Professional Documents
Culture Documents
1
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 25-27.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 3
David Tindas 03 0211 5 147
1. Pemilihan Lokasi Pelabuhan
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan
daratan.
Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa Iaktor seperti:
Kondisi tanah dan geologi.
Keadaan topograIi daratan dan bawah laut harus memungkinkan
untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk
pengembangan di masa mendatang.
Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu Iasilitas
seperti dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri. Apabila
daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan dangkal
untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan
penimbunan/reklamasi pantai tersebut.
Daerah yang digunakan untuk perairan pelabuhan harus
mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal bisa
masuk ke pelabuhan.
Kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya
melakukan pengerukan daerah perairan dan kemunkinan
menggunakan hasil pengerukan tersebut untuk menimbun tempat
lain.
Kedalaman dan luas daerah perairan.
Tinjauan daerah perairan menyangkut luas perairan yang
diperlukan untuk alur pelayaran, kolam putar (turning basin),
penambatan dan tempat berlabuh, dan kemungkinan
pengembangan pelabuhan di masa mendatang.
Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan
sedimentasi.
Daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang
akan dibongkar muat.
alan-jalan untuk transportasi.
Daerah industri yang ada di belakangnya.
Tetapi biasanya Iaktor-Iaktor tersebut tidak bisa semuanya terpenuhi,
sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal. Selain
Iaktor di atas penentuan lokasi pelabuhan juga dipengaruhi oleh:
1) Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan,
termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 4
David Tindas 03 0211 5 147
2) Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan
kolam pelabuhan.
2
2
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 30.
3
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 32-33.
4
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 43.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 5
David Tindas 03 0211 5 147
1.1. Perhitungan Angin
Angin adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan bumi. Gerakan udara inidisebabkan oleh perubahan temperatur
atmosIer. Pada waktu udara dipanasi, rapat massanya berkurang, yang
berakibat naiknya udara tersebut yang kemudian diganti oleh udara yang
lebih dingin disekitarnya.
Perubahan temperatur di atmosIer disebabkan oleh perbedaan
penyerapan panas oleh tanah dan air, atau perbedaan panas di gunung dan
lembah, atau perbedaan yang disebabkan oleh siang dan malam, atau
perbedaan suhu pada belahan bumi bagian utara dan slatan karena adanya
perbedaan musim dingin dan panas.
Daratan lebih cepat menerima panas daripada air (laut) dan
sebaliknya daratan lebih cepat melepaskan panas. Oleh karena itu pada
waktu siang hari daratan lebih panas daripada laut. Udara di atas
daratan
akan naik dan diganti oleh udara dari laut, sehingga terjadi angin
laut.
Sebaliknya, pada malam hari daratan lebih dingin daripada laut, udara di
atas laut akan diganti oleh udara dari daratan sehingga terjadi angin darat.
Indonesia mengalami angin musim, yaitu angin yang berhembus
secara mantap dalam satu arah dalam periode dalam satu tahun. Pada
periode yang lain angin berlawanan dengan angin pada periode
sebelumnya.
5
5
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 44.
6
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 43.
7
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 46.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 6
David Tindas 03 0211 5 147
Tabel 1.1 Skala Beaufort
8
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 46.
9
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 48.
10
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 48.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 7
David Tindas 03 0211 5 147
2. Perhitungan Gelombang
Gelombang yang sangat sering terjadi di laut dan yang cukup penting
adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
Contoh suatu hasil pencatatan gelombang angin pada suatu lokasi dapat di
ihat pada gambar berikut ini:
11
Ir. Nur Yuwono. 1982. %eknik Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa
Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 39.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 8
David Tindas 03 0211 5 147
merupakan superposisi dari beberapa gelombang sinusiodal. Pendekatan yang
dipergunakan untuk menganalisa gelombang tersebut haruslah beralasan
(reasonable) dan konsisten. Pendekatan yang biasa dipakai adalah zero
upcrossing method` (Pierson; 1954). Eevasi permukaan air rata-rat
digambarkan pada hasil pencatatan dan seiap titik yang diptong oleh muka air
pada arah ke atas (upward direction) diberi tanda misalnya lingkaran.
