You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gangguan penggunan narkotika psikotropika dan zat adiktif lain NAPZA


merupakan masalah yang menjadi keprihatian dunia internasional di samping
masalah HIV/AIDS , Kekerasan (violence) , kemisikinan , pencemaran
lingkungan , pemanasan global dan kelangkaan pangan . sejak tahun 1987 , PBB
mengeluarkan laporan tahunan konsumsi narkoba di dunia . saat ini , sekitar 25
juta orang mengalami ketergantungan NAPZA . Di indonesia pengguna NAPZA
mencapai 3,8 juta jiwa yang menjadi lebih memperhatinkan adalah sebagian besar
pengguna tersebut ternyata adalah usia produktif dan sebagian besar antaranya
adalah remaja dan dewasa awal 20-30 tahun . 70% dari total pengguna NAPZA di
indonesia anak usia sekolah , 4% lebih siswa SMA dan selebihnya mahasiswa.
Hal ini bila tidak segera di tanggulangi merupakan ancaman bagi kesejahteraan
generasi yang akan datang, dimana anak sebagai generasi muda merupakan
penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan
nasional yang perlu untuk dilindungi (BNN,2012)

Menurut perkiraan UNODC (united nations office on drugs and crime )


sekitar 200 juta orang di seluruh dunia menggunakan NAPZA jenis narkotika dan
psikotropika secara ilegal . kanabis merupakan jenis NAPZA yang paling sering
digunakan , di ikuti amfetamin, kokain , dan opioida. [enyalahgunaan NAPZA
jenis ini dominasi oleh pria , dan juga lebih terlihat di kalngan kaum muda di
bandingkan kategori usia lebih tua. Sebanyak 2,7% dari populasi dunia dan 3,9%
dari seluruh orang berusia 15 tahun keatas telah menggunakan kanabis paling
sedikit sekali antara tahun 2000 dan 2001 . (Depkes,2008)

Berkembangnya jumalh pecandu NAPZA ditentukan dua faktor : faktor


dari dalam (internal) diri meliputi : minat , rasa ingin tahu , lemahnya rasa
ketuhanan , kesetabilan emosi . faktor yang kedua adalah faktor dari luar (
eksternal) diri meliputi: gangguan psikososial keluarga , lemahnya hukum

1
terhadap pengedar dan pengguna narkoba , lemahnya sistem sekolah termasuk
bimbngan konseling , lemahnya pendidikan agama . meskipun narkoba sangat di
perlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan , namun bila salah gunakan
dengan standar pengobatan , terlebih jika disertai dengan peredaran narkoba
secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan
ataupun masyarakat khususnya GENERASI MUDA.

B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari penggunaan NAPZA?
B. Apa saja jenis-jenis NAPZA ?
C. Apa saja penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA ?
D. Apa saja factor penyebab penggunaan NAPZA ?
E. Bagaimana gejala klinis penggunaan NAPZA ?
F. Bagaimana dampak penggunaan NAPZA ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang pemberian
asuhan keperawatan jiwa masyarakatketergantungan napza.
2. Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Masyarakat
b. Mahasiswa/i diharapkan dapat :
 Menjelaskanpengertiandaripenggunaan NAPZA
 Memahamidanmenjelaskansajajenis-jenis NAPZA
 Memahamidanmenjelaskanpenyalahgunaandanketergantungan
NAPZA
 Memahamidanmenjelaskanfactor penyebabpenggunaan NAPZA
Memahami dan menjelaskan klasifikasi ikterus neonatus.
 Memahamidanmenejelaskan gejalaklinispenggunaan NAPZA
Memahami dan menjelaskan dampakpenggunaan NAPZA

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Definisi
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi
umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi
agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan (DepKes., 2002).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAZA menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama 1 (satu)
minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi)
selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke
program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2000).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama
karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan
sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari
(2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu
menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi
selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi
(rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit lainnya) selama 3-6 bulan.

3
Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh
menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa
sampai 2 tahun (Wiguna, 2003).
Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di
ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang
detoksifikasi.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai
menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA
yang selalu terjadi (DepKes, 2001).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan
baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan
dengan lingkungannya

2. Jenis - jenis NAPZA


a. NARKOTIKA
(Menurut undang-undang RI nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika ) Zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran , hilangnya rasa mengurangai sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat ketergantungan .
b. PSIKOTROPIKA
( Menurut undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang psikotropika )Zat
atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika , yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan pe\rubahan khas pada kativitas mental dan perilaku .

