You are on page 1of 83

MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS SEKOLAH

Menurut Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika tidak ada sesuatu yang membuatnya
berfungsi. Dalam sebuah pendidikan harus mempunyai unsur-unsur yang meliputi administrasi sekolah.
Unsur-unsur dalam administrasi sekolah tersebut masing-masing mempunyai fungsi, hubungan, dan
ketergantungan dengan komponen-komponen lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi: (a) administrasi
murid, (b) administrasi kurikulum, (c) administrasi personil, (d) administrasi materiil, (e) administrasi
keuangan, (f) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat dan (g) administrasi pelayanan khusus.
Pada lembaga pendidikan keenam unsur merupakan hal yang biasa ada. Melihat kondisi sekolah yang
jumlah muridnya begitu banyak, maka perlu mengusahakan unsur ketujuh dalam administrasi sekolah.
Agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan lancar.

Tidak hanya itu dengan menambah layanan khusus di sekolah peserta didik atau murid akan dapat
melengkapi usaha pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Hingga saat ini layanan khusus di anggap
sangat penting dalam perwujudan pendidikan. Maka hampir setiap sekolah di Indonesia menyediakan
layanan khusus bagi peserta didik.

Memang perlu adanya usaha pemerintah untuk terus mendukung teraplikasinya layanan khusus bagi
peserta didik ini agar peserta didik merasa nyaman, senang dan

A. Pengertian Manajemen Layanan Khusus

Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan atau
memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya
meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan kesehatan,
layanan asrama, dan manajemen layanan kafetaria/kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut harus di
kelola secara baik dan benar sehingga dapat membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.

B. Tujuan Manajemen Layanan Khusus

Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan diselenggarakan di sekolah dengan
maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.

Kepala sekolah perlu mempertimbangkan secara matang apabila akan menyelenggarakan program
layanan khusus. Apakah bidang-bidang layanan khusus tersebut, memberikan bantuan terhadap sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, apabila layanan bantuan
atau layanan khusus diorganisasi secara baik dan dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan perbaikan pertumbuhan murid.

Kepala sekolah harus selalu melihat hubungan antara layanan khusus dengan program pendidikan
secara menyeluruh.
Pada hakekatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan layanan khusus, kepala sekolah
dituntut memiliki kemampuan menerapkan pendekatan psikologis didalam mengadministrasian
personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan petugas bimbingan, serta personel lainnya,
harus merasa bahwa mereka merupakan bagian yang penting dari penyelenggaraan sekolah secara
keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu staf non-edukatif untuk mencapai sikap tersebut, dengan
memberikan kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perhatian kepala sekolah akan
hal ini dapat dilihat dari kemauannya untuk mengundang mereka dalan pertemuan-pertemuan lainnya.
Disamping pendekatan psikologis dalam mengadministrasi personil, ada pendekatan lain yang dapat
dipergunakan oleh kepala sekolah, yakni pendekatan analisis bidang. Dalam pendekatan ini, kepala
sekolah harus mengetahui tanggung jawab dari masing-masing personil yang terlibat, disamping
membantu mengklarifikasikan tanggungjawab tersebut melalui pemahaman atau saling pengertian.
Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu pendekatan “team-work” didalam pengelolaan layanan khusus
atau layanan bantuan melalui penegasan tugan hubungannya dengan personil, baik bidang pengajaran
maupun non pengajaran.

Kepala sekolah yang baik harus memanfaatkan ketrampilan kepemimpinannya akan menunjukan
tindakan yang menghasilkan organisasi dan manajemen yang efisien atas layanan khusus. Ini akan
menghasilkan pengalaman yang sangat bernilai dalam kehidupan kelompok, baik bagi anak didik
maupun bagi personil sekolah. Peran kepala sekolah sangat signifikan dalam usaha pemenuhan dan
pemanfaatan unit layanan khusus di sekolah dan merupakan stimulator dan fasilitator

C. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah

Prinsip-prinsip layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa,
pembimbing dan orgnisasi dan administrasi.

1. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa yang dibimbing:


a. Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada seluruh peserta;
b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan bimbingan kepada siswa. Diperlukan suatu alat
pengukur yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana yang harus didahulukan;
c. Program bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa;
d. Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan individu yang bersangkutan;
e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Pembimbing
bertugas membantu siswa untuk menenggulangi masalah dengan berbagai aternatif keputuasan,
sehingga pengembalian keputusan pada siswa sendiri; dan
f. Individu yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-angsur dapat membingan dirinya sendiri.
2. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembimbing:
a. Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan kewajiban
masing-masing;
b. Petugas-petugas bimbingan di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi keperibadian, pendidikan,
pengalaman dan kemampuan;
c. Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk memperkembangkan diri serta kealhlliannya
melalui berbagai latihan;
d. Petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang
dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu yang bersangkutan kea rah
penyesuaian diri yang lebih baik;
e. Petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang
dibimbing.
f. Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat
dalam melaksanakan tugasnya; dan
g. Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam
bidang minat kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangn kurikulum
sekolah.
3. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan:

a. Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan;


b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu siswa. Hal ini sangat
diperlukan untuk mencatat data pribadi individu secara sistematik yang dapat digunakan untuk
kemajuan individu yang bersangkutan;
c. Program bimbingan harus disusun dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan, sehingga layanan
bimbingan mempunyai sumbangan yang besar terhadap program sekolah;
d. Pembagian waktu untuk setiap bimbingan secara teratur;
e. Bimbingan harus dilaksanakan selam dalam situasi individuan dan dalam situasi kelompok, sesui
dengan masalah dan metode yang dipergunakan dlam memecahkan masalah itu; dan
f. Kepala sekolah memegang tanggung jawab mendasar dalam pelaksanaan bimbingan (Rusliana,
2010).
D. Jenis-Jenis Layanan Khusus Sekolah

Berikut ini adalah jenis-jenis layanan khusus yang di sediakan sekolah :


1. Layanan Bimbingan dan Konseling (BK)
2. Layanan Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Layanan kafetaria sekolah
4. Layanan asrama sekolah
5. Layanan t ransportasi sekolah
6. Layanan perpustakaan sekolah
7. Layanan laboratorium/bengkel sekolah.
Berikut adalah jenis-jenis layanan bimbingan yang ada di beberapa lembaga pendidikan sesuai dengan
umur anak menurut Lembaga Psikologi Episentrum:
1. Layanan untuk Anak: konseling, pemeriksaan psikologi, terapi.
2. Layanan untuk Remaja: konseling, pemeriksaan psikologi, training, outbond.
3. Tingkat TK dan SD: pemeriksaan psikologi, pendidikan seks untuk anak usia dini dan sekolah dasar,
layanan kunjungan psikolog.
4. Layanan untuk Tingkat Sekolah Menengah: pemeriksaan psikologi, konsultasi, konseling, training,
outbond, layanan psikologi sekolah.
Daftar Rujukan

Episentrum (Lembaga Psikologi). 2010. Jenis-jenis Layanan Khusus di Sekolah. (Online),


(http://episentrum.com/search/jenisjenis%20layanan%20khusus%20di%20sekolah, diakses 29 Maret
2010).
Kusmintardjo.1992. Manajemen Layanan Khusus di Sekolah (Jilid I). Departemen Pendidikan dan
kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan malang proyek operasi dan perawatan Fasilitas.
Malang.
Rusliana, Ade. 2010. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah. (Online), (http://www.tendik.org/.,
diakses tanggal 26 April 2010)
LAYANAN ASRAMA SEKOLAH