Dari
titik ini dapat ditentukan periode dan tinggi gelombang. Sering diinginkan
untuk memilih suatu tinggi dan periode gelombang untuk mewakili spektrum
gelombang tersebut untuk berbagai keperluan, misalnya: peramalan
gelombang, analisa gelombang (wave climate analysis), perencanaan
bangunan pantaidan sebagainya. Tinggi gelombang tersebut di atas sering
diberi notasi H
n
(tinggi rata-rata gelombang dari n persen gelombang
tertinggi).
Misalnya:
H
10
÷ tinggi gelombang rata-rata dari 10° gelombang tertinggi.
H
33
÷ tinggi gelombang rata-rata dari 33° gelombang tertinggi.
Tinggi gelombang ini biasa disebut Tinggi gelombang signiIikan
(signiIican wave height).
Sedangkan untuk menentukan periode gelombangnya ditempuh jalan yang
sama. Khusus untuk tinggi gelombang signiIikan periode gelombangnya dapat
ditempuh dua cara yaitu:
T
33
÷ Periode gelombang rata-rata dari 33° gelombang tertiggi atau
periode gelombang rata-rata dari seluruh pencatatan (tidak begitu berbeda)
kecuali apabila spektrum energi (energi spectrum) merupakan bimodal yang
disebabkan adanya dua jenis gelombang, yaitu: Sea dan Swell.
Sea : adalah gelombang yang terbentuk di daerah pembangkit. Kondisi
gelombang di sini adalah curam (steep) yaitu panjang gelombang berkisar
antara 10 sampai 20 kali lebih tinggi gelombang.
Swell : adalah gelombang yang sudah terbentuk di daerah pembangkit.
Kondisi gelombang di sini adalah landai yaitu panjang gelombang berkisar
antara 30 sampai 500 kali tinggi gelombang.
Karakteristik dari spektrum gelombang angin teutama tergantung pada
panjang Ietch (F), kecepatan angin (U), lama tiup/hembus (t
d
). akan etapi ada
Iaktor-Iaktor lain kadang sangat berpengaruh misalnya: lebar Ietch,
kedalaman air, kekasaran dasar, stabilitas atmosphir dan sebagainya.
Gambar 2.2. menunjukkan secara skematis hubungan antara Tinggi
gelombang (H
s
), periode gelombang (T
s
), panjang Ietch (F) pada suatu
kecepatan angin tertentu.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 9
David Tindas 03 0211 5 147
ika t
d
~
.
, gelombang akan mengikuti lengkung OAB dan
siIat-siIat gelombang pada kahir Ietch akan tergantung pada F dan
U.
ika t
d
dan F mempunyai nilai cukup besar, lengkung OAB akan
menjadi datar dan keadaan ini disebut Fully Developed Sea`
(F.D.S).
ika t
d
·
.
12
Ir. Nur Yuwono. 1982. %eknik Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa
Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 40.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 10
David Tindas 03 0211 5 147
Lampiran 12.
13
13
Ir. Nur Yuwono. 1982. %eknik Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa
Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 71.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 11
David Tindas 03 0211 5 147
Lampiran 13.
14
14
Ir. Nur Yuwono. 1982. %eknik Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa
Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 72.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 12
David Tindas 03 0211 5 147
2.1. Tinggi gelombang
2.1.a. Pembangkitan gelombang
15
&
&
# = 1 seperti terlihat di dalam gambar 2.3:
Gambar 2.3. Hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat.
17
15
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 98-99.
16
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 99.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 13
David Tindas 03 0211 5 147
gambar 2.3. merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Great Lake,
Amerika Serikat. GraIik tersebut dapat digunakan untuk daerah lain
kecuali apabila karakteristik daerah sangat berlainan. Lama hembus
(durasi) angin dapat diperoleh dari data angin jam-jaman.