4
c. ZAT ADIKTIF LAIN
Bahan atau zat yang berpengaruh psikoatif di luar yang di sebut narkotika
dan psikotropika meliputi : minuman beralkhol , gas yang di hirup ,
tembakau .

3. Penyalahgunaan Dan Ketergantungan


Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis atau
medis – psikiatrik yang menunjukan ciri pemakaian yang bersifat
patologik yang perlu di bedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-
sosial yang belum bersifat patologik
a. Penyalahgunaan Napza
Adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala
atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan fisik,psikis dan gangguan fungsi sosial.
b. Ketergantungan Napza
Adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis
sehingga tubuhmemerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah
(toleransi) apabila pemakainya di kurangi atau di berhentikan akan timbul
gejala putus zat ( withdrawal syamptom ) . oleh karena itu ia selalu
berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun,
agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara “normal” .

4. Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan


ketergantungan NAPZA
a. Faktor biologic
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol. Perubahan
metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak
nyaman.
b. Faktor psikologik
 Tipe kepribadian ketergantungan

5
 Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan waktu
masa kanak kanak
 Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
 Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
 keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif,
kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai
individu, dan orang tua yang adiksi
c. Faktor sosiokultural
 Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
 Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai
zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana
 Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
 Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan

5. Gejala klinis penggunaan NAPZA


a. Perubahan Fisik :
 Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (
cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
 Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung
dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
 Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap
terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran
menurun.
 Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada
lengan.
b. Perubahan sikap dan perilaku :
 Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering
membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
 Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk
di kelas atau tempat kerja.

6
 Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa
ijin.
 Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
 Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh
anggota keluarga yang lain.
 Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi
tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga
milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering
berurusan dengan polisi.
 Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

6. Dampak penggunaan NAPZA


NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
a. Komplikasi Medik, biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan
cukup lama.Pengaruhnya pada :
1) Otak dan susunan saraf pusat :
 gangguan daya ingat
 gangguan perhatian / konsentrasi
 gangguan bertindak rasional
 gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
 gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
 gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
2) Pada saluran napas dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia),
pembengkakan paru (Oedema Paru).
3) Pada jantung dapat terjadi peradangan otot jantung serta penyempitan
pembuluh darah jantung.
4) Pada hati dapat terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum
suntik dan hubungan seksual.
5) Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV/AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka

7
mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan uang untuk membeli
zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah (GO),
raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan
jarum suntik secara bersama-sama membuat angka penularan HIV/AIDS
semakin meningkat. Penyakit HIV/AIDS menular melalui jarum suntik
dan hubungan seksual, selain itu juga dapat melalui tranfusi darah dan
penularan dari ibu ke janin.
6) Pada sistem reproduksi sering mengakibatkan kemandulan.
7) Pada kulit sering terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang
menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju
lengan panjang
8) Komplikasi pada kehamilan:
 Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
 Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
 Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.

b. Dampak Sosial :
1) Di Lingkungan Keluarga :
 Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering
terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.
 Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
 Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak
tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
 Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah
atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan
keuangan.
 Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat
untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.
2) Di Lingkungan Sekolah :
 Merusak disiplin dan motivasi belajar.
 Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.

8
 Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama
teman sebaya.

c. Di Lingkungan Masyarakat :
 Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari
pengguna / mangsanya.
 Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa
yang telah menjadi ketergantungan.
 Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
 Meningkatnya kecelakaan.

9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KETERGANTUNGAN NAPZA

A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria
> wanita), usia (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala
jenis/ tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan
(tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan
masalah), status (belum menikah, menikah atau bercerai), kemudian
nama perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan.

b. Alasan Masuk
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA
(fsikososial) atau mungkin klien mengatakan tidak tahu, karena yang
membawanya ke RS adalah keluarganya. Alasan masuk tanyakan
kepada klien dan keluarga.

c. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga.

d. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat
gejala yang biasa timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti
tanda-tanda vital, berat badan,dll.

