu bahkan mencoba untuk membahayakan
Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru bayinya. (Amstrong, et al., 2000, dalam
terdapat 61,9% ibu post partum beresiko Latifah & Hartati, 2006).
mengalami post partum blues dan 16,7% Cara mencegah agar depresi post
mengalami post partum blues. partum ataupun psikosis post partum ini tidak
Penyebab post partum blues belum terjadi maka perlu penanganan yang baik
diketahui secara pasti, namun hasil beberapa pada saat ibu pasca melahirkan mengalami
penelitian mengatakan faktor penyebab post partum blues. Salah satu penanganan
terjadinya post partum blues adalah faktor yang dapat dilakukan pada ibu post partum
hormonal, demografik, pengalaman dalam blues adalah dengan memberikan terapi
proses kehamilan/persalinan, latar belakang relaksasi yaitu terapi musik. Terapi musik
psikososial wanita yang bersangkutan, berperan sebagai salah satu teknik relaksasi
dukungan keluarga, kecemasan pada untuk memperbaiki, memelihara, mengem
kehamilan dan persalinan, serta persalinan bangkan mental, fisik, dan kesehatan
dengan operasi caesar (Verkerk, et al., 2005; emosi/psikologis (Djohan, 2006).
Gonidakis, et al., 2007). Akibat dari beberapa Terapi musik sering digunakan karena
faktor tersebut maka ibu post partum blues sangat mudah dilakukan dan terjangkau,
akan mengalami gejala-gejala seperti: reaksi tetapi efeknya menunjukkan betapa besar
depresi / sedih / disforia, mudah menangis musik dalam mempengaruhi ketegangan atau
(tearfulness), mudah tersinggung (irritable), kondisi rileks pada diri seseorang (Mucci &
cemas, bingung, gelisah, nyeri kepala Mucci, 2002). Musik tersebut akan
(headache), labilitas perasaan, cenderung merangsang pengeluaran gelombang otak
menyalahkan diri sendiri, merasa tidak yang dikenal sebagai gelombang α yang
mampu, gangguan tidur dan gangguan nafsu memiliki frekuensi 8-12 cps (cycles per
makan (appetite). second). Pada saat gelombang α dikeluarkan
Gejala-gejala di atas mulai muncul otak memproduksi serotonin yang membantu
setelah persalinan dan pada umumnya akan menjaga perasaan bahagia dan membantu
menghilang dalam waktu antara beberapa jam dalam menjaga mood, dengan cara membantu
sampai sepuluh hari atau lebih, namun pada tidur, perasaan tenang serta melepaskan
beberapa minggu atau bulan kemudian dapat depresi dan endorphin yang menyebabkan
berkembang menjadi keadaan yang lebih seseorang merasa nyaman, tenang, dan
berat apabila tidak diatasi dengan baik euphoria (Mc Cann & Stewart, 2006).
(Bobak, et al., 2005; Nirwana, 2011). Gejala- Terapi musik membantu orang-orang
gejala post partum blues ini sering tidak yang memiliki masalah emosional dalam
diperhatikan dan tidak dipedulikan, karena mengeluarkan perasaan mereka, membuat
post partum blues pada ibu pasca persalinan perubahan positif dengan suasana hati,
masih dianggap sebagai hal yang wajar membantu memecahkan masalah, dan
sehingga seringkali terabaikan dan tidak memperbaiki konflik (Djohan, 2005).
