Professional Documents
Culture Documents
Mengikuti tatap muka minimum 75% dari jumlah seluruh tatap muka.
Menyerahkan minimum 75% dari seluruh tugas
Mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester
(UAS).
Keterangan :
NA : Nilai Akhir
2
E. KEGIATAN BELAJAR
E.1.1. Pendahuluan
Ada tiga alat ukur yang digunakan untuk memahami ukuran dari
pemerintahan, yaitu : jumlah dari unit-unit pemerintah, anggaran belanja,
dan jumlah orang yang dipekerjakan dalam organisasi pemerintah (PNS).
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut :
Anggaran Belanja
Pekerja Pemerintah
3
E.1.2. Mengapa Pemerintahan Berkembang
6
studi1 yang pernah dilakukan menemukan bahwa biaya sesungguhnya
jasa pelayanan publik tertentu adalah 30% lebih mahal dari rata-rata
dibandingkan yang dilaporkan dalam anggaran pemerintah
kota/kabupaten.
warganegara mungkin tidak ada yang lebih baik atau lebih miskin b.
Imperealisme Budgeter : banyak pekerjaan pemerintah dan
anggaran yang dimiliki pemerintah berarti lebih banyak peluang untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar, status yang lebih tinggi, lebih
banyak penghasilan tambahan, dan uang suap yang lebih besar.
1
Friedman, Capitalism and Freedom.
7
Memperbesar Kampanye Staf : pemerintah yang lebih besar
membawa keuntungan politis lainnya. Pejabat Negara dapat
menggunakan stafnya untuk melakukan kampanye, sudah menjadi
tradisi.
E.2.1. Pendahuluan
Seorang ahli bernama Koteen menambahkan satu hal lagi yaitu less
responsiveness bureaucracy dimana menurutnya birokrasi dalam
organisasi sektor publik sangat lamban dan berbelit-belit. Sedangkan
pada sektor swasta penekanan utamanya pada pencarian keuntungan atau
laba dan tentunya kelangsungan hidup organisasi melalui strategi dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
14
Administrasi publik hanya memainkan peran yang lebih kecil dari proses
pembuatan kebijakan pemerintah dan lebih banyak sebagai pelaksana
kebijakan,
Ide konsep Old Public administration ini bisa berlangsung pada semua
sektor kehidupan pemerintahan, mulai dari sektor pertahanan,
kesejahteraan rakyat, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan lain-
lain.namun dalam prakteknya tidak semua prinsip-prinsip tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik, melainkan cenderung terjadi penyimpangan
atau distorsi.
Model pertama, disebut dengan The efficiency drive, yaitu model yang
menekankan pentingnya efisiensi. Model ini merupakan model awal yang
muncul pada awal dekade 1980-an yang mendorong agar sektor publik
berperilaku seperti layaknya usaha swasta, yang sarat dengan orientasi
efisiensi. Tema inti dari model ini meliputi: peningkatan pengawasan atas
manajemen keuangan, penghematan atau efisiensi keuangan, penguatan
fungsi penganggaran, serta penciptaan sistem informasi dan anggaran. Di
samping itu, model ini juga memberi perhatian pada pentingnya
peningkatan respons penyediaan pelayanan kepada konsumen dengan
memberikan peran yang semakin besar kepada sektor privat atau pasar
sebagai penyedia atau produsen pelayanan. Model ini juga menekankan
perlunya proses manajemen yang berorientasi pada pemerintahan
korporatis, penegakan standar kinerja yang ketat, proses penyelenggaraan
pelayanan yang tidak terlalu birokratis dan lebih ke arah manajemen yang
berjiwa wiraswasta dengan tetap berpegang pada prinsip akuntabilitas,
adopsi bentuk coorporate governance, serta pemberian wewenang
operasional ke bawah dan penggeseran kekuasaan penanganan kegiatan
yang strategis ke atas.