10
e. Psikososial
f. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.

g. Konsep diri
1. Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
2. Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri
3. Peran : Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
4. Ideal diri : Klien menginginkan keluarga dan orang lain
menghargainya
5. Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya

h. Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas
keluarga maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari
kontak mata langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.

i. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk
kesehatan.
b. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan
NAPZA.

j. Status Mental
1. Penampilan.
Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak
seperti biasanya dijelaskan.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat,
keras, gagap, membisu, apatis dan atau lambat

11
b. Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau
memanipulasi keadaa, bengong/linglung.
3. Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi,
Tik, grimasen, termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau
tidak menggunakan NAPZA
4. Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat
mengkonsumsi jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu
shabu.
5. Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak
terkendai. Afek datar muncul pada pecandu morfin karena mengalami
penurunan kesadaran.
6. lnteraksi selama wawancara
Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah
tersingung. Pecandu amfetamin menunjukkan perasaan curiga.
7. Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
8. Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa
sehingga menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan
penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi
dalam berkomunikasi dan berpikir.
9. lsi pikir

a. Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin


menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku
phobia.
b. Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat
paranoidnya.

12
10. Tingkat kesadaran
Menunjukkan perilaku bingung, disoreientasi dan sedasi akibat
pengaruh NAPZA.
11. Memori.
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran
mungkin akan menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
12.Tingkat konsentrasi dan berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu
ganja mengalami penurunan berhitung.
13.Kemampuan penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik.
Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun bermakna.
14. Daya tilik diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal
diluar dirinya.

k. Kebutuhan Persiapan Pulang


Lakukan observasi tentang:
1. Makan
2. BAB/BAK,
3. Mandi
4. Berpakaian
5. lstirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Kegiatan di dalam rumah
9. Kegiatan di luar rumah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Koping
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Harga Diri Rendah

13
C. Intervensi
1.Ketidakefektifan Koping

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

Ketidakefektifan NOC NIC


koping Decision making Dicision making
1. Definisi : Role inhasmet 1. Menginformasikan pasien
Ketidakmampua Sosial support alternatif atau solusi lain
n untuk penanganan
membentuk Kriteria hasil : 2. Memfasilitasi pasien untuk
penilaian valid 1. Mengidentifikasi pola membuat keputusan
tentang stressor, koping yang efektif 3. Bantu pasien
ketidakadekuata 2. Mengungkapkan mengidentifikasi,
n pilihan secara verbal tentang keuntungan, kerugian dari
2. Respon yang kopIng yang efektif keadaan
dilakukan 3. Mengatakan Role inhancemet
dan/atau ketidak penurunan stres 1. Bantu pasien untuk
mampuan untuk 4. Klien mengatakan identifikasi bermacam-
menggunakan telah menerima macam nilai kehidupan
sumber daya tentang keadaannya 2. Bantu pasien identifikasi
yang tersedia 5. Mampu strategi positif untuk
mengidentifikasi mengatur pola nilai yang
2.Batasan strategi tentang dimiliki
Karakteristik : koping Coping enhancement
1. Perubahan dalam 1. Anjurkan pasien untuk
pola komunikasi mengidentifikasi gambaran
yang biasa perubahan peran yang
2. Penurunan realistis
penggunaan 2. Gunakan pendekatan
dukungan sosial tenang dan menyakinkan

14
3. Perilaku 3. Hindari pengambilan
destruktif keputusan pada saat pasien
terhadap orang berada dalam stress berat
lain 4. Berikan informasi actual
4. Perilaku yang terkait dengan
destruktif diagnosis, terapi dan
terhadap diri prognosis
sendiri Anticipatory Guidance
5. Letih, Angka
penyakit yang
tinggi
6. Ketidakmampua
n memerhatikan
informasi
7. Ketidakmampua
n memenuhi
kebutuhan dasar
8. Ketidakmampua
n memenuhi
harapan peran
9. Pemecahan
masalah yang
tidak adekuat
10. Kurangnya
perilaku yang
berfokus pada
pencapaian
tujuan
11. Kurangnya
resolusi masalah
12. Konsentrasi

15
buruk
13. Mengungkapkan
ketidakmampuan
meminta bantuan
14. Mengungkapkan
ketidakmampuan
untuk mengatasi
masalah
15. Pengambilan
risiko, Gangguan
tidur,
16. Penyalahgunaan
zat
17. Menggunakan
koping yang
mengganggu
perilaku adaptif

3. Faktor Yang
Berhubungan :
1. Gangguan dalam
pola penilaian
ancaman,
melepas tekanan
2. Gangguan dalam
pola melepaskan
tekanan /
ketegangan
3. Perbedaan
gender dalam
srategi koping

16
4. Derajad
ancaman yang
tinggi
5. Ketidakmampua
n untuk
mengubah energi
yang adaptif
6. Sumber yang
tersedia tidak
adekuat
7. Dukungan sosial
yang tidak
adekuat
8. yang diciptakan
oleh
karekteristik
hubungan
9. Tingkat percaya
diri yang tidak
adekuat dalam
kemampuan
mengatasi
masalah
10. Tingkat persepsi
kontrol yang
tidak adekuat
11. Ketidakadekuata
n kesempatan
untuk bersiap
terhadap stresor
12. Krisis maturasi,

17
Krisis situasi,
Ragu

2. Resiko perilaku kekerasan

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN & KRITERIA HASIL
(NOC)
Resiko perilaku NOC : NIC :
kekerasan (pada Self mutilation Bantuan kontrol marah
diri sendiri/ orang· Impuls Self Controla. 1. BHSP
lain/ lingkungan) a. Prinsip komunikasi
a. Kriteria Hasil : terapeutik
1. Definisi : 1. Klien mampu b. Pertahankan konsistensi
Perilaku kekerasan menyebutkan tanda- sikap (terbuka, tepati
adalah suatu tanda akan janji, hindari kesan
keadaan dimana melakukan kekerasan negatif)
seseorang seperti ingin marah, c. Gunakan tahap-tahap
melakukan jengkel, ingin interaksi dengan tepat
tindakan yang merusak, memukul, 2. Observasi tanda-tanda
dapat dll. perilaku kekerasan pada
membahayakan. 2. Klien bersedia klien
secara fisik baik melaporkan pada 3. Bantu klien
terhadap diri petugas kesehatan mengidentifikasi tanda-
sendiri, orang lain saat muncul tanda- tanda perilaku kekerasan :
maupun tanda akan (emosi, fisik, social,
lingkungan melakukan spiritual,)
kekerasan. 4. Jelaskan pada klien tentang
3. Klien menyebutkan respon marah
2. Batasan waktu dan situasi 5. Dukung dan fasilitasi klien
Karakteristik : yang memicu terjadi untuk mencari bantuan saat

18
1. Memperlihatkan perilaku kekerasan muncul marah
permusuhan 4. Klien dapat menahan 6. Bantu klien
2. Mendekati ledakan kemarahan mengidentifikasi waktu dan
orang lain atau perilaku situasi yang memicu
dengan kekerasan yang dapat perilaku kekerasan
ancaman membahayakan 7. Diskusikan bersama klien
3. Memberikan dirinya pangaruh negatif perilaku
kata-kata 5. Klien kekerasan terhadap dirinya,
ancaman memperaktekkan orang lain dan lingkungan
dengan rencana penyaluran energi 8. Jelaaskan pada klien cara
melukai positif dari perikaku mengeluarkan energi marah
4. Menyentuh kekerasan atau perilaku kekerasan
orang lain 6. Klien minum obat secara adaptif dan
dengan cara sesuai dengan konstruktif :
yang program terapi Kegiatan fisik : olah
menakutkan 7. Klien dapat raga, membersikan rumah,
5. Mempunyai menyebutkan manfaat relaksasi
rencana untuk minum obat untuk Kegiatan spiritual :
melukai kontrol marah. berdoa, melakukan ibadah
8. Klien memilih cara Kegiatan sosial :
adaptif untuk meminta sesuatu pada
menyalurkan energi orang lain dengan cara
marah ( relaksasi, yang baik sehingga orang
olah raga, berdoa, lain tidak tersinggung
dll). 9. Jelaskan pada klien
9. Klien mampu manfaat minum obat
mendemonstrasikan 10. Berikan reinforcement
cara marah adaptif untuk egresi marah yang
yang dipilih tepat
10. Klien mampu 11. Libatkan klien dalam TAK
mengungkapkan SP : PK.
perasaannya setelah Manajemen lingkungan