tertangani dengan baik (Iskandar, 2004). Hal Menurut penelitian Kemper dan Danhauer
ini dapat menjadi masalah yang menyulitkan (2005), bahwa musik secara luas digunakan
bagi yang mengalaminya, bahkan gangguan untuk meningkatkan kesejahteraan,
ini dapat berkembang menjadi keadaan yang mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian
lebih berat yang disebut dengan depresi post pasien dari gejala yang tidak menyenangkan,
partum yang tentunya mempunyai dampak sehingga dengan demikian jelas bahwa terapi
lebih buruk (Saryono, 2010). Apabila tidak musik berpengaruh terhadap kondisi
segera diatasi maka dapat berlanjut menjadi emosional seseorang. Sedangkan menurut
psikosis post partum, dengan gejala yang jenis musiknya, Labbe et al. (2007)
tampak lebih parah seperti, mengalami menyebutkan bahwa mendengarkan musik
1161
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
santai klasik dan dipilih sendiri, menghasilkan terhadap pencegahan post partum blues,
penurunan yang signifikan dalam kecemasan, hasilnya menunjukkan bahwa ada pengaruh
kemarahan, dan meningkatkan relaksasi terapi musik pada kelompok intervensi (p=
dibandingkan dengan mereka yang duduk 0,018) dan kelompok kontrol mempunyai
diam atau mendengarkan musik mental berat. resiko mengalami blues sebesar 7 kali
Beberapa ahli menyarankan untuk tidak dibanding kelompok intervensi.
menggunakan jenis musik tertentu seperti Berdasarkan studi pendahuluan yang
pop, disco, rock and roll, dan musik berirama dilakukan oleh peneliti pada 8 Januari 2015 di
keras (anapestic beat) lainnya, karena jenis wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir
musik dengan anapestic beat (2 beat pendek, melalui metode wawancara, salah seorang
1 beat panjang dan kemudian pause) bidan di puskesmas tersebut mengatakan
merupakan irama yang berlawanan dengan bahwa banyak ibu post partum yang
irama jantung (Potter & Perry, 2005). mengalami post partum blues dan
Saat ini banyak jenis musik yang sebelumnya belum ada mahasiswa yang
dapat diperdengarkan namun musik yang meneliti tentang terapi untuk post partum
menempatkan kelasnya sebagai musik blues. Setelah mendapatkan beberapa data ibu
bermakna medis adalah musik klasik karena post partum dari puskesmas, selanjutnya
musik ini magnitude yang luar biasa dalam peneliti mengunjungi satu persatu alamat
perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya yang didapat dan melakukan wawancara.
memiliki nada yang lembut dan teratur, Hasil dari wawancara didapatkan 4 dari 5
memberikan stimulasi gelombang alfa, orang ibu post partum mengalami gejala post
ketenangan, dan membantu pendengarnya partum blues seperti mudah emosi, marah-
lebih rileks (Campbell, 2001). Pemilihan marah tanpa sebab kepada suami, mudah
terapi musik klasik didasarkan pada tersinggung, hingga menangis. Gejala
keyakinan banyak ahli musik, bahwa irama semakin dirasakan saat anak pertama dan
dan tempo musik klasik mengikuti kecepatan tidak ada terapi apapun yang dilakukan untuk
detak jantung manusia, yaitu sekitar 60 detak mengatasi gejala tersebut. Berdasarkan uraian
permenit (Potter & Perry, 2005). di atas, maka peneliti tertarik untuk
Dari beberapa penelitian tentang melakukan penelitian tentang ”Efektifitas
pengaruh berbagai jenis musik klasik, terapi musik klasik Mozart terhadap
akhirnya banyak dari peneliti tersebut penurunan gejala post partum blues”.
menganjurkan musik klasik Mozart karena
aplikasi medis musik Mozart telah TUJUAN PENELITIAN
membuktikan hasil yang menakjubkan bagi Secara umum penelitian ini bertujuan
perkembangan ilmu kesehatan (Campbell, untuk mengetahui efektifitas terapi musik
2001). Menurut Campbell (2000), musik- klasik Mozart terhadap penurunan gejala post
musik klasik Mozart memiliki keunggulan partum blues.
akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-
bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi, MANFAAT PENELITIAN
dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Hasil penelitian ini diharapkan
klasik Mozart merangsang dan memberi daya menjadi sumber informasi dalam
pada daerah-daerah kreatif dan motivasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam otak serta sesuai dengan pola sel otak tentang penerapan terapi musik klasik Mozart
manusia. Penelitian yang dilakukan oleh dalam bidang kesehatan yaitu sebagai salah
Utama (2011), menunjukkan bahwa terapi satu alternatif terapi komplementer untuk
musik Mozart dapat memberikan perasaan penurunan gejala post partum blues.
rileks dan tenang bagi pendengarnya.
Penelitian lain yang dilakukan Manurung, dkk
(2011) tentang efektifitas terapi musik
1162
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
sedangkan responden yang memberikan ASI Hal ini sejalan dengan Reeder et al. (2011),
eksklusif hanya 20,0% (6 orang). Persepsi yang menjelaskan bahwa post partum blues
tentang jumlah air susu yang tidak adekuat merupakan depresi sementara (terkait dengan
sering dijumpai pada saat penelitian, sehingga hormon) yang dimulai pada hari kedua atau
itu menjadi alasan mengapa ibu ketiga setelah persalinan dan biasanya
menambahkan susu formula, sedangkan menghilang dalam 1 sampai 2 minggu
menurut Bobak et al. (2005) isapan yang walaupun pada beberapa wanita mengalami
dilakukan bayi menstimulasi aliran susu depresi ringan dalam jangka waktu yang lebih
dalam waktu cukup lama seharusnya dapat lama dan menurut Nirwana (2011) setelah
memberikan suplai susu dalam jumlah besar. beberapa minggu atau bulan kemudian dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih
2.Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart berat apabila tidak diatasi dengan baik. Hal
Terhadap Gejala Post Partum Blues ini tentunya dapat menjadi masalah yang
Hasil uji Dependent Sample T Test menyulitkan dan tidak menyenangkan bagi
pada kelompok eksperimen diperoleh p value yang mengalaminya, bahkan keadaan ini
0,000 (p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh dapat berkembang menjadi gangguan yang
yang signifikan antara rata-rata gejala post lebih berat yang disebut dengan depresi post
partum blues pada kelompok eksperimen partum yang tentunya mempunyai dampak
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik lebih buruk (Saryono, 2010). Depresi post
klasik Mozart. partum ini dapat berlanjut menjadi psikosis
Mekanisme musik dapat menurunkan post partum, yang mana gejala akan tampak
gejala post partum blues yaitu musik akan lebih parah seperti, mengalami halusinasi,
merangsang pengeluaran gelombang otak berpikir tentang bunuh diri, bahkan mencoba
yang dikenal sebagai gelombang α yang untuk membahayakan bayinya (Amstrong, et
memiliki frekuensi 8-12 cps (cycles per al., 2000, dalam Latifah & Hartati, 2006).
second). Pada saat gelombang α dikeluarkan Pada penjabaran di atas diketahui
otak memproduksi serotonin yang membantu bahwa pada kedua kelompok eksperimen dan
menjaga perasaan bahagia dan membantu kontrol terdapat penurunan yang signifikan
dalam menjaga mood, dengan cara membantu antara gejala post partum blues pre test dan
tidur, perasaan tenang serta melepaskan post test. Penurunan pada kelompok
depresi dan endorphin yang menyebabkan eksperimen yaitu sebanyak 5,87 sedangkan
seseorang merasa nyaman, tenang, dan penurunan pada kelompok kontrol lebih
euphoria (Mc Cann & Stewart, 2006). Hal ini sedikit yaitu 3,2. Setelah dilakukan uji
sesuai dengan hasil penelitian Manurung, dkk Independent Sample T Test diperoleh p value
(2011) yang berjudul ”Efektifitas terapi musik 0,000 (p<0,05), berarti dapat disimpulkan
terhadap pencegahan post partum blues”, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh terapi rata-rata gejala post partum blues setelah
musik pada kelompok intervensi (p<0,05) dan intervensi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai resiko kelompok kontrol.
mengalami blues sebesar 7 kali dibanding Menurut Campbell (2000), musik-
kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan musik klasik Mozart memiliki keunggulan
bahwa terapi musik klasik Mozart akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-
berpengaruh sebagai penanganan post partum bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi,
blues. dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik
Pada kelompok kontrol ternyata juga klasik Mozart merangsang dan memberi daya
diperoleh p value 0,000 (p<0,05). Hal ini juga pada daerah-daerah kreatif dan motivasi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam otak serta sesuai dengan pola sel otak
antara rata-rata gejala post partum blues manusia. Selain itu musik klasik Mozart juga
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. dapat memberikan ketenangan, memperbaiki
1165
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
1168