You are on page 1of 73

SKRIPSI

INTERPRETASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA


BAGI APARAT DESA DI LEMBANG ANGIN-ANGIN
KECAMATAN KESU’ KABUPATEN TORAJA UTARA

ELNI ALLO LINGGI

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
SKRIPSI

INTERPRETASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN


DESA BAGI APARAT DESA DI LEMBANG ANGIN-ANGIN
KECAMATAN KESU’ KABUPATEN TORAJA UTARA

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh


gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

ELNI ALLO LINGGI


A31112016

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

ii
SKRIPSI

INTERPRETASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA


BAGI APARAT DESA DI LEMBANG ANGIN-ANGIN
KECAMATAN KESU’ KABUPATEN TORAJA UTARA

disusun dan diajukan oleh

ELNI ALLO LINGGI


A31112016

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 15 April 2017

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Syarifuddin, S.E., Ak., M.Soc.,Sc., CA Drs. Muh Natsir Kadir, Ak., M.Si., CA
NIP. 19630210 199002 1 001 NIP. 19530812 198703 1 001

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP. 19650925 199002 2 001

iii
SKRIPSI

INTERPRETASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA


BAGI APARAT DESA DI LEMBANG ANGIN-ANGIN
KECAMATAN KESU’ KABUPATEN TORAJA UTARA

disusun dan diajukan oleh


ELNI ALLO LINGGI
A31112016

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi


pada tanggal 18 Mei 2017 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,
Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Dr. Syarifuddin, S.E., Ak.,M.Soc.,Sc., CA Ketua 1………………

2. Drs. Muh Natsir Kadir, Ak., M.Si., CA Sekertaris 2………………

3. Prof. Dr. Mediati, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota 3………………

4. Dr. Darwis Said, S.E.,Ak.,M.SA Anggota 4………………

5. Drs. Agus Bandang, Ak., M.Si., CA Anggota 5………………

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA


NIP 19650925 199002 2 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Elni AlloLinggi

NIM : A31112016

departemen/program Studi : Akuntansi/Strata I

dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

Interpretasi Pertanggungjawaban Keuangan Desa Bagi Aparat Desa


di Lembang Angin-Angin Kecamatan Kesu’ Kabupaten Toraja Utara

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 17 Mei 2017

Yang membuat pernyataan,

Elni Allo Linggi

v
PRAKATA

“karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang – Amsal 23:18

Salam sejahtera bagi kita,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, Tuhan

Yang Pemurah dan Pengasih, oleh karena berkat dan kasih karuniaNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Interpretasi Pertanggungjawaban

Keuangan Desa Bagi Aparat Desa di Lembang Angin-Angin Kecamatan

Kesu’ Kabupaten Toraja Utara. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan pada Departemen Akuntansi, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis,Universitas Hasanuddin.

Selama masa pendidikan dan dalam proses penyusunan Skripsi penulis

telah mendapatkan banyak bantuan, motivasi, dukungan doa dan nasehat dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis Bapak Semuel Allo Linggi dan Ibu Mariani

Dettumaya Tallukaraeng untuk seluruh cinta, kasih sayang, doa, nasehat,

dan pengorbanan yang tulus dan tak habis-habisnya kepada penulis.

Terima kasih sudah menjadi orang tua kami.

2. Kakak dan Adik penulis, Niel Fandi Allo Linggi dan Sri Allo Linggi, terima

kasih sudah bersedia menjadi tempat curahan hati selama menghadapi

tantangan-tantangan selama proses penyusunan skripsi.

3. Daniel Pata Saung, terima kasih sudah bersedia menemani berjuang

mulai dari awal proses penyusunan skripsi sampai selesai, dukungan

doa dan motivasi serta pemikiran-pemikiran yang sangat membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi. Tuhan kiranya mengembalikan

vi
segala kebaikanmu berkali-kali lipat.

4. Pimpinan Universitas Hasanuddin dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

beserta jajarannya untuk segala fasilitas, arahan dan kemudahan dalam

mendapatkan informasi serta sarana dan prasarana yang sangat

mendukung penulis dalam masa pendidikan dan penyusunan skripsi.

5. Ibu Prof. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Departemen

Akuntansi dan juga Bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA., Ak., CA, selaku

Sekertaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin atas arahan-arahan yang diberikan selama

proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. H. Harryanto, Pgd., Acc., M.Com., Ph.D selaku Penasehat

Akademik terima kasih atas bimbingannya selama masa pendidikan.

7. Bapak Dr. Syarifuddin, S.E., Ak., M.Soc.,Sc., CA, dan Bapak Drs. Muh.

Natsir Kadir, Ak., M.Si., CA, selaku dosen pembimbing pertama dan

pembimbing kedua terima kasih atas arahan, waktu, dorongan, dan

pemikiran yang telah diberikan kepada penulis dari awal hingga

selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu dan

motivasinya.

8. Ibu Prof. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, Bapak Dr. Darwis Said, S.E.,

Ak., M.SA., dan Bapak Drs. Agus Bandang, Ak., M.Si., CA, selaku dosen

penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

9. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan waktu dan ilmunya

selama proses pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Hasanuddin.

10. Seluruh staf akademik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Pak Aso, Pak Ical,

Pak Burhan, Pak Sapar, Ibu Sahari Bulan, Pak Tarru dan staf lainnya

vii
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas arahan dan

kemudahan yang telah diberikan kepada penulis untuk kelancaran proses

penyusunan skripsi.

11. Seluruh aparat Lembang angin-angin Kepala Lembang, Sekertaris

Lembang, Bendahara Lembang dan staf-staf yang telah membantu

penulis selama proses penelitian

12. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Angkatan 2012 “PE12NNIAL“

sebagai teman bertukar pikiran dan bekerja sama selama proses

pendidikan. Maaf jika ada kesalahan yang disengaja maupun yang tidak

disengaja. sukses selalu buat kita.

13. Kawan-kawan sepergerakan di GMKI Kom.Ekonomi Unhas yang tidak

bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas pengalaman dan

pelajaran kehidupan selama berproses di “rumah” ini. Terima kasih sudah

menjadi keluarga baru untuk berbagi suka dan duka. Semoga

pertumbuhan rohani dan persaudaraan kita senantiasa berlanjut .

14. Kawan-kawan sepergerakan di GMKI Cabang Makassar secara khusus

kawan-kawan BPC atas kesempatan menambah ilmu dan melayani di

markas benang biru Makassar. Ut Omnes Unum Sint.

15. Keluarga besar PMKO FE-UH terima kasih untuk pengalaman dan masa-

masa yang indah yang telah diberikan. Terima kasih atas dukungan Doa

dan motivasi kepada penulis.

16. Sahabat-sahabat penulis, Titik, Luvita, Ruman, Ika, Irna, Aron, Ricky, Ian,

Patra, Boy, Maniata, Johan, Gappar terima kasih atas pertemanan

selama sepuluh tahun kita. Perjuangan belum selesai masih banyak

orang yang menunggu untuk dibahagiakan. See you on top..

17. Wanita Karier tersayang, Widar, Asra, Rahma, Vita, Gusti, Ika,Yuli, Ria,

viii
Ana, Ani, Ria, Ayu, Abon, Ratna terima kasih untuk pertemanan kita

selama menjadi mahasiswi akuntansi dan terima kasih atas dorongan

untuk mengerjakan skripsi ketika penulis mulai putus asa dan jenuh serta

bantuan-bantuan lainnya selama proses pendidikan dan penyusunan

skripsi.

18. Mace-mace kolong, mama Aji, Mama Mala, kak Mia, mace foto copy, kak

Shanty dan mace-mace lainnya yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan

penulis serta candaan dan nasehat yang menjadi penambah semangat

bagi penulis.

19. Tukang ojek BTP dan kampus yang selama proses pendidikan dan

penyusunan skripsi telah bersedia memberikan jasanya kepada penulis.

20. Semua pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan perlindingan,

berkat dan karuniaNya atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masi jauh dari sempurna oleh karena itu

segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi setiap pembaca.

Makassar, Februari 2017

Elni Allo Linggi

ix
ABSTRAK

INTERPRETASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA BAGI


APARAT DESA DI LEMBANG ANGIN-ANGIN KECAMATAN KESU’
KABUPATEN TORAJA UTARA

INTERPRETATION OF FINANCIAL VILLAGE RESPONSIBILITY


TO ANGIN-ANGIN VILLAGE APPARATUS, SUBDISTRICT OF KESU’,
NORTH TORAJA REGENCY

Elni Allo Linggi


Syarifuddin
Natsir Kadir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi pertanggungjawaban


keuangan Desa bagi aparat Lembang Angin-angin Kecamatan Kesu’ Kabupaten
Toraja Utara. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan hermeneutik. Pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara
secara mendalam, pengamatan secara langsung dan dokumentasi. Penelitian ini
menyajikan data mengenai proses pertanggungjawaban dan interpretasi yang
dilakukan oleh Aparat Lembang Angin-angin. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Aparat Lembang Angin-Angin cukup memahami pertanggungjawaban
yang dilakukan. Aparat lembang melakukan pertanggungjawaban keuangan
sesuai dengan format-format yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Tetapi penyampaian laporan keuangan kepada masyarakat
secara luas belum terlaksana, hal ini dikarenakan kurangnya media
penyampaian informasi di Lembang Angin-angin. Selain itu laporan bulanan
bendahara kepada kepala lembang juga belum dilaksanakan.

Kata Kunci: Interpretasi, Aparat Lembang, Pertanggungjawaban Keuangan

This research aims to knowing interpretation of financial village responsibility to


Angin-angin Village Apparatus, Subdistrict of Kesu’, North Toraja Regency. The
method which used is qualitative method with hermeneutics approach. The
method that used to collect data are in-depth interview, direct observation and
documentation. This research showed that Angin-angin Apparatus understand
about the responsibility which done. Village apparatus do the financial
responsibility appropriate with format that decided by center government and
region government. But, delivery of financial report to society is yet implemented
extensively cause by less of information delivery media in Angin-angin village. In
addition, the monthly report of village treasure to village chief was not held.