Rumus-rumus dan graIik-graIik pembangkitan gelombang
mengandung variabel &
23 , 1
71 , 0 & &
=
di mana & adalah kecepatan angin dalam m/d
2.1.c. Fetch
18
¬
¬
cos
cos
L
L
=
i
e11
Dengan :
F
e11
÷ Ietch rerata eIektiI
Xi ÷ panjang segmen Ietch yang diukur dari titik obesrvasi
gelombang ke ujung akhir Ietch.
u ÷ deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan
menggunakan pertambahan 6
o
sampai sudut sebesar 42
o
17
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 100.
18
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 99 -100.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 14
David Tindas 03 0211 5 147
Durasi ÷ 4 jam
Kecepatan ÷ 60 km/jam ÷ 32,397 knots
÷1 knot ÷ 0,514 m/det ÷ 1 mil/jam ÷ 1852 m/jam
÷ 60 km/jam ÷ 32,397 mil/jam
Ditanya:
FETCH ÷?
Penyelesaian:
Karena Lokasi Pelabuhan Kalongan berhadapan dengan laut lepas, maka
digunakan graIik lampiran 12 7. Nu7 Yuwono. 1982. %eknik Pantai.
Yoaka7ta. Bi7o Pene7bit Kelua7a Mahasiswa %eknik sipil akultas
%eknik &M. Hal 71).
GraIik hubungan antara Durasi, Kecepatan dan Fetch.
Dari graIik tersebut di dapat:
F ÷ 31 miles ÷1 mil ÷ 1,609 km
÷ 49,879 km
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 16
David Tindas 03 0211 5 147
Lampiran 12.
20
20
Ir. Nur Yuwono. 1982. %eknik Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa
Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 71.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 17
David Tindas 03 0211 5 147
2.2. Tinggi gelombang pecah
21
3 / 1
) / 0 ' ( 3 , 3
1
0 ' o H H
Hb
=
) / (
1
2
% aHb b Hb
db
) 1 ( 75 , 43
192
e a
) 1 (
56 , 1
5 , 19 2
e
b
Dengan:
Hb ÷ tinggi gelombang pecah
H`0 ÷ tinggi gelombang laut dalam ekivalen
L0 ÷ panjang gelombang di laut dalam
db ÷ kedalaman air pada saat gelombang pecah
m ÷ kemiringan dasar laut
g ÷ percepatan gravitasi
T ÷ periode gelombang
1ika diketahui:
21
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 90-91.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 18
David Tindas 03 0211 5 147
Gambar 2.5. Menghitung kemiringan dasar laut (m) secara grafis
O ÷ 20 m
sehingga m ÷
550
20
P
O
= ÷ 0,0364 - 0,04
Ditanya:
Hitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah!
Penyelesaian:
Tinggi gelombang laut dalam ekivalen dihitung dengan persamaan
berikut (koeIisien diIraksi dianggap satu):
2 K7Ho H 25 , 5 5 05 , 1 '
0
= - = =
00535 , 0
10 81 , 9
25 , 5 '
2 2
0
=
-
=
%
H
2 Hb 95 , 5 5 19 , 1 19 , 1 1875 , 1
o H'
Hb
= - = ÷ < =
22
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 92.
o
p
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 19
David Tindas 03 0211 5 147
Menghitung kedalaman gelombang pecah.
006 , 0
210 81 , 9
95 , 5
2 2
=
-
=
%
Hb
2 Hb 95 , 5 =
2 db 426 , 6 =
23
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 93.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 20
David Tindas 03 0211 5 147
25
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 93.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 22
David Tindas 03 0211 5 147
2.3. Energi gelombang
26
Energi total gelombang adalah jumlah dari energi kinetik dan energi
potensial gelombang.energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh
kecepatan partikel air karena adanya gerak gelombang. Energi potensial
adalah energi yang dihasilkan oleh perpindahan muka air karena adanya
gelombang. Tenaga gelombang adalah energi gelombang tiap satu satuan
waktu yang menjalar dalam arah penjalaran gelombang.
