Professional Documents
Culture Documents
HIRCHSPRUNG
Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
keperawatan anak yang berjudul asuhan keperawatan dengan kasus Hidrosefalus
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
kami selama penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang telah mendukung dan
menyisihkan waktu sehingga makalah ini bisa selesai.
Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga dalam penulisan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi
dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan (Arief Mansjoeer : 2000 )
1.3 Manfaat
2.1 Definisi
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan.
Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel –sel ganglion di dalam usus yang
terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu. (Behrman &
vaughan,1992:426)
Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada
usus, dapat dari kolon sampai usus halus ( Ngastiyah,2005:219)
2.2 Etiologi
- Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
- Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
2.3 Patofisiologi
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium.
Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan
diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197)
1. Masa neonatal
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d. Distenssi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f. Gagal tumbuh
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
2.5 .Komplikasi
a. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
b. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
d. Perforasi
e. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena iskemia
kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga mengganggu
ekspansi paru.
b. Enterokolitis (akut)
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi
karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan.
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan:
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
Pada bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan gambaran yang jelas
dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai sel ganglion. Hal ini terjadi
meskipun pengeluaran barium terlambat 24 jam setelah pemeriksaan diagnostik.
Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk menghindari
daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus. Biopsi ini dilakukan untuk
memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub mukosa atau pleksus saraf
intermuskular.
3.Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2 cm diatas garis
pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub mukosa atau pleksus
saraf intermuskular.
5. Manometri anorektal
Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum. Balon akan
mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani interna pada pasien yang normal.
Sedangkan pada pasien yang megacolon akan mengalami tekanan yang luar biasa.
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang melebar normal
dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil karena usus besar yang
tanpa ganglion tidak berelaksasi. Pada pemeriksaan foto polos abdomen akan ditemukan
usus melebar / gambaran obstruksi usus letak rendah.
2.6 WOC
Aganglionik
saluran cerna
Peristaltik menurun
inflamasi diare
Mual & muntah Distensi abdomen
Ekspansi paru
Prosedur menurun
Mk. Mk. Resiko
operasi Ketidakseimbanga kekurangan
n nutrisi kurang
volume cairan
dari kebutuhan
tubuh Mk.Pola nafas tidak efektif
Mk. Nyeri akut
Imunitas menurun
Mk. Perubahan Mk. Resiko tinggi
tumbuh infeksi
kembang
A. Pengkajian
1. Biodata klien
Nama :
Jenis kelamin :
Tanggal Lahir :
Tanggal MRS :
BB/PB :
Dx medis :
Pengkajian :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaann :
Pendidikan :
2. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian,
pada klien hirschsprung misalnya,tidaak bisa BAB, distensi abdomen,kembung,muntah
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
hirschsprung
9. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integumen
Kebersihan kulit mulai kepala maupun tubuh, ada palpasi dapat dilihat capilari
refil,warna kulit, edema kulit
2. sistem respirasi
3. sistem kardiovaskular
4.sistem penglihatan
5.sistem gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri auskultasi adanya bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah)adanya keram, tendernes
Pre operasi
Post operasi
INTERVENSI
Intervensi
NIC : 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat pemasukan cairan terbatas
jam resiko kekurangan cairan dapat diatasi
NOC :
Kriteria Hasil :
2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ),jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin,
albumin, total protein )
2. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi b.d spastis usus dan tidak adanya daya dorong
Kriteria Hasil :
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang tidak
adekuat
Kriteria Hasil :
2. Stamina
3. Tenaga
4. Kekuatan menggenggam
5. Penyembuhan jaringan
8. Pertumbuhan
Management Nutrisi
1. Kaji riwayat jumlah makanan/ masukan nutrisi yang biasa dimakan dan
kebiasaan makan
R/ member informasi tentang kebutuhan pemasukan/ difisiensi
2. Timbang berat badan. Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan,
ukuran kulit trisep
R/ sebagai indicator langsung dalam mengkaji perubahan status nutrisi
3. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan asi rutin
R/ untuk mempertahankan masukan nutrisi pada pasien.
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
R/ untuk menambah masukan nutrisi yang baik bagi klien
Monitoring Nutrisi
NIC :
7. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri kepada keluarga pasien,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
NOC: ·
kriteria hasil:
NIC :
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat dan mudah di mengerti. R/ memudahkan
keluarga mengerti dengan keadaan dan kondisi klien
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat R/ mengurangi rasa cemas keluarga pasien dan membantu
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya keluarga mengerti dengan keadaan pasien
6 . Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan . Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun
tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 Saran