A. Pengertian Asrama Sekolah

Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya
murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat
ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk
jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah
asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang
terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, miaslnya apartemen. Selain untuk
menampung murid-murid, asrama juga sering ditempati peserta suatu pesta olahraga
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama).
Alfin Toffler (dalam Kusmintardjo, 1993) memberikan batasan asrama sekolah (school-house) sebagai
berikut: “The school house: that is only place where children are thaught during the day fulfills its
primary function only this much” (asrama adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka
diberi pengajaran atau bersekolah). Sedangkan Good (1959) dalam “Dictionary of Education”
memberikan batasan asrama sekolah (boarding-school) sebagai berikut:
“Boarding–school is in educational institution at the primary or secondary level in which pupils are
recidence while enrolled in as instruction program, as apposed to a school to which pipils comute froms
their homes, inchedes school which offer reguler and or special educational curricula”
(asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik tingkat dasar ataupun tingkat menegah yang
menjadi tempat bagi para siswa untuk dapat bertempat tinggal selama mengikuti program pengajaran).
Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa bertempat
tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang
memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses
penghayatan dan pengembangan nilai budaya. Pengembangan pribadi disini disesuaikan dengan bidang
atau profesi yang sedang ditempuh di sekolah yang bersangkutan. Hakekat kehidupan asrama bukan
sekedar pembentukan kebiasaan dan kesan-kesan sensoris, namun juga suatu proses pembentukan
nilai-nilai hidup.
B. Masalah dan Kebutuhan Asrama di Sekolah

Masalah merupakan kesenjangan yang terjadi ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan.
Masalah yang muncul dalam asrama sekolah sebagian besar adalah masalah yang terjadi akibat
pelanggaran-pelaanggaran tata tertib. Pada umumnya warga asrama merasa tertekan dengan peraturan
yang ada. Dalam penyelesaian masalah dalam asrama tidak harus melibatkan Pembina, cukup ditangani
oleh pengurus asrama.

Menurut F. Patty (1983) dalam Junaidi menyebutkan beberapa fasilitas yang harus dimiliki asrama
sekolah sebagai berikut:

1. Memiliki kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama beserta
pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni.
2. Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua kamar (kamar tidur dan kamar
pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut dapat disusun menjadi satu kamar dengan pengaturan
yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing-masing.
3. Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah penghuni
yang menggunakannya.
4. Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai ( kira-kira 1/5 dari jumlah
penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Memiliki kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar para
penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah, maka kegiatan belajar dapat
dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
6. Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya, serta dengan
persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
7. Memiliki halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala istirahat
sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
8. Memiliki lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan untuk latihan
kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
9. Memiliki tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
10. Memiliki ruang untuk menerima tamu.
11. Memiliki perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
12. Memiliki ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan pelayanan
dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
C. Fungsi dan Tujuan Asrama

Penghuni asrama adalah individu-individu siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
baik dari segi segi pendidikan orang tua, status sosial ekonomi, dan adat istiadat. Oleh karena itu perlu
disusun etos kehidupan asrama yang mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas. Sahertian
(dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan tentang hakekat dan fungsi asrama sekolah sebagai berikut:
1. Hakekat kehidupan asrama sekolah

Hakekat kehidupan asrama bukan sekedar pembentukan kebiasaan (habits formation) dan kesan-kesan
sensoris, namun suatu proses pembentukan nilai. Dengan kata lain, hidup di asrama pada hakekatnya
adalah pembentukan nilai-nilai yaitu: (a) nilai keagamaan; (b) nilai kebenaran; (c) nilai kebersamaan
(sosial); (d) nilai keindahan; (e) nilai ekonomis; (f) nilai yuridis, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam kehidupan di asrama diperlukan adanya saling menghargai, saling mengakui,
saling menerima dan memberi, dan saling mengembangkan diri sendiri.
2. Fungsi Kehidupan Asrama Sekolah

Sejalan dengan hakekat kehidupan asrama adalah pembentukan nilai, maka fungsi kehidupan asrama
harus mengandung hal-hal sebagai berikut:

a. Kehidupan asrama sekolah harus dapat menciptakan suasana “home”.

Dalam hal ini, kultur kehidupan di asrama harus berisi suasana”home” dalam pengertian sebagai
berikut:
Lingkungan penuh kasih sayang, jauh dari suasana perselisihan (a world striffe shut cut, a world of love
shutin).
Tempat dimana yang kecil merasa dibesarkan dan yang besar merasa kecil (the place where the small
are great,and the great are small).
Tempat dimana kita tidak banyak menggerutu dan diperlakuakan dengan sebaik-baiknya (the place
where we grumble most and treated the best).
Tempat dimana kita makan tiga kali sehari sekenyang-kenyangnya dan memuaskan diri seribu kali (the
place where stomach gets three squere meals a day and our heart a thousands).
Pusat pertumbuhan dwi tunggal antara peri kasih sayang dan angan-agan pribadi (the centre of our
affection round which our heart best wishes twine).
b. Kehidupan asrama harus dapat mejadi laboraratorium

Sosiologis, dimana hubungan-hubungan manusia merupakan kunci utama. Artinya dalam kehidupan
asrama di sekolah harus diusahakan berbagai pengalaman belajar (learning activity) sebagai persiapan
untuk hidup di masyarakat.

Selaras dengan hakekat dan fungsi kehidupan asrama sekolah, maka secara umum tujuan
diselenggarakannya asrama sekolah adalah untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah. Sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan asrama adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan bimbingan kepada siswa (penghuni asrama sekolah) dan menanamkan rasa disiplin pada
diri siswa;
2. Membiasakan para siswa untuk mencintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya;
3. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan sosial dalam lingkungan sebaya;
4. Membantu siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan pengembangan
nilai-nilai kekecerdasan dan ketrampilan;
5. Membantu memberikan tempat penginapan bagi para siswa yang rumahnya jauh dari sekolah.
Tujuan diselenggarakannya asrama sekolah secara umum adalah untuk menunjang keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan asrama
adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa disiplin pada diri siswa
b. Membiasakan para siswa untuk mecintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya
c. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan social dalam lingkungan
sebayanya
d. Membantu para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan
pengembangan nilai- nilai kecerdasan dan ketrampilan. (http://windywindylagi.wordpress.com/)
D. Perencanaan Program Asrama

Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan lainnya.
Cuningham dalam Junaidi (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan
tujuan menvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan dalam
pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan
kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.

E. Pelaksanaan Program Asrama

Kehidupan dalam asrama biasanya selalu dibuat teratur serta selalu mengikuti peraturan-peraturan
yang dijunjung tinggi untuk dipatuhi dan dijalankan secara tepat dengan penuh kesadaran oleh para
penghuninya. Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan dan penyelenggaraan asrama sekolah perlu
mendapat perhatian yang serius dari pihak yang terkait dengan keberadaan asrama sekolah. Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:

1. Sesuai dengan tujuan menyelenggarakan asrama, maka perlu diingat bahwa asrama bukanlah tempat
pondokan atau indekost, namun merupakan suatu hunian sekolompok individu yang relatif sama, baik
dalam usia, jenis kelamin maupun profesi;
2. Ide-ide pengelolaan asrama sekolah tidak akan terlepas dari lokasi, lingkungan dan situasi sekolah.
Maksudnya, bahwa ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi cara mengelola asrama sekolah;
3. Dalam asrama sekolah hendaknya diciptakan suatu suasana “home”, yaitu suatu situasi di mana para
penghuni asrama merasa berada di rumahnya sendiri sehingga mereka selalu bersikap wajar dan
merasa turut memiliki asrama tersebut.
4. Asrama hendaknya memberikan pengaruh positif dalam pembentukan dan penanaman sikap serta
kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.
5. Asrama perlu menetapkan tata tertib dan disiplin yang disertai usaha pengawasan untuk membantu
pertumbuhan sikap yang baik bagi para penghuninya.
6. Pengawasan di asrama hendaknya dilakukan secara bersahabat dan kekeluargaan sehingga para
penghuni tidak merasa selalui diawasi.
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan asrama sekolah, yaitu: aspek sarana (hard
ware), dan aspek pengelola asrama (soft ware).