1ika diketahui:
2 2 2
2
det 156 10 56 , 1 56 , 1
16
= - = = ÷ = %
H
Ek
p
16
) (det 156 ) ( 5 ) det / ( 81 , 9 ) / ( 1000
2 2 2 3
- - -
=
2 2 2 k
Ek
k Ek 5 , 187 . 391 . 2 =
16
2
H
Ep
p
=
16
) (det 156 ) ( 5 ) det / ( 81 , 9 ) / ( 1000
2 2 2 3
- - -
=
2 2 2 k
Ep
k Ep 5 , 187 . 391 . 2 =
Tenaga gelombang:
%
nE
P =
dengan:
0403 , 0
156
2 2
)
2 sinh
2
1 (
2
1
= = = ÷ =
x x
k
kd
kd
n
)
007 , 0
403 , 0
1 (
2
1
)
5 0403 , 0 2 sinh
5 0403 , 0 2
1 (
2
1
=
- -
- -
= n
286 , 29 = n
26
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 67.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 23
David Tindas 03 0211 5 147
(det) 10
) ( 375 . 782 . 4 286 , 29 k
%
nE
P
-
= =
Dimana :
E ÷ Energi rata-rata (
2
det
Kg
)
p ÷ kerapatan massa air laut ÷ 1000 (
3
m
Kg
)
g ÷ percepatan gravitasi (
2
det
m
)
Ho ÷ Tinggi Gelombang (m)
L ÷ Panjang gelombang.
d ÷ kedalaman air
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 24
David Tindas 03 0211 5 147
3. Breakwater
Menurut Bambang Triatmodjo: B7eak ate7 adalah bangunan yang
digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan
gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan pelabuhan dari laut
bebas, sehingga pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di
laut. Dengan adanya pemecah gelombang daerah pelabuhan menjadi tenang
dan kapal bias melakukan bongkar muat barang dengan mudah.
27
H
dl
÷ tinggi gelombang pada perairan
pelabuhan.
H
lr
÷ tinggi gelombang laut.
b ÷ lebar muara.
B ÷ lebar perairan pelabuhan.
L ÷ panjang perairan pelabuhan.
Gambar di atas memberikan gambaran dasar dalam menentukan bentuk-
bentuk pemecah gelombang.
4
0269 . 0
B
b
B
b
H
H
l7
dl
Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton
massa, turap dan sebagainya.
29
27
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 125.
28
Soedjono Kramadibrata. 1985. Pe7en.anaan Pelabuhan. Bandung: Ganeca Exact. Hal
181.
29
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 126..
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 25
David Tindas 03 0211 5 147
Pemecah gelombang sendiri mempunyai beberapa bentuk dasar dan
syarat-syarat teknis sebagai berikut:
30
30
Soedjono Kramadibrata. 1985. Pe7en.anaan Pelabuhan. Bandung: Ganeca Exact. Hal
182.
31
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 127 - 128.
32
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 127.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 26
David Tindas 03 0211 5 147
b. Pemecah gelombang sisi tegak
Yang termasuk dalam tipe ini adalah dinding blok beton massa yang
disusun secara vertical, kaison beton, sel turap baja yang didalamnya
diisi batu, dinding turap baja atau beton dan sebagainya.
33
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 128.
34
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 128.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 27
David Tindas 03 0211 5 147
ekonomis akan mengarahkan pada pemilihan pemecah gelombang tipe
tumpukan batu.
35
35
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 128.
36
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 132.
37
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 131.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 28
David Tindas 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 30
David Tindas 03 0211 5 147
Desain Pemecah Ombak Breakwater`
Dalam tugas perencanaan pelabuhan ini untuk b7eak wate7, dipilih model
pemecah gelombang sisi miring ~Rubble mounds¨.
D
7
. 1
3
3
.
