You are on page 1of 54

HayyunaTaqia

Rabu, 18 Mei 2016

MAKALAH ANALISIS
KUALITAS AIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-

120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang

memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat

penting adalah kebutuhan untuk minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai

persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di kota besar,

dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam

kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi oleh industri

melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke

masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa tahun terakhir ini masyarakat merasa bahwa AMDK
semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air

minum isi ulang (DAMIU). DAMIU adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk

keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya air minum

isi ulang (AMIU) lebih murah dari AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga 1/4 dari

harga AMDK.

Namun dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum ada informasi

yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang peredaran dan pengawasannya. Di

Sulawesi Utara, kasus diare lebih banyak dideteksi berdasarkan gejala klinis yaitu sebesar 5,4%

(Riskesdas, 2007). Penyakit diare termasuk dalam penyakit yang menonjol di Sulawesi Utara

dengan menduduki peringkat ke 2 dan dengan jumlah kasus 32.589. Sedangkan di Kota Manado

kasus diare dideteksi yaitu sebesar 3,1%. ( DinkesSulut, 2008).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,

bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap

dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air

untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan

kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah

tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan

domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak

negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini
dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang

bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi,2003).

Pembangunan di negara ini semakinhari semakin pesat. Pesatnya laju pembangunan ini

menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan terhadap kualitas lingkungan, antara

lain terjadinya degradasi kualitas air. Dampak suatu kegiatan terhadap keseimbangan lingkungan

memang merupakan suatu hal yang sulit dihilangkan sepenuhnya.Satu-satunya upaya yan dapat

dilakukan adalah meminimumkan pengaruh yang mungkin muncul.Sumber daya air yang

strategis dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas adalah air sungai.Air sungai

merupakan sumber daya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah kegiatan

manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang (Effendi, 2003).

Kegiatan manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap

sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah dan

limbah. Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat

menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit,

menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat

negative lainnya (Bahar, 1985).

Menurut Johanis (2002) di negara berkembang, sampah seharusnya ditampung pada

lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill. TPA-TPA yang ada di

Indonesia masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa

ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air dan udara di

sekitar TPA.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma (2000) bahwa banyak air yang digunakan

masyarakat tidak layak lagi digunakan karena telah tercemar akibat kegiatan manusia seperti

membuang sampah di aliran sungai (sampah mengandung senyawasenyawa kimia anorganik

antara lain, nitrit, nitrat, ammonia, kalsium , kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat,

BOD, COD, pH dan mikrobiologi / total koliform kosentrasinya sangat tinggi),kegiatan

pertambangan,industry,kegiatan ruma tangga dll (Putra, 2012).Adapun menjadi permasalahan

dala penelitian ini adalah terjadinya penurunan kualitas air yang digunakan masyarakat di

Indonesia yang dapat berakibat pada kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air?

2. Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air?

3. Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air?

4. Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air?

5. Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas Lingkungan?

6. Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel ?

7. Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel?

8. Bagaimana Analisis kualitas air?

9. Bagaimana dampak pencemaran air terhadap lingkungan dan kesehatan ?

10. Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air?

C. Tujun

1. Untuk Mengetahui Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air.


2. Untuk Mengetahui Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air.

3. Untuk Mengetahui Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air.

4. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air.

5. Untuk Mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas

Lingkungan.

6. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel .

7. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel

8. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis kualitas air.

9. Untuk Mengetahui Bagaimana dampak pencemaran air terhadap lingkungan dan kesehatan.

10. Untuk Mengetahui Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis kualitas Air

Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail

sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau
penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno analisis yang

artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan

luein yang berarti melepas sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali

atau menguraikan. Kata analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis yang

kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.

Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam berbagai bidang. Baik dalam

bidang ilmu bahasa, ilmu sosial maupun ilmu alam (sains) dan lain-lain. Dalam ilmu bahasa atau

linguistik analisa didefinisikan sebagai suatu kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa

guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis dimengerti

sebagai upaya dan proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang ada di

dalamnya. Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan definisi analisa adalah suatu

kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu bahan menjadisenyawa-

senyawa penyusunnya. Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan komposisi

suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan kegiatan analisanya adalah

bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan digunakan dalam Analisis berbagai factor penyebab

kesehatan.Misalnya Analisis Kualitas Air,udara dan Makanan.

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari

karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air

relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar

terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai

lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan
standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu

tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat

sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.

Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan,konstruksi, dan transportasi merupakan

penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.

B. Jens-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air

Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator) karakteristik

air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan peran

fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)

Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik (warna, suhu,

total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis dan jumlah

parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung pada jenis kegiatan yang

diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air tersebut.

Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)

b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)

c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton, fungi, hewan

bentik, ikan, tumbuhan air.

Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH, alkalinitas, salinitas,

kekeruhan)
b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau modus operandi

parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)

c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter lain, khususnya terhadap

parameter biologis (DO, bahan beracun)

d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD, COD, keragaman

jenis).

Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air (untuk kelas 1, kelas 2,

dan lain-lain).

b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter kunci bagi suatu

peruntukan (alkalinitas terhadap pH).

c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu parameter lain (BOD

terhadap DO bagi peruntukan perikanan).

1. Parameter Fisik

Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:

a. Warna

Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening, atau sering

dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi

yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena

terdapatnya mikro organisme seperti plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal

alami seperti besi dan mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah
industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping itu

warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang melalui proses

klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.

b. Bau dan Rasa

Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak berasa. Air

yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada

air, menunjukkan terdapatnya organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan pencemar

yang dapat mengganggu kesehatan.

c. Suhu

Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang mutlak

dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan. Suhu air yang normal

berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara

lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah

cair yang panas ke badan air. Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut

mengalami proses degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu

air. Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang,

sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .

d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)


Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan

pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus

serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke

dalam badan air. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena

mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.

2. Parameter Kimia

Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada

beberapa parameter, diantaranya:

a. pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi/aktifitas

ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam

keseimbangan yang dinamis dengan air(H2O) yang membentuk suasana untuk semua reaksi

kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak

pernah habis. H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur

banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada sebanyak

10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka nilai pH akan

turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang,

menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa. pH yang ideal bagi kehidupan

biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-

logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi
dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme

air. pH air biasanya ditentukan langsung di lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga

dengan kertas pH.

b. Oksigen terlarut (DO)

Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan kehidupan

ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi. Kemampuan air untuk

membersihkan pencemaran secara alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar

oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa

tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan

atmosfer dan kandungan mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu

00C yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen

dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa oksigen terlarut

dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-

meter.

c. BOD

Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan Oksigen

Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses

mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat organik yang

terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan

beban pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah proses

alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka selama proses

penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air tersebut. Hal ini

dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air. Disamping itu kehabisan oksigen dapat

mengubah keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran

BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut

berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan

organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada temperatur

inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah

dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan dengan mencari selisih antara

harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.

d. COD

Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi adalah jumlah

O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter

sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik baik

yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia.

Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan

angka BOD dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60.

Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.

C. Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana manusia mampu

menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40 jam atau 5 hari dalam

seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.

Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan yang sebenernya Nilai

ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat kimia berbahaya, karena pertimbangan risiko,

tingkat frekuensi dan tingkat kefatalan yang ditimbulkan oleh zat kimia tersebut maka perlu

diupayakan adanya pengendalian. Penetapan nilai ambang ini merupakan.

Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta penjelasannya:

1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin tinggi DO maka

air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO maksimal ialah 9ppm. ppm ialah

satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm ialah singkatan dari part per million atau

sama dengan mg/L.

2.BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh makhluk hidup

dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin banyak mikrobanya dan membuat

nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan semakin rendah kualitas air.

3. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah tingkat

kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk mengurai dan sebagainya.

nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.

4. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air. semakin rendah

TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds meter yang mudah untuk didapatkan dan

bisa digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat tersebut kedalam air.
Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang ditetapkan oleh pemerintah.

namun seperti yang kita tahu, peraturan hanyalah sebuah peraturan tanpa adanya penegakan dan

tindak lanjut dari ketetapan tersebut. semoga saja setiap batas batas kualitas air, udara dan tanah

diperhatikan dan dijaga agar tidak membuat alam ini dan penghuninya menjadi rusak.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010

No. Parameter Satuan Kadar Maks

1 Ph – 6-9

2 TSS mg/L 150

3 BOD mg/L 50

4 COD mg/L 100

5 Sulfida mg/L 1

6 Amonia mg/L 20

7 Fenol mg/L 1

8 Minyak & Lemak mg/L 15

9 MBAS mg/L 10

10 Kadmium mg/L 0,1

11 Kromheksavalen mg/L 0,5

12 Krom total mg/L 1


13 Tembaga mg/L 2

14 Timbal mg/L 1

15 Nikel mg/L 0,5

16 Seng mg/L 10

17 Kuantitas air limbah max mg/L 0,8L/s lahan kawa

D. Pandangan Al-Qur’an dan Hadist tentang Analisis Kualitas Lingkungan

Lingkungan atau sering disebut dengan lingkungan hidup adalah jumlah semua benda

yang hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Adapun

berdasarkan UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lain. Dalam persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai

peranan yang sangat penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada

akhirnya ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok

pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang pengelolaan lingkungan hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya.

Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan

perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan atau hayati sehingga lingkungan

hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Kerusakan

lingkungan hidup terjadi di darat, udara, maupun di air.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan tentang Lingkungan Hidup

a. Surat Al-Mulk ayat 3-4

‫ور‬
ٍ ‫ط‬ َ َ‫ار ِجعِ ْالب‬
ُ ُ‫ص َر ه َْل ت ََر ٰى ِم ْن ف‬ ٍ ‫الرحْ ٰ َم ِن ِم ْن تَفَ ُاو‬
ْ َ‫ت ۖ ف‬ َّ ‫ق‬ِ ‫ت ِطبَاقًا ۖ َما ت ََر ٰى فِي خ َْل‬
ٍ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬

Artinya:

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada

ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-

ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS: Al-Mulk Ayat: 3)
َ َ‫ص َر ك ََّرتَي ِْن يَ ْنقَلِبْ ِإ َليْكَ ْالب‬
‫ص ُر خَا ِسئًا َوه َُو َحسِير‬ َ َ‫ار ِجعِ ْالب‬
ْ ‫ث ُ َّم‬

Artinya:

“Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan

tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS: Al-

Mulk Ayat: 4)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis

yang tidak ada satu makhluqpun dapat melakukannya. Tiap-tiap benda alam itu seakan-akan

terapung kokoh ditengah-tengah jagat raya, tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa

tali-temali yang mengikatnya. Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan

baginya di tengah-tengah jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas begitu banyak

planet yang tidak terhitung jumlahnya. Makanya benar bahwa Allah SWT berfirman hanya Allah

SWT yang Maha Agung dan Maha Tinggi.

Jadi semua penciptaan langit sangat rapi, kokoh, saling berkait kokoh dan seimbang.

Bandingkan dengan penciptaan manusia. Disini Allah SWT menantang bahwa Allah SWT tidak

pernah main-main menciptakan langit ini, Allah SWT serius menciptakan semua ini. Sehingga

kalau hidup dibawah langit Allah SWT jangan main-main. Selanjutnya ulangi lagi pandanganmu

ke langit, teliti lagi agar kamu dapat menyaksikan secara langsung, apa yang telah Aku

beritahukan kepadamu bahwa tidak ada cacat sama sekali dari apa yang telah Aku ciptakan

sehingga kamu tidak merasa ragu lagi. Subhanallah.

Pertanyaan Allah kepada manusia pada ayat diatas dijawab sendiri oleh Allah pada ayat

ini dengan mengatakan bahwa sekalipun manusia berulang-ulang memperhatikan, mempelajari,


dan merenungkan seluruh ciptaan Allah, pasti ia tidak menemukan kekurangan dan cacat, walau

sedikitpun. Jika mereka terus-menerus melakukan yang demikian itu, bahkan seluruh hidup dan

kehidupannya digunakan untuk itu, akhirnya ia hanya akan merasa dan tidak akan menemukan

kekurangan, sampai ia mati dan kembali kepada Tuhannya.

Dari ayat ini, dapat difahami bahwa tidak ada seorangpun diantara manusia yang sanggup

mencari kekurangan pada ciptaan Allah. Jika ada diantara manusia yang sanggup, hal ini berarti

bahwa dia mengetahui seluruh ilmu Allah. Sampai saat ini belum ada seorangpun yang

mengetahuinya dan tidak ada seorangpun yang dapat memilik seluruh ilmu Allah. Seandainya

ada diantara manusia yang dianggap paling luas ilmunya, maka ilmu yang diketahuinya itu

hanyalah merupakan sebagian kecil dari ilmu Allah. Akan tetapi, banyak diantara manusia yang

tidak mau menyadari kelemahan dan kekurangannya, sehingga mereka tetap ingkar kepada-Nya.

b. Surat Al-A’raf ayat 56

َ‫َّللاِ قَ ِريب ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِين‬ َ ‫ص ََل ِح َها َوادْعُوهُ خ َْوفًا َو‬
َّ َ‫ط َمعًا ۚ إِ َّن َرحْ َمت‬ ِ ‫َو ََل ت ُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْر‬
ْ ِ‫ض بَ ْعدَ إ‬

Artinya:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan

berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-A'raf

Ayat: 56)

Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di permukaan

bumi. Kerusakan ini mencakup:

1. Kerusakan jiwa, dengan cara membunuh dan memotonga anggota tubuh.


2. Kerusakan harta, dengan cara ghoshob dan mencuri.

3. Kerusakan agama dan kafir, dengan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan.

4. Kerusakan nasab, dengan melakukan zina.

5. Kerusakan akal, dengan meminum-minuman yang memabukkan.

Kesimpulannya, bahwa kerusakan itu mencakup kerusakan terhadap akal, akidah, tata

kesopanan, pribadi, maupun sosial, sarana-sarana penghidupan, dan hal-hal yang bermanfaat

untuk umum, seperti lahan-lahan pertanian, perindustrian, perdagangan dan sarana-sarana

kerjasama untuk sesama manusia.

Salah satu bentuk perbaikan yang dilakukan Allah adalah dengan mengutus para Nabi

untuk meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat. Siapa yang tidak

menyambut kedatangan Rasul, atau menghambat misi mereka, dia telah melakukan salah satu

bentuk perusakan di bumi.

c. Surat Ar-Rum ayat 41-42

َ‫ي َع ِملُ ْوا لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُ ْون‬


ْ ‫ض الَّ ِذ‬ ِ َّ‫ت ا َ ْيدِى الن‬
َ ‫اس ِليُ ِذ ْيقَ ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫ساد ُ فِى ْال ِب ِر َو ْالبَحْ ِر ِب َما َك‬
ْ َ‫سب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬
َ

Artinya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum Ayat: 41)

َ‫ْف َكانَ َعاقِبَةُ الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ُل قلى َكانَ أ َ ْكث ُ ُر ُه ْم ُّم ْش ِر ِكيْن‬ ِ ‫قُ ْل ِسي ُْر ْوا فِى ْاْل َ ْر‬
ُ ‫ض فَا ْن‬
َ ‫ظ ُر ْوا َكي‬

Artinya:
“Katakanlah, ‘Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan

orang-orang yang dahulu.’ Kebanyakan mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan

(Allah).” (QS: Ar-Rum Ayat: 42)

Telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari peperangan dan

penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang, kapal-kapal perang, dan kapal-kapal

selam. Hal itu tiada lain karena akibat dari apa yang dilakukan oleh umat manusia berupa

kezaliman, banyaknya lenyapnya perasaan dari pengawasan Yang Maha Pencipta. Dan mereka

melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari kalangan sehingga

menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi. Karena tidak ada lagi kesadaran yang

timbul dari dalam diri mereka, dan agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan

hawa nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT merasakan kepada mereka

balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa kemaksiatan dan perbuatan-

perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat

dan kembali kepada jalan petunjuk. Dan mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada

hari yang pada hari itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal perbuatannya.

Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai akibat dari perbuatan

tangan manusia sendiri. Lalu Dia memberikan petunjuk kepada mereka, bahwa orang-orang

sebelum mereka telah melakukan hal yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka.

Akhirnya mereka tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat orang-

orang sesudah mereka dan sebagai perumpamaan-perumpamaan bagi generasi selanjutnya.


Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di muka bumi baik yang berupa benda

hidup maupun benda mati.Pada surat Al-Mulk ayat 3-4 dapat dianalisa bahwa sesungguhnya

Allah menciptakan alam semesta ini secara sempurna tanpa terkecuali. Maksudnya, jika ada

seseorang atau suatu golongan yang meremehkan atau meragukan akan ciptaan Allah maka

makhluk tersebut diperkenankan untuk mengamati berkali-kali akan ciptaan-Nya dan hal tersebut

hanya akan sia-sia belaka.

Pada surat Al-A’raf ayat 56 dapat dianalisa bahwa sesungguhnya Allah telah melarang

makhluknya untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini. Kerusakan-kerusakan tersebut meliputi:

a) Kerusakan jiwa, b) Kerusakan harta, c) Kerusakan agama, d) Kerusakan nasab, e) Kerusakan

akal.

Pada surat Ar-Rum ayat 41-42 dapat dianalisa bahwa ayat ini mengharapkan seorang

muslim dapat menyadari pentingnya menjaga serta melestarikan alam lingkungan, dan juga tidak

membuat kerusakan terhadap alam lingkungan. Dengan artian jika akan melakukan sesuatu harus

melalui pertimbangan pemikiran yang matang akan akibat yang ditimbulkannya agar tidak

terjadi hal-hal yang sifatnya merusak lingkungan.

E. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel

Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian material bahan

dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material bahan yang akan diperiksa secara tepat

teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di laboratorium.Hal ini berarti bahwa

perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat dari semua komponen dalam sampel akan sama
seperti dalam material yang disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang

berarti dalam komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.

Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil sampel yang

dapat mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel dengan baik, agar hasil

uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan

kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada sampel dapat hilang secara keseluruhan atau

sebagian jika prosedur pengambilan dan pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan

benar.

Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air yang harus

dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika, pH, sisa Chlor. Metode

pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengambilan.

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :

1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric

2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk, air saluran, mata

air, air rawa dan air gua / air karst.

3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak pada suatu dasar

yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.

4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian atas dan

bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.

5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.


6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.

7. Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan suhu yang cukup

besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.

8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan lebih dingin

dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif

stabil.

9. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air meteroik yang ditampung

langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampungan air hujan.

a. Prinsip Pengambilan Sampel

 Menentukan lokasi pengambilan sampel

 Menentukan titik pengambilan sampel.

 Melakukan pengambilan sampel

 Melakukan pengawetan sampel

 Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.

b. Bahan Pemeriksaan

Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam renang, air

pemandian umum.

Ada 2 macam sampel air :

a. Sampel sesaat (grab sampel)

Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu. Contoh : sampel yang diambil dari

sumber air permukaan, sumber air persediaan.


b. Sampel gabungan waktu

Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama, tetapi pada waktu yang

berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24 jam.

Sampel masing-masing diambil dalam kapasitas  120 ml setiap interval waktu tertentu atau

satu jam sekali. Sampel-sampel kemudian dicampur pada akhir periode pengambilan sampel.

Jika zat pengawet diperlukan, masukkan zat tersebut kedalam wadah yang masih kosong (setelah

dicuci dengan sampel), sehingga semua bagian atau porsi dari gabungan sampel akan diawetkan

segera setelah diambil dan digabungkan. Sampel gabungan waktu digunakan untuk menentukan

komponen-komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak berubah. Jumlah / volume sampel yang

diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan dan dilaboratorium tergantung pada jenis

pemeriksaan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk pemeriksaan fisika air diperlukan  2 liter.

b. Untuk pemeriksaan kimia air diperlukan  5 liter.

c. Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan  100 ml.

c. Alat dan reagen

a) Alat

Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Alat pengambil sampel

2. Alat lain

3. Wadah untuk menyimpan sampel

Berikut penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan contoh :


1. Alat pengambil contoh

Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk keperluan pemeriksaan

logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru logam)

2. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.

3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah penyimpan tanpa ada sisa bahan

tersuspensi didalamnya.

4. Mudah dan aman dibawa.

5. Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan

Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung pada jenis pemeriksaan

yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di Puskesmas terbatas, maka yang digunakan

adalah alat pengambil contoh tipe sederhana.

Alat pengambil contoh tersebut adalah :

1. Alat pengambil contoh sederhana

Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air permukaan secara langsung.

Botol biasa yang diberi pemberat untuk digunakan pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat

dengan kawat kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi mudah

berkarat, sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air dengan menambah tinggi

kadar besi.
2. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar

Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada

kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.

3. Alat pengambil contoh setempat secara tegak.

Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat

lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini

adalah tipe Ruttner.

4. Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan zat padat tersuspensi

atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air. Contoh alat ini adalah tipe

USDH.

5. Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang

diambil.

Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang tercemar, agar

diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.

6. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi tutup, sehingga alat

dapat ditutup segera setelah terisi penuh.Contoh alat ini adalah tipe Casella.

7. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.

b) Reagen

Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang dapat digunakan adalah :

1. Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat pengambilan

contoh.
2. Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat menggunakan perahu.

3. Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.

c) Waktu

Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam yang

berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam. Caranya

dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada waktu pengambilan contoh

berikutnya, misalnya pengambilan pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya hari

selasa jam 07.00 dan seterusnya. Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan

sebagai berikut :

1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu pengambilan

contoh dapat dilaksanakan pada saat survai.

2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan kualitas air, yang

diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap, tergantung pada jenis sumber air dan tingkat

pencemarannya sebagai berikut

a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama setahun.

b. Sungai / saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali selama setahun.

c. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama setahun.

d. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.

e. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.

f. Air meteorik sesuai dengan keperluan.

g. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan.


c. Cara pengambilan sampel

a. Menentukan lokasi pengambilan sampel :

b. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi pengambilan

sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan sampel :

c. Lokasi pengambilan sampel air permukaan :

Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan

danau / waduk

d. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan pada :

1. Sumber air alamiah :Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit

pencemaran.

2. Sumber air tercemar :Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau dihilir

sumber pencemar.

3. Sumber air yang dimanfaatkanYaitu lokasi pada tempat penyadapan pemenfaatan sumber air

tersebut.

4. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :

a) Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.

b) Ditengah danau / waduk.

c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan

d) Tempat keluarnya air danau / waduk.

e. Menentukan titik pengambilan contoh


a) Air permukaan.Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau / waduk , dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :

-Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik, contoh diambil pada satu titik di tengah sungai

pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.

-Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 / detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing

pada ada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.

2. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik,contoh diambil minimum pada enam titik

masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari

permukaan air.

3. Di danau / waduk, titik pengambilan contoh di danau / waduk dengan ketentuan :

(1). Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua titik

dipermukaan dan di dasar danau / waduk.

4. Danau / waduk dengan kedalaman antara 10-30 meter, contoh diambil pada tiga titik, yaitu : di

permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk.

5. Danau / waduk dengan kedalaman antara 30 – 100 m, contoh diambil pada empat titik, yaitu di

permukaan, di lapisan termoklin ( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di dasar danau /

waduk.

(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh dapat

ditambah sesuai dengan keperluan.


f. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.Tahapan pengambilan contoh

untuk keperluan ini adalah :

1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.

2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.

3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara

hingga merata.

4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap titik

harus sama.

g. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)

Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Cara langsung

Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut: :

Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume  300 ml serta dilengkapi

dengan tutup asah.

- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran

air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan menggunakan

sifon.
1. Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara selama

pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.

Contoh siap untuk dianalisis.

2. Dengan alat khusus

Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai berikut :

-Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai

volume  300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.

- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).

- Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.

3. Label

Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah contoh diberi label. Pada label dicantumkan

keterangan mengenai :

a. Nomor contoh

b. Nama petugas pengambil contoh

c. Tanggal dan jam pengambilan contoh

d. Tempat pengambilan contoh

e. Jenis pengawet yang digunakan.

4. Pemeriksaan di Lapangan

Pekerjaan yang dilakukan meliputi :


1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung setelah

pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar listrik, alkalinity,

acidity dan oksigen terlarut.

2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan, yang

meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca, bahan pengawet

yang ditambahkan dan nama petugas.

3. Pengolahan pendahuluan contoh

a. Penyaringan

Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai berikut :

b. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan.

c. Masukkan ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang mempunyai ukuran

pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.

d. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan keperluan.

e. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Pestisida

Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan gelas ukur.

2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak.

3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 % dan Diethyl ether 15

%), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam labu ekstrak dan kocok selama 2

menit.

4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit  10 menit.


5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati tuangkanlah lapisan

fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10

cm ke dalam wadah khusus.

6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.

7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.

8. Bilas kolom dengan pelarut Hexana 20 ml.

9. Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.

10. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak

Kualitas air merupakan subjek yang sangat kompleks dan dicerminkan dari jenis pengukuran dan

indikator air yang digunakan. Pengukuran akan lebih akurat jika dilakukan di tempat karena air

berada dalam kondisi yang ekuilibrium dengan lingkungannya. Pengukuran di tempat umumnya

akan mendapatkan data mendasar sepertitemperatur, pH, kadar oksigen terlarut,konduktivitas,

dan sebagainya.
Untuk pengukuran yang lebih kompleks membutuhkan sample air yang kemudian dijaga

kondisinya, dipindahkan, dan dianalisis di tempat lain (misal laboratorium). Pengukuran seperti

ini memiliki dua masalah yaitu karakteristik air pada asmple mungkin tidak sama dengan

sumbernya karena terjadi perubahan secara kimiawi dan biologis seiring waktu. Bahkan kualitas

air dapat bervariasi antara siang dan malam dan dipengaruhi keberadaan organisme air.[7] Dan air

yang teah terpisah dari lingkungannya akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,

yaitu botol atau kemasan yang digunakan dalam pengambilan sample. Sehingga bahan yang

digunakan untuk pengambilan sampel harus bersifat inert atau memiliki tingkat reaktivitas yang

minimum sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang diuji.[8]:4 Perubahan kondisi fisik dan

kimiawi juga terjadi ketika air sampel dimpompa atau diaduk, menyebabkan terbentuknya

endapan. Ruang udara yang berada di dalam kemasan sampel juga dapat mempengaruhi karena

ada risiko udara larut ke dalam sampel air. Menjaga kualitas sampel dapat dilakukan dengan

mendinginkan sampel sehingga mengurangi laju reaksi kimia dan perubahan fase.
Cara terbaik untuk mengetahui tingkat perubahan selama pengumpulan sampel hingga

analisis adalah dengan menggunakan dua jenis air yang digunakan bersamaan dengan

pengumpulan sampel. Air jenis pertama, disebut dengan air "kosong" (tidak selalu air

hasildestilasi) adalah air dengan kondisi kimiawi dan biologis yang sangat kecil sehingga tidak

ada karakteristik yang bisa dideteksi. Dan air jenis kedua merupakan air dengan kondisi yang

"dimaksimalkan" sesuai dengan perkiraan kondisi air sampel. Kedua jenis air ini dipaparkan ke

atmosfer sekitar selama pengambilan sampel, sehingga ilmuwan membawa tiga jenis air dari

lokasi pengambilan sample dan ketiganya dianalisis untuk mengetahui apa yang berkurang dan

bertambah seiring waktu sejak pengambilan sampel hingga analisis di laboratorium.

a. Pengujian pasca bencana

Berbagai jenis bencana alam hingga bencana buatan manusia akan mengubah kualitas air

secara cepat sehingga pengukuran harus dilakukan untuk menentukan langkah terbaik dalam

penanganan bencana dan mengembalikan kualitas air. Akses terhadap air bersih dan sanitasi

diperlukan bagi korban bencana.

Dalam interval waktu tertentu, kondisi air dapat kembali pasca bencana. Seperti kasus

bencana Tsunami 2004 dan pengukuran yang dilakukan oleh International Water Management

Institute (IWMI) yang berbasis di Colombo mendapati bahwa kadar garam di setiap sumur

meningkat drastis segera setelah tsunami dan kembali turun ke level semula setelah satu setengah

tahun sehingga layak digunakan sebagai air minum.

b. Analisis kimia
Metode sederhana dalam melakukan analisis kimia adalah pengukuran berdasarkan unsur

tanpa memperdulikan wujud dan bentuk senyawanya. Contohnya adalah mengukur kadar

oksigen dalam air, jika dilakukan pengukuran berdasarkan unsur akan didapatkan konsentrasi

oksigen sebesar 890 ribu miligram per liter air, karena air (H2O) terbentuk dari hidrogen dan

oksigen. Sehingga pengukuran kadar senyawa tertentu harus dibedakan berdasarkan wujudnya.

Untuk pengukuran kadar oksigen, harus dibedakan berdasarkan oksigen diatomik atau oksigen

yang terikat dengan unsur lain. Oksigen diatomik yang terukur dapat disebut dengan kadar

oksigen terlarut.

Analisis logam berat harus menyertai endapan yang ada di air karena logam berat yang

seharusnya dapat larut mungkin terikat secara adsorpsi dengan partikel lain, misal partikel tanah

liat. Penyaringan sampel dapat menghilangkan endapan tersebut, sedangkan logam berat yang

mengendap di sumber aslinya mungkin saja dapat terminum oleh manusia dan organisme lain.

c. Indikator untuk air minum

Indikator yang digunakan ketika melakukan pengukuran air minum diantaranya:

 Alkalinitas

 pH

 Warna air

 Rasa dan bau

 Garam-garaman, logam, dan logam berat

 Senyawa organik terlarut

 Senyawa atau unsur radioaktif


 Mikroorganisme

d. Indikator untuk lingkungan

Dalam pengukuran indikator biologis, digunakan istilah EPT yang merujuk

kepadaEphemeroptera, Plecoptera, Trichoptera, tiga ordo serangga bersayap yang hidup di

sekitar perairan. Index EPT, yaitu jumlah EPT ketika kondisi lingkungan sehat, dapat bervariasi

di setiap daerah. Secara umum, semakin banyak organisme EPT, menunjukan bahwa kualitas

ekologi perairan tersebut lebih sehat.Keberadaan invertebrata makro juga dapat digunakan

sebagai indikator.

Moluska bivalvia digunakan sebagai indikator karena moluska termasuk hewan

penyaring yang menghisap air dan menyerap nutrisi dari air yang dihisapnya. Polutan yang

diserap akan terakumulasi di dalam tubuh moluska dan dapat memiliki efek yang beragam bagi

moluska tersebut. Moluska bivalvia juga biasanya bersifat sessile atau menetap di satu tempat

dan jarang sekali berpindah sehingga pengumpulan sampel moluska cenderung mudah.

a) Indikator fisik

 Temperatur air

 Elektrokonduktivitas

 Padatan terlarut

 Padatan tersuspensi

 Transparansi

 Bau

 Warna
 Rasa

b) Indikator kimia

 pH

 BOD

 COD

 Tingkat kesadahan air

 Logam berat

 Nitrat

 Ortofosfat

 Pestisida

 Surfaktan

c) Indikator biologis

 Ephemeroptera

 Plecoptera

 Trichoptera

 Mollusca

 Escherichia coli

 Bakteri koliform

F. Analisis Kualitas Air

Penetapan-penetapan berikut ini dilakukan untuk menentukanmutu air permukaan :

1. Analisa temperature
Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan termometer

air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang

diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala thermometer (°C).

a. Peralatan

Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.

b. Penetapan contoh uji air permukaan.

a. Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit sampai dengan 5

menit sampai thermometer menunjukan nilai stabil.

b. Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu thermometer dari air.

c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.

a. Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.

b. Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu untuk mengambil

contoh uji.

c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.

d. Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan dari alat pengambil

contoh.

2. Analisa Total Dissolved Solid (TDS)

Untuk mengukur kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah dihomogenkan disaring

menggunakan kertas saring fiber glas. Filtratnya kemudian diuapkan hingga kering pada oven

dengan suhu T 180oC dalam cawan porselin yang diketahui bobotnya. Pertambahan bobot cawan

merupakan bobot padatan terlarut dalam sampel.


a. Peralatan

1. Analytical Balance

2. Oven Pemanas (104+2oC)

3. Desikator

4. Filtering Apparatus

5. Glass Fibre Filter

6. Hot plate

7. Cawan porselen

8. Gelas beaker

9. Pinset

b. Prosedur Analisa

1. Persiapan

2. Bilas cawan porselen dengan akuades sampai bersih, kemudian dipanaskan di oven sampai

kering yang sebelumnya diberi label/nomor terlebih dulu.

3. Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai dingin lalu ditimbang

(bobot kosong).

d. Penyaringan sampel

1. Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan kertas saring pada peralatan

penyaring tersebut.

2. Saring 20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas saja).

3. Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol plastik kemudian diberi nomor/label.


4. Untuk sampel air laut volume yang disaring adalah 50 mL.

Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan cara Gravimetri. Jika TDS < 500

mg/L, analisa dikerjakan dengan alat Conductivitimeter.

3. Analisis Sample

a. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk menghindari kontaminasi.

b. Tuangkan sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi sedikit. Untuk sampel air

laut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau menuangkan sampel terlalu banyak akan

menyebabkan letupan dari air garam sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil penimbangan.

c. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.

d. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan menguap, tapi tidak boleh

dibiarkan kering.

e. Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC) selama satu jam sampai mengering sempurna.

f. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin, lalu ditimbang.

Perhitungan

TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000 volume sample

(mL).

4. Analisa Total Suspended Solid (TSS)

Sampel yang telah dikocok dengan merata disaring melalui filter serat gelas standar yang

telah ditimbang sebelumnya lalu residu yang tersisa dikeringkan pada suhu 103o-105oC hingga
bobot tetap. Kenaikan bobot dari filter tersebut merepresentasikan Total Suspended Solid atau

Total Padatan Tersuspensi.

Peralatan

Analytical Balance

a. Oven Pemanas (104±2oC)

b. Desikator

c. Cawan aluminium

d. Filtering Apparatus

e. Glass Fibre Filter

f. Gelas beaker

g. Gelas ukur

h. Pinset

Prosedur Analisa

a. Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk menyaring dengan menggunakan akuades

sampai bersih.

b. Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor atau label untuk tiap sampel yang akan

diukur, kemudian masukkan ke masing masing cawan tersebut fiber glass filter.

c. Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24 jam untuk kemudian didinginkan di

dalam desikator lalu ditimbang untuk menetapkan bobot cawan kosongnya.

d. Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian letakkan fiber glass filter di

atasnya lalu dibilas dengan 20 mL akuades.


e. Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan sebanyak 150 mL dengan menggunakan

gelas ukur.

f. Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades sampai tidak ada kotoran yang menempel

pada dinding tersebut.

g. Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades sebanyak 250 mL.

h. Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter dari atas alat penyaring kemudian tempatkan ke

dalam cawan yang telah diberi tanda atau label, lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC

selama satu malam.

i. Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter dan cawan alumuniumnya kemudian masukkan

ke dalam desikator hingga dingin lalu ditimbang hingga bobot tetap.

Perhitungan

TSS (mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot cawan kosong (mg)] x 1000 Volume

sample (mL)

5. Analisa Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter

Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air ditunjukan oleh nilai pH-nya atau aktivitas

ion hidrogennya. Alkalinitas maupun keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan asam

atau basa air. Sedangkan kapasitas penyanggan dinyatakan dalam molal per liter. pH adalah –

log[H+] yang ditetapkan dengan metode pengukuran secra potentiometri dengan menggunakan

pH meter.
Peralatan dan Bahan

- Peralatan:

a. pH meter dengan perlengkapannya;

b. Piala gelas 250mL;

c. Pengaduk gelas atau magnetic;

d. Kertas tissue;

e. Timbangan analitik; dan

f. Termometer.

-Bahan

Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau dapat juga dibuat

dengan cara sebagi berikut:

a. Larutan penyangga, pH 4,004 (25°C) Timbang 10,12g kalium hydrogen ptalat, KHC8H4O4,

larutkan dalam 1000mL air suling.

b. Larutan penyangga, pH 6,863 (25°C).Timbang 3,387g kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan

3,533g dinatrium hydrogen fosfat, Na2HPO4, larutan dalam 1000mL air suling.

c. Larutan penyangga, pH 10,014 (25°C).Timbang 2,092 natrium hirogen karbonat, NaHCO3 dan

2,640g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam 1000mL air suling.

Prosedur

Persiapan pengujian

b. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksikerja alat setiap kali

akan melakukan pengukuran.


c. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.

Prosedur Analisa

a. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.

b. Bilas elektroda dengan larutan uji.

c. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan pembacaan yang tetap.

d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

G. Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Lingkungan dan Kesehatan

a. Dampak terhadap Lingkungan

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan

hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam,

dan sebagainya. Pencemaran air di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari

kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali

(eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya

digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air

tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan

akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok:

1. Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air

2. Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

3. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan

4. Dampak pencemaran air terhadap estetika lingkungan


a) Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pada pencemaran air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen

terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen

terganggu serta mengurangi perkembangannya.Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses

penjernihan air limbah secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat.

Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi

kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

b) Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam

skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian

yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

c) Akibat pencemaran air terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan

tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping

tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga

dapat mengurangi estetika lingkungan.

b. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :

1. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,


3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat

membersihkan diri,

4. Air sebaga media untuk hidup vector penyakit

H. Penelitian-penelitian terkait Analisis kualitas Air

a. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Pondok Lapan Kecamatan

Salapian Kabupaten Langkat

Pondok Lapan Lake adalah danau buatan yang terletak di Dusun Pulka Desa Naman

Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Pondok Lapan Lake sekitar perkebunan kelapa.

Danau tersebut awalnya dibuat untuk irigasi. Namun, masyarakat sekitar tidak

memiliki kemauan untuk pertanian, mereka lebih suka menanam seperti minyak kelapa sawit dan

pohon karet.

Penelitian ini difokuskan pada kualitas air dan beban pencemaran. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2015.Pengambilan sampel air dilakukan dengan

menggunakan sampling bawah permukaan air. Sampel air dianalisis di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan. Studi dihasilkan oleh status

mutu air dengan metode Storet berdasarkanstandar kualitas Grade I dan II, -17 di media tercemar

dan 0 dalam kondisi baik.Status mutu air dengan metode indeks pencemaran didasarkan pada

kelas I dan II, 1,024 dan 0,617 di tercemar ringan dan dalam kondisi baik. daya tampung beban

pencemaran yang bisa masuk ke dalam perairan Pondok Lapan Lake adalah 1.984 Pa kg / tahun.
b. Analisis Kualitas Air Sungai Akibat Pencemaran Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Batu Bola Dan Karakteristik Sertakeluhan Kesehatan Pengguna Air Sungai Batang Ayumi

Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2012

Analisis kualitas air sungai akibat pencemaran TPA Batu Bola dan

karakteristik dengan kesehatan pengguna sungai Batang Ayumi di kota Padangsidimpuan.Batang

Ayumi sungai yang terletak di desa Batunadua, Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan,

telah tercemar oleh pembuangan sampah Batu Bola, menurut peraturan pemerintah No.82 tahun

2001 tentang tentang Pengelolaan Air Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Penelitian ini

merupakan survei deskriptif, yaitu untuk tahu tentang pencemaran fisik (TDS) dan polusi kimia

(BOD, COD dan Fosfat) di sungai Batang Ayumi, yang diambil dari 10 poin whitin 50 meter,

dan sungai masalah kesehatan pengguna dilakukan pada tahun 2012. Obyek penelitian ini adalah

sungai.Batu Bola landfill dan campuran antara outlet dan air sungai yang perbandingan sampel di

laboratorium.

Hasil penelitian ini menunjukkan kontaminasi TDS dan

BOD di semua sampel, tetapi hanya beberapa sampel ditunjukkan COD dan fosfat

kontaminasi dari semua sampel yang diteliti. Hasil tertinggi adalah outlet TPA,

yang merupakan TDS 3140 mg / l, BOD 31,63 mg / l, COD 87,8 mg / l dan fosfat 0,5 mg / l.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada banyak orang yang menderita penyakit kulit

dan penyakit mata. Pemerintah daerah disarankan untuk memberikan perhatian lebih terhadap

Batu Bola tempat pembuangan sampah sehingga orang lebih aman dalam menggunakan air
sungai untuk kebutuhan sehari-hari mereka, karena banyak orang yang masih tergantung pada

sungai Batang Ayumi.

c. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten

Kendal

Sungai Blukar yang merupakan Sungai Utama di DAS Blukar, yang berfungsi sebagai

tempat pengaliran air kondisinya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia di Daerah Aliran

Sungai.Kondisi Sungai Blukar saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan kualitas air

disebabkan berbagai aktivitas manusia yang berada di daerah tangkapan airnya. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kualitas air Sungai Blukar berdasarkan baku mutu kualitas air

sungai menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 dan merumuskan prioritas strategi pengendalian

pencemaran air sungai yang perlu dilakukan. Sungai sebagai daerah penelitian ditetapkan

sepanjang 18,70 km. Kualitas air sungai diukur dan diamati pada 7 titik pengambilan sampel.

Analisis kualitas air dilakukan dengan menggunakan metode indeks pencemaran.

Analisis prioritas strategi pengendalian pencemaran air dengan AHP. Hasilnya adalah (1)

parameter BOD di titik 3,4,5,6 dan 7 serta parameter COD di titik 7 telah melebihi baku mutu air

sungai Kelas II menurut PP nomor 82 Tahun 2001. ( 2) Telah terjadi penurunan kualitas air

Blukar dari hulu ke hilir yang ditandai dengan nilai indeks pencemaran yang cenderung semakin

meningkat berdasarkan kriteria sungai Kelas II menurut PP nomor 82 Tahun 2001. Nilai indeks

pencemaran berkisar antara 0,49 sampai 3,28. Status mutu air sungai Blukar telah tercemar

dengan status cemar ringan. (2) untuk menjaga kualitas air pada kondisi alamiahnya diperlukan
strategi pengendalian pencemaran air sungai yang difokuskan pada (a) peningkatan peran

masyarakat baik masyarakat umum, petani maupun industri dalam upaya pengendalian

pencemaran air. (b) peningkatan koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan pengendalian

pencemaran air, serta (c) mengintegrasikan kebijakan pengendalian pencemaran air dalam

penataan ruang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari

karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air

relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar

terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai

lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan

standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu

tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat

sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.

Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan

penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.

Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik terhadap biota

air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya terhadap biota air adalah akan
banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada manusia banyak penyakit yang dapat disebabkan

seperti diare,penyakit kulit,dan banyak penyakit lain.

B. Saran

Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup maka dari itu

sangat penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga sumber air dari pencemaran

karena air yang tercemar tidak layak diguanakan hal ini akan berdampak berkurangnya sumber

air bersih untuk kehidupan sehari-hari.


DAFTAR ISI

Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American Public Health

Association (APHA) 21st ed. (2005), Method 2540 C (Total Dissolved Solids Dried at 180oC)

Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public Health

Association (APHA) 21st. Edition (2005), Method 2540 D (Total Suspended Solid Dried at 103-

105oC).

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.

Kanisius. Yogyakarta.
Vantha. 2012. Penentuan Kadar Fosfat (PO4).http://rosyidputra98.blog spot.com/

2012/03/penentuankadar- fosfatpo4.html?m=1

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Keputusan Menteri Negara

lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air

Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup

Diposkan oleh Mutassirah Sh di 18.29


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Mutassirah Sh
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ▼ 2016 (3)
o ▼ Mei (3)
 PUISI PERPISAHAN SEKOLAH
 MAKALAH ANALISIS KUALITAS AIR
 VEKTOR KUTU
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like