Keywords: Interpretation, Village Apparatus, Financial Responsibility

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. v
PRAKARTA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

BABI PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 10
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 10
1.4.1 Kegunaan Teoretis ................................................................ 10
1.4.2 Kegunaan Praktis .................................................................. 10
1.5 Definisi Istilah .................................................................................. 11
1.5.1 Interpretasi ............................................................................ 11
1.5.1 Aparat Desa .......................................................................... 12
1.5.3 Pertanggungjawaban Keuangan Desa .................................. 12
1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 14


2.1 TinjauanTeori dan konsep ............................................................... 14
2.1.1 Teori Interpretasi .................................................................... 14
2.1.2 Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Desa ...................... 19
2.2 Tinjauan Empirik.............................................................................. 28
2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 33


3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 33
3.2 Kehadiran Peneliti ........................................................................... 36
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................. 36
3.4 Sumber Data ................................................................................... 35
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 37
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 38
3.7 Pengecekan Validitas Data.............................................................. 40
3.8 Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 43


4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ............................................................. 43
4.2 Penyajian dan Analisis Data ............................................................. 49
4.2.1 APB Desa: Proses Penyusunan Mengikut sertakan
Masyarakat dan Pemerintah Berwenang ............................... 49
4.2.2 Pendapatan dan Belanja: Wajib disertai Bukti Pendukung ...... 51

xi
4.2.3 Pertanggungjawaban Keuangan Desa ................................... 58
4.2.3.1 Laporan Pertanggungjawaban ............................................. 58
4.2.3.2 Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban:
Harus Tepat Waktu .............................................................. 61
4.2.3.3 Implementasi Interpretasi Aparat Desa terhadap
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Desa ................... 63

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 72


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 72
5.2 Saran ................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 75

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbandingan Pemahaman Menurut Schleiermacher, Dilthey dan


Heidegger ..................................................................................................... 14

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Momen Teori Interpretasi ............................................................................. 17
2.2 Flowchart Penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa
Semesteran ................................................................................................ 23
2.3 Alur Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Desa ...................................... 26
2.4 Pelaporan Dana Desa.................................................................................. 27
2.5 Skema Kerangka Pemikiran ........................................................................ 31
3.1 Teknik Analisis Interaktif (Model 1) .............................................................. 38
3.2 Komponen dalam Analisis Data (Flow Model) .............................................. 38

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah pengaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan

tentang desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok

Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-

Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang

Pokok-Pokok Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965

tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya

Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dan yang terakhir Undang-Undang nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa.

Dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai desa tersebut belum

dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa yang

hingga saat ini berjumlah sekitar 73.000 desa dan 8.000 kelurahan. Selain itu

pelaksanaan pengaturan desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai

dengan perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan

masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat,

serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan

1
2

kesenjangan antar wilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat

menggangu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saat ini kementerian yang menangani desa adalah Menteri Dalam Negeri.

Dalam kedudukan ini kementerian dalam negeri menetapkan pengaturan umum,

petunjuk teknis dan fasilitasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa dan

pemberdayaan masyarakat desa yang semuanya telah diatur dan dicantumkan

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa beserta peraturan pelaksanaanya telah

mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola

pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di

dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Dalam Undang-

Undang ini sangat jelas mengatur mengenai sumber pendapatan desa.

Desa mempunyai sumber pendapatan desa yang terdiri atas pendapatan

asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian

dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

kabupaten/kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak

ketiga. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota kepada

desa diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah yang

bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan pembangunan

desa. Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari

badan usaha milik desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata

skala desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang mineral
3

bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta

sumber lainnya.

Bagian dari dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah

kabupaten/kota paling sedikit 10% setelah dikurangi dana alokasi khusus yang

selanjutnya disebut alokasi dana desa. Alokasi anggaran untuk desa yang

bersumber dari belanja pusat dilakukan dengan mengefektifkan program yang

berbasis desa secara merata dan berkeadilan. Dalam APBN-P 2015 telah

dialokasikan dana desa sebesar ± Rp 20,776 triliun kepada seluruh desa yang

tersebar di Indonesia.

Desa adalah satuan pemerintahan terendah di bawah pemerintahan

kabupaten/kota. Kedudukan desa sangat penting, baik sebagai alat untuk

mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai lembaga

pemerintahan yang memperkuat struktur pemerintahan negara Indonesia

(Heriyanto, 2015). Desa merupakan daerah yang sering kali luput dari perhatian

banyak orang khususnya dalam bidang pemerintahan, padahal jika ditelaah lebih

dalam tenyata desa adalah lapis pemerintahan yang langsung bersentuhan

dengan masyarakat (Syahyadi, 2014). Desa merupakan wilayah yang ditempati

oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan

terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah

tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Widjaya

1993:19).

Pemerintahan desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat setempat

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah


4

desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat

desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 menjelaskan penyelenggara

pemerintahan desa yakni pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan

perangkat desa lain. Terdapat juga Badan Permusyawaratan Desa tetapi bukan

merupakan perangkat desa. Kepala desa adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa meliputi:

a. Perencanaan;

b. Pelaksanaan;

c. Penatausahaan;

d. Pelaporan; dan

e. Pertanggungjawaban

Perwujudan sistem manajemen keuangan pemerintah yang transparan

dan akuntabel sangat perlu didukung oleh penyelenggaraan yang merata sampai

pada tingkat pemerintahan terendah. Sesuai dengan pengertian asas

desentralisasi, pemerintahan desa sebagai pemerintah tingkat terendah diberi

kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahannya.

Berbagai masalah dalam otonomi daerah sekurang-kurangnya masih ada

tiga yang masih saling berkaitan, yaitu: (1) melebarnya tingkat kemajuan

pembangunan, kesejahteraan, dan kemampuan keuangan antar daerah; (2)

masih minimnya kemampuan daerah dalam mengelola diri sendiri; (3) politisasi

isu (otonomi daerah), terutama dalam kasus pemekaran wilayah yang cenderung

berlebihan dan hanya memboroskan uang negara; (4) merebaknya korupsi di

daerah yang memunculkan fenomena “desentralisasi korupsi”. Pengetatan

kontrol pusat oleh berbagai kalangan dikritik karena dianggap merupakan wujud
5

dari “resentralisasi” yang bertentangan dengan semangat otonomi daerah (Basri,

2009:484)

Pelaksanakan pengelolaan keuangan desa khususnya pada

pertanggungjawaban keuangan terdapat banyak desa yang masih belum

lengkap dalam hal keuangan sehingga diperlukan pembinaan dalam rangka

menuju tertib administrasi (Subroto: 2009). Hasil penelitian Oktaviyah (2013)

menyatakan bahwa pertanggungjawaban keuangan desa di Kabupaten Sinjai

ditemukan banyak perbedaan dari segi bentuk pelaporan maupun proses

penyampaian laporan pertanggungjawabannya. Laporan pertanggungjawaban

yang berupa laporan berkala setiap bulan tidak dilaksanakan semua bendahara.

Demikian pula dengan proses penyampaian laporan pertanggungjawabannya.

Peraturan mengenai pelaporan dan pertanggungjawaban bendahara desa setiap

bulannya kepada kepala desa saat ini juga diatur dalam pasal 35 Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.

Kepala desa harus menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APB

Desa setiap tahun berjalan di setiap semester dan juga akhir tahun anggaran.

Laporan realisasi pelaksanaan APB Desa semester pertama dilaporkan setiap

akhir Juli tahun berjalan dan laporan semester kedua paling lambat pada akhir

bulan Januari tahun berikutnya. Selain penyampaian laporan realisasi

pelaksanaan APB Desa, kepala desa juga menyampaikan laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa kepada bupati/walikota

setiap akhir tahun anggaran.

Penyampaian laporan realisasi pelaksanaan APB Desa dan laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa dijelaskan dalam pasal

103 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa.


6

Laporan ini dihasilkan dari suatu siklus pengelolaan keuangan desa, yang

dimulai dari tahapan perencanaan dan penganggaran; pelaksanaan dan

penatausahaan; hingga pelaporan dan pertanggungjawaban dan pengelolaan

keuangan desa.

Ada lima persoalan yang ditemukan dari segi pelaksanaan pengelolaan

dana Desa (Johan Budi, 2015 dalam Pramesti, 2015) yaitu, (1) kerangka waktu

situs pengelolaan anggaran desa sulit dipatuhi oleh desa, (2) belum tersedianya

satuan harga baku barang atau jasa yang dijadikan acuan bagi desa dalam

menyusun APB Desa, (3) masih rendahnya transparansi rencana penggunaan

dan pertanggungjawaban APB Desa. Selain itu laporan pertanggungjawaban

yang dibuat Desa belum mengikuti pedoman penyusunan dan rawan manipulasi.

Serta APB Desa yang disusun tidak sepenuhnya menggambarkan kebutuhan

yang diperlukan desa (Pramesti, 2015). Yasinta (2013) dalam hasil penelitiannya

menyatakan bahwa pertanggungjawaban dan laporan pelaksanaan tugas kepala

desa harus disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun namun pada

kenyataannya Kepala Desa Tirta Kencana menyerahkan laporan pelaksanaan

tugas yang telah dijalankannya tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

atau seringkali terlambat.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 7 tahun 2014

tentang Lembang, Pemerintah Kabupaten Toraja Utara menetapkan nama lain

dari Desa yang selanjutnya disebut Lembang. Pemerintah Lembang adalah

penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lembang

Angin-angin, Kecamatan Kesu’, Kabupaten Toraja Utara memiliki luas wilayah

164,3 Hektoare dengan jumlah penduduk 1919 jiwa. Meskipun bukan merupakan

daerah yang terluas di Kecamatan Kesu’ namun Lembang ini mendapatkan


7

bantuan dana desa pada tahun 2015 dengan jumlah yang terbanyak di

Kecamatan Kesu’ yaitu sebesar Rp 716.989.424 yang diharapkan dapat

membantu keuangan pemerintah desa disamping mengandalkan pendapatan

asli desa demi meningkatkan pelayanan dan upaya pemberdayaan masyarakat

desa.

Adanya bantuan dana desa ini menimbulkan kewajiban bagi pemerintah

desa untuk melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut. Pasal

37 Peraturan Menteri dalam Negeri tahun 2014 menyatakan, kepala desa

menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APB Desa kepada bupati/walikota

paling lambat bulan Juli tahun berjalan dan paling lambat pada akhir bulan

Januari tahun berikutnya. Kewajiban untuk melaporkan pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan kesa ini menuntut kepala desa dan perangkat desa untuk

mampu menginterpretasikan peraturan-peraturan yang mengikat dalam proses

pertanggungjawaban tersebut.

Pasal 2 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014

menyatakan, dalam pengelolaan keuangan desa asas pengelolaan keuangan

desa yaitu keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan,

akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Kepala

desa sebagai pemegang kekuasaan keuangan desa memiliki kewenangan untuk

mengelola keuangan desa dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan

Keuangan Desa (PTPKD).

PTPKD yang dimaksud adalah sekertaris desa, kepala seksi, dan

bendahara. Sekertaris desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan

keuangan desa salah satu tugasnya yaitu menyusun pelaporan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa dan melakukan verifikasi terhadap

bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa. Bendahara desa


8

mempunyai tugas menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar,

menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa

dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa.

Kepala desa, sekertaris desa dan bendahara desa sebagai aparat desa

yang memiliki wewenang dan tugas dalam pertanggungjawaban keuangan desa

dihadapkan pada keharusan untuk memiliki pengetahuan yang memadai di

bidang keuangan secara khusus dan juga peraturan-peraturan terkait.

Interpretasi mereka dalam aturan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan

tugasnya berpengaruh pada hasil laporan pertanggungjawabannya.

Secara umum, tujuan laporan keuangan disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban entitas ekonomi atas penggunaan dan pengelolaan sumber

daya yang dimiliki dalam suatu periode tertentu. Oleh karena itu dalam

penyusunan laporan keuangan diperlukan tenaga-tenaga akuntansi yang

terampil. Berhasil atau tidaknya suatu sistem pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan desa sangat bergantung dari pihak yang

mengelola dan mempertanggungjawabkannya. Pemahaman aparat desa dalam

melaksanakan laporan pertanggungjawaban yang baik sesuai dengan prinsip-

prinsip good governance yaitu akuntabilitas, transparansi, partisipatif dan aturan-

aturan pemerintah daerah dapat mendorong perekonomian desa menjadi lebih

kuat, mandiri dan sinergi dalam pembangunan.

Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang

beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa tentunya

menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh aparat pemerintah desa. Salah

satu titik kritis yang menjadi perhatian dalam pertanggungjawaban keuangan

desa adalah pemahaman mengenai jumlah laporan yang harus dibuat dan

standar pelaporannya. Selain itu yang juga menjadi titik kritis yang perlu
9

diperhatikan adalah sumber daya manusia kepala desa, perangkat desa dan

Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip

akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan

penyelenggaraan pemerintah desa harus dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat desa sesuai ketentuan sehingga terwujud tata kelola pemerintahan

desa yang baik (good village government), (Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan, 2015).

Salah satu resiko yang dapat terjadi dalam pengelolaan keuangan desa

yaitu penyusunan laporan yang tidak tepat waktu dan tidak tepat kualitas, (Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2015). Kegagalan ini akan

mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa

dalam pengelolaan keuangannya. Pemerintah desa dalam melaporkan realisasi

dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa yang telah diterima tidak

hanya melaporkannya kepada pemerintah di kabupaten/kota namun juga

menginformasikannya kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media

informasi yang mudah di akses oleh masyarakat. Pasal 41 Peraturan Menteri

dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 menyatakan media informasi itu antara lain

papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui bagaimana aparat desa

khususnya aparat Lembang Angin-angin dalam menginterpretasikan

pertanggungjawaban keuangan desa maka peneliti mengajukan judul penelitian

“Interpretasi Pertanggungjawaban Keuangan Desa bagi Aparat Desa di

Lembang Angin-Angin, Kec.Kesu’, Kab. Toraja Utara”.


10

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengenai interpretasi pertanggungjawaban

keuangan desa yang dilaksanakan oleh aparat Lembang Angin-angin. Aparat

desa yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kepala Lembang Angin-angin dan

perangkat lembang yang menyusun langsung pertanggungjawaban keuangan

desa. Pertanyaan peneliti yang terkait fokus tersebut adalah apakah kepala desa

dan aparat desa lainnya sudah memahami betul pertanggungjawaban Keuangan

desa dan pentingnya melakukan pertanggungjawaban keuangan yang telah

dikelolanya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Interpretasi

pertanggungjawaban keuangan desa bagi aparat Lembang Angin-angin sebagai

lembang yang memperoleh bantuan keuangan terbanyak tahun 2015 di

Kecamatan Kesu’,Kabupaten Toraja Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan

referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya atau menambah wawasan

pembaca mengenai pelaksanaan pertanggungjawaban dana desa di

pemerintahan desa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis bagi peneliti, penelitian ini menjadi media untuk

mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari dan sebagai sarana dalam

menambah wawasan mengenai pertanggungjawaban keuangan desa bagi

aparat desa yang menangani langsung pengelolaan keuangan desa


11

Kegunaan bagi instansi adalah kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam penerapan aturan mengenai pertanggungjawaban

keuangan desa. Selain itu penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan masukan

dalam peningkatan sumber daya manusia di pemerintahan desa khususnya

kepala desa yang memiliki kuasa untuk memilih perangkat desa dalam

membantu mengelola dan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan

desa.

1.5 Definisi Istilah

Definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1.5.1 Interpretasi

Interpretasi atau hermeneutika merupakan upaya menjelaskan dan

menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang

tidak jelas, kabur, remang-remang, dan kontradiktif, yang menimbulkan

kebingungan bagi pendengar atau pembaca, (Faiz, 2003 dalam Wachid, 2006).

Kata “hermeneutika”(hermeneutics) merupakan kata benda yang mengandung

tiga arti: 1) ilmu penafsiran, 2) ilmu untuk mengetahui maksud yang terkandung

dalam kata-kata dan ungkapan penulis, 3) penafsiran yang secara khusus

menunjuk kepada penafsiran kitab suci, ( Faiz, 2003 dalam Wachid, 2006).

Soleh (2011) dalam pandangan hermeneutika subjektif, teks bersifat

terbuka dan dapat diinterpretasikan oleh siapapun, sebab begitu sebuah teks

dipublikasikan dan dilepas, ia telah berdiri sendiri dan tidak lagi berkaitan dengan

si penulis. Karena itu, sebuah teks tidak harus dipahami berdasarkan ide si

pengarang melainkan berdasarkan materi yang tertera dalam teks itu sendiri.
12

1.5.2 Aparat Desa

Aparat desa dalam hal ini adalah pemerintah desa. Pemerintah desa yaitu

kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa yaitu sekertaris desa,

pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat. Susunan organisasi dan tata

kerja pemerintahan kemudian ditetapkan dengan peraturan desa. Kekuasan

tertinggi pemerintahan desa ada pada kepala desa yang bertugas untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

1.5.3 Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Sumber keuangan desa terdiri atas empat, yaitu: (1) paling kurang 10%

bagian dari pajak daerah dan retribusi; (2) Alokasi Dana Desa yaitu 10% dari

dana transfer dikurangi dana alokasi khusus; (3) bantuan keuangan provinsi

kabupaten atau kota; (4) pendapatan asli desa. Demi mengoptimalkan jalannya

roda pemerintahan maka dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 dijelaskan

bahwa desa sejak tahun 2015 akan mendapatkan dana paling kurang 10% dari

APBN tanpa perantara. Adanya alokasi APBN ini maka penerimaan desa pun

akan meningkat. Meningkatnya penerimaan desa ini tentu diperlukan adanya

laporan pertanggungjawaban dari Desa. Pertanggungjawabannya dilaporkan

oleh kepala desa kepada bupati/wakil bupati berupa laporan realisasi

pelaksanaan APB Desa setiap tahun berjalan setiap semester dan juga

menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa

setiap akhir tahun anggaran.


13

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang tinjauan teori dan konsep yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu teori interpretasi, konsep pertanggungjawaban dana

desa, tinjauan empirik serta kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metode penelitian, mencakup rancangan

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik sampling,

teknik pengumpulan data, teknik analisis, pengecekan validitas data dan tahap-

tahap yang dilakukan dalam penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai deskripsi wilayah penelitian dan

analisis penyajian data.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai penelitian yang

dilaksanakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Interpretasi

Sejarah mencatat bahwa istilah “hermeneutika” dalam pengertian sebagai

“ilmu tafsir” mulai muncul di abad ke-17, istilah ini dipahami dalam dua

pengertian, yaitu hermeneutika sebagai seperangkat prinsip metodologis

penafsiran, dan hermeneutika sebagai penggalian filosofis dari sifat dan kondisi

yang tidak dihindarkan dari kegiatan memahami, (Palmer, 2003 dalam Wachid,

2006). Hermeneutik diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi

ketidaktahuan menjadi mengerti, terutama proses ini melibatkan bahasa sebab

bahasa merupakan mediasi paling sempurna dalam proses, (Palmer, 2003 dalam

Wachid, 2006).

Hermeneutika yang pada awalnya lebih sebagai gerakan eksegesis di

kalangan gereja, kemudian berkembang menjadi “filsafat penafsiran” yang

dikembangkan oleh F.D.E Schleirmacher. Ia dianggap sebagai “Bapak

Hermeneutika Modern” sebab membakukan hermeneutika menjadi metode

umum interpretasi yang tidak terbatas pada kitab suci saja. Hermeneutika

Schleimeher telah mengembangkan konsep pemahaman yang bertautan erat

dengan kenyataan hidup manusia yang sekonkretnya, (Poespoprodjo,2004: 63).

Hermeneutika adalah studi pemahaman teks, (Palmer, 2003 dalam

Anshari, 2009). Wilhem Dilthey seorang tokoh hermeneutika metodis,

berpendapat bahwa proses pemahaman bermula dari pengalaman, kemudian

mengekspresikannya. Pengalaman hidup manusia merupakan sebuah neksus

struktural yang mempertahankan kehadiran masa kini, (Lutfi, 2007). Heidegger

14
15

menjelaskan tentang pemahaman sebagai sesuatu yang muncul dan sudah ada

mendahului kognisi. oleh sebab itu pembaca atau penafsir selalu merupakan

pembaca ulang atau penafsir ulang, (Lutfi, 2007). Heidegger melanjutkan secara

mendasar perbedaan antara ilmu alam dan ilmu-ilmu humanities/ilmu-ilmu sosial

yang dibuat oleh Dilthley. Ciri-ciri benda alami disebut kategori, sedangkan ciri-

ciri keberadaan manusia disebut eksistensial.

Tabel 2.1 : Perbandingan Pemahaman menurut Schleiermacher, Dilthey dan


Heidegger

PEMAHAMAN
menurut

SCHLEIERMACHER DILTHEY HEIDEGGER

Bersauh di dalam Pemahaman tidak Pemahaman adalah


filsafatnya bahwa terdapat universal: struktur ontologis
identitas kenyataan- Terdapat pemahaman eksistensial keberadaan
kenyataan batin. kesejarahan dan manusia.
Pemahaman mencakup pemahaman rasio murni
fase komparatif dan dari ilmu-ilmu alam.
Pemahaman adalah
divinatorik/ intuitif sama orisinalitasnya
Berkat kenyataan dengan eksistensi
hidupnya maka manusia dan dasar bagi
pemahaman terhadap semua interpretasi.
kenyataan hidup orang
lain termungkinkan. Pemahaman senantiasa
bekerja di dalam
keseluruhan yang
bertautan.
Sumber: Poepoprodjo (2004: 66)

Selanjutnya hermeneutika lebih jauh dikembangkan oleh para filosof

seperti Paul Ricoeur, Jurgen Habermas, dan Jacques Derrida. Dalam teori

interpretasi Paul Ricoeur, teori ini lebih mengarahkan hermeneutika ke dalam

kegiatan penafsiran dan pemahaman terhadap teks (textual exegesis).

Interpretasi dalam perspektif Paul Ricoeur, adalah karya pemikiran yang terdiri
16

atas penguraian makna tersembunyi dari makna yang terlihat, pada tingkat

makna yang tersirat di dalam makna literer (Wachid, 2006). Hermeneutika

menurut Ricoeur (1985 dalam Kaelan, 2009:308) adalah “suatu teori

pengoperasian pemahaman dalam hubungannya terhadap interpretasi suatu

teks”. Apa yang kita ucapkan atau yang kita tulis mempunyai makna lebih dari

satu bila mana kita hubungkan dengan konteks yang berbeda. Ricoeur,

(2012:47) menyebut istilah ini sebagai “polisemi”, yaitu ciri khas yang

menyebabkan kata-kata mempunyai makna lebih dari satu apabila digunakan

dalam konteks yang bersangkutan.

Kontribusi Ricoeur adalah dalam teori yang dikembangkannya untuk

memahami teks, yaitu menggabungkan antara pemahaman (verstehen) dan

penjelasan (ekleren) yang telah menjadi perdebatan lama para hermeneut.