=
Dimana :
W ÷ Berat Unit Armour
¸r ÷ SpeciIic Weight dari Unit Armour
H ÷ Tinggi Gelombang (It)
K
D
÷ Damage CooIicient
Sr ÷ SpeciIic GraIity dari Unit Armour
A ÷ Sudut kemiringan Break Water
¸w ÷ SpeciIik Weight Air laut (Lbs/cuIt)
Lapisan II :
W2 ÷
10
1
÷
10
009 , 42
÷ 4,201 lbs
W2 ÷ 1,9055 Kg
Lapisan III :
W3 ÷
600
1
÷
600
009 , 42
÷ 0,07 lbs
W3 ÷ 0,032 Kg
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 32
David Tindas 03 0211 5 147
Bilangan Irribaren:
5 , 0
0
) / ( H
t
7
7
=
795 , 2
) 0320 , 0 (
2 / 1
5 , 0
= = 7
Dari GraIik Runup gelombang Ba2ban %7iat2odfo. 1996. Pelabuhan.
Yoaka7ta. Beta O11set. Hal 141).
Diperoleh
RU
/
H
÷ 0,76
R ÷ 0,76 .H ÷ 0,76 . 5 ÷ 3,8 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 33
David Tindas 03 0211 5 147
Gambar 3.6. Grafik Runup Gelombang.
42
42
Bambang Triatmodjo. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta OIIset. Hal 141.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 34
David Tindas 03 0211 5 147
Menghitung Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Break Water.
Cotg 0 ÷ 1,5
) (
1
7 t
÷ 1,5
tg 0 ÷ 0,6667 maka 0 ÷ 33,69´
B ÷
o
t
B7eakate7 %
) 69 , 33 .(
. ). 2 (
¹ Lebar Crest Lapis I
÷
o
t ) 69 , 33 (
) 34 ).( 2 (
¹ 0,636 m
÷ 102,64 m
÷
) 69 , 33 sin(
5 3 , 11
÷ 29,385 m
o ÷ (
69 , 33 sin
34
) n ÷ (
69 , 33 sin
34
) 29,385
÷ 31,909 m
Lapisan I Tetrapod
Luas ÷ A
1
¹ A
2
¹ A
3
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 36
David Tindas 03 0211 5 147
Lapisan III Batu Alam
Luas ÷ C
÷ |((102,64-(2 x 1,1965)) ¹ 0,079| x
2
389 , 33
÷ 1674,892 m·
Berat ÷ 1674,892 m· x (165 . 0,016) ton/m¹
÷ 4421,715 t/m
÷ 4615,058 t/m
Untuk jalur selebar 1 m , Total Berat Break Water :
L W ÷ 4615058 Kg
c. kibat nin
Fw ÷ W . A . K dimana: W ÷ tekanan angin ÷ c.v
2
adi,
Total Gaya 'ertikal :
L ' ÷ Akibat Berat Sendiri Break Water
÷ 4615,058 t/m
tan .
_ 1,5
734 , 2330
69 , 33 tan 058 , 4615 -
_ 1,5
1,5333 _ 1,5 . . . . . OK !!
b.%e7hadap ulin
Syarat :
ulin
ulin lawan
M
M
~ 2
Gaya Gempa ¹ Angin dianggap bekerja pada tengah break water.
»
39616,358
236844,777
÷ 5,978 ~ 2 . . . . . OK!!
.. %e7hadap Eksent7isitas
Syarat ,e, · ë
ë ÷
1
/
6
. B ÷ 1/6 . (102,64) ÷ 17,107 m
M guling ÷ LH . (34/2)
÷ 2330,374 x 17
÷ 39616,358 ton m
42,31 m
13,931 m
LH
L'
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 38
David Tindas 03 0211 5 147
,e, ÷
B
/
2
- x
2
J
M M
J
M
x
ulin ulin lawan
netto
736 , 42
058 , 4615
358 , 39616 777 , 236844
=
=
,e, ÷ (
2
64 , 102
) - 42,736 ÷ 8,584 m
,e, ÷ 8,584 m · ë ÷ 17,107 m ... OK!!