19
mendemonstrasikan 1. Jauhkan barang-barang
cara adaptif yang yang dapat membahayakan
dipiihnya diri klien
11. Keluarga mengenal 2. Lakukan pembatasan
penanganan klien terhadap perilaku kekerasan
dengan perilaku klien agar tidak menyakiti
kekerasan. atau melukai orang lain
12. Keluarga dapat 3. Tempatkan klien pada
menyebutkan lingkungan yang restrictive
penanganan klien (isolasi)
dengan perilaku 4. Diskusikan bersama
kekerasan. keluarga tentang tujuan
13. Keluarga pembatasan (isolasi)
memutuskan Latihan mengontrol
memberikan rangsangan
bantuan yang 1. Jelaskan pada klien
adaptif pada klien manfaat penyaluran energi
dengan perilaku marah
kekerasan 2. Bantu klien memilih sendiri
14. Keluarga cara marah yang adaptif
menerapkan cara 3. Bantu klien mengambil
yang dipilih untuk keputusan untuk
membantu merubah mengeluarkan energi marah
perilaku klien yang adaptif.
15. Klien mampu 4. Beri kesempatan pada klien
memanfaatkan untuk mendiskusikan cara
dukungan keluarga yang dipilihnya
untuk merubah 5. Anjurkan klien
perilakunya. mempraktekkan cara yang
dipilihnya
6. Berikan reinforcement atas
keberhasilan/kemajuan

20
klien.
7. Evaluasi perasaan klien
tentang cara yang dipilih
dan telah dipraktekkan

Libatkan keluarga dalam


perawatan klien
1. identifikasi kultur, peran,
dan situasi keluarga dalam
pengaruhnya terhadap
perilaku klien
2. berikan informasi yang
tepat tentang penanganan
klien dengan perilaku
marah kekerasan
3. ajarkan ketrampilan koping
efektif yang digunakan
untuk penangannan klien
perilaku kekerasan
4. berikan konseling pada
keluarga
5. bantu keluarga memilih
untuk menentukan dalam
penanganan klien dengan
perilaku kekerasan
6. fasilitasi pertemuan
keluarga dengan pemberi
perawatan
7. beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendiskusikan cara yang
dipilih

21
8. anjurkan pada keluarga
untuk menerapkan cara
yang dipilih

3.Isolasi sosial

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
Isolasi Sosial NOC : NIC :
1. Social interaction Tingkatkan sosialisasi
1. Definisi : skills BHSP
Kesepian yang 2. Stress level 1. Prinsip komunikasi terapeutik
dialami oleh 3. Sosial support 2. Pertahankan konsistensi sikap
individu dan 4. Post-Trauma (terbuka, tepati janji, hindari
dirasakan saat Syndrome kesan negatif)
didorong oleh 3. Gunakan tahap-tahap interaksi
keberadaan orang 1. Klien mampu dengan tepat
lain dan sebagai memperkenalkan 2. Observasi perilaku menarik diri
pernyataan negatif dirinya dengan klien
atau mengancam. orang lain : berjaba 3. Kaji pengetahuan klien tentang
tangan, menjawab perilaku menarik dirinya
2.Batasan salam, ada kontak 4. Diskusikan dengan klien hal-hal
Karakteristik : mata, dan yang menyebabkan klien
meluangkan waktu menarik diri
a. Objektif :
untuk duduk 5. Beri kesempatan kepada klien
1. Tidak ada
berdampingan untuk menceritakan
dukungan
dengan orang lain perasaannya terkait dengan
orang yang
2. Klien mau isolasi diri
dianggap
menyebutkan alasan 6. Dorong klien untuk membagi
penting
menarik diri masalah yang dihadapinya
2. Perilaku yang
3. Klien mau 7. Dukung klien untuk jujur dan