Model kedua, disebut dengan Downsizing dan Decentralization dimana
model ini menekankan pada upaya untuk memperkecil
16
lingkup sektor publik (down-sizing), menciptakan fleksibilitas
organisasi, menghindari standarisasi organisasi, mengembangkan
pola pelayanan yang fleksibel dan variatif, memperkuat
desentralisasi tanggung jawab kegiatan dan anggaran ke tingkat
bawah, pergeseran pola manajemen dari system hirarkis menuju
sistem contracting out, serta pemilahan organisasi puncak dengan
organisasi operasional. Dalam konteks ini, jaringan kerja (network)
dengan organisasi lain di luar pemerintah merupakan suatu hal
yang penting sehingga pemerintah dipandang perlu melakukan
aliansi strategis dengan badan-badan lain di luar pemerintah
sebagai bentuk baru koordinasi yang lebih luas, terbuka, dan
inklusif.
Tema pokok dari NPM antara lain bagaimana menggunakan konsep pasar
dan mekanisme pasar dalam penyediaan pelayanan oleh organisasi sektor
publik. Dalam mekanisme pasar, konsep customer merupakan ‘raja’
sehingga apapun keinginan customer harus dapat diwujudkan.
Diharapkan dengan mengadopsi konsep customer ini, dapat merubah
kinerja organisasi publik dalam penyediaan pelayanan publik menjadi
lebih baik. Kalau biasanya organisasi publik bekerja berdasarkan aturan
(rule based) dan proses yang menggantungkan otoritas pejabat
(authority-process driven) menjadi berorientasi pada pasar dan customer
(market and customer-driven) dan dipacu untuk berkompetisi secara
sehat (Thoha, 2008).
21
Pemberian wewenang kepada warga negara melalui Demokrasi
Partisipatif.
Memanage kompetisi.
Suatu Strategi yang bermuara pada kerja organisasi pemerintah yang selalu
diarahkan untuk mencapai misi yang hendak dicapai;
Misi harus jelas dan diketahui, mudah untuk mencapainya, dasar budaya
organisasi dan harus mendapat dukungan;
peraturan:
Pemerintahan Wirausaha
pelayanan.
Pemerintah Antisipatif.
23
Pencegahan : lebih memecahkan masalah ketimbang memberikan jasa, :
Mengubah insentif.
25
politiknya, memenuhi kewajibannya, dan mendiskusikan perbedaan di
antara mereka” (Dwiyanto, dkk, 2003:4).
private society
State
E.3.1. Pendahuluan
Apabila dirunut kebelakang kata “govern” berasal dari kosa kata Yunani
“kybern”, yang artinya “mengendalikan atau to steer”, oleh sebab itu
tugas dari pemerintahan adalah untuk mengendalikan bukan untuk
mengayuh (to row). Mendistribusikan pelayanan – apakah itu
memperbaiki jalanan atau mengoperasikan penerbangan – adalah
mengayuh, dan pemerintah tidak pandai dalam mengayuh. Privatisasi
merupakan kebijakan pragmatis dalam memperbaiki pemerintahan kapda
peranan pokoknya, mengendalikan, saat mempercayakan sektor swasta
dalam melakukan peranan itu.
Alasan yang menjelaskan pandangan ini didasari atas filosofi politik dan
ekonomi. Sejarah mengatakan kepada mereka bahwa negara dapat
merupakan suatu ancaman kepada hak-hak asasi individu yang mereka
pertahankan. Insitutsi pemerindah dapat menjelma bersifat tirani bahkan
dalam masyarakat yang demokratis; mereka yang mengerahkan
pendukung mayoritas bisa menggunakan paksaan pemerintah untuk
menghalangi mereka yang minoritas.
Pandangan filosofi politik dan ekonomi tersebut, membantu penjelasan
ini dalam mengganti garis batas penyediaan barang dan jasa pelayanan
publik baik oleh sektor publik atau sektor privat, sehingga menggurangi
peranan pemerintah dan memperluas peranan sektor swasta. Anjuran
filosofis atas privatisasi menginginkan minimalisasi peranan pemerintah,
dalam kepemilikan kekuasaan, anjuran pragmatis menginginkan
pemerintahan yang lebih kecil, yang didasari keinginan untuk lebih
efisien.
Pengaruh
Efek
Alasan
Pragmatis
Pemerintahan
Privatisasi yang bijaksana mendorong efisiensi
Ekonomi
Sedikit
ketergantungan
masyarakat
dalam
memenuhi
kebutuhan
kepada
pemerintah
privatisasi.