J
I
^ o
tanah
F ÷ B x 1 m ÷ 102,64 m
2
o
12
÷
828 , 1755
658 , 39615
64 , 102
4615,058
I ^ o
pasir
o
12
÷ 44,963 ¹ 22,562 ^ o
pasir
o
1
÷ 67,525 ton/m
2
÷ 6,75 kg/cm
2
^ o
pasir
. . . . .. OK !!
o
2
÷ 22,401 ton/m
2
÷ 2,24 kg/cm
2
^ o
pasir
. . . . .. OK !!
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 39
David Tindas 03 0211 5 147
3.1. Refraksi
ReIraksi terjadi karena adanya pengaruh penambahan kedalaman laut.
Didaerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang
gelombang, yaitu di laut dalam. Gelombang menjalar tanpa dipengaruhi
dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi
gelombang. Di daerah ini apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang
yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan
yang lebih kecil dari pada bagian air yang lebih dalam. Akibatnya garis
puncak gelombang akan membelok dan berusaha sejajar dengan garis
kedalaman laut. Garis orthogonal gelombang yaitu gais yang tegak lurus
dengan garis puncak gelombang dan menunjukan arah penjalaran
gelombang, juga akan membelok dan berusaha untuk menuju tegak
lurus dengan garis kontur dasar laut.
3.2. Difraksi
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan, seperti
pemecah gelombang atau pulau maka gelombang tersebut akan
membelok disekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung
dibelakangnya. Dalam diIraksi gelombang ini terjadi transIer energi
dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerh terlindung.
Apabila tidak terjadi diIraksi daerah belakang rintangan akan tenang.
Tetapi karena proses diIraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh
gelombang datang, transIer energi ke daerah belakang rintangan
menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut. Meskipun
tidak sebesar diluar daerah terlindung.
o
d
÷
6 , 15
3
÷ 0,192
Untuk nilai
o
d
diatas dari tabel A-1 Ba2ban %7iat2odfo. 1996. Pelabuhan.
Yoaka7ta. Beta O11set. Hal 272).
didapat :
o
d
÷ 0,192 L ÷
21839 , 0
3
÷ 13,737 m
C
1
÷
%
÷
10
737 , 13
÷ 1,734
s
2
sin a
1
÷ (
o
1
) sin a
o
÷
6 , 15
734 , 1
x sin 45´
a
1
÷ 3,57´
adi, kooIisien reIraksi :
Kr ÷
) (
) (
1
a os
a os
o
÷
0
0
57 , 3
45
os
os
÷ 0,842
Di17aksi elo2ban
arak Break Water ke titik yang ditinjau, misalnya ÷ 150 m
Lo ÷ 1,56 T·
÷ 1,56 (10)· ÷ 156
o
d
÷
156
150
÷ 0,962 m
d
÷ 0,96001 L ÷
96001 , 0
20
÷ 20,833 m
arak ke titik A ke ujung rintangan : r ÷ 150 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 41
David Tindas 03 0211 5 147
7
÷
833 , 20
150
÷ 7,20 - 5
Dengan menggunakan tabel 3.5 Ba2ban %7iat2odfo. 1996. Pelabuhan.
Yoaka7ta. Beta O11set. Hal 78).