22
tidak sesuai mengutarakan menunjukkan identitas dirinya
dengan masalahnya dengan orang lain
perkembangan 4. Klien mau 8. Libatkan dalam TAKS
3. Afek tumpul mengungkapkan
4. Bukti kecacatan perasaannya setelah Manajemen kestabilan mood
(mis: fisik, berinteraksi dengan serta perasaan aman dan
mental) orang lain nyaman
5. Ada didalam 5. Klien dapat 1. Observasi kesesuaian antara
subkultural mengungkapkan afek dan ungkapan secara
6. Sakit, Tindakan manfaat dan verbal klien
tidak berarti keuntungan 2. Beriakan perasan aman dan
7. Tidak ada berinteraksi dengan nyaman pada klien
kontak mata orang lain 3. Dorong klien menggungkapkan
8. Dipenuhi 6. Klien dapat perasaan dan ekspresikannya
dengan pikiran menyebutkan secara tepat
sendiri kerugian tidak 4. Bantu klien mengidentifikasi
9. Menunjukkan berinteraksi dengan perasaan yang mendasari
permusuhan orang lain keinginan untuk tidak
10. Tindakan 7. Klien dapat melakukan interaksi dengan
berulang mempertahankan orang lain
11. Afek sedih, keinginan dan 5. Dorong klien untuk
Ingin sendirian kebutuhannya mengungkapkan hambatan dan
12. Menunjukkan berinteraksi dengan kesulitan dalam berinteraksi
perilaku yang orang lain dengan orang lain
tidak dapat 8. Klien mau 6. Diskusikan dengan klien
diterima oleh melakukan interaksi manfaat berinteraksi dengan
kelompok dengan orang lain
kultural yang perawat/petugas, 7. Diskusikan dengan klien
dominan teman/klien lain, kerugian tidak berinteraksi
13. Tidak dan keluarga. dengan orang lain.
komunikatif, 9. Klien berpartisipasi 8. Kelola pemberian obat sesuai
Menarik diri dalam program

23
b. Subjektif : kegiatan/aktivitas 9. Monitor efek samping obat
1. Minat yang diruangan. 10. Libatkan klien dalam TAK
tidak sesuai 10. Klien mau dan SS, SP Umum
dengan mampu bekerja 11. Lakukan kolaborasi dengan
perkembangan sama dengan psikiater bila diperlukan
2. Mengalami orang lain. (misalnya : ECT)
perasaan 11. Klien bersikap
berbeda dari ramah Modifikasi perilaku :
orang lain 12. Klien perhatian Keterampilan sosial
3. Tidak percaya pada orang lain. 1. Bantu klien
diri saat 13. Klien menempati mengidentifikasi
berhadapan janji. masalah-masalah
dengan public 14. Klien mau interpersonal yang
4. Mengungkapka membantu orang menyebabkan
n perasaan lain. kurangnya
kesendirian 15. Klien dapat berinteraksi dengan
yang didorong menggunakan orang lain.
oleh orang lain waktu luangnya 2. Dorong klien untuk
5. Mengungkapka dengan aktivitas- mengungkapkan perasaannya
n perasaan aktivitas selama terkait dengan masalah
penolakan dalam perawatan. lnterpersonal yang dihadapi.
6. Mengungkapka 16. Klien mendapat 3. Identifikasi
n nilai yang dukungan keluarga ketrampilan/kemampuan sosial
tidak dapat selama dalam yang ingin difokuskan pada
diterima oleh perawatan latihan berinteraksi dengan
kelompok 17. Klien mampu orang lain.
kultural yang mengungkapkan 4. Bantu klien menetapkan
dominan perasaannya, tahapan dan hal-hal yang ingin
keinginan dan dicapai dalam melatih
3. Faktor Yang harapannya dari hubungan interaksi dengan
Berhubungan: dukungan orang lain.
1. Perubahan keluarganya 5. Dorong klien meningkatkan