Ricouer (Ricoeur, 2012:150) berargumen bahwa dialektika peristiwa dan makna

menghasilkan sebuah dialektika korelatif dalam membaca antara pemahaman

dan perluasan (makna) (verstehen dalam tradisi hermeneutika Jerman) dan

eksplanasi (erklaren). Tanpa adanya pemaksaan korespondensi mekanis antara

struktur dalam teks sebagai wacana dari penulis dan proses interpretasi sebagai

wacana dari pembaca dapat dikatakan bahwa pemahaman merupakan

pembacaan terhadap apa itu peristiwa wacana.

Bila hermeneutik didefinisikan sebagai interpretasi terhadap simbol-

simbol, mungkin dianggap terlalu sempit. Ricoeur memperluas definisi tersebut

dengan menambahkan perhatian pada dunia teks untuk mempersempit budaya

oral (ucapan), (Mahdi, 2007). Hermeneutika dalam pengertian ini hanya akan

berhubungan dengan kata-kata yang tertulis sebagai pengganti kata-kata yang

diucapkan. Ricoeur menegaskan bahwa defenisi yang tidak terlalu luas justru

memiliki suatu intensitas, (Kaelan, 2009: 308).


17

Paul Ricoeur (1981 dalam Saidi 2008) mendefinisikan hermeneutika

sebagai berikut.

Hermeneutics is the theory of the operations of understanding in their relation to


the interpretation of the text. So the key idea will be the realisation of discourse
as a text; and elaboration of the categories of subsequent study.

Ricoeur, (2012: 227) dengan istilah discourse Ricoeur merujuk kepada event,

yaitu bahasa yang membicarakan tentang sesuatu. Pengertian ini diambil

Recoeur dari filsuf bahasa seperti Austin dan Beardsley yang membagi bahasa

kedalam dua sifat yaitu bahasa sebagai meaning, dan bahasa sebagai event.

Gampangnya, discourse adalah bahasa ketika digunakan untuk berkomunikasi.

dan dalam hal ini ada dua jenis artikulasi discourse yaitu bahasa lisan dan

bahasa tulisan.

Tugas hermeneutika adalah menafsirkan makna dan pesan se objektif

mungkin sesuai dengan yang diinginkan teks (Saidi, 2008). Secara sederhana,

dalam teori interpretasi Ricoeur ( Ricoeur, 2012) ada tiga momen, yaitu sebagai

berikut.

1. Momen pertama adalah menebak-nebak makna teks. Pada momen awal ini,

teks kemungkinan menyuguhkan beragam makna.

2. Momen kedua adalah eksplanasi teks dan pemahaman wacana. Dalam

dialektika verstehen dan erkleren menebak atau memperkirakan

berhubungan dengan apa yang disebut Schleimeher dengan validasi

’divinatoris’ terhadap apa yang disebut dengan ‘gramatikal. Kedua hal ini

penting sebagai proses pembacaan suatu teks. Salah satu slogan terkenal

dalam menginterpretasi adalah “memahami pengarang lebih baik dari

memahami dirinya sendiri.

3. Momen ketiga adalah apa yang disebut appropriation yaitu proses

memahami diri sendiri di hadapan dunia yang diproyeksikan teks dan


18

merupakan puncak dari proses penafsiran di mana seseorang menjadi lebih

memahami dirinya sendiri. Pada momen ini terjadi dialog antara pembaca

dan teks.

Gambar 2.1 : Momen Teori Interpretasi

Pengarang

Dunia Pengarang
1. Menganalisa teks (menebak
Teks
makna teks)

Proses pemahaman dunia pengarang

2. Eksplanasi teks dan


pemahaman wacana

Validasi

3.Proses memahami diri sendiri di


hadapan dunia yang di
Pembaca
proyeksikan (perluasan makna)

diolah dari Ricoeur (2012)

Ketiga momen tersebut erat kaitannya dengan langkah pemahaman

bahasa yakni langkah semantik, refleksif dan eksistensial atau ontologis.

Langkah semantik merupakan pemahaman pada tingkat bahasa yang murni;

pemahaman refleksif tingkat lebih tinggi, mendekati ontologis; sedangkan

pemahaman eksistensial atau ontologis adalah pemahaman pada tingkat

keberadaan makna itu sendiri (Wachid, 2006). Atas dasar pemahaman langkah-

langkah tersebut maka Ricoeur menyatakan bahwa pemahaman itu pada

hakikatnya adalah “cara berada” atau “cara menjadi”. Kita tidak dapat secara

sewenang-wenang mengetengahkan pengertian tentang pemahaman pada


19

tingkat ontologis, sebab cara pemahaman kita selalu mendapat bantuan dari

sketsa-sketsa, peninggalan purbakala, salinan atau copy dan lain sebagainya

(Kaelan, 2009:311).

Tujuan pemahaman menurut Ricoeur (Ricoeur, 2012:156) yaitu: pertama

perenggutan makna yang bersifat naif terhadap teks secara keseluruhan. Kedua,

perluasan makna akan menjadi sebuah model pemahaman yang sophisticated,

yang didukung prosedur eksplanatoris. Pada permulaan tersebut, pemahaman

hanya bersifat tebakan belaka. Namun pada akhirnya ia memenuhi konsep

apropriasi sebagai gambaran atas bentuk ditansiasi dikaitkan dengan

objektivikasi sepenuhnya akan teks.

Setiap interpreter harus membuat pembedaan dan penekanan yang tegas

terhadap pemahaman, penjelasan, dan interpretasi. Kaelan (2009:310) juga

mengemukakan bahwa setiap interpreter juga berbicara mengenai sirkularitas

ketiga hal tersebut sedemikian rupa sehingga seakan-akan ketiganya saling

berinteraksi dengan yang lainnya. Interpreter harus menggumuli interpretasinya

sendiri, ia harus memulai dengan suatu pengertian yang seakan-akan ‘masih

mentah’, sebab jika tidak demikian maka ia tidak akan memulai melakukan

interpretasi.

2.1.2 Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai suatu penyajian yang

terstruktur tentang posisi keuangan dan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian

besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi

(Kartikahadi et al. 2012:118)


20

Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik berperan penting

dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besarnya tuntutan

terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan

transparansi informasi keuangan sektor publik. Informasi keuangan ini berfungsi

sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan (Nordiawan,

2010:125).

Mardiasmo (2009:161) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan

sektor publik secara umum sebagai berikut.

1. Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship)

Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna

laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber

daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang

telah ditetapkan.

2. Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif (accountability and retrospective

reporting)

Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada

publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kerja dan

mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati tren antar

kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan

membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.

Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh

informasi biaya atas barang dan jasa yang telah diterima, serta

memungkinkan mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan

sumber daya organisasi.

3. Perencanaan dan informasiotorisasi (planning and authorization information)


21

Laporan keuangan berfungsi memberikan dasar perencanaan kebijakan dan

aktivitas di masa mendatang. Laporan keuangan berfungsi memberikan

informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.

4. Kelangsungan organisasi

Laporan keuangan berfungsi membantu pengguna dalam menentukan apakah

suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan

jasa (pelayanan) di masa mendatang.

5. Hubungan masyarakat (public relation)

Laporan keuangan berfungsi memberikan kesempatan kepada organisasi

untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada

pengguna yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat. Laporan keuangan

berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak lain yang

berkepentingan.

6. Sumber fakta dan gambaran ( source of facts and figures)

Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi kepada kelompok

kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan yang

akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik oleh

pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keungan untuk mendukung

pembuatan keputusan ekonomi, politik tersebut meliputi informasi yang

digunakan untuk (a) membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang

dianggarkan, (b) menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi, (c) membantu

meningkatkan tingkat kepatuhan terhadap perturan perundangan yang terkait

dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta (d) membantu dan

mengevaluasi efisiensi dan efektifitas (Mardiasmo 2009:162).


22

Governmental Accounting Standard Board (GASB) dalam Concept

Statement No.1 tentang Objektive of Financial Reporting menyatakan bahwa

akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di pemerintahan.

Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah. GASB

dalam Mardiasmo (2009: 162) menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dan

pelaporan keuangan sebagai berikut.

“…accountability requires governments to answer to citizenry to justify the raising


of public resources and the purpose for which they are used. Governmental
accountability is based on the belief that the citizenry has a “right to know,” a right
to receive openly declared facts that may lead to public debate by the citizens
and their elected representatives. Financial reporting plays a major role in
fulfilling government’s duty to the publicly accountable in a democratic society
(par.56)”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas meliputi

pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pemakai lainnya

sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban

pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan, bukan hanya aktifitas

finansialnya saja. Concepts Stetements No. 1 menekankan bahwa laporan

keuangan pemerintah harus dapat memberikan informasi untuk membantu

pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak dan kewajibannya dalam

pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki kewajiban untuk

menyampaikan laporan. laporan tersebut bersifat periodik semesteran dan

tahunan, yang disampaikan ke bupati /walikota dan ada juga yang disampaikan

ke Badan Permusyawaratan Desa.

Sujarweni (2015:124) menyebutkan tahapan dalam pembuatan laporan

keuangan desa adalah sebagai berikut:

1. Membuat rencana berdasarkan visi misi yang dituangkan dalam penyusunan

anggaran.
23

2. Anggaran yang dibuat terdiri dari akun pendapatan, belanja, pembiayaan.

Setelah anggaran disahkan maka perlu dilaksanakan. Dalam pelaksanaan

timbul transaksi, kemudian berdasarkan transaksi ini diicatat dalam jurnal,

buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, Neraca. Neraca ini fungsinya

untuk mengetahui kekayaan/posisi keuangan Desa.

3. Selain menghasilkan neraca bentu pertanggungjawaban pemakaian

anggaran dibuatllah laporan realisasi anggaran Desa.

Laporan relalisasi pelaksanaan APB Desa semester pertama

menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan selama

semester I dibandingkan dengan target dan anggarannya, sedangkan laporan

realisasi pelaksanaan APB Desa semester akhir tahun menggambarkan ralisasi

pendapatan belanja dan pembiayaan sampai dengan semester akhir tahun, jadi

bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang

dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

menyebutkan bahwa dalam rangka mewujdkan pengelolaan dana desa yang

tertib, transparan, akuntabel dan berkualitas, pemerintah dan kabupaten/kota

diberi kewenangan untuk dapat memberikan sanksi berupa penundaan

penyaluran dana desa dalam hal laporan penggunaan dana desa tidak/terlambat

disampaikan. Di samping itu pemerintah dam kabupaten/kota juga dapat

memberikan saksi berupa pengurangan dana desa apabila penggunaan dana

tersebut tidak sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa, pedoman umum,

pedoman teknis kegiatan, atau terjadi penyimpanan uang dalam bentuk deposito

lebih dari 2 (dua bulan).


24

Gambar 2.2: Flowchart penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB

Desa Semesteran

TAHAP PELAPORAN

(Dalam Rangka Penyusunan LRA Semester I Dan Semester Akhir Tahun)

Pelaksana Kegiatan Sekertaris Kepala Desa Bendahara Bupati/ W.