untuk nilai
7
÷ 5
0 ÷ 45´ dan µ ÷ 15´ , sehingga kooIisien reIraksi k` ÷ 0,20
#e1leksi elo2ban
x ÷
i
7
H
H
dimana : Hr ÷ Tinggi Gelombang reIleksi
Hi ÷ Tinggi Gelombang datang ÷ 0,38 m
x ÷ kooIisien reIleksi ÷ 0,5
Hr ÷ x. Hi
÷ 0,5 . 5 m
÷ 2,5 m
Tipe Bangunan x
Dinding vertical dengan puncak diatas air
Dinding vertical dengan puncak terendam
0,7 1,0
0,5 0,7
Tumpukan batu sisi miring 0,3 0,6
Tumpukan blok beton
Bangunan vertical dengan peredam energi
0,3 0,6
0,05 0,2
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 42
David Tindas 03 0211 5 147
4. Dimensi tambatan (Berthing) dan konstruksi lainnya
Dari data diketahui bahwa kapal yang akan menggunakan Iasilitas pelabuhan
adalah :
a. Cargo : 'olume ÷ 150.000 DWT
b. Container : 'olume ÷ 150.000 DWT
c. Tanker : 'olume ÷ 100.000 DWT
d. Ore Carrier : 'olume ÷ 100.000 DWT
2. ontaine7 150.000 D%
Panjang ÷ 313 m
Lebar ÷ 44,5 m
Sarat ÷ 18,0 m
Kedalaman perairan : h ÷ tinggi kapal (sarat) ¹ clearance ¹ pasang
surut ¹ 1/3 ombak
÷ 18,0 ¹ 1,0 ¹ 2,5 ¹ 1/3.(5)
÷ 23,17 m
Tinggi TaraI Kapal :H ÷ h ¹ 1,5 m
÷ 23,17 ¹ 1,5 m
÷ 24,67 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 43
David Tindas 03 0211 5 147
. %anke7 100.000 D%
Panjang ÷ 275 m
Lebar ÷ 42 m
Sarat ÷ 16,1 m
Kedalaman perairan : h ÷ tinggi kapal (sarat) ¹ clearance ¹ pasang
surut ¹ 1/3 ombak
÷ 16,1 ¹ 1,0 ¹ 2,5 ¹ 1/3.(5)
÷ 21,27 m
Tinggi TaraI Kapal :H ÷ h ¹ 1,5 m
÷ 21,27 ¹ 1,5 m
÷ 22,77 m
Keterangan :
Untuk kedalaman perairan bagi Cargo Ship, Container Ship, Tanker Ship,
dan Ore Carrier Ship diambil yang terbesar yaitu 23,17 m dengan tinggi
taraI kapal sebesar 24,67 m.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 44
David Tindas 03 0211 5 147
1. Tambatan CARGO.
Tonage kapal yang diramalkan adalah :
General cargo : 80.000 ton /tahun
Domestic : 60.000 ton /tahun
140.000 ton /tahun
a. jumlah kapal yang berkunjung pertahun ÷
000 . 7
000 . 140
÷20 buah
b. jumlah kapal perhari ÷
365
20
÷ 0,055 - 1 kapal /hari
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d ÷ n . L ¹ ( n 1 ) . 15 ¹ 2 . 25
d ÷ 1 x 126 ¹ ( 1 - 1 ) . 15 ¹ 50 ÷ 176 m
DRAFT
MLW
MHW
SARAT KAPAL
0,5 1,5
0,8 1,0 (CLARENCE)
d ÷ n x L ¹ (n-1) x 15 ¹ 2 x 25
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 45
David Tindas 03 0211 5 147
2. Tambatan CONTAINER.
Tonnage yang diramalkan :
Oceangoing : 60.000 TEUs
a. jumlah kapal yang berkunjung pertahun ÷
000 . 20
000 . 60
÷3 buah
b. jumlah kapal perhari ÷
365
3
÷ 0,0082 - 1 kapal /hari
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d ÷ n . L ¹ ( n 1 ) . 15 ¹ 2 . 25
d ÷ 1 x 201 ¹ ( 1 - 1 ) . 15 ¹ 50 ÷ 251 m
3. Tambatan TANKER
Tonnage yang diramalkan :
Liquid Cargo : 100.000 ton /tahun
a. jumlah kapal yang berkunjung pertahun ÷
000 . 4
000 . 100
÷25 buah
b. jumlah kapal perhari ÷
365
25
÷ 0,068 - 1 kapal /hari
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d ÷ n . L ¹ ( n 1 ) . 15 ¹ 2 . 25
d ÷ 1 x 92,0 ¹ ( 1 - 1 ) . 15 ¹ 50 ÷ 142 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 46
David Tindas 03 0211 5 147
Kesimpulan :
Untuk dermaga bagi cargo ship, container ship, dan Ore Carrier boat akan
digabung menjadi satu dermaga yang memanjang searah garis pantai
sehingga panjang total dermaga yang akan dibangun adalah :
÷ 176 m ¹ 251 m ¹ 176 m ÷ 603 m
Sedangkan dermaga untuk Tanker dibuat terpisah dari dermaga utama
÷ 142 m
Pengerukan
Pengerukan diperlukan bila kedalaman perairan dilokasi perairan lebih kecil atau
kurang dari kedalaman perairan rencana sesuai dengan ukuran kapal yang
akan
berlabuh. Dari data/peta, lokasi pelabuhan yang direncanakan memiliki
kedalaman 0-7 m, sedangkan kedalaman perairan yang dibutuhkan/ direncanakan
untuk jenis kapal terbesar ÷ 14,227 m.
adi perlu diadakan pengerukan.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 48
David Tindas 03 0211 5 147
6. Warehouse / Transit Shed / Open Storage.
Penyebutan L W H A B
Kapasitas
(ton)
40 It
30 It
20 It
10 It
40`0``
29`11/¨
19`10½¨
9`9/¨
8`0¨
8`0¨
8`0¨
8`0¨
39`4
8
1
¨
8`0¨
8`0¨
9`4
8
11
¨
8`0¨
29`3/¨
19`2½¨
8`0¨
7`5¨
7`5¨
7`5¨
7`5¨
35
25
20
10
URAIAN
Palet Peti Kemas
Kekuatan (Ukuran)
Palet
Kelas 5
Kelas 4
Kelas 3
Kelas 2
Kelas 1
1-(0,9x0,75)
1,5-(1,12x0,91)
2-(1,37x1,12)
2,5-(2,24x1,37)
3-(2,75x2,24)
-
-
-
-
-
Peti
Kemas
PK uk.5 Ieet
PK uk.7 Ieet
PK uk.10 Ieet
PK uk.20 Ieet
PK uk.30 Ieet
PK uk.40 Ieet
-
-
-
-
-
-
5-(2,24x1,46x2,44)
7-(2,44x1,97x2,44)
10-(2,44x2,99x2,44)
20-(2,24x6,06x2,44)
25-(2,24x9,13x2,44)
30-(2,44x12,19x2,44)
Gambar Peti Kemas
L
W
A
B
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 50
David Tindas 03 0211 5 147
Rencana alan
Pada perencanaan penempatan jalan, intersection dari setiap jalur jalan dibuat
minimal, baik untuk jenis kendaraan yang sama maupun yang berbeda,
misalnya
untuk tipe II dan Forklit.
alan untuk masuk kepelabuhan dibuat 2 jalur agar arus lalu lintas tetap lancer
dalam pelayanan penumpang maupun pengangkutan barang-barang yang keluar
masuk pelabuhan. Apabila dalam pelabuhan terdapat rencana jalan kereta
api,
diusahakan tidak mangganggu jalur lalu-lintas yang lain.
Perlangkapan Dermaga
Untuk seluruh pelabuhan, baik pelabuhan umum, pelabuhan cargo, container
maupun pelabuhan lainnya, diperlukan perlengkapan, baik untuk usaha
pengawasan
maupun pemeliharaaan. Guna keperluan itu, maka perlu adanya :
A. Kantor- kantor yang meliputi :
a. Kantor Syahbandar
b. Kantor Bea Cukai
c. Kantor Kesehatan
d. Kantor Imigrasi
e. Kantor Buruh Pelabuhan
I. Kantor Pelabuhan
B. Fasilitas-Iasilitas pendukung, yang meliputi :
a. Suplai Air Bersih
b. Suplai Listrik
c. aringan Telekomunikasi
d. Suplai Bahan Bakar Minyak
e. Fasilitas Pemadam Kebakaran
I. Drainase dan Pembuangan Sampah
C. Prasarana pendukung lainnya :
a. aringan alan Raya dan alan Kereta Api
b. Kapal-kapal Kerja
c. Fasilitas Perbaikan Kapal
d. Dll
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 51
David Tindas 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 52
David Tindas 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 53
David Tindas 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n , 54
David Tindas 03 0211 5 147
REKAPITULASI TUGAS A