You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

HIRCHSPRUNG

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah keperawatan maternitas yang Dibina Oleh Ninis indriani., S. Kep. Ns.,M.
Kep.Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

1. Riski aulia kuswi astuti ( 2016.010.25 )


2. Indah oktavia purnama ( 2016.010.11 )
3. Yenni nurita sari ( 2016.010.30 )
4. Ni ketut ayu sri susanti ( 2016.010.17 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
keperawatan anak yang berjudul asuhan keperawatan dengan kasus Hidrosefalus

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
kami selama penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang telah mendukung dan
menyisihkan waktu sehingga makalah ini bisa selesai.

Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga dalam penulisan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi
dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Banyuwangi, April 2018

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan (Arief Mansjoeer : 2000 )

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa pengertian dari hirschsprung?


1.2.2 Apa etiologi dari hirschsprung?
1.2.3 Apa patofisiologi dari hirschsprung?
1.2.4 Apa manifestasi klinis dari hirschsprung?
1.2.5 Apa kompikasi yang terjadi pada hirschsprung?
1.2.6 Bagaimana woc hirschsprung?
1.2.7 Bagaiman konsep asuhan keperawatan dari hirschsprung?
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperawatan pada klien


dengan hirschsprung atau Mega Colon

1.2.2 Tujuan khusus

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian hirschsprung


1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari hirschsprung
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari hirschsprung
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hirschsprung
1.3.5 Untuk mengetahui kompikasi yang terjadi pada hirschsprung
1.3.6 Untuk mengetahui woc hirschsprung
1.3.7 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari hirschsprung

1.3 Manfaat

Kita dapat mengetahui tentang penyakit hirschsprung dan cara penanganan.


gejala, komplikasi dan sebagainya yang mengenai penyakit tersebut. dan tindakan yang
kita lakukan dengan menggunakan asuhan keperawatan

BAB II KONSEP TEORI

2.1 Definisi

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan.

(Arief Mansjoeer : 2000 ).

Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel –sel ganglion di dalam usus yang
terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu. (Behrman &
vaughan,1992:426)

Hirschprung adalah aganglionosis ditandai dengan tidak terdapatnya neuron mienterikus


dalam sengmen kolon distal tepat disebelah proksimal sfingter ani
(Isselbacher,dkk,1999:255)

Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada
usus, dapat dari kolon sampai usus halus ( Ngastiyah,2005:219)

2.2 Etiologi

Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi Hirschsprung


atau Mega Colon diduga terjadi karena :

- Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
- Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
2.3 Patofisiologi

Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak adanya


ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik (aurbach) tidak
ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon menyebabkan peristaltik usus
abnormal. Peristaltik usus abnormal menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa
pencernaan di kolon yang berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon
dan pasien mengalami distensi abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter
ani interna menjadi tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas dan
cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan media
utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan dengan peristaltik
yang abnormal mempermudah infeksi kuman ke lumen usus dan terjadilah enterocolitis.
Apabila tidak segera ditangani anak yang mengalami hal tersebut dapat mengalami
kematian (kirscher dikutip oleh Dona L.Wong,1999:2000)

2.4 Manifestasi klinis

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium.
Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan
diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).

Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197)

1. Masa neonatal

a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir


b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen

2. Masa bayi dan anak – anak

a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d. Distenssi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f. Gagal tumbuh
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi

2.5 .Komplikasi

Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan


elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut Mansjoer (2000:381)
menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:

a. Pneumatosis usus

Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.

b. Enterokolitis nekrotiokans

Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.

c. Abses peri kolon

Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.

d. Perforasi

Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.

e. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena iskemia
kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.

Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:

a. Gawat pernafasan (akut)

Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga mengganggu
ekspansi paru.

b. Enterokolitis (akut)

Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.

c.Stenosis striktura ani

Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi
karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan.

2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan:

a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam

Pada bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan gambaran yang jelas
dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai sel ganglion. Hal ini terjadi
meskipun pengeluaran barium terlambat 24 jam setelah pemeriksaan diagnostik.

2. Biopsi isap rektum

Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk menghindari
daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus. Biopsi ini dilakukan untuk
memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub mukosa atau pleksus saraf
intermuskular.

3.Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2 cm diatas garis
pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub mukosa atau pleksus
saraf intermuskular.

4. Biopsi otot rektum

Pengambilan otot rektum, dilakukan bersifat traumatik, menunjukan aganglionosis otot


rektum.

5. Manometri anorektal

Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum. Balon akan
mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani interna pada pasien yang normal.
Sedangkan pada pasien yang megacolon akan mengalami tekanan yang luar biasa.

6. Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

7. Foto rontgen abdomen

Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang melebar normal
dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil karena usus besar yang
tanpa ganglion tidak berelaksasi. Pada pemeriksaan foto polos abdomen akan ditemukan
usus melebar / gambaran obstruksi usus letak rendah.
2.6 WOC
Aganglionik
saluran cerna

Peristaltik menurun

Mk. Perubahan pola


eliminasi (konstipasi)

Akumulasi isi usus

Proliferasi bakteri Dilatasi usus

Pengeluaran endotoksin Feses membusuk produks gas meningkat

inflamasi diare
Mual & muntah Distensi abdomen

Enterokolitis Penekanan pada diafragma


Anoreksia Drainase gaster

Ekspansi paru
Prosedur menurun
Mk. Mk. Resiko
operasi Ketidakseimbanga kekurangan
n nutrisi kurang
volume cairan
dari kebutuhan
tubuh Mk.Pola nafas tidak efektif
Mk. Nyeri akut

Imunitas menurun
Mk. Perubahan Mk. Resiko tinggi
tumbuh infeksi
kembang

2.7 Konsep asuhan keperawatan hirschprung

A. Pengkajian

1. Biodata klien

Nama :

Jenis kelamin :

Tanggal Lahir :

Tanggal MRS :

BB/PB :

Dx medis :

Pengkajian :

Data Ibu Nama :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Alamat :

Data Ayah Nama ayah:

Pekerjaann :

Pendidikan :

2. Keluhan utama

Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian,
pada klien hirschsprung misalnya,tidaak bisa BAB, distensi abdomen,kembung,muntah

3. Riwayat penyakit sekarang


Yang di perhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau fekal.Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan
pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut

4. Riwayat penyakit masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi,imunisasi

6. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
hirschsprung

7. Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kepan, berapa lama klien merasakan sudah BAB

8. Riwayat kebiasaan sehari – hari

Meliputi kebutuhan nutrisi ,istirahat dan aktifitas

9. Pemeriksaan fisik

1. Sistem integumen

Kebersihan kulit mulai kepala maupun tubuh, ada palpasi dapat dilihat capilari
refil,warna kulit, edema kulit

2. sistem respirasi

Kaji apakah ada kesulitan bernafas,frekuensi pernafasan

3. sistem kardiovaskular

Kaji kelainan bunyi jantung (mur-mur,gallop),irama denyut nadi apikal,


frekuensi denyut nadi/apikal

4.sistem penglihatan

Kaji adanya konjungtivitis,rinitis pada mata

5.sistem gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri auskultasi adanya bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah)adanya keram, tendernes

10. Diaknosa keperawatan

Pre operasi

 Gangguan eliminasi BAB: opstipasi berhubungan dengan spastis usus


dan tidak adanya daya dorong
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat
 Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare
 Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distansi abdomen

Post operasi

 Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan kolostomi dan perbaikan


pembedahan
 Nyeri berhubungan insisi pembedahan
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan irigasi, pembedahan dan
perawatan kolostomi

INTERVENSI

Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi

1. Kekurangan volume cairan tubuh b.d Muntah,

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24

NIC : 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat pemasukan cairan terbatas
jam resiko kekurangan cairan dapat diatasi

NOC :

Kriteria Hasil :

1. Keseimbangan intake dan out put 24 jam


2. Berat badan stabil

3. Mata tidak cekung

4. Membran mukosa lembab

5. Kelembaban kulit normal

R/ memberikan pedoman untuk penggantian cairan

2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ),jika diperlukan

R/ Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan


respon terhadap terapi.

Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan


lanjut.

3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin,
albumin, total protein )

R/ Penurunan albuminserum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,


mengakibatkan pembentukan edema. Penurunan aliran darah ginjal menyertai
peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan penggunaan deuretik (untuk menurunkan
air total tubuh) dapat menyebabkan berbagai perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit

4. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam

R/ mengetahui keadaan umum pasien

5. Kolaborasi pemberian cairan IV

R/ membantu pemasukan cairan lewat intra vena

6. Berikan cairan oral.

R/ menurunkan rasa haus pada pasien

7. Berikan prosedur nasogastrik jika diperlukan


R/ memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran GI, mengevakuasi isi
lambung dan dapat menghilangkan mual

8. Atur kemungkinan tranfusi

R/ kemungkinan albumin rendah yang mengakibatkan penumpukan cairan


berlebih, dsb

9. Pasang kateter jika perlu

R/ untuk membantu pengukuran output dari pasien

2. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi b.d spastis usus dan tidak adanya daya dorong

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam konstipasi berangsur


teratasi NOC : Bowel Elimination

Kriteria Hasil :