Filosofi/Idiologi
Mengurangi
Pemerintahan terlalu besar, terlalu kuat, terlalu
peran pemerintah
mengganggu/turut campur dalam
kehidupan
Privatisasi
dapat
mengurangi
tugas
pemerintah.
Komersial
Lebih
banyak
Pembelanjaan negara adalah bagian terbesar
kesempatan
dari kegiatan perekonomian, lebih dari itu
dalam berusaha
harus diarahkan secara langsung kepada sektor
swasta. Perusahaan dan asset yang dimiliki
Populis
Masyarakat
Masyarakat harus mendapatkan pilihan yang
baik
menetapkan
pengertian masyarakat
dengan
36
E.4. Materi Perkuliahan 4 : Teori Privatisasi
E.4.1. Pendahuluan
Dalam denasionaliasi ada dua tujuan penting yang ingin dicapai, yaitu :
efiseinsi yang lebih besar dan kepemilikan privat yang menyebar luas
(Bös, 1986). Hasil yang ingin dicapai adalah kompetisi yang dibawa oleh
denasionalisasi itu sendiri. Pasar yang kompetitif menciptakan efisiensi
dalam alokasi dan produksi. Efisiensi alokatif berarti sumber daya
ekonomi dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan orang banyak. Dalam kata lain, kompetisi menyebabkan
penghargaan sumber daya ekonomi yang sangat tinggi. Sedangkan
efisiensi dalam produksi, menggambarkan situasi dimana total
capaian/output dari perusahaan dapat dicapai dengan biaya penggunaan
sumber daya yang rendah. Kompetisi memaksa perusahaan untuk
memproduksi output dengan biaya yang seminimal mungkin.
Denasionalisasi tidak mudah untuk diimplementasikan, banyak masalah
yang mungkin menjadi penghambat dalam pengimplementasiannya.
Masalah-masalah utama dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
Waktu dan perencanaan dari proses denasionalisasi : denasionalisasi
dapat adalah isu periodik. Ini sangat penting untuk membuat suatu jadwal
untuk meraih outcome yang baik.oleh
42
karena itu, langkah-langkah berikut dapat menjadi pertimbangan
dalam pengimplementasiannya, yaitu :
Kerangka legalitas,
45
Membantu mengurangi ketergantungan atas monopoli yang
dilakukan pemerintah yang menyebabkan inefisinsi dan
inefektivitas dalam pelayanan public,
Produk barang dan jasa yang merupakan subjek dari sistem vouver
ini harus relatif murah dan dapat dibeli kapanpun juga
(kuantitasnya banyak).
Secara umum, ada lima hal penting yang patut menjadi perhatian dalam
program privatisasi yaitu: alasan ekonomi dan keuangan, informasi,
strategi, pengawasan dan kultural (Cunha and Cooper, 1998: 202).
56
E.5. Materi Perkuliahan 5 : Privatisasi Praktis
E.5.1. Pendahuluan
Para pendiri bangsa telah menyadari sejak awal bahwa Indonesia sebagai
kolektivitas politik tidak memiliki modal yang cukup untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi, sehingga ditampung dalam pasal
33 UUD 1945, khususnya ayat 2 yang menyatakan: “Cabang-cabang
produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara”, Secara eksplisit ayat ini menyatakan
bahwa Negara akan mengambil peran dalam kegiatan ekonomi. Selama
pasal 33 UUD 1945 masih tercantum dalam konsitusi maka selama itu
pula keterlibatan pemerintah (termasuk BUMN) dalam perekonomian
Indonesia masih tetap diperlukan.
Visi UUD mengamanatkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting
dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara.
Pengelolaannya diarahkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Visi
ini harus diterjemahkan dalam ukuran yang lebih rinci dan kemudian
dilakukan identifikasi jenis usaha yang masih perlu dikelola oleh negara,
sehingga dapat menghasilkan jenis BUMN yang masuk kategori public
service obligation atau PSO.
Kondisi ini diperparah dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
mulai saat itu Indonesia menganut sistem Demokrasi Terpimpin. Pada
masa itu Pemerintah menasionalisasi kurang lebih 600 perusahaan,
dimana setengahnya adalah perusahaan perkebunan, lebih dari seratus
perusahaan dalam bidang pertambangan, dan sisanya sektor perdagangan,
perbankan, asuransi, komunikasi dan konstruksi. Setelah dilakukan
restrukturisasi pada akhir masa Demokrasi Terpimpin, jumlah perusahaan
yang dikuasai oleh negara menjadi 233 perusahaan (Mardjana, Public
Enterprises under the New Order,1999).
