Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
- laju destilat
b. Membandingkan
c. Mengevaluasi
d. Mengoreksi
Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses agar perbedaan nilai
terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.
1.2.4 Instrumentasi Proses
a. Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang berupa
besaran fisik atau kimia seperti laju alir, tekanan, suhu, pH, konsentrasi
dan sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar yang
populer di bidang pengendalian proses adalah berupa sinyal pneumatik
(tekanan udara) dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian
besar yaitu :
b. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan mengirimkan
sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang dilakukan berupa operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian ,
integrasi dan diferensiasi. Hasil evaluasi berupa sinyalkendali yang
dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang
serupa dengan sinyal pengukuran.
c. Unit kendali akhir
Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau
tindakan koreksi melalui pengaturan variabel termanipulasi. Unit ini
terdiri atas dua bagian besar, yaitu aktuator dan elemen kendali akhir.
Aktuator adalah penggerak elemen kendali akhir. Bagian ini dapat berupa
motor listrik, solenoida dan membran pneumatik. Sedangkan elemen
kendali akhir biasanya berupa katup kendali (control valve) atau elemen
pemanas.
1.2.4.1 Strainer
1. Concentric Orifice
Fungsinya dari orifice jenis ini sama saja dengan fungsi dasar orifice
sendiri, hanya saja penentuan ukuran lubang yang lebih besar dan tidak
memiliki takik. Tentu saja hal ini akan menghasilkan tekanan yang tidak
melintang seperti orifice poin 1.
3. Eccentric Orifice
5. Segmental Orifice
Bentuk lubang dari orifice jenis ini berbentuk huruf D terletak pada
bagian bawah orifice dan digunakan untuk mengukur fluida dengan
kandungan sedimen yang tinggi.
6. Restriction Orifice
a) Hakikat Utama
Hakikat utama tujuan pengendalian proses adalah mempertahankan
nilai variabel proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi. Mkna dari
oernyataan ini adalah satu atau beberapa nilai variabel proses mungkin
perlu dikorbankan semata-mata untuk mencapai tujuan yang lebih besar,
yaitu kebutuhan operasi keseluruhan agar berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.
b) Tujuan ideal dan praktis
Tujuan ideal adalah mempertahankan nilai variabel proses agar
“sama”dengan niai acuan. Sedangkan tujuan praktis adalah
mempertahankan nilai variabel proses “disekitar” nikai acuan dalam
batas-batas yang ditetapkan.
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalian yang
didasarkan atas bentuk tanggapan variabel proses. Etelah terjadi
perubahan nilai acuan (setpoint) atau beban diharapkan.
Penyimpanan maksimum dari nila acuan sekecil mungkin
Waktu yang diperlukan oleh variabel proses mencapai kondisi mantap
sekecil mungkin.
Perbedaan nilai acuan dari variabel proses setelah tunak sekecil
mungkin.
Minimum overshoot
Minimum settling time
Minimum offset
a. Pengendalian Proportional
Pengendalian proportional menghasilkan sinyal kendali yang
besarnya sebanding dengan sinyal galat (error). Sehingga terdapat
hubungan tetap dan lancar antara variabel proses (PV) dan posisi elemen
kendali akhir. Gain pengendali proportional adalah perubahan posisi
katub dibagi dengan perubahan tekanan. Di kalangan praktisi industri
besaran gain kurang populer. Sebagai gantinya dipakai besaran
Proportional Band (PB) yaitu perubahan galat / variabel proses yang
dapat menghasilkan perubahan sinyal kendali sebesar 100%. Besaran ini
lebih mencerminkan kebutuhan pengendalian dibandingkan gain
proportional.