1. Pola eliminasi dalam batas normal

2. Warna feses dalam batas normal

3. Bau feses tidak menyengat

4. Konstipasi tidak terjadi

5. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik

Bowel Irigation (pembersihan Colon)

1. Pilih pemberian enema (prosedur pemasukan cairan kedalam kolon melalui


anus) yang tepat
R/ merangsanng peristaltic kolon agar dapat defekasi.
2. Jelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
R/ menciptakan lingkungan saling percaya dan mengurangi rasa khawatir
3. Monitor efek samping dari tindakan pengobatan
R/ memonitor untuk memastikan tidak adanya komplikasi lanjutan
4. Catat perkembangan baik maupun buruk
R/ memastikan tidak adanya komplikasi lanjutan
5. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
R/ mengetahui keadaan umum pasien sebelum dan sesudah dilakukan prosedur
6. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
R/ memastikan tidak adanya komplikasi dan untuk menetapkan intervensi
lanjutan

7. Konsultasikan dengan dokter rencana pembedahan R/ jika terjadi komplikasi,


dapat segera di tangani dengan pembedahan

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang tidak
adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan : NOC : Status


Nutrisi

Kriteria Hasil :

1. Berat badan pasien sesuai umur

2. Stamina

3. Tenaga

4. Kekuatan menggenggam

5. Penyembuhan jaringan

6. Daya tahan tubuh

7. Konjungtiva tidak anemis

8. Pertumbuhan

Management Nutrisi

1. Kaji riwayat jumlah makanan/ masukan nutrisi yang biasa dimakan dan
kebiasaan makan
R/ member informasi tentang kebutuhan pemasukan/ difisiensi
2. Timbang berat badan. Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan,
ukuran kulit trisep
R/ sebagai indicator langsung dalam mengkaji perubahan status nutrisi
3. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan asi rutin
R/ untuk mempertahankan masukan nutrisi pada pasien.
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
R/ untuk menambah masukan nutrisi yang baik bagi klien

Monitoring Nutrisi

1. Monitor turgor kulit


R/ mengkaji pasokan nutrisi adekuat
2. Monitor mual dan muntah
R/ mengkaji adanya pengeluaran output berlebih
3. Monitor intake nutrisi
R/ mengkaji pemasokan nutrisi yang adekuat
4. Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
R/ observasi adanya penurunan perkembangan anak karena pasokan nutrisi tak
adekuat atau pengeluaran output yang berlebih

Gangguan rasa nyaman b.d adanya distensi abdomen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan : Tujuan : Kebutuhan


rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami
gangguan pola tidur.

NIC :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

R/ mengobservasi untuk membantu menemukan intervensi lanjutan yang tepat

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan R/ memantau untuk


menemukan intervensi lanjutan yang tepat

3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

R/ partisipasi dalam intervensi dapat membangun rasa percaya keluarga pasien


dengan tim medis, mengurangi rasa cemas keluarga pasien dan membantu
keluarga mengerti dengan keadaan pasien

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan
R/ menurunkan rangsangan stress pada rasa nyeri

5. Kaji tipe dan sumber nyeri

R/ untuk menentukan intervensi yang tepat

6. Tingkatkan istirahat R/ menurunkan rangsangan stress pada rasa nyeri

7. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri kepada keluarga pasien,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

R/ mengurangi rasa cemas keluarga pasien dan membantu keluarga mengerti


dengan keadaan pasien

7. Monitor vital sign


R/ mengetahui keadaan umum pasien

Kurang pengetahuan b.d Kurangnya informasi tentang proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan:

Tujuan: Ansietas (ibu) berkurang dalam 24 jam

NOC: ·

kriteria hasil:

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis


dan program pengobatan

NIC :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga R/ mengetauhi sejauh mana


keluarga pasien mengetahui penyakit yang diderita pasien

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat dan mudah di mengerti. R/ memudahkan
keluarga mengerti dengan keadaan dan kondisi klien

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat R/ mengurangi rasa cemas keluarga pasien dan membantu
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya keluarga mengerti dengan keadaan pasien

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat


R/ mengurangi rasa cemas keluarga pasien dan membantu keluarga mengerti
dengan keadaan pasien

6 . Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

R/ mengurangi rasa cemas keluarga pasien dan membantu keluarga mengerti


dengan keadaan pasien

7.Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

R/ partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan rasa saling


percaya antara keluarga pasien dan tim medis.

8 . Dukung keluarga pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion


dengan cara yang tepat atau diindikasikan

R/ partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan rasa saling percaya


antara keluarga pasien dan tim medis
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan . Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun
tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit


hirschprung sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada anak
yang mengalami penyakit hirschprung
Daftar pustaka

Cecily Betz & Sowden : 2002.

You might also like