“Both the Soekarno and Soeharto’s governments have declared that the
roles of the state owned enterprises and cooperative sectors are
important, but the Soeharto’s government has moved to decrease the role
of the state owned enterprises and has greatly increased the role of
private sector (including foreign enterprises) in the economy”.
63
E.5.3. Mengapa dan Bagaimana Strategi Privatisasi
Di lain pihak ada yang tidak setuju dengan privatisasi, berargumen bahwa
apabila privatisasi tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN tetap di
tangan pemerintah. Dengan demikian segala keuntungan maupun
kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Mereka
berargumentasi bahwa devisit anggaran APBN tahun-tahun sebelumnya
harus ditutup dengan sumber lain, bukan dari hasil “penjualan” BUMN.
Mereka memprediksi bahwa defisit APBN juga akan terjadi pada tahun-
tahun mendatang. Apabila BUMN dijual setiap tahun untuk menutup
defisit APBN, suatu ketika BUMN akan habis terjual dan defisit APBN
pada tahun-tahun mendatang tetap akan terjadi.
64
Dewasa ini sektor BUMN tengah mendapat sorotan dari masyarakat
karena kinerjanya yang belum optimal. Menurut Setyanto P Santoso,
rendahnya kinerja BUMN terlihat pada rendahnya deviden yang diterima
negara dari BUMN. Dari jumlah 158 BUMN yang ada saat ini, hanya 76
perusahaan saja yang dapat menyetorkan deviden kepada negara
(Mahsun, 2006). Dampak lain dari menurunnya kinerja BUMN adalah
menurunnya market share masing-masing produk BUMN akibat dari
daya saing yang rendah dan makin meningkatnya persaingan dimasing-
masing bidang usaha. Selain itu motif lainnya adalah perkembangan
ekonomi dunia yang berlangsung sangat cepat dan dinamis terutama
berkaitan dengan globalisasi seperti kesepakatan World Trade
Organisation (WTO), Asean Free Trade Assosiation (AFTA) dan lain
sebagainya. BUMN perlu mengoptimalkan perannya dalam
perkembangan perekonomian global agar siap berkompetisi dan terhindar
dari kebangkrutan. Salah satu yang harus dilakukan BUMN adalah
dengan mereformasi kinerja pegawai untuk meningkatkan efisiensi dan
daya saing.
65
Tabel 5.1
Nama BUMN
2006
2007
PT Merpati NA
283,432
101,637
PT PELNI
159,888
88,048
PT Inhutani V
11,078
5,255
66
Tabel 5.2
Sektor BUMN
Prosentase
Total
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sektor jasa hanya menyumbang
deviden negara sebesar 3,4%. Dengan demikian keberadaan sektor jasa
juga turut mendapat prioritas untuk lebih ditingkatkan kinerjanya.
Selain itu penyebab belum optimalnya kinerja BUMN adalah penggunaan
modal yang tidak efisien. Berdasarkan capaian ROA (Return On Asset) dan
ROE (Return On Equity) riil selama tahun 2001 sampai tahun 2004, data
menunjukkan bahwa kinerja BUMN yang direncanakan sesuai master plan
BUMN belum dapat tercapai secara efektif karena masih di bawah target,
sebagai berikut:
67
Tabel 5.3
Tahu
Targ
Capaia
Selisi
Targ
Capaia
Selisi
et
n
h
et
n
h
2001
3,60
2,32
-1,28
19,90
14,18
-5,72
2002
3,68
2,73
-0,95
19,45
9,21
-
10,24
2003
3,82
2,81
-1,01
19,94
10,32
-9,62
2004
3,90
2,49
-1,41
20,56
6,10
-
14,46
Sumber: www.bumn_news.com/index.php?page=peta/implementasi&=off
dapat menimbulkan suasana kerja baru yang lebih produktif, dengan visi,
70
misi, dan strategi yang baru. Perubahan suasana kerja ini diharapkan
menjadi pemicu adanya perubahan budaya kerja, perubahan proses bisnis
internal yang lebih efisien, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru yang diadopsi BUMN setelah proses privatisasi.
atas 50%.