Kota
Desa
Arsip SPP

Arsip SPP,
Rincian
Laporan Laporan Pendapatan
Kegiatan Kegiatan,
Rincian
Pendapatan

Penyusunan
LRA

LRA LRA

Persetujuan
LRA

LRA LRA

Sumber :Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah,


Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 2015

Kepala desa merupakan pemegang keuasaan pengelolaan keuangan

desa dan mewakili pemerintah dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang

dipisahkan. Pasal 2 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

menyatakan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, kepala


25

desa mempunyai kewenangan: 1) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan

APB Desa; 2) menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa

(PTPKD); 3) menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan

desa; 4) menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB

Desa; 5) melakukan tindakan yang melibatkan pengeluaran dan beban.

Pasal 5 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

menyatakan sekertaris desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan

keuangan desa mempunyai tugas yaitu: 1) menyusun dan melaksanakan

kebijakan pengelolaan APB Desa; 2) menyusun rancangan peraturan desa

tentang APB Desa, perubahan APB Desa dan pertanggungjawaban pelaksanaan

APB Desa; 3) melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang

telah ditetapkan dalam APB Desa; 4) menyusun pelaporan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa; dan melakukan verifikasi terhadap

bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa.

Pasal 7 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

bendahara desa mempunyai tugas yaitu menerima, menyimpan,

menyetorkan/membayar, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka

pelaksanaan APB Desa, selain itu pasal 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 113 juga mengatur penatausahaan dan pelaporan pertanggungjawaban

bulanan yang harus dilakukan oleh bendahara desa dalam membantu kepala

desa. Bendahara desa diwajibkan untuk melakukan pencatatan setiap

penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan

secara tertib dan mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban yang disampaikan setiap bulan kepada kepala desa paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya.


26

Peraturan Menteri Dalam Negeri juga mengatur standar dan format

pelaporan pertanggungjawaban yang harus disusun oleh kepala desa. Seperti

ketentuan lampiran yang perlu dipenuhi dalam laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APB Desa, yaitu:

a. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa tahun

anggaran berkenaan.

b. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran

berkenaan.

c. Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk ke

desa.

Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APB Desa

kepada bupati/walikota berupa laporan semester pertama dan laporan semester

akhir tahun. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APB Desa yang

disampaikan paling lambat pada akhir Juli tahun berjalan dan laporan semester

akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir Januari tahun berikutnya.

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa terdiri dari

pendapatan, belanja dan pembiayaan. Laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APB Desa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan

dengan media informasi yang mudah di akses seperti papan pengumuman, radio

komunitas, dan media informasi lainnya.

Alur sistem pertanggungjawaban keuangan dana desa digambarkan pada

bagan berikut:
27

Gambar 2.3: Alur Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Bupati
Laporan
Semester
Pertama
Sumber
keuangan
Desa (APBD,
ADD, Kepala
Pendapatan Desa
Asli Desa) dan
penggunaan Laporan
anggaran Semester Akhir

Sumber: diolah dari Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Pelaporan dan pertanggungjawaban yang keluar dari ketentuan

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Nomor 6 tahun 2014

tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa. Dalam pasal 48 menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas dan

kewenangan, hak dan kewajibannya, kepala desa wajib: 1) menyampaikan

laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran

kepada bupati/walikota; 2) menyampaikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa pada akhir masa jabatan kepada bupati/walikota; 3)

menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah secara tertulis

kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.

Laporan penyelenggaraan pemerintah desa paling sedikit memuat

pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa;

pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan; pelaksanaan pembinaan

kemasyarakatan; dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Pelaporan dana

desa digambarkan sebagai berikut:


28

Gambar 2.4 : Pelaporan Dana Desa

Sumber: Direktorat Penelitian dan Pengembangan, KPK 2015.

2.2 Tinjauan Empirik

Untuk melakukan pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik

diperlukan informasi akuntansi yang salah satunya berupa laporan keuangan.

Meskipun laporan keuangan bukan merupakan satu-satunya sumber informasi

untuk pembuatan keputusan, akan tetapi laporan keuangan sebagai sumber

informasi finansial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas

keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan merupakan tindakan pragmatis,

oleh karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal

manfaat laporan, kualitas keputusan yang dihasilkan serta mudah tidaknya

laporan keuangan tersebut dipahami oleh pemakai.

Oktaviyah (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa

pertanggungjawaban keuangan desa masih ditemukan banyak perbedaan dari

segi pelaporan maupun proses penyampaian laporan pertanggungjawabannya.

Laporan pertanggungjawaban bulanan yang berupa laporan berkala juga tidak

dilaksanakan semua bendahara. Implikasi interpretasi bendahara desa pada

penyajian laporan pertanggungjawaban penatausahaan keuangannya masih


29

memiliki banyak kendala. Pemahaman bendahara desa mengenai kelengkapan

pembukuan pun tidak diikuti dengan aplikasinya dalam penatusahaan keuangan.

Syachbrani (2012) menyatakan bahwa akuntabilitas lembaga desa perlu

ditingkatkan sebagai institusi yang paling bersentuhan dengan rakyat. Apabila

desa tidak melakukan fungsinya dengan baik, maka dengan tegas melakukan

kritik secara langsung. Pola tersebut menunjukkan sistem demokrasi yang sudah

terbangun di desa sejak masa lampau. Pemerintah desa secara umum harus

melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dan berwawasan publik.

Akuntabilitas, profesionalitas, akomodatif dan prinsip-prinsip lainnya dalam good

governance dapat menjadi acuan pemerintah desa dalam melakukan fungsinya.

Rahmawati (2015) dalam hasil penelitiannya mengenai kesiapan desa

dalam implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa

desa-desa yang menjadi sampel telah siap dalam implementasi Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, ada beberapa hal yang dianggap lebih mempermudah dalam

pelaksanaan pemerintah desa dikarenakan aturan yang lebih terperinci. Tetapi

selain mempermudah dalam pelaksanaan pemerintahan desa, dengan

berlakunya Undang-Undang Desa tersebut juga dianggap lebih mempersulit

desa dalam pelaksanaan pemerintahan desa. keterbatasan waktu dalam

persiapan administrasi dianggap sebagai faktor utama yang menghambat dalam

kesiapan perangkat desa terhadap implementasi penerapan Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dikarenakan Undang-Undang desa serta

peraturan pendukung lainnya terlambat sampai kepada pemerintah desa. Faktor

penghambat lainnya adalah sumber daya manusia (SDM) yang kurang

mendukung.
30

Surya (2013) dalam hasil penelitiannya mengenai Evaluasi Penerapan

Kinerja Kepala Desa dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak

Tapang Keladan mengemukakan bahwa penyampaian laporan penggunaan APB

Desa kepada pemerintah tingkat atasnya dilakukan melalui sistem pelaporan

yang dilakukan secara periodik. Walaupun penerapan prinsip akuntabilitas pada

tahap ini masih sebatas pertanggungjawaban fisik, sedangkan sisi administrasi

masih belum sepenuhnya dilakukan dengan sempurna. Pertanggungjawaban

APB Desa baik secara teknis maupun administrasi keuangan belum sesuai

dengan ketentuan asas umum pengelolaan keuangan desa disebabkan

beberapa hal antara lain: a) kurang efektifnya sistem pembinaan dari pemerintah

kecamatan dan pemerintah kebupaten terhadap pengelolaan APB Desa di

tingkat desa, b) rendahnya kompetensi maupun tingkat pendidikan aparat

pemerintah desa yang merupakan ujung tombak pelaksanaan APB Desa, c)

belum adanya pemberitahuan secara fisik tentang penggunaan dana APB Desa

kepada masyarakat.

Faridah (2015) dalam hasil penelitiannya mengenai Transparansi Dan

Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Desa (APBDes) pelaporan program ADD (Alokasi Dana Desa) di Desa

Sidogedungbatu Kabupaten Gresik telah menerapkan prinsip-prinsip transparan

dan akuntabel. Pelaporan alokasi dana desa tersebut telah dibuktikan dengan

pertanggungjawaban pelaksanaan program alokasi dana desa dan APB Desa

kepada pemerintah tingkat atasnya dilakukan secara periodik. Disini aparat desa

sudah dapat melaporkan anggaran secara lebih baik, karena dari laporan Alokasi

Dana Desa semuanya telah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh

kabupaten tetapi masih ada kekuarangan. Pertanggungjawaban alokasi dana

desa baik secara teknis maupun administrasi sudah baik namun dalam hal
31

pertanggungjawaban administrasi keuangan kompetensi sumber daya manusia

pengelola merupakan kendala utama, sehingga masih memerlukan

pendampingan dari aparat pemerintah daerah guna penyesuaian perubahan

aturan setiap tahunnya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Peraturan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa mewajibkan pemerintah desa untuk menyusun dan melaporkan

realisasi penggunaan APB Desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-

asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin

anggaran. Penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan yang transparan

dan akuntabel dimaksudkan agar informasi-informasi keuangan dapat dipahami

oleh pengguna dan dapat memberikan petunjuk untuk pengambilan keputusan.

Keberhasilan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan yang

transparan dan akuntabel sangat bergantung pada penerapan peraturan yang

menjadi pedoman dalam pengelolaan dan penyusunannya. Selain itu interpretasi

dari peraturan itu dalam hal ini oleh kepala desa, sekertaris desa dan bendahara

desa sebagai pihak yang terkait langsung dengan pengelooan hingga

pertanggungjawaban keuangan desa menjadi faktor penunjang keberhasilan

penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan.

Kepala desa yang mempunyai kekuasaan dalam pengelolaan keuangan

desa. kepala desa berwenang untuk menetapkan petugas pelaksana teknis

dalam membantu pengelolaan keuangan desa yang terdiri dari sekertaris,

bendahara dan kepala seksi. Kepala desa dan pelaksana teknis memiliki tugas

masing-masing dalam mengelola dan melaporkan keuangan desa. Oleh karena


32

itu, kepala desa, sekertaris desa dan bendahara desa diharapkan memiliki

kemampuan untuk menginterpretasikan peraturan-peraturan yang diterapkan dan

menjadi pedoman dalam menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan

desa. Hasil interpretasi tersebut akan terlihat dalam penyajian laporan

pertanggungjawaban desa.

Keberhasilan aparat desa dalam menyusun dan melaporkan realisasi

penggunaan APB Desa akan berdampak pada kelanjutan bantuan dari

pemerintah pusat.

Gambar 2.5 Skema Kerangka Pemikiran

Kewajiban melaporkan realisasi


penggunaan anggaran

Interpretasi aparat Desa dalam Implementasi UU Nomor 6


menyusun laporan Tahun 2014 dan
pertanggungjawaban penggunaan Permendagri 113 tahun
anggaran 2014

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Penggunaan

Anggaran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan hermeneutika. Penelitian kualitatif didefinisikan

sebagai kegiatan terencana untuk menangkap praktik penafsiran responden dan

informan terhadap dunia. Istilah kualitatif menunjukkan penekanan terhadap

proses-proses dan makna-makna yang tidak diuji atau diukur dari segi kuantitas,

intensitas, atau frekuens.

Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok (Sutopo, 2010:1). Dari sisi peranan peneliti, paradigma penelitian

kualitatif menempatkan peneliti terlibat secara pribadi dalam keseluruhan proses

penelitian, dalam sebuah relasi yang bersifat empatik. Dari sisi desain,

paradigma penelitian kualitatif meyakini bahwa perencanaan penelitian sifatnya

umum, garis besar saja, fleksibilitas, dan mungkin berubah atau mengalami

perkembangan dan penyempurnaan bersamaan dalam proses penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975 dalam Tohirin, 2012: 2), penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

“Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami

maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan

proses, peristiwa dan otentisitas. Atas dasar pertimbangan itulah banyak yang

33
34

memaknai bahwa penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak mengadakan

perhitungan. Beragam istilah penelitian kualitatif yang muncul antara lain:

penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik,

perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago School , fenomenologis, studi

kasus, interpretatif, ekologis dan deskriptif, Bogdan dan Biklen (1982 dalam

Tohirin 2012:1)

Daymon dan Holloway (2008 dalam Tohirin, 2012:3) mengemukakan

karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

1) Berfokus pada kata

2) Menuntut keterlibatan peneliti

3) Dipengaruhi sudut pandang partisipan (orang yang menjadi sumber data)

4) Fokus penelitan yang holistik.

5) Desain dan penelitiannya bersifat fleksibel

6) Lebih mengutamakan proses daripada hasil

7) Menggunakan latar alami

8) Menggunakan analisis induktif baru deduktif

Lebih rinci lagi Moleong mengemukakan karakteristik penelitian kualitatif sebagai

berikut:

1) Latar alamiah

2) Manusia (peneliti) sebagai alat atau instrumen utama.

3) Menggunakan metode kualitatif

4) Analisis data secara induktif

5) Teori dari dasar ( grounded theory)

6) Bersifat deskriptif

7) Lebih mementingkan proses daripada hasil

8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus


35

9) Adanya kriteria khusus untuk kebenaran data (validitas, reliabilitas, dan

objektivitas)

10) Desain yang bersifat sementara (fleksibel)

11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dan

peserta penelitian.

Penelitian kualitatif digunakan karena adanya beberapa pertimbangan.

Pertama, menyesuaikan model kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, metode ini lebih peka dan

dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta

pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan.

Tujuan penelitian kualitatif dilakukan untuk menemukan pola hubungan

yang bersifat interaktif, menemukan teori, menggambarkan realitas yang

kompleks untuk memperoleh pemahaman makna (interpretatif). Jelasnya apa

yang disebut sebagai paradigma penelitian kualitatif adalah sekumpulan

kepercayaan, konsep, cara pandang dan asumsi-asumsi terhadap realitas yang

diteliti dan cara kerja penelitian yang bersifat alamiah (naturalistic), subjektif dan

menyeluruh ( holistic).

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan hermeneutik.

Pendekatan ini berupaya memahami sebuah fenomena secara sistematis, ketat

dan mendalam bukan hanya pada kulitnya saja. kajian pendekatan hermeneutik

didasarkan atas kajian teologi, filsafat ilmu, dan sastra kritis. kajian ini lebih

mengarah pada permasalahan suatu kondisi tertentu yang menyebabkan

manusia bertindak untuk menghasilkan sesuatu dan menginterpretasikan makna

dan tindakannya itu, (Rokhmah, 2014).


36

3.2 Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah

berbagai bentuk alat-alat bantu dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat

digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi

sebagai instrumen pendukung.

3.3 Lokasi Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti memilih Lembang Angin-Angin, Kecamatan

Kesu’, Kabupaten Toraja Utara sebagai lokasi penelitian. Pemilihan lokasi ini

dengan pertimbangan berdasarkan pernyataan dari salah satu aparat Lembang

Angin-angin bahwa lembang ini merupakan lembang yang mendapatkan dana

terbanyak di Kecamatan Kesu’ pada tahun 2015, oleh karena itu interpretasi

aparat desa dalam menyusun laporan pertanggungjawaban atas dana desa yang

diperoleh akan sangat mempengaruhi bentuk pertanggungjawaban atas dana

yang diterima kepada pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten.

3.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data pada pengumpul data (Sugiyono, 2011:225). Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung mengenai

interpretasi pertanggungjawaban dana desa bagi aparat desa

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau melalui dokumen

(Sugiyono, 2011:225). Peneliti menggunakan sumber sekunder ini untuk


37

memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

melalui wawancara langsung dengan informan mengenai pertanggungjawaban

keuangan desa.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang pertama yaitu

observasi atau pengamatan, yaitu proses pencatatan pola perilaku subjek

(orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan

atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti (Indriantoro, 2013:157).

Metode ini digunakan dengan maksud untuk mengamati dan mencatat gejala-

gejala yang tampak dari aktivitas proses penyusunan laporan

pertanggungjawaban keuangan desa di aparat desa.

Metode pengumpulan data yang kedua adalah wawancara. Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara

lisan kepada subjek penelitian. Data yang dikumpulkan umumnya berupa

masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau kontroversial sehingga

kemungkinan jika digunakan dengan teknik kuisioner akan kurang memperoleh

tanggapan responden. Maksud mengadakan wawancara antara lain untuk

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi perasaan, motivasi,

tuntutan dan kepedulian serta memperluas informasi yang diperoleh dari orang

lain. Dalam penelitian ini yang menjadi key informan adalah kepala desa,

sekretraris desa, dan bendahara desa.

Metode pengumpulan data yang ketiga adalah dokumentasi.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.


38

Penelusuran data dari dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data yang

tidak diperoleh dari observasi dan wawancara. Dokumentasi yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah data mengenai profil Lembang Angin-Angin,

Kecamatan Kesu’, Kabupaten Toraja Utara dalam pelaksanaan

pertanggungjawaban dana desa yang dilaksanakan oleh aparat desa.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan yang

penting dalam menyelesaikan suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data yang telah

dikumpulkan tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data

yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk memberi

arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data. Analisis atau penafsiran data

merupakan proses mencari dan menyusun atur secara sistematis catatan

temuan penelitian melalui pengamatan dan wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman tentang fokus yang dikaji dan menjadikan sebagai

temuan bagi orang lain, mengedit dan, mengklasifikasi, mereduksi dan

menyajikannya, (Muhadjir, 1998 dalam Tohirin, 2012: 141)

Miles dan Huberman (1994 dalam Tohirin, 2012: 141) menjelaskan

bahwa analisis data merupakan langkah-langkah untuk memproses temuan

penelitian yang telah ditranskripsikan melalui proses reduksi data, yaitu data

disaring, dan disusun lagi, dipaparkan diverifikasi atau dibuat kesimpulan. Dalam

penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara mengatur secara sistematis

pedoman wawancara, data kepustakaan, memproses data dengan tahap reduksi

data, menyajikan data dan menyimpulkan data.


39

Gambar 3.1 Teknik Analisis Interaktif (Model 1)

Sumber: Miles dan Hubberman dalam Ibrahim 2015: 111

Analisis data pada penelitian kualitatif tidak dimulai ketika pengumpulan

data telah selesai, tetapi sesungguhnya berlangsung sepanjang penelitian

dikerjakan (Ibrahim, 2015: 112). Komponen analisis data model Miles dan

Hubberman juga sesungguhnya dilaksanakan dalam tahapan-tahapan yang

bukan saja disebut model interaktif melainkan juga disebut model tahapan (flow

model).

Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data (flow model)

PERIODE PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA
SELAMA SETELAH

ANTISIPASI
DISPLAY DATA ANALISIS
SELAMA SETELAH

VERIFIKASI /KESIMPULAN
SELAMA SETELAH
40

Sumber: Sugiyono 2011:246

Untuk memudahkan dalam memahami peneliti melakukan langkah-

langkah yaitu sebagai berikut, Sugiono ( 2011: 247) :

1. Reduksi data. Data yang telah dikumpulkan dipilih dan dikelompokkan

berdasarkan data yang memiliki kesamaan. Data tersebut kemudian

diorganisasikan untuk mendapatkan simpulan data sebagai bahan

penyajian data.

2. Penyajian data. Setelah data diorganisasikan data disajikan dalam uraian-

uraian naratif yang disertai dengan bagan atau label untuk memperjelas

penyajian data.

3. Penarikan kesimpulan. Setelah disajikan maka dilakukan penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

3.7 Pengecekan Validitas Data

Data yang baik dan benar akan menentukan hasil suatu penelitian

sebagai baik dan benar. Sebaliknya data yang keliru (diragukan kebenarannya)

akan menurunkan derajat kepercayaan sebuah hasil penelitian. Keabsahan data

(trustworthiness of data) adalah bagian yang penting (elementary) dalam

penelitian. Moleong (2006 dalam Ibrahim, 2015:120), ada empat kriteria

keabsahan data pada suatu penelitian, yakni: derajat keterpercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Penjelasan kriteria-kriteria keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini

menurut Ibrahim (2015:120) yaitu:


41

1. Derajat keterpercayaan (credibility) dapat ditunjukkan dengan melihat

hubungan antara data dan sumber data (kredibilitas sumber) antara data

dengan teknik penggalian data (kredibilitas teknik) dan pembuktian data di

lapangan (kredibilitas informasi)

2. Keteralihan (transferability) bermakna bahwa kebenaran (peristiwa) empiris

dipercayai memiliki keterkaitan dengan konteks. Karena itu peneliti kualitatif

bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya sebagai

bentuk pengalihan (transferbilitas) makna (empiris) dan konteks (peristiwa).

3. Kebergantungan (dependability) dalam penelitian kualitatif sebagai ciri

keabsahan data dimaknai sebagai adanya faktor-faktor yang saling terkait

yang harus dihubungkan oleh seorang peneliti, baik data, sumber data, teknik

penggalian data atau instrumen yang digunakan, hingga konteks setiap

peristiwa yang ditemui dalam penelitian.

4. Kriteria kepastian (confirmability) bermakna adanya kepastian terhadap

setiap data yang didapatkan yaitu setiap data yang diperoleh dapat diterima,

diakui dan disetujui kebenarannya terutama oleh sumber data.

3.8 Tahap-tahap Penelitian

Danim (2012: 85) mengemukakan bahwa kegiatan penelitian secara

kasar dapat dibagi dalam enam tahap (steps) tertentu, keenam tahapan ini tidak

diikuti secara formal melainkan dapat tumpang tindih. Adapun tahapan yang

dimaksud yaitu memilih masalah, mengumpulkan bahan yang relevan,

menentukan strategi dan mengembangkan instrumen, mengumpulkan data,

menafsirkan data, dan melaporkan hasil penelitian, (Tohirin, 2012: 55)

mengemukakan tiga tahapan dalam penelitian kualitatif yaitu: tahapan pra-


42

lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis atau interpretasi data.

Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut:

1. Tahap pra-lapangan, meliputi kegiatan penentuan konsentrasi penelitian,

penyusunan rancangan penelitian, penyesuaian paradigma dan teori, memilih

lapangan penelitian, observasi lapangan dan permohonan izin kepada subjek

yang diteliti, konsultasi fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi pengumpulan data-data yang berkaitan

dengan pertanggungjawaban dana desa. Data tersebut diperoleh dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi kepada aparat desa.

3. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh baik dari

dokumen-dokumen, observasi dan wawancara mendalam dengan aparat

desa mengenai bagaimana aparat desa menginterpretasikan peraturan-

peraturan tertulis, sosialisasi dan pelatihan yang telah diikuti, mengenai

pertanggungjawaban keuangan yang mereka laksanakan. Selanjutnya

dilakukan penafsiran data sesuai dengan permasalahan yang diteliti,

kemudian melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek

sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-

benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang

merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang

sedang diteliti.

4. Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna

data.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai interpretasi pertanggungjawaban keuangan

Desa bagi aparat Desa di Lembang Angin-angin Kecamatan Kesu’ Kabupaten

Toraja Utara dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kepala Lembang Angin-angin sangat memahami mengenai pentingnya

laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus dilakukan oleh aparat

lembang, hal ini disebabkan pihak aparat lembang mendapatkan sosialisasi

yang baik dalam hal penyusunan dan penyampaian laporan

pertanggungjawaban. Selain itu kepala lembang juga memahami bahwa

laporan pertanggungjawaban penting karena dapat mengontrol administrasi

dan manajemen pemerintahan lembang. Untuk setiap bukti belanja dan

pendapatan yang terjadi dalam pemerintah lembang harus mendapatkan

persetujuan dan harus sepengatahuan kepala lembang, hal ini diungkapkan

kepala lembang sebagi bentuk pengawasan keuangan lembang.

2. Bentuk laporan pertanggungjawaban yang disusun oleh aparat Lembang

Angin-angin mengikuti format penyusunan yang terlampir dalam Perturan

Menteri dalam Negeri Nomor 113. Format penyusunan dan format buku

pembantu serta hal-hal penting lainnya sangat lengkap dilampirkan dalam

peraturan ini. Pihak dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah

Lembang (BPMPL) juga memberikan penjelasan kepada aparat lembang

jika ada yang tidak dipahami. Penyampaian ke laporan pertanggungjawaban

keuangan lembang kepada bupati sebelumnya harus melalui BPMPL, pihak

BPMPL memberikan koreksi atas laporan pertanggungjawaban yang

72
73

disusun oleh aparat lembang, dan menerima laporan pertanggungjawaban

setelah diperbaiki oleh aparat lembang.

3. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh aparat Lembang Angin-angin

yaitu sebanyak 10 kali setiap tahun anggaran terdiri atas: Laporan

pertanggungjawaban atas dana yang bersumber dari APBD (ADL, PAL, bagi

hasil) yaitu setiap triwulan, semester, dan tahunan; laporan

pertanggungjawaban atas dana yang bersumber dari APBN (Dana

Lembang) yaitu setiap realisasi tahap pertama dan kedua, setiap semester

dan setiap akhir tahun. Penyampaian laporan pertanggungjawaban

keuangan lembang selalu disampaikan aparat Lembang Angin-angin secara

tepat waktu agar tidak mendapatkan sanksi berupa penundaan pencairan

dana pada tahap selanjutnya.

4. Sekretaris lembang bersama dengan bendahara menyusun laporan

pertanggungjawaban keuangan lembang, dalam bukti penerimaan dan bukti

belanja sekretaris lembang yang berwenang memverifikasi bukti-bukti

tersebut sebelum diketahui dan disetujui oleh kepala lembang.

5. Bendahara menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan lembang.

Bendahara memahami dengan baik administrasi dan pengelolaan keuangan

lembang sampai pada penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan

lembang kepada bupati, namun laporan pertanggungjawaban bulanan

bendahara kepada kepala lembang tidak dilaksanakan.

6. Penyampaian laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat sebagai

salah satu stake holder melalui media informasi baik secara tertulis maupun

secara lisan belum dilakukan oleh aparat lembang angin-angin. Hal ini salah

satunya disebabkan tidak adanya papan informasi di kantor Lembang Angin-

angin. Meskipun demikian aparat Lembang Angin-angin bersifat terbuka


74

kepada masyarakat apabila ada yang meminta laporan pertanggungjawaban

keuangan Lembang Angin-angin.

5.2 Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, diberikan beberapa saran yaitu

sebagai berikut.

1. Perlunya pengadaan media informasi mengenai laporan

pertanggungjawaban yang mudah diakses oleh masyarakat. Penggunaan

media sosial, media cetak misalnya spanduk atau giant banner di tempat-

tempat strategis yang dapat di lihat oleh masyarakat luas.

2. Perlunya sosialisai mengenai pentingnya laporan pertanggungjawaban

kepada masyarakat tidak hanya terbatas pada aparat Lembang supaya

masyarakat turut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan Lembang.

3. Perlunya pelaporan bulanan pengelolaan keuangan oleh bendahara

Lembang kepada Kepala Lembang sesuai dengan Permendagri Nomor 113

tahun 2014 agar memperlancar dan memudahkan penyusunan laporan

pertanggungjawaban semester dan triwulan.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2015. Petunjuk Pelaksanaan


Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Slide. Jakarta:
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2015. Kawal Keuangan Desa.


Vol.XXII/Edisi HUT 70 NKRI 2015. Jakarta: Warta Pengawasan

Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan
Renungan terhadap Masalah-masalah Struktural, Transformasi Baru, dan
Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana

Darmin, Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi,


Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa, dan Peneliti
Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora. Bandung:
Pustaka Setia

Faridah. 2015. Transparansi Dan Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam


Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes). Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. STIESIA Surabaya

Hartono, Jogiyanto. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan


Pengalaman Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Heriyanto, Anas. 2015. Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Tata


Kelola Pemerintahan Desa Triharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI
Yogyakarta.

Ibrahim. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Idriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermenutika. Yogyakarta: Paradigma

Kartikahadi, Hans. Rosita Uli Sinaga. Merlyana Syamsul. Sylvia Veronica Siregar.
2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta:
Salemba Empat

Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman


dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: SUKSES Offset

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Pengelolaan Keuangan Desa: Alokasi Dana


Desa dan Dana Desa. Slide. Jakarta: Direktorat Penelitian dan
Pengembangan

75
76

Lutfi, Mochtar. 2007. Hermeneutika: Pemahaman Konseptual dan Metodologis.


Jurnal Vol.20 - No 3/2007-07. Surabaya. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Airlangga

Mahdi, Lathifatul lzzah El. 2007. Hermeneutika – Fenomenologi Paul Ricoeur: dari
Pembacaan Simbol hingga Pembacaan Teks Aksi Sejarah. Jurnal
Hermeneia/Vol-6 No 1 2007. UIN Sunan Kalijaga

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

Nordiawan, Deddi. Hertianti, Ayuningtyas. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:


Salemba Empat

Oktaviyah, Nurafni. 2013. Interpretasi Bendahara Desa terhadap Penatausahaan


Keuangan dan Implikasinya pada Penyajian Laporan Pertanggungjawaban
Penatausahaan Keuangan Desa di Kabupaten Sinjai. Skripsi. Makassar:
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 7 Tahun 2014 tentang Penetapan
Lembang, Penataan Lembang dan Kewenangan Lembang. 2014. Rantepao:
Sekretaris Daerah

Peraturan Bupati Toraja Utara Nomor 35 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembagian
Rincian Dana Lembang pada Setiap Lembang Tahun Anggaran 2016. 2015.
Rantepao: Sekretaris Daerah

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa. 2014 Jakarta: Menteri dalam Negeri

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 2014. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2014. Jakarta: M enteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Pramesti, Siwi. 2015. KPK Temukan 14 Potensi Masalah Pengelolaan Dana Desa.
(http://nasional.sindonews.com/read/1012030/13/kpk-temukan-14-potensi-
masalah-pengelolaan-dana-desa-1434116438) diakses pada 15 Maret 2016

Poespoprodjo, W. 2004. Hermenutika. Bandung: Pustaka Setia

Rahmawati, Hesti Irna. 2015. Analisis Kesiapan Desa dalam Implementasi


Penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi pada Delapan
Desa di Kabupaten Sleman). Jurnal/the 2nd University Research Coloquium.
Fakultas Ekonomi. Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Ricoeur, Paul. 2012. Teori Interpretasi: Memahami Teks, Penafsiran, dan


Metodologinya. Jogjakarta: IRCiSod
77

Rokhmah, Dewi. Iken Nafikadini. Erdi Estiaji. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Jember: Jember University Press

Soleh, Achmad Khudori. 2011. Membandingkan Hermeneutika dengan Ilmu Tafsir.


Malang. Jurnal Volume 7 Nomor 1. Universitas Islam Negeri Maliki

Sugihastuti. 2001. Proses Kreatif dan Teori Interpretasi. Jurnal Humaniora 2001,
XIII(2). Jurnal Budaya, Sastra, dan Bahasa. Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada

Saidi, Acep Iwan. 2008. Hermeneutika, sebuah cara untuk memahami teks. Jurnal.
Bandung: Intitut Teknologi Bandung. Kelompok Keahlian Ilmu Kemanusiaan

Subroto, Agus. 2009. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus


Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-desa dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008). Tesis tidak diterbitkan.
Semarang: Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V.Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press

Sutopo, Ariesto Hadi dan Adrianus Arief. 2010. Terampil Mengola Data Kualitatif
dengan NVivo. Jakarta: Kencana

Surya, Ketrin. 2013. Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa dalam Pengelolaan
Administrasi Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan. Artikel Penelitian.
Program Studi Pendidikan Ekonomi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Tanjungpura Pontianak

Syachbrani, Warka. 2012. Akuntansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa. Tugas


Akhir Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik. Program Magister Sains
Akuntansi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Gadjah Mada

Syahyadi. 2014. Implementasi Fungsi Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) Di


Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Skripsi. Makassar: Program Studi
Ilmu Pemerintahan Faklutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan


Konseling Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan
Contoh Transkrip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data. Jakarta:
Rajawali Pers

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 2014. Jakarta: Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Wachid, Abdul. 2006. Hermeneutika sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam
Memahami Teks-teks Seni. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Purwokerto
78

Wijaya, H.A.W . 1993. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa menurut UU


Nomor 5 tahun 1979 (Sebuah Tinjauan). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Yasinta, Selviana. 2013. Penyelenggaraan Pemerintah Desa di Desa Tirta Kencana


Kec.Bengkang Kab.Bengkang. Jurnal. Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Tanjungpura
79

LAMPIRAN I

BIODATA PENELITI

Data Pribadi

Nama Elni Allo Linggi

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir Palu, 20 Nopember 1993

Kewarganegaraan Indonesia

Status Perkawinan Belum Menikah

Agama Kristen Protestan

Alamat Jalan Kebahagiaan Utara 2, Nomor 239a, Makassar

Telepon/Hp -/082345316017

Email alingelni@Gmail.Com

Riwayat Pendidikan

2000-2006 SD Negeri 1 Rantepao

2006-2009 SMP Negeri 1 Rantepao

2009-2012 SMA Negeri 1 Rantepao

2012-2017 Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis, Universitas Hasanuddin

Pengalaman organisasi
Organisasi Jabatan Tahun

PPGT Jemaat Bua Tallulolo Wakil sekertaris 2011-2012

PMKO FE-UH Anggota 2012-2017

GMKI Komisariat Ekonomi Unhas Bendahara 2013-2014

GMKI Makassar Anggota BPC 2015-2017


80

LAMPIRAN II

FORM DATA INFORMAN

Nama :

Tempat Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Alamat Rumah :

Telp/Hp :

Pendidikan terakhir :

Alamat Kantor :

Jabatan :

Masa Jabatan :

PELATIHAN YANG DI IKUTI:

NAMA KEGIATAN TAHUN PELAKSANA


81

LAMPIRAN III

DATA INFORMAN

Nama Ariston Sempang Rumengan, S.Kom

Alamat Rumah Panglion

Tempat, Tanggal Lahir Rantepao, 09 Desember 1970

Jenis Kelamin Pria

Pendidikan Terakhir SI

Alamat Kantor Panglion, Lembang Angin-angin

Jabatan Kepala Lembang

Masa Jabatan 2013-2019

Nama Kegiatan Yang Pernah Diikuti Sosialisasi UU Desa oleh pemerintah

provinsi dan kabupaten kota pada

tahun 2015

Nama Antonius Pali’ Sarungallo

Alamat Rumah Rantepao

Tempat, Tanggal Lahir Rantepao, 25 Nopember 1981

Jenis Kelamin Pria

Pendidikan Terakhir SI

Alamat Kantor Panglion, Lembang Angin-angin

Jabatan Sekretaris Lembang

Masa Jabatan 2006-2017

Nama Kegiatan Yang Pernah Diikuti Bimbingan Teknis tentang Profil Desa
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintah Lembang Kabupaten
Toraja Utara tahun 2015
82

Nama Rante Linggi’

Alamat Rumah Bamba bo’ne angin-angin

Tempat, Tanggal Lahir Angin-angin, 03 Nopember 1972

Jenis Kelamin Pria

Pendidikan Terakhir SPMA

Alamat Kantor Panglion, Lembang Angin-angin

Jabatan Bendahara

Masa Jabatan 2005-2017

Nama Kegiatan Yang Pernah Diikuti - Pelatihan Sistem Keuangan Desa

Oleh Departemen Dalam Negeri

pada tahun 2016

- Bimbingan Teknis Tentang

Pengelolaan Dana Desa Oleh Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintah Lembang pada tahun

2016 Kabupaten Toraja Utara


83

LAMPIRAN PERTANYAAN

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana bentuk struktur APB Desa?

2. Dalam proses penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban

pengelolaan keuangan Desa pada proses mana Anda terlibat?

3. Menurut Anda dari mana saja sumber pendapatan Desa?

4. Bagaimana pendapat Anda mengenai semua pendapatan Desa harus

disertai dengan bukti yang sah?

5. Bagaimana pendapat Anda mengenai belanja atas beban APB Desa harus

didukung dengan bukti yang sah?

6. Menurut Anda siapa yang berwenang mengesahkan bukti adanya belanja

Desa?

7. Menurut Anda kapan laporan pertanggungjawaban APB Desa disampaikan

kebupati/walikota?

8. Menurut Anda kapan bendahara menyampaikan laporan

pertanggungjawaban?

9. Bagaimana peran Anda dalam pertanggungjawaban penatausahaan

pendapatan dan pengeluaran keuangan Desa?

10. Bagaimana proses pelaksanaan penyampaian laporan pertanggungjawaban

keuangan Desa?

11. Menurut Anda apakah masyarakat perlu mengetahui realisasi penggunaan

keuangan Desa?

12. Bagaimana format laporan pertanggungjawaban keuangan Desa?

13. Menurut Anda apakah pentingnya penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan Desa yang tepat waktu?


84

14. Menurut Anda apakah pentingnya pertanggungjawaban penatausahaan

keuangan Desa?

15. Bagaimana pendapat Anda mengenai kewajiban menyampaikan laporan

realisasi penggunaan APBDesa?

16. Menurut Anda berapa kali seharusnya bendahara melaporkan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Desa?

17. Dalam setahun berapa kali Desa menyampaikan laporan

pertanggungjawaban?
LAMPIRAN V

PERTANYAAN I AS I AP I RL
1. Bagaimana bentuk struktur strukturnya sesuai dengan Sesuai dengan peraturan. Isinya belanja dan
APB Desa? yang ditetapkan Pemda pendapatan, pendapatan ini
seperti pendapatan asli
lembang, dana bagi hasil
2. Dalam proses penyusunan, Pelaksanaan dan Proses pelaksanaan dan Semuanya
pelaksanaan, dan penyusunan saya lakukan penyusunannya.pelaksanaanya
pertanggung jawaban pengawasan dan seperti periksa bukti-bukti
pengelolaan keuangan Desa pengesahan bukti-bukti dan penyusunannya bersama
pada proses mana Anda laporannya. dengan bendahara.
terlibat?

3. Menurut Anda dari mana APBN, APBD, dan Dana Lembang, APBD, Dari APBD, APBN, bagi hasil
saja sumber pendapatan Pendapatan Asli Lembang. pendapatan Asli Lembang, retribusi potong hewan, ada
Desa? pendapatan asli lembang ini Swadaya masyarakat, juga juga Badan usaha lembang.
termasuk swadaya dari dana bagi hasil dari Pemda.
masyarakat, pajak tambang
golongan C, pajak potong
hewan.
4. Bagaimana pendapat Anda Ya harus. Ya memang harus ada bukti Ya. Bagus kalau ada karena
mengenai semua pendapatan yang sah. Kalau pendapatan ada bukti pendukung.
Desa harus disertai dengan kan dari bank sudah pasti ada pendapatan ini semuanya di
bukti yang sah? bukti sah. transfer dari Bank, jadi bukti-
bukti penarikan ini dijadikan
bukti pendukung

85
5. Bagaimana pendapat Anda Ya sama dengan pendapatan Penting. karena jadi bukti Sama dengan belanja. ada
mengenai belanja atas beban memang bukti-bukti yang sah pendukung. Nota atau kuitansi nota, faktur belanja dan nota
APB Desa harus didukung itu harus ada dan sangat belanja itu saya lihat jumlah pesananyang disetujui kepala
dengan bukti yang sah? penting. dan nominalnya setelah cocok lembang, ada juga suratnya di
baru ditandatangani kepala tanda tangani
Lembang. penanggungjawabnya

6. Menurut Anda siapa yang Belanja Lembang harus atas Kepala Lembang, tapi Kepala Lembang
berwenang mengesahkan sepengetahuan Kepala sebelumnya saya periksa apa
bukti adanya belanja Desa? Lembang dan buktinya harus sudah cocok.
ditandatangani oleh Kepala
Lembang dan Bendahara
Lembang
7. Menurut Anda kapan Setiap Triwulan kalau dana Laporan triwulan, semester dan Setiap tiga bulan setelah
laporan pertanggungjawaban Lembang setiap realisasi, tahunan. pencairan. Kan bertahap ini
APB Desa disampaikan semester dan tahunan. pencairan, jadi dilaporkan per
kebupati/walikota? triwulan. Ada memang
aturannya. kalau sudah cair
kita langsung laporkan
pertanggungjawabannya.
8. Menurut Anda kapan Sebelum triwulan berikutnya Setiap triwulan, pokoknya Setiap triwulan dan setiap
bendahara menyampaikan harus disampaikan memang, sudah cair dibuatkan lagi selesai pencairan. kalau
laporan karena masih harus diperiksa laporannya. pembangunan fisik di buatkan
pertanggungjawaban? kepala lembang. laporannya kalau sudah
selesai pembangunan.

86
9. Bagaimana peran Anda Pemantauan apakah dana Penyusunannya saya buat tapi Semua prosesnya saya
dalam pertanggungjawaban sudah tersalur sesuai tujuan. bersama dengan bendahara, terlibat, sampai pemeriksaaan
penatausahaan pendapatan kan bukti-bukti dan pencatatan dari inspektorat.
dan pengeluaran keuangan semuanya sama bendahara.
Desa?

10. Bagaimana proses Disusun oleh Sekretaris Setelah saya susun, diperiksaDisusun, diverifikasi BPMPL,
pelaksanaan penyampaian Lembang dan dikonsultasikan dulu sama kepala lembang kalau sudah betul baru dijilid.
laporan pertanggungjawaban ke Kepala Lembang lalu baru dibawa ke BPMPL. lalu di bawa ke Bupati,
keuangan Desa? disahkan. Camat, BPMPL, BPL, dan
arsip di Lembang.
11. Menurut Anda apakah Ya, karena sebelumnya Perlu, selama ini belum ada Ya perlu, karena ini dana ini
masyarakat perlu mengetahui sudah di musyawarahkan. yang datang minta laporan tapi tranparan tidak ada yang
realisasi penggunaan kalau ada yang minta sudah disembunyikan.
keuangan Desa? pasti kami berikan, papan
informasi juga akan segera
kami adakan biar masyarakat
bisa lihat disitu mengenai
laporan keuangan Lembang
12. Bagaimana format Sesuai Permendagri 113 Sesuai Permendagri 113, ada Ada Juknis (petunjuk teknis)
laporan pertanggungjawaban tahun 2014 juga aturan Bupati dari kabupaten kita ikuti.
keuangan Desa?

13. Menurut Anda apakah Ketepatan waktu Penting, karena kalau Penting karena tidak
pentingnya penyampaian penyampaian laporan terlambat, dana selanjutnya menghalangi pencairan dana
laporan pertanggungjawaban pertanggungjawaban juga di tunda pencairannya. selanjutnya.
keuangan Desa yang tepat memperlancar pencairan
waktu? dana selanjutnya.

87
14. Menurut Anda apakah Transparansi ke masyarakat Selain transparansi ke Penting karena
pentingnya dan disiplin dalam masyarakat ini juga jadi alat
pertanggungjawaban manajemen pemerintahan untuk memperbaiki pelayanan
penatausahaan keuangan Lembang. dan semangat untuk
Desa? membangun Lembang.
15. Bagaimana pendapat Wajib, kerena administrasi Ikut aturan saja, karena Kalau ada aturannya untuk
Anda mengenai kewajiban menjadi bukti atas realisasi memang dananya melaporkan kita ikuti saja,
menyampaikan laporan kegiatan. direalisasikan pemerintah dan yang penting di arahkan
realisasi penggunaan digunakan di Lembang. bagaimana penyusunannya.
APBDesa?

16. Menurut Anda berapa kali APBD setiap triwulan APBN untuk pelaporan kita ikuti Setiap waktunya melaporkan
seharusnya bendahara setiap realisasi, semester dan aturan Bupati, kalau sudah bendahara laporkan, untuk
melaporkan tahunan. waktunya pelaporan kita pembangunan fisik
pertanggungjawaban laporkan lagi, karena kalau tergantung berapa banyak
pengelolaan keuangan Desa? terlambat nanti menghalangi pembangunannya.
pencairan tahap selanjutnya

17. Dalam setahun berapa 10 kali. APBD 6 kali: setiap Kalau untuk APBN 4 kali, 4 kali kalau operasional
kali Desa menyampaikan triwulan dalam satu tahun laporan semesteran dan APBN 1 kali untuk 100 %.
laporan anggaran berarti 4 kali itu, tahunan, dan laporan realisasi Kalau pembangunan fisik itu
pertanggungjawaban? ada juga laporan semester untuk 2 kali tahap. kalau APBD tergantung dari
sama tahunannya. setiap triwulan. pembangunannya kalau ada
APBN 4 kali: realisasi tahap empat pembangunan kita
1, realisasi tahap 2, laporan buat juga 4 laporan.
semester dan tahunan.

88

You might also like