24
status mental 18. Klien dan keluarga interaksi dengan orang lain
2. Gangguan terlibat aktif dalam disekitarnya.
penampilan upaya perawatan 6. Dorong klien mengikuti
fisik 19. Secara periodik aktifitas diruangan
3. Gangguan dan teratur 7. Libatkan klien dalam TAKS
kondisi keluarga 8. Rujuk klien untuk mengikuti
kesehatan mengunjungi klien aktifitas diruang rehabilitasi
4. Faktor yang selama dalam
berperan perawatan Tingkatkan keterlibatan
terhadap tidak 20. Keluaraga keluarga
adanya mengerti dan 1. Identifikasi kemampuan dan
hubungan mampu keterlibatan anggota keluarga
personal yang menjelaskan dalam perawatan klien
memuasakan kembali cara 2. Kaji tingkat pengetahuan
(mis : terlambat perawatan klien keluarga tentang hal-hal dan
dalam dengan isolasi situasi yang berpengaruh
menyelesaikan sosial terhadap perawatan klien.
tugas 3. Berikan informasi yang tepat
perkembangan) tentang kondisi klien kepada
5. Minat/ketertarik keluarga
an yang imatur 4. Jelaskan kepada keluarga cara
6. Ketidakmampua merawat klien dengan isolasi
n menjalani sosial
hubungan yang 5. Jelaskan pentingnya
memuaskan keterlibatan keluarga dalam
7. Sumber perawatan klien
personal yang 6. Dorng keluarga untuk terlibat
tidak adekuat aktif dalam upaya perawatan
8. Perilaku sosial klien
yang tidak 7. Fasilitasi pertemuan klien
diterima dengan keluarga secara priodik
9. Nilai sosial selam klien dirawat

25
yang tidak
diterima

4. Harga Diri Rendah

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

Harga diri rendah NOC NIC


situasional Body Image, Self Esteem Enhancement
1.Definisi : disiturbed 1. Tunjukan rasa percaya
Perkembangan Coping, ineffective diri terhadap
persepsi negative Personal identity, kemampuan pasien
tentang harga diri disturbed untuk mengatasi situasi
sebagai respons Health behavior, risk 2. Dorong pasien
terhadap situasi saat ini Self esteem mengidentifikasi
(sebutkan) situasional, low kekuatan dirinya
3. Ajarkan keterampilan
2.Batasan Kriteria Hasil : perilaku yang positif
Karakteristik : 1. Adaptasi terhadap melalui bermain peran,
1. Evaluasi diri ketunadayaan fisik : model peran, diskusi
bahwa individu respon adaptif klien 4. Dukung peningkatan
tidak mampu terhadap tantangan tanggung jawab diri,
menghadapi fungsional penting jika diperlukan
peristiwa akibat ketunadayaan 5. Buat statement positif

26
2. Evaluasi diri fisik terhadap pasien
bahwa individu 2. Resolusi berduka : 6. Monitor frekuensi
tidak mampu penyesuaian dengan komunikasi verbal
menghadapai kehilangan aktual atau pasien yang negative
situasi kehilangan yang akan 7. Dukung pasien untuk
3. Perilaku bimbang terjadi menerima tantangan
4. Perilaku tidak 3. Penyesuaian baru
asertif psikososial : 8. Kaji alasan-alasan untuk
5. Secara verbal perubahan hidup : mengkritik atau
melaporkan respon psikososial menyalahkan diri
tantangan adaptiv individu sendiri
situasional saat ini terhadap perubahan 9. Kolaborasi dengan
tenhadap harga diri bermakna dalam hidup sumber-sumber lain
6. Ekspresi 4. Menunjukkan (petugas dinas social,
ketidakberdayaan Penilaian pribadi perawat spesialis klinis,
7. Ekspresi tentang harga diri dan layanan
ketidakbergunaan 5. Mengungkapkan keagamaan)
8. Verbalisasi penerimaan diri Counseling
meniadakan diri 6. Komunikasi terbuka 1. Menggunakan proses
7. Mengatakan pertolongan interakftif
3.Faktor Yang optimisme tentang yang berfokus pada
Berhubungan masa depan kebutuhan, masalah,
1. Perilaku tidak 8. Menggunakan strategi atau perasaan pasien
selaras dengan koping efektif dan orang terdekat
nilai untuk meningkatkan
2. Perubahan atau mendukung koping
perkembangan pemecahan masalah
3. Gangguan citra
tubuh
4. Kegagalan
5. Gangguan

27
fungsional
6. Kurang
penghargaan
7. Kehilangan
8. Penolakan
9. Perubahan peran
sosial

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit.

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan


terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tanda gejala yang muncul
seperti jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ),
mengantuk, agresif.Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak,
denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.

Masalah keperawatan muncul ketidakefektifan koping , resiko


perilaku kekerasan , isolasi sosial , harga diri rendah

29
30

You might also like