73
yang beredar di masyarakat, sehingga perekonomian tidak
terdongkrak dengan adanya privatisasi.
74
Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Luar Negeri
dengan Penyertaan di bawah 50%
Strategi atau metode dan prosedur lain yang dapat digunakan dalam
melakukan privatisasi juga dikemukakan oleh Helen (1989), sebagai
berikut :
a. Public Offering
Public offering ini cocok untuk memprivatisasi BUMN yang cukup besar,
memiliki potensi keuntungan yang memadai dalam waktu dekat dapat
direalisasi. BUMN harus bisa memberikan informasi lengkap tentang
keuangan, manajemen, dan informasi lainnya, yang diperlukan
masyarakat sebagai calon investor. Public offering ini akan dapat
terealisasi apabila telah tersedia pasar modal, atau suatu badan formal
yang dibentuk dalam rangka
b. Private Sale
Pada strategi ini, pemerintah menjual semua atau sebagian saham yang
dimiliki atas BUMN tertentu kepada satu atau sekelompok investor
tertentu. Calon investor pada umumnya sudah diidentifikasi terlebih
dulu, sehingga pemerintah dapat memilih investor mana yang paling
cocok untuk dijadikan partner usahanya. Strategi private sale ini
fleksibel, tidak harus melalui pasar modal. Cocok untuk privatisasi
BUMN yang memiliki kinerja rendah, yang belum layak untuk
melakukan public offering. BUMN ini memerlukan investor yang
memiliki usaha di bidang industri yang sama, memiliki posisi
keuangan yang kuat, dan memiliki kinerja dan teknologi yang baik.
Strategi ini juga cocok untuk negara-negara yang belum memiliki
pasar modal, atau belum memiliki badan formal yang mampu
menjaring investor publik. Metode private sale telah dipakai oleh
Bangladesh untuk memprivatisasi lebih dari 30 pabrik tekstil yang
dimiliki oleh pemerintah.
c. New Private Investment
d. Sale of Assets
Pada strategi ini pemerintah tidak menjual saham yang dimiliki atas
saham BUMN tertentu, tetapi menjual aset BUMN secara langsung
kepada pihak swasta. Alternatif lain, pemerintah tidak menjual aset
BUMN secara langsung, tetapi menggunakannya sebagai kontribusi
pemerintah dalam pembentukan perusahaan baru, bekerjasama dengan
pihak swasta. Dalam memilih mitra usaha, tentunya pemerintah akan
memilih pihak-pihak yang telah dikenal sebelumnya.
Kebijakan penjualan aset ini lebih fleksibel dan lebih mudah
e. Fragmentation
g. Kontrak Manajemen
h. Kontrak/Sewa Aset
i. Likuidasi
Tabel 5.4
Investor
Investor
Pasar
Swasta/Privat
Swasta/Privat
Ideal
Modal
Dalam Negeri
Luar Negeri
< 50%
> 50%
< 50%
> 50%
X
X
V
X
V
BUMN
X
X
V
X
V
governance dalam
pengelolaan BUMN
X
X
V
V
V
ke pasar internasional
Terjadi transfer ilmu
X
X
V
X
V
X
X
V
X
V
kerja
V
V
V
V
V
86
E.5.4. Hasil Privatisasi
wakil rakyat namun ada pula yang sangat sulit bahkan terhambat
89
karena tidak dapat meyakinkan para unsur pembuat keputusan untuk
mendukung program privatisasi. Sehingga hanya pemerintahan yang kuat
keinginannya saja yang akan dapat mencapai tujuan dari program
privatisasi. Dan harus disadari pula bahwa unsur yang berkepentingan
(stake-holders) dari privatisasi bukan hanya pemerintah dan badan
legislatif saja tetapi juga manajemen dan karyawan BUMN yang
bersangkutanpun memainkan peran yang sangat menentukan
keberhasilan program ini.
E.5.6.3. Infrastruktur
91
E.6. Materi Perkuliahan 6: Kerjasama Publik-Privat Untuk
Infrastruktur
E.6.1. Pendahuluan
Gambar 6.1
Siklus Nasionalisasi-Privatisasi
Cut service or
Privatize
Private
Industry
raise taxes ?
enterprices
consolidates
start
Inefficiency
Government
grows
regulates
Government
Government
Service
Firm lose
subsidizes
takes over
declines
money
Sumber : Jose Gomez-Ibanez dan John R. Meyer, 1993
Pada capaian titik tertentu diluar dimana subsidi tidak bisa didukung
sepenuhnya, dan oleh karena itu juga pelayanan harus dipotong kembali
atau menggunakan biaya tambahan atau pajak harus ditingkatkan. Pada
akhirnya silklus privatisasi terjadi secara penuh ini bisa disebut sebagai
obat mujarab untuk mengatasi masalah.
96
E.6.3. Spektrum Hubungan Kemitraan Publik-Privat Dalam
Penyediaan Infrastruktur
Gambar 6.2
Government Departement
Fully Public
Public Authority
Service Contract
Cooperative
Lease‐Build‐Operate
Wraparound Addition
Fully Private
Build Own Operate (BOO)
97
A. Government Departement
(2) kekuatan finansial, dengan tarif yang masuk akal yang menutupi
biaya operasional; (3) hubungan yang baik dengan pelanggan; (4) di
beberapa kasus, kontraktor swasta untuk operasionalisasi dan
perawatan, modal swasta, sistem akuntansi biaya yang baik, dan
pendefinisian yang jelas mengenai peranan pemerintah, adanya dewan
direksi dan manajemen.
98
C. Service Contract (Kontrak Jasa)
E. Cooperative (Kerjasama)
100
H. Build Operate Transfer
I. Wraparound Addition
Fasilitas publik yang sudah ada dijual kepada mitra swasta yang
merenovasi atau memperluasnya, dan mengoperasikan dalam
Tabel 6.1
Tipe Fasilitas
Model
Deskripsi
mengoperasikannya
dengan
penggunaan.
Disewakan
Pemerintah
menyewakan
fasilitas
kepada
perusahaan
swasta,
yang
mengoperasikannya
dengan
penggunaan.
Kontrak Operasional
Perusahaan
swasta
merawat
dan
dan Perawatan
mengoperasikan
fasilitas
yang
dimiliki
pemerintah, pemerintah
membayar
biaya
operasional
dari
102
Fasilitas
yang
Lease Build Operate
Perusahaan
swasta
menyewa
atau
membutuhkan
(Sewa
Pakai
membali
fasilitas dari
pemerintah,
investasi
modal
untuk
Bangunan)
mengoperasikannya
atas ijin
yang
ekspansi
atau
Buy Build Operate
diberikan,
dan
memperluas
atau
rehabilitasi
merehabilitasinya,
mengumpulkan
sejumlah
biaya
pemakaian
dan
Wraparound Adition
Perusahaan
swasta
memperluas
fasilitas
yang dimiliki
pemerintah,
hanya memiliki
perluasan
tersebut,
tetapi
mengoperasikan
fasilitas
biaya penggunaan.
Fasilitas
baru
yang
Build
Transfer
Perusahaan swasta membangun dan
akan dibangun
Operate
membiayai
fasilitas
baru,
publik,
kemudian
40 tahun,
mengumpulkan
biaya
pengguna.
Build
Own Operate
Sama seperti BTO, tetapi fasilitas
Transfer yang
juga
tersebut
akan
dialihkan
kepada
bisa
disebut
Build
kepemilikan publik setelah 20-40
Operate Transfer
tahun.
Build Own Operate
Perusahaan
swasta
membiayai,
membangun,
memiliki,
dan
mengoperasikan
fasilitas
dan
mengumpulkan
biaya
pengunaan,
dibawah
franchise
secara
terus
menerus.
B. Kompetisi
C. Regulasi
D. Resiko
E. Pengadaan
Ada tiga jenis penawaran yang biasa digunakan untuk memilih mitra
swasta : advertised procurement (pengadaan yang diiklankan),
competitive negotiation (negosiasi kompetitif), dan tiga tahapan
proses.
F. Pembiayaan
110
Gomez, Jose-Ibanez, and John R. Meyer, 1993, Going Private :
The International Experience with Transport Privatization,
Brookings Institution, Washington, D.C.
Savas, E.S., ed., 1992, Report of the New York State Senate
Advisory Commision on Privatization, Steve Steckler and Livinia
Payson,