1. Pengelolaan Sarana Fisik (hard ware)

Agar pengelolaan asrama sekolah dapat berjalan dengan lancar, diperlukan fasilitas-fasilitas yang
menunjang penyelenggaraan asrama, misalnya: pengadaan sarana yang sangat diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar, bermain, makan, dan sebagainya.

Di samping itu hal yang juga perlu diperhatikan adalah pengaturan sarana serta lokal asrama. Di dalam
upaya mengatur sarana dan lokal-lokal tersebut, hendaknya pertimbangan lebih difokuskan pada
gagasan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat itu masing-masing dapat mencapai
hasil yang maksimal. Jangan sampai terjadi kegiatan-kegiatan yang satu dapat menghambat kemajuan
kegiatan lain yang juga sama pentingnya. Selain itu ada juga beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam kehidupan di asrama sekolah, diantaranya:
a. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat, seperti bakat kesenian dan bakat-
bakat di bidang lain, dari penghuni asrama sekolah.
b. Memberikan kesempatan yang cukup untuk mengerjakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut oleh para penghuni asrama.
c. Memberikan kesempatan kepada para penghuni asrama untuk bergaul dengan masyarakat atau
organisasi/perkumpulan di luar, sehingga mereka tidak canggung-canggung dalam pergaulan, misalnya
melalui pertandingan persahatan dalam bidang olah raga, dan sebagainya.
2. Aspek Pengelola Asrama (soft-ware)

Yang dimaksud pengelola asrama adalah pengurus asrama dan pelaksana asrama sekolah. Pengurus
asrama dapat berjumlah 5 sampai 7 orang, yang terdiri atas guru dan anggota Dharma Wanita sekolah
yang bersangkutan serta diketuai oleh wakil kepala sekolah (urusan kesiswaan). Masa kerja pengurus
asrama dapat 3-5 tahun, dan setelah itu perlu ada pilihan lagi. Untuk itu, sebaiknya kepengurusan
asrama sekolah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART) yang ditetapkan
oleh sekolah. Karena pengurus asrama ini merupakan salah satu bagian dari system sekolah, maka
pengurus asrama dalam melaksanakan kegiatannya bertanggung jawab langsung kepada kepala
sekolah. Sedangkan pelaksana asrama terdiri atas pegawai tetap sekolah yang berkantor dan bertempat
tinggal di asrama. Mereka dibantu oleh beberapa pembantu pelaksana operasional yang bertugas dalam
bidang kebersihan dan keamanan.

Adapun tugas dari pengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:


a. Membuat peraturan-peraturan penyelenggaraan asrama, misalnya:
1. Menentukan beberapa syarat dalam penerimaan (atau pelepasan) para siswa untuk dapat diterima
sebagai penghuni asrama sekolah.
2. Menentukan biaya yang minimum (tidak komersial) dalam arti bahwa penentuan tarif biaya disini
adalah untuk mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung jawab, mandiri dan mengahargai
diri.
3. Menentukan waktu pembayaran sewa, misalnya ditarik setiap satu semester sekali atau setiap bulan.
4. Mengatur atau memberi sanksi kepada penghuni asrama yang melanggar peraturan.
5. Menyusun rencana anggaran belanja untuk pengelolaan pertahun, misalnya:
a. Menentukan besarnya biaya untuk pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan dan perbaikan
kerusakan-kerusakan ringan.
b. Menentukan besarnya biaya untuk menjaga kebersihan gedung da halaman asrama sekolah termasuk
peralatannya;
6. Membuat peraturan yang berkaitan dengan keamanan asrama sekolah, misalnya:
a. Kunci kamar harus disimpan di kantor asrama, apabila penghuni hendak pergi ke sekolah atau
bepergian untuk suatu keperluan, dan sebaiknya di kantor asrama disediakan tempat kunci tersendiri
yang masing-masing kunci diberi kode monor kunci.
b. Masing-masing para penghuni asrama sekolah harus memiliki gembok/kunci almari sendiri dan anak
kunci di bawa sndiri-sendiri oleh penghuni asrama;
c. Membuata jadwal piket jaga asrama sekolah secara bergiliran selama 24 jam, dimana masing-masing
6 jam.
7. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban petugas pelaksana termasuk
pembantu-pembantunya.
F. Program Asrama dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar

Program asrama merupakan salah satu perwujudan program sekolah. Pelaksanaannya disesuaikan
dengan jenjang pendidikan siswa yang tinggal di asrama. Program asrama di bagi kepada dua bagian
sebagai contoh pada Madrasah Tsanawiyah Thowalib:

1. Program yang dikelola oleh pembina diantaranya;


a. Belajar mengajar
1. Bidang studi identitas
2. Bidang studi umum
3. Bidang kesehatan dan kebersihan
4. Bidang etika
b. Tahsin Alquran
c. Belajar Murattal, irama dan tahfizul qur’an
d. Muhadharah dan kultum
e. Keputrian
f. Kesenian
g. Pendidikan Jasmani
h. Mading
i. Shalat malam dan puasa sunnah Senin dan Kamis
j. K 5 (Ketertiban, kebersihan, kesehatan, keamanan dan keindahan)
k. Program yang dikelola oleh tim Bahasa Arab
1. Pemberian mufradat (kosakata bahasa Arab)
2. Muhadharah ‘Ammah
3. Muhadatsah Shabihiyah
2. Kegiatan Harian Siswa Asrama

No Waktu Kegiatan Keterangan


1 04.45-05.00 Bangun Pagi Asrama
2 05.00-05.30 Shalat subuh berjamaah Masjid
3 05.30-06.00 Membaca Al-Qur’an/pemberian
Mufradat Asrama
4 06.00-06.30 Persiapan ke Sekolah Asrama
5 06.30-07.00 Sarapan Pagi Asrama
6 07.15-14.00 Belajar di sekolah Sekolah
7 14.00-14.30 Makan siang Asrama
8 14.30-15.15 Istirahat siang Asrama
9 15.15-15.45 Shalat Ashar
berjamaah Masjid
10 15.45-16.30 MCK Asrama
11 16.30-17.30 Belajar tambahan Asrama
12 17.30-18.00 Makan malam & Persiapan shalat Magrib Asrama
13 18.00-18.30 Shalat Magrib berjamaah Asrama
14 18.30-19.30 Qira’atul Qur’an & Mutala’ah Masjid
15 19.30-20.00 Shalat Isya berjamaah Asrama
16 20.00-20.30 Muthala’ah pelajaran/Tutorial malam Asrama
17 20.30-04.45 Istirahat malam Asrama
(http://thawalibparabek.tripod.com/asrama.htm)
G. Evaluasi Program Asrama

Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka untuk
mengetahui apakah suatu kegiatan pendidikan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau
belum. (wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi).
Dalam pelaksanaan evaluasi program kegiatan asrama tidak dilakukan sekali dalam satu periode
melainkan dilakukan bertahap sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh
kegiatan yang diadakan hanya satu kali dalam satu periode (pelatihan kewirausahaan) biasanya setelah
kegiatan berlangsung tetapi untuk kegiatan yang dilakukan selama satu periode tersebut maka
evaluasinya dilakukan secara kontinu setiap bulan. Evaluasi dilakukan oleh perencana kegiatan dengan
melibatkan seluruh warga asrama. Hal ini dilakukan agar kesalahan yang muncul dapat dihindari supaya
tidak terulang kembali.

Daftar Rujukan
Good, C. V. 1959. Dictionaryof Education. New York
Toronto-London: Mc Graw Hill Book Company.
Inc.
Junaidi, W. 2009. Definisi Perencanaan. (Online),
(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/
definisi-perencanaan.html, diakses 26 April 2009)
Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di
Sekolah.(Jilid 2). Malang: OPF IKIP Malang.
Sutisna, O. 1983. Administrasi Pendidikan: Dasar
Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung :
Penerbit Angkasa.
Tanpa nama. 2009. Asrama. (Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama, diakses 26
April 2010).
Tanpa nama. 2010. Program Asrama Madrasah
Thowalib. (Online), http://thawalibparabek.tripod.
com/asrama.htm, diakses 26 April 2010)
Wakhinuddin, 2009. Definisi Evaluasi (Dalam Konteks
Program dan Pendidikan). (Online),
(http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/def
inisi-evaluasi, diakses 26 April 2009)
Wyndi. 2010. Manajemen Layanan Khusus. (Online),
(http://windywindylagi.wordpress.com/, diakses 26
April 2010)
Lampiran
MANAJEMEN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan

Pengertian bimbingan menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan (2001:14) bimbingan adalah suatu
bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan dan pemecahan
masalah sebagaimana dikemukakan dalam kaitan dengan pengajaran. Dari definisi-definisi di atas,
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu” berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan,
tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai dengan
potensinya. Jadi dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut menentukan pilihan atau keputusan
dari orang yang dibimbingnya. Yang menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.
Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang, namun prioritas diberikan kepada
individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu. Pada hakekatnya bantuan itu
adakah untuk semua orang. Bimbingan merupakan suatu proses kontinyu, artinya bimbingan itu tidak
diberikan hanya sewaktu-waktu saja dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus
menerus, sistematika, terencana dan terarah pada tujuan. Bimbingan atau bantuan diberikan agar
individu dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat
lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima keadaan dirinya dan dapat
mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.

2. Pengertian Konseling

Sedangkan konseling adalah proses interaksi yang memberikan fasilitas atau kemudahan untuk
pemahaman yang bermakna terhadap diri dan lingkungan, serta menghasilkan kemantapan atau
kejernihan tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan datang. Menurut Shertzer dan
Stone dalam Syuhada (1988) adalah usaha yang secara langsung berkenaan dengan pemecahan
masalah-masalah peserta didik.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling adalah upaya bantuan yang diberikan
seseorang pembimbing yang telatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang
membutuhkannya, agar individu tersebut dapat berkembang potensinya secara optimal, mampu
mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Jadi
konseling adalah usaha yang secara langsung berkenaan dengan masalah-masalah klien, sementara
bimbingan lebih diaksentualisasikan kepada bantuan kepada klien.

Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu kelanjutan dari layanan kepenasehatan
akademik dan administratif peserta didik. Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir; melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.

B. Masalah Bimbingan dan Konseling yang dihadapi Sekolah

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah belum tentu berjalan sesuai dengan yang
diharapkan pasti ada masalah didalamya, diantara masalah-masalah yang terjadi di sekolah menurut
Willis (2004) antara lain:
1. Masalah Profesi Konselor, sampai saat ini profesi konselor sekolah belum diakui. Profesi ini
nampaknya sulit untuk mendapatkan pengakuan, karena bervariasinya pendidikan pembimbingdan
pengalaman konselor di sekolah.
2. SK pengangkatan, lulusan bimbingan dan konseling disekolah menengah biasanya tidak diangkat
sebagai guru pembimbing, akan tetapi mereka di- SK-kan sebagai guru bidang studi pada sekolah
tersebut. Biasanya lulusan bimbingan dan konseling mengkoodinir bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Masalah sikap terhadap bimbingan dan konseling, tampaknya guru-guru dan kepala sekolah masih
kaku sikapnya terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Banyak diantara mereka yang
beranggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah mengurus para siswa yang melanggar peraturan.
Guru pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah. Dampaknya adalah guru pembimbing seperti dijauhi
siswa. Guru-guru dan kepala sekolah kurang memberikan dorongan dan apresiasi terhadap lembaga
bimbingan dan konseling di sekolah. Akibatnya, bimbingan dan konseling kurang efektif dalam
menanggulangi masalah-masalah siswa, dan dianggap sepi perannya di sekolah.
Disamping masalah-masalah yang dihadapi seperti tersebut diatas, Rochman Natawijaya dalam Willis
(2004) melihat bahwa sering terjadi salah pengertian terhadap bimbingan dan konseling, baik
dikalangan para guru atau masyarakat umum. Kesalahan-kesalahan tentang bimbingan dan konseling
itu diungkapkan sebagai berikut:
1. Bimbingan identik dengan pendidikan
Pengertian ini sangat keliru karena bimbingan merupakan bagian dari pendidikan. Dapat dikatakan
bahwa bimbingan dan konseling adalah alat pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yakni
kedewasaan anak.
2. Bimbingan dan konseling adalah cara untuk membantu murid-murid yang salah. Bimbingan dan
konseling tidak hanya diberikan kepada anak yang salah saja, akan tetapi kepada semua murid
termasuk murid yang potensial.
3. Bimbingan dan konseling berarti bimbingan pekerjaan atau karier, bimbingan dan konseling bukan
hanya untuk karier akan tetapi untuk membantu murid dalam segala aspek pribadinya.
4. Bimbingan dan konseling adalah usaha memberi nasehat sebab kebanyakan dalam nasehat unsur
paksaan amat menonjol. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
individu untuk mencapaia pemahaman diri dimana tidak dapat unsur paksaan.
5. Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam perilaku yang dikehendaki sebagai hasil bimbingan dan
konseling bukanlah kepatuhan, tetapi penyesuaian diri yang baik. Kepatuhan tidak sama dengan
penyesuaian diri.
6. Bimbingan adalah tugas para ahli dalam penyusunan program BK dan melaksanakan konseling
khusus, memang tugas para ahli (pakar). Akan tetapi tidak semua tugas bimbingan adalah tugas para
ahli melainkan guru-guru juga memberikan tugas dalam hal bimbingan dan konseling.
C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sesuaia dengan tujuan pendidikan sebagaimana
dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 yaitu terwujudnya
manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yng Maha Esa
dan berbudi pekerti yang luhur, meiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
keperibadian yang amantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kengasaan
(Depdikbud, 1994:5).

Secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, dan
kemampuannya, serta memilih dan menyesuaiakan diri dengan kesempatan pendidikan untuk
merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Sesuai dengan hakekat bimbingan sebagai upaya untuk membantu perkembangan kepribadian siswa
secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan di sekolah dasar harus dikaitkan dengan
kegiatan pendidikan, karena itu tujuan akhir bimbingan adalah mengembangkan potensi siswa secara
optimal agar mampu meningkatan perannya dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa
depan. Secara khusus layanan layanan bimbingan bertujua membantu siswa agar dapat memenuhi
tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan
tuntutan lingkungan (Depdikbud, 1994).
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai
tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek dibawah ini, yaitu;
a. Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan bertujuan membantu siswa agar;
1. Memiliki pemahaman sendiri
2. Dapat mengembangkan sikap positif
3. Membantu kegiatan secara sehat
4. Mampu mengahrgai orang lain
5. Memilki rasa tanggungjawab
6. Mengembangkan keterampilan hubungan pribadi
7. Dapat menyelesaikan masalah
8. Dapat membuat keputusan secara baik
b. Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar;
1. Dapat melaksanakan cara-cara belajar yang benar
2. Dapat menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3. Dapat mencapai prestasi belajar secara optimal, sesuai bakat dan kemampuan
4. Memilki ketermpilan untuk menghadapi ulangan atau ujian
c. Dalam aspek perkembangan karier layanan bimbingan membantu siswa agar dapat;
1. Mengenal macam-macam dan cirri-ciri dari berbagai jenis pekerjaan yang ada
2. Merencanakan masa depan
3. Membantu arah pekerjaan
4. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan
5. Membantu mencapai cita-cita
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan pengertian dan tujuan bimbingan yang ingin dicapai, layanan bimbingan dapat berfungsi
sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman diri yang meliputi;
1. Pemahaman diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua siswa, guru dan pembimbing;
2. Pemahaman tentang lingkungan siswa (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat), terutama
oleh siswa sendiri, orangtua siswa, guru, dan pembimbing;
3. Pemahaman tentang informasi (informasi pendidikan, karier, dan budaya/nilai-nilai) terutama oleh
siswa.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan mengahsilkan terhindarnya siswa dari berbagai
permasalahan yang dapat mengahambat atau menimbulkan masalah dalam proses perkembangan
siswa.
c. Fungsi perbaikan, yaitu meskipun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilaksanakan, namun
siswa yang bersangkutan kemungkinan masih mengalami masalah-masalah tertentu. Dalam hal ini
bantuan bimbingan berusaha untuk memecahkan masalah yang dialami siswa.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang diberikan dapat membantu
para siswa dalam memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif siswa secara
terarah dan mantap.
D. Perancanaan Program Bimbingan dan Konseling

Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah dimulai dari mengidentifikasi aspek-
aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusun program tersebut. Kegiatan ini yang akan dijadikan
bahan masukan bagi penyusunan program. Perencanaan program seharusnya didasarkan pada
kebutuhan nyata siswa lengkap dan menyeluruh (memuat segenap fungsi bk), sistematis (disusun
menurut urutan logis, singkron, dan tidak tumpang tindih), terbuka dan luwes (mudah menerima
masukan tanpa harus merombah program secara menyeluruh), memungkinkan kerjasama dengan pihak
terkait dimungkinkan penilaian dan tindak lanjut.

E. Peran Kepala Sekolah dan Staf dalam Bimbingan dan Konseling

Keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh
keahlian dan ketrampilan para petugas penyuluh, namun juga sangat ditentukan oleh ketrampilan
seluruh staf sekolah dalam memberikan pelayanan tersebut. Untuk itu diperlukan adanya “team work”
yang terdiri atas kepala sekolah, konselor, guru penyuluh, guru, dan pekerja sosial (social worker).
Diperlukan juga adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Untuk menelaah tugas dan
tanggung jawab dari masing-masing anggota tim tersebut di atas, perlu ditelaah dulu beberapa pola
organisasi bimbingan.

1. Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pada umumnya ada 3 (tiga) pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Pola organisasi dimana
pelayanan bimbingan diberikan dan dilaksanakan oleh semua staf sekolah. Pelayanan bimbingan ini
merupakan bagian dari tugas mengajar yang diterima guru. Pada pola organisasi bimbingan semacam
ini, tidak diperlukan seorang ahli bimbingan dan konseling yang bertugas secara khusus
menyelenggarakan bimbingan di sekolah. Pola organisasi bimbingan ini biasanya dilaksanakan di
sekolah dasar atau yang sederajat. Pola organisasi dimana pelayanan bimbingan diberikan secara
khusus.

Dalam hal ini pelayanan bimbingan dikoordinir oleh seorang ahli yang bertugas khusus
menyelenggarakan bimbingan dan konseling. Petugas-petugas tersebut dibebaskan dari tugas
mengajar. Biasanya penyelenggaraan layanan bimbingan dengan pola ini memerlukan petugas-petugas
lain yang membantu pelaksanaan program. Dalam pola yang semacam ini sudah harus ada pembagian
tugas yang jelas di antara para petugas bimbingan. Pola ini biasanya digunakan di Sekolah Menengah
(SMP/SMA/SMK/MA). Pola yang ketiga adalah merupakan pola campuran antara pola yang pertama dan
kedua. Dalam pola ini pelaksanaan layanan bimbingan dilakukan oleh guru-guru yang terpilih yang
dibebaskan dari tugas mengjar untuk beberapa jam dalam setiap hari. Untuk itu guru terpilih harus
mendapatkan latihan jabatan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Layanan Bimbingan
Pada ketiga pola organisasi bimbingan di atas, tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membina
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya sehingga pelaksanaannya dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dituangkan dalam program-programnya. Adapun bila dilihat
dari statusnya, baik di sekolah maupun dalam organisasi bimbingan konseling pada khususnya, maka
fungsi kepala sekolah adalah sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala
sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah umumnya,
khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Karena posisinya yang sentral di
dalam sekolah, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau
peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya.

a. Peranan dan Fungsi Guru Bidang Studi dalam Bimbingan Konseling

Tugas utama guru adalah mengajar, tetapi untuk keberhasilannya ia perlu bekerja sama dengan
petugas-petugas “pupil personnel”. Tugas guru dalam program bimbingan yang sangat penting adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid-murid dapat menyesuaikan diri dengan baik, di
samping menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi murid-murid. Menurut Santoso (2009:19)
sehubungan dengan usaha menciptakan lingkungan sekolah/kelas yang sesuai dengan azas-azas
kesejahteraan jiwa, maka tugas guru bidang studi adalah:
1. Menciptakan suasana kelas yang memungkinkan murid-murid merasa bebas untuk menyatakan
dirinya dan menunjukan usahanya sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok;
2. Mengembangkan rasa harga diri pada anak-anak dengan menghargai pekerjaan yang baik;
3. Mempunyai pengertian bahwa tingkah laku itu ada sebabnya (bisa dari sekolah, keluarga dan
masyarakat);
4. Mempunyai pengertian mengenai tingkah laku murid sehingga dapat menangani masalah-masalah
disiplin dengan tepat;
5. Menghindari pemberian penghargaan yang berlebihan terhadap murid yang taat pada peraturan dan
menyadari bahwa murid yang “tidak menimbulkan kesulitan” mungkin mengalami konflik emosional
yang serius;
6. Mengetahui mana tingkah laku yang normal, mana yang kronis , dan bersedia untuk menyerahkan
murid yang kronis tersebut kepada spesialis;
7. Bersedia menerima kenyataan bahwa tiapmurid adalah berbeda dan ia akan mencapai hasil
sebanyak-banyaknya apabila ia mengetahui, memahami, dan merencanakan kegiatan-kegiatannya
sesuai dengan kebutuhan itu.
8. Sedangkan tugas guru bidang studi yang berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan di sekolah
adalah:
9. Mendeteksi adanya kesulitan yang dihadapi muridnya dalam penyesuaian diri dan melaporkannya;
10. Membantu mengumpulkan informasi/data untuk “cumulative record”
11. Menjadi penghubungan antara sekolah dan orang tua murid;
12. Menghubungkan pelajaran dengan pekerjaan yang dicita- citakan murid;
13. Berpartisipasi dalam konferensi kasus (case-conference);
14. Memberikan informasi kepada murid-murid tentang hal-hal yang berkenaan dengan program
bimbingan.
b. Tugas dan Fungsi Konselor Sekolah

Jones dalam Dharma (2008:23) mengatakan bahwa tugas utama seorang konselor adalah melakukan
konseling. Apabila diberikan tugas-tugas lain maka akan mengaburkan sebutan konselor itu sendiri.
Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang konselor anatar lain:
1. Pengetahuan dalam informsi mengenai pekerjaan, pendidikan dan sosial dan bagaimana
menggunakannya dengan counselee; Pendidikan dalam hal psikologis dan pandangan yang luas
mengenai sifat dan sebab-sebab dari kesulitan murid-murid;
2. Ketrampilan dalam menggunaka alat-alat dan teknik yang dipergunakan dalam analisis individu;
Membantu peserta didiknya untuk memahami kekuatan, kelemahan serta kesempatan yang ada pada
dirinya;
3. Untuk mendapatkan informasi mengenai individu-individu yang berguna bagi perencanaan dan
memimpin kegiatan kelas;
4. Dalam menggunkan test dan teknik-teknik evaluasi;
5. Menyelenggarakan bimbingan kelompok dalam merencanakan dan memimpin kegiatan semacam itu;
6. Bekerja sama dengan guru-guru lain dalam memecahkan masalah-masalah murid;
7. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum sekolah;
8. Berpartisipasi dalam membantu program penataran bimbingan di sekolah;
9. Membantu sekolah dalam bekerjasama dengan masyarakat, yang meliputi;
10. Bertindak sebagai penguhubung antara sekolah dan masyarakat untuk mengusahakan agar sumber-
sunber pelayanan yang ada di masyarakat dapat dipergunakan oleh murid-murid dan guru-guru;
11. Menginterpretasikan program sekolah terutama program bimbingan kepada masyarakat.
c. Tugas dan Fungsi Psikolog Sekolah

Tugas utama psikolog sekolah adalah melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan diagnosis dan
penyembuhan masalah atau kesulitan belajar yang nampak pada kurangnya penyesuaian dalam belajar
atau penyesuaian pribadi-sosial;

1. Bekerjasama dengan orang tua murid untuk memperbaiki hubungan orang tua dengan anaknya;
2. Memberikan pelayanan-pelayanan khusus bagi anak yang berkelainan;
3. Menyelenggarakan in servis training bagi guru-guru mengenai aplikasi kesejahteraan jiwa di sekolah;
4. Mengadakan riset, terutama mengenai pendekatan- pendekatan praktis terhadap masalah-masalah
sekolah;
5. Berpartisipasi secara aktif dalam merumuskan kebijakan- kebijakan mengenai program kesehatan
sekolah dan membantusekolah dalam mengembangkan dan mengelola program kesehatan;
6. Mengkoordinasikan penilaian kesehatan dari semua siswa dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan
siswa yang dapat menganggu belajarnya;
7. Mengkoordinasikan penyediaan P3K di sekolah
8. Mengkoordinasikan program sekolah dengan keseluruhan program kesehatan masyarakat.
F. Penerapan Program Bimbingan dan Konseling

Penenerapan program bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kurikulum sangat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan
BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan Bimbingan dan
konseling, yaitu:

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
5. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
6. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Evaluator, guru mempunyai otoritas
untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
G. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Penilaian suatu program berarti mengadakan pertimbangan secara sistematis tentang efektifitas suatu
kegiatan yang berkitan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan norma yang khusus. Penilaian
sistematis suatu program menghasilkan beberapa nilai terhadap individu yang berhubungannya dengan
sebuah layanan sering juga pengembangan program itu sendiri. Karena itu bimbingan masa depan
sangat tergantung pada dat-data kongkrit mengenai keuntungan dan keterbatasannya. Evaluasi
program bimbingan bersifat keharusan karena efektivitasnya harus diketahui dan program itu sendiri
harus dikemabngkan. Karena itu penilaian secara kontinu harus diadakan karena kepeutusan mengenai
personel, waktu, aktifitas dan lainnya harus dibuat. Penilaian secara sistematis sangat diperlukan
sebagai dasar pengembangan program itu sendiri.

Selanjutnya Sukardi (1990:47) menyatakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas
kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksaan program bimbingan dan konseling di sekolah
dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapatlah dirumuskan bahwa;
1. Evaluasi pelaksanakan program bimbingan dn konseling merupakan suatu usaha untuk menilai
efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu program bimbingan
dan konseling.
2. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ialah suatu usaha penelitian, dengan cara
mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh secara
onjektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan, pengembangan, dan
pengarahan staf.
Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling bertujuan
untuk:
1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
a. Jenis Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah

1. Evaluasi Peserta didik (input)

Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah, maka
pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan dan konseling penting dan perlu.
Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin. Dengan pemahaman terhadap
peserta didik ini dapat dipakai untuk mempertimbangkan hasil pelaksanaan program bimbingan bila
dibandingkan dengan produk yang dicapai. Evaluasi ini mulai dari layanan pengumpulan data pada saat
peserta didik diterima di sekolah bersangkutan.

2. Evaluasi Program

Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program bimbingan dan konseling
sekolah. penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan
layanan, yaitu; (1) layanan kepada peserta didik, (2) layanan kepada guru, (3) layanan kepada kepala
sekolah, (4) layan kepada orang tua siswa/ masyarakat. Jenis evaluasi pelaksanaan program ini
memerlukan alat-alat/instrumen evaluasi yang baik.

3. Evaluasi Proses

Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling di sekolah,
dituntut proses pelaksaan program bimbingan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan.

4. Evaluasi Hasil

Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh
seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap
kegiatan itu sendiri. Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan
sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama evaluasi produk atau evaluasi hasil.
Jadi untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelkasanaan program bimbingan di sekolah
dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

b. Prinsip-prinsip Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling


Menurut Gibson dan Mitchell (1981), mengemukakan seberapa prinsip yang semestinya diperankan
dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, sebagai berikut:
1. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program.
2. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
3. Evaluasi yang melibatkan berbagai unsur yang profesional.
4. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan, berarti bahwa evaluasi program
bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang bersifat isidental, melainkan proses kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan.
c. Metode/pendekatan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling

Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan berbagai
cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan konseling diantaranya:
1. Metode survei, metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan,
sikap dan pandangan personel sekolah, sikap dan pandangan siswa terhadap program bimbingan. Jadi,
metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesunggguhnya dari suatu sekolah dengan
secara menyeluruh sebagaimana adanya.
2. Metode observasi, sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang
mencakup perilaku-perilaku siswa yang diamati oleh siapa akan diamati, akan direkam dengan cara
yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi evaluatif menurut apa. Dengan demikian, perencanaan
yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu orang dalam observasi
akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat, dan objektif.
3. Metode eksperimental, metode ini dimaksudkan untuk mempelajari satu kelompok atau lebih yang
menyangkut apakah tujuan layanan yang diharapkan itu dapat tercapai atau belum dan apakah layanan
tersebut efektif dan efisien atau tidak.
4. Metode studi kasus, metode ini digunakan untuk mengumpulkan dta mengenai keadaan seseorang
siswa dijadikan objek studi kasus. Metode ini cukup banyak memakan waktu, akan tetapi memiliki
beberapa keuntungan tertentu.
d. Sumber Data/informasi Kriteria Penilaian Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Adapun sumber data yang perlu dihubungi, sangat tergantung pada jenis data atau informasi yang
diperlukan. Sumber-sumber data yang dapat dihubungi diantaranya:
1. Kepala sekolah
2. Wakil kepala sekolah
3. Koordinator bimbingan dan konseling
4. Konselor sekolah
5. Guru mata pelajaranaa
6. Personel sekolah lainnya
7. Siswa dan teman dekatnya
8. Orang tua dan masyarakat
9. Para ahli atau lembaga-lembaga yang terkait.
e. Hambatan-hambatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Koseling di Sekolah.

Ada beberapa hambatan yang dirasa sampai saat ini dalam evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan koseling di skolah diantaranya:
1. Pelaksana-pelaksana bimbingan di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk
melaksanakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan koseling.
2. Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang
sangat bervareasi baik ditinjau dari segi jenjang mauapun programnya, sehingga kemampuannyapun
dalam mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling sangat bervaresi termasuk dalam
menyusun, membakukan dan mengembangkan instrumen evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan atau pelatihan khusus yang berkaitan tentang
evaluasi pelaksaan program bimbingandan konseling pada umumnya, dan penyusunan dan
pengembangan instrumen evaluasi pelaksaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang.
6. Belum adanya guru inti atau instruktur bimbingan dan konselinga yang ahli dalam bidang evaluasi
pelaksaan program bimbingan dan koseling di sekolah.
Daftar Rujukan

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah DiRektorat


Pendidikan Umun.1994. Kurikulum SLTP:
Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Depdikbud.
Dharma, Surya. 2008. Bimbingan dan konsleing di
Sekolah. Jakarta:Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Djoko Budi Santoso. 2006. Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Malang: UM FIP Program
Studi Bimbingan dan Konseling.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan Konseling di Sekolah.
Jakarta:Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Manajemen Layanan Khusus Sekolah.
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Kusmintardjo. 1992. Pengelolaan Layanan Khusus di
Sekolah (Jilid 1). Malang:OPF IKIP Malang.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-
Mengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2001. Buku Ajar
Manajemen Layanan Khusus di Sekolah.
Malang:Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu
Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan.
LAYANAN KOPERASI SEKOLAH

A. Pengertian Koperasi Sekolah

Menurut istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris : Coperation sedangkan, Coperation berasal dari
dua kata: Co yang artinya bersama dan Operation yang artinya usaha. Jadi Koperasi adalah badan
usaha yang beranggota orang seseorang atau badan hokum koperasi dengan melandaskan berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.

Tetapi jika ditinjau dari sejarah perkembangan koperasi, pengertian koperasi ini menyangkut masalah
yang lebih luas, tidak hanya sekedar kumpulan orang-orang yang dengan kerjasama membentuk
perserikatan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Orang yang masuk dalam kelompok
itu sebenarnya masing-masing mempunyai masalah, yaitu masing-masing dalam kesulitan ekonomi
yang tidak bisa diatasi sendiri-sendiri. Alasannya mudah sekali, karena jika mereka sendiri bisa
mengatasi kesulitannya maka mereka tidak membutuhkan kerjasama dengan membentuk perserikatan.

Jadi ditinjau dari beberapa pengertian tentang koperasi dapat diambil kesimpulan tentang pengertian
koperasi sekolah yaitu sebuah organisasi yang dibentuk yang beranggotakan semua warga sekolah dan
mempunyai tujuan untuk memberdayakan anggotanya dan dijadikan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati bersama.

B. Masalah dan Kebutuhan Koperasi Sekolah

1. Masalah

Koperasi sekolah merupakan layanan yang dibentuk oleh sekolah dan sebagai alat untuk berlatih siswa
untuk menjalankan perekonomian sebelum terjun dimasyarakat. Sehingga dalam hal ini biasanya yang
menjadi masalah penting untuk menjalankan koperasi sekolah merupakan masalah pembiayaan atau
permodalan karena koperasi tersebut sebagian besar anggotanya masih berstatus pelajar yang
notabenenya belum bisa menghasilkan uang. Jadi oleh karena itu permodalan utama biasanya
menggunakan iuran sukarela dari para anggota, tetapi jika mulai masuk anggota harus mengeluarkan
uang yang disebut simpanan wajib, simpanan wajib tersebut merupakan jaminan jika anggota yang
bersangkutan itu keluar maka simpanan wajib tersebut akan dikembalikan.

Kebanyakan faktor penyebab kegagalan sebuah koperasi adalah tidak adanya transparansi dari
pengurus inti koperasi dalam memberikan laporan tentang keuangan sehari-hari yang menyebabkan
timbulnya kecurigaan dari pada anggota koperasi yang lain.

2. Kebutuhan Koperasi Sekolah


Barang yang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dalam membangun sebuah koperasi sekolah.

a. Makanan – makanan yang harganya mampu dijangkau oleh para siswa, buku tulis, buku
gambar,pinsil,sitip,penggaris,dan alat-alat gambar lainnya.
b. Adanya foto copy dan alat-alat lainnya untuk membuat kliping-kliping.
c. Data nama barang dan harga barang yang dibutuhkan dalam koperasi sekolah
Nama Barang Harga Barang
Pulpen 2500
Pensil 1000
Keruan 1000
Penghapus 1500
Buku 2500
Stipo 3500
Busur 1000
Jangka 7000
Penggaris 1000
Buku Kotak-kotak 2500
Stabilo 3500
Spidol 6000
Spidol Permanen 5500
Penggaris Ujian 1000
Pulpen Kaligrafi 12000
Gunting 2500
Kartun 2000
Kertas HVS 10 lembar 1000
Kertas Jeruk 1000
Tulang Sampul 500
Sampul Buku 5 lembar 500
Sampul Plastik 5 lembar 500
C. Tujuan dan Fungsi Koperasi Sekolah

1. Tujuan Kopersi Sekolah

Tujuan koperasi sekolah adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, serta ikut membangun tata perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan pembentukan koperasi sekolah di kalangan Guru dan
siswa dilaksanakan dalam rangka menunjang pendidikan siswa dan latihan berkoperasi. Dengan
demikian, tujuan pembentukannya tidak terlepas dari tujuan pendidikan dan program pemerintah dalam
menanamkan kesadaran berkoperasi sejak dini. Dan tujuan koperasi juga ada yaitu sebagai berikut:

a. Mendidik dan menanamkan kesadaran hidup bergotong royong serta memupuk rasa setia kawan di
kalangan siswa
b. Memupuk rasa cinta kepada sekolah dan menanam sifat disiplin dikalangan siswa.
c. Menanamkan rasa tanggung jawab dikalangan siswa dan membiaakan hidup bergotong royong di
masyarakat.
d. Mengembangkan dan mempertinggi pengetahuan dan ketrampilan para siswa dalam berkoperasi.
e. Memelihara hubungan baik dan kekeluargaan dilingkungan siswa.
f. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi para siswa
2. Manfaat Koperasi

Bila mendapatkan barang yang kita perlukan untuk keperluan sekolah dengan adanya koperasi sekolah,
kita bisa menjaga hubungan kebersamaan dan kekurangan. Dan adanya koperasi sekolah secara tidak
langsung akan membantu siswa dalam rangka meningkatkan belajar. Contohnya jika siswa memerlukan
peralatan sekolah maka siswa tersebut dapat membelinya dikopearsi sekolah, disamping siswa tidak
kehilangan waktu dan jarak untuk membeli peralatan tersebut koperasi sekolah juga bisa melatih
anggotanya untuk menjalankan perekonomiannya. Siswa juga di latih menjalankan organisasi di
dalamnya sebagai anggota koperasi.

D. Perencanaan Program Koperasi Sekolah

Menurut UU. No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab IV, pasal 6 sampai dengan 8, rincian syarat-
syarat pembentukan koperasi adalah sebagai berikut:

1. Persyaratan pembentukan koparesi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan dibentuk (koperasi
primer atau koperasi sekunder).
2. Pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang anggota. Sedangkan keanggotaan
koperasi sekunder adalah badan hokum koperasi, minimal 3 koperasi.
3. Koperasi yang akan dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara republik Indonesia.
4. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar.
Dalam membentuk koperasi dibutuhkan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
a. Pertemuan awal para pemrakarsa untuk merintis berdirinya koperasi sekolah.
b. Membentuk tim kerja untuk mempersiapkan anggaran dasar.
c. Merencanakan tanggal dan tempat serta undangan rapat untuk mendirikan koperasi sekoah yang di
undang yaitu perwakilan siswa,kepala sekolah,dan guru.
d. Menyiapkan format berita acara rapat,daftar hadir,dan susunan acara rapat mendirikan koperasi
sekolah.
2. Tahap Mendirikan
a. Pembukaan oleh kepala sekolah atau pemrakarsa.
b. Pendirian koperasi dipimpin oleh kepala sekolah.
Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi sekolah harus layak secara ekonomi. Layak secara
ekonomi diartikan bahwa, usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu menghasilkan
keuntungan usaha dengan memperhatikan factor-faktor modal dan teknologi. Modal dalam perencanaan
program koperasi sekolah harus tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan dilaksanakan.
Biasanya modal ini merupakan simpanan yang wajib dikeluarkan oleh anggota koperasi sekolah. Dalam
perencanaan ini struktur kepengurusan haruslah dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh koperasi sekolah.

E. Organisasi Koperasi Sekolah

1. Peranan Kepala Sekolah dan Guru


a. Memberi bimbingan dan pengawasan dalam mendirikan dan mengembangkan koperasi sekolah.
b. Mengembangkan Inisiatif para siswa untuk dapat mengolola dan mengembangkan koperasi sekolah.
c. Memberikan dorongan agar para siswa dapat beusaha dan bekerja atas kemampuan diri sendiri,
sedangkan pembibing hanya sekedar memberikan petunjuk dan pengawasan seperlunya.
2. Peranan OSIS dan BP3
a. Bertindak sebagai pemeriksa berdirinya kopersi sekolah.
b. Mendorong dan merangsang para angotanya untuk masuk dan menjadi anggota pribadi.
c. Menggalakkan semangat berkoperasi dikalangan para anggotanya
3. Peranan Siswa Sekolah
a. Siswa mengemukakan ide – idenya untuk membangun koperasi.
b. Siswa-siswa harus selalu bekerja sama dengan menjaga keharmonisan dalam menjalankan koperasi
F. Pelaksanaan Program Koperasi Sekolah

Dalam sebuah organisasi haruslah dibuat perencanaan terlebih dahulu agar dalam menjalankan kegiatan
yang dimaksud itu mempunyai tujuan yang jelas. Dalam bagian ini setelah terbentuknya perencanaan
koperasi sekolah langkah selanjutnya yaitu menjalankan program-program yang telah disusun
sebelumnya. Langkah pertama biasanya mengadakan rapat guna membicarakan dan membentuk serta
menunjuk para pengurus koperasi tersebut. Karena pentingnya langkah awal menjalankan koperasi ini
maka dalam hal ini param anggota harus wajib dating. Dalam rapat ini biasanya membicarakan hal-hal
berikut:
1. Tujuan pendirian koperasi sekolah.
2. Usaha yang akan dijalankan.
3. Penyusunan anggaran dasar.
4. Menetapkan modal awal yang terdiri dari simpanan-simpanan.
5. Pemilihan pengurus.
Dalam menjalankan program koperasi pada intinya semua anggota atau pengurus itu mengetahui akan
tugas-tugasnya sehingga dalam menjalankan program tersebut tidak mengalami kendala dan
pelaksanaan program itu tepat sasaran. Agar hal itu dapat terwujud maka harus diadakan rapat karena
dalam koperasi pemimpin utama yaitu pada saat rapat anggota dalam rapat ini biasanya menyepakati
tentang program-program dan pembentukan konsep AD/ART, modal awal, rencana kerja.

G. Program Koperasi Sekolah dan Kaitannya Dengan Peningkatan Belajar.


Pada setiap oraganisasi yang dibentuk oleh sekolah itu harus mempunyai manfaat bagi siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajar. Dan program-program yang dibentuk juga harus dalam lingkup
pendidikan agar program yang dijalankan itu tidak sia-sia dan mempunyai manfaat. Biasanya koperasi
sekolah itu dibawah pengasan dari kepala sekolah jadi secara tidak langsung program-program yang
akan dijalankan selalu dibawah pengawasan kepala sekolah. Jika program yang dijalankna tidak sesuai
dengan lingkup pendidikan maka kepala sekolah dapat menindak koperasi sekolah.

Koperasi sekolah itu dibentuk merupakan layanan khusus bagi warga sekolah guna membantu kegiatan
belajar menganjar. Pada layanan khusus ini banyak kaitannya dengan peningkatan belajar. Karena
koperasi merupakan usaha permodalan yang dikelola oleh lingkup sekolah. Disini semua warga sekolah
dapat berlatih bagaiman cara menjalankan sebuah usaha dimana permodalan yang didapat merupakan
modal bersama, dan dibutuhkan kerjasama untuk menjalankannya.

H. Tata Tertib dan Administrasi Koperasi Sekolah.

Prinsip-Prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai
badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari: kemandirian,
keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha
dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas
jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar-koperasi.

Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota
koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan
sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena itu:
1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi
yang sama;
2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan
bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu
anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial,
dan kepedulian terhadap orang lain;
3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh
anggotanya;
4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam
rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the members’ welfare);
5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka kelebihan
kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non-
anggota koperasi.
Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya dituntut mempromosikan usaha-
usaha ekonomi anggota, tetapi juga mengembangkan sumber daya anggota melalui pendidikan dan
pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin
profesional dan mampu mengikuti perkembangan bidang usahanya. Sebagai penggerak ekonomi rakyat
dan sokoguru perekonomian nasional, pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan
koperasi.

I. Evaluasi Program Koperasi Sekolah

Pada layanan khusus ini laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari system pelaporan keuangan
koperasi, dan merupakan laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi.
Dengan demikian, dilihat dari fungsi manajemen, laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan sebagai
salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi. Dalam evaluasi koperasi tujuan laporan keuangan ini yaitu
untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai atau pengurus koperasi.
Pada pendapatan koperasi sekolah selama 1 tahun itu dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan
beban-beban yang bersangkutan itu disebut sisa hasil usaha. Sesuai dengan karakteristik koperasi
sekolah, sisa hasil usaha
Evaluasi program koperasi sekolah menjelaskan tentang laba rugi atau hasil akhir yang biasanya disebut
sisa hasil usaha (SHU). SHU koperasi dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan
bukan anggota. SHU yang dibagikan kepada anggota harus berasal dari usaha yang diselenggarakan
untuk anggota. Pada saat rapat anggota, SHU ini diputuskan untuk dibagi sesuai dengan ketentuan
yangtercantum dalam undang-undang dan anggaran dasar koperasi.
Daftar Rujukan

Ali, Rahmat. 1983. Koperasi. Jakarta. PT. Sastra Hudaya.

Arifin, Tamy. 2010. Pers, koperasi sekolah.


http://www.google.com. (diakses pada hari jumat
tanggal 23 April 2010)
M. D. Sagimun. 1984. Koperasi Sokoguru Ekonomi
nasional Indonesia. Jakarta. PT Inti Idayu
Press, dan Yayasan Masagung.
Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta.
Erlangga
LAYANAN KEAMANAN DAN PERPARKIRAN SEKOLAH (KPS)

A. Pengertian Layanan Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)

Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa dapat mencapai
prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Sekolah yang aman, nyaman
dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolah yang bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan
hubungan antar warga sekolahnya positif. Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin menyediakan
lingkungan fisik (gedung, kelas, halaman) sekolah yang bersih dan aman. Selain aspek keamanan fisik,
kenyamanan atau disebut iklim sekolah, yaitu menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan
secara sosial dan emosional sekolah juga harus diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi
kenyamanan atau iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi
antar warga sekolah, rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah. Bila keadaan
faktor-faktor tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.

Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap warga
sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah. Pada sekolah yang aman,
warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden
intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat, efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah
cepat dipulihkan. Layanan Keamanan sekolah adalah suatu bentuk layanan yang di berikan sekolah
untuk mengamankan lingkungan sekolah saat jam pelajaran berlangsung. Layanan keamanan
merupakan salah satu layanan yang penting dibutuhkan oleh peserta didik karena rasa aman saat
berada di sekolah akan berdampak pada proses belajar peserta didik. Salah satu bentuknya menurut
Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui
kegiatan orang lain. Layanan keamanan adalah adanya satpam sekolah. Layanan ini, dapat membantu
peserta didik dalam hal menyangkut keamanan di sekolah.

Setiap orang pasti selalu melakukan perjalanan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga orang juga
memerlukan kendaraan dalam setiap kegiatan perjalanannya, apabila berhubungan dengan kendaraan
maka tidak bisa terlepas dari layanan perparkiran yang memungkinkan orang dapat melakukan
kegiatannya dengan lancar tanpa binggung dengan kendaraannya, selain itu layanan perparkiran juga
dapat