Lebar proportional band menentukan kestabilan sistem
pengendalian. Semakin kecil nilai PB pengendali semakin peka
(tanggapan semakin cepat). Offset yang terjadi semakin kecil tetapi
sistem menjadi stabil tetapi pengendali tidak peka dan offset besar. Pada
PB sama dengan nol maka perilaku pengendali proportional menjadi
sama dengan pengendali on – off. Satu – satunya problem pengendalian
proportional adalah selalu menghasilkan galat sisa (residual error atau
offset) yang disebabkan perubahan beban, sebab dengan perubahan beban
memerlukan nilai sinyal kendali (u) yang berbeda. Dengan demikian
offset memang diperlukan untuk menjaga nilai sinyal kendali baru (u)
yang berbeda dengan Uo, untuk menjaga keseimbangan massa dan atau
energi yang baru.
b. Pengendali Proportional Integral (PI)
Penambahan integral pada pengendali proportional dimaksudkan
untuk menghilangkan offset. Mekanismenya mirip dengan kerja operator
yaitu dengan membuat nilai bias baru. Sehingga variabel proses sama
dengan nilai acuan untuk mengulang aksi proportional. Penambahan aksi
integral menambah kelambatan dan ketidakstabilan sistem. Pengaturan
waktu integral (T) tergantung pada waktu mati sistem proses. Waktu
integral tidak boleh kecil dibandingkan waktu mati. Jika waktu integral
lebih kecil dari waktu mati, maka keluaran pengendali terlalu cepat
berubah dibanding tanggapan sistem proses. Hal ini mengakibatkan
overshoot dan osilasi berlebihan. Sifat – sifat pengendali proportional
integral (PI) adalah :
- Fase sinyal kendali tertinggal terhadap fase sinyal galat
- Tidak terjadi offset
- Tanggapan sistem lebih lambat dan cenderung kurang stabil
c. Pengendali Proportional Integral Derivative (PID)
Kelambatan akibat aksi integral dihilangkan dengan menambahkan
aksi derivatif pada pengendalian PI sehingga menghasilkan jenis
pengendalian PID. Aksi derivatif bertujuan untuk mempercepat
tanggapan sekaligus memperkecil overshoot variabel proses. Namun
penambahan derivatif menyebabkan sistem menjadi peka terhadap noise.
Selain itu penambahan aksi derivatif tidak sesuai untuk proses yang
memiliki waktu mati dominan (lebih dari setengah konstanta waktu).
Sifat – sifat pengendali proportional integral derivatif :
- Tidak terjadi offset dan peka terhadap adanya noise
- Tanggapan cepat dan amplitudo osilasi kecil (lebih stabil)
BAB II
METODOLOGI
elapsed
No Pressure Pressure Pressure Pressure
Time Flowrate Flowrate Flowrate Flowrate
(mmH2 (mmH2 (mmH2 (mmH2
(ml/min) (ml/min) (ml/min) (ml/min)
O) O) O) O)
Tujuan kedua pada praktikum ini yaitu memahami prinsip kerja sistem
pressure control. Air masuk melalui strainer yang akan disaring dari zat pengotor.
Lalu air tersebut mengalir ke orifice meter, di orifice laju alir air masuk diukur, air
akan dialirkan oleh PSV. Laju alir yang masuk menyentuh pressure sensor, kemudian
hasil dari pembacaan oleh pressure sensor ini akan diubah oleh pressure transmitter
dari sinyal pressure menjadi sinyal standar. Sinyal akan dibaca oleh perangkat
komputer yang merupakan sinyal hasil pengukuran. Komputer sebagai unit
pengendali akan membandingkan hasil pembacaan sinyal pengukuran dengan nilai set
poin. Pada saat PSV terbuka maka laju alirnya akan semakin meningkat sehingga
dapat menghasilkan laju alir air masuk sesuai dengan set point (80%). Akan tetapi
terdapat variabel gangguan yang menyebabkan variabel proses tidak sesuai dengan
set point. Dari tujuan kedua dapat disimpulkan set point pada praktikum ini yang
menjadi nilai acuan adalah tekanan fluida karena tekanan fluida yang akan dianalisa.
Variabel gangguan adalah laju alir fluida masuk, terbukti pada grafik 5a dan 6a kerja
PSV dan pressure tidak konstan sehingga menyebabkan variabel proses tidak sesuai
dengan set point. PSV pada praktikum ini sebagai alat untuk mengalirkan fluida.
Besaran fisika atau kimia yang menjadi variabel termanipulasi adalah flowrate.
Tujuan ketiga pada percobaan ini adalah memahami respon dari pengendalian
dalam proportional, integral dan derivative pada pressure control. Pada pengukuran
pressure ada dua metode yang digunakan yaitu metode manual dan metode otomatis.
Pada metode manual yang ingin diamati adalah mengetahui kecepatan PSV yang
diukur adalah 70%, 80%, 90% dan 100%.dari data pengamatan grafik 1 dapat
disimpulkan bahwa PSV denganpressure tidak menunjukkan linier, hal ini disebabkan
karna gangguan pada laju alir masuk yang kecepatan masukan tidak stabil.
Dari metode otomatis memberikan respon yang berbeda-beda. Pada data yang
didapat saat pengendalian proportional integral terjadi tanggapan osilasi tidak stabil
dan tanggapan osilasi kontinyu. Data yang paling baik digunakan adalah metode
pengendalian proportional P =1 0%, I = 5, D = 10 karena overshot yang diperoleh
sebesar 5, offset 1 dan settling time 00:35 dan osilasi kontinyu.
Tujuan keempat pada praktikum ini adalah membandingkan respon
pengendalian flow control dan pressure control.
Flow Control
Settling
Offset Overshit
No. PID time Osilasi
(ml/min) (ml/min)
(min)
1 P = 10%, I = 5, D = 10 00:11 1 14 Kontinyu
2 P = 10%, I = 5, D = 15 01:41 14 5 kontinyu
3 P = 10%, I = 10, D = 5 00:36 9 3 undamped
4 P = 10%, I = 10, D = 15 00:16 11 4 undamped
5 P = 10%, I = 10, D = 10 00:06 14 0 undamped
Pressure Control
Settling
Offset Overshit
No. PID time Osilasi
(mm) (mm)
(min)
1 P = 10%, I = 5, D = 5 01:10 0 5 Kontinyu
2 P = 10%, I = 5, D = 10 00:35 1 5 Kontinyu
3 P = 10%, I = 5, D = 15 00:35 1 5 Kontinyu
4 P = 10%, I = 10, D = 5 00:05 2 4 Tidak stabil
5 P = 10%, I = 10, D = 10 00:25 2 3 Tidak stabil
6 P = 10%, I = 10, D = 15 00:45 1 5 Tidak stabil
Pada nilai PID yang sama antara flow control dan pressure control. NIlai
settiling time kecenderungan lebih cepat pada pressure control, nilai offset
kecenderungan lebih kecil pada pressure control, nilai overshot cenderungan lebih
besar pada flow control dan tanggapan osilasi yang baik (kontinyu) kecenderungan
terjadi pada pressure control.
Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian flow control
memiliki %error lebih kecil yaitu pada P = 10%, I = 10, D = 10 memiliki offset 14,
overshot 0, settling time 00:06 dan tanggapan osilasi undamped sedangkan pada
pressure control P = 10%, I = 5, D = 10 memiliki offset 1, overshot 5, settiling time
00:35 dan tanggapan osilasi kontinyu.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Unit pengukuran pada praktikum ini adalah orifice meter dan manometer
mmH2O, unit pengendali adalah computer dan unit kendali akhir adalah PSV
(Propotioning Selenoid Valve)
2. Prinsip kerja sistem pressure control. Air masuk melalui strainer distrainer air
akan disaring dari zat pengotor, kemudian air akan mengalir ke dalam orifize
meter, di orifize meter ini laju alir akan masuk kemudian diukur. Kemudian
air akan dialirkan oleh PSV. Laju alir yang masuk selanjutnya akan diubah
dari sinyal pressure menjadi sinyal standar. Sinyal standar ini akan dibawa
oleh perangkat komputer. Hasil sinyal yang sudah diterjemahkan ini disebut
sinyal pengukuran. Komputer sebagai unit pengendali akan membandingkan
besarnya sinyal pengukuran dengan nilai acuan (set point).
3. Dari data yang paling cocok digunakan dan memiliki %error terkecil adalah
metode pengendalian P = 10%, I = 5s, D = 00:35 sebab memiliki overshot 5,
offset 1 dan settling time 00.35 dan osilasi kontinyu.
4. Dari data dapat disimpulkan bahwa pengendalian flow control memiliki
%error lebih kecil yaitu pada P = 10%, I = 10, D = 10 memiliki offset 14,
overshot 0, settling time 00:06 dan tanggapan osilasi undamped sedangkan
pada pressure control P = 10%, I = 5, D = 10 memiliki offset 1, overshot 5,
settiling time 00:35 dan tanggapan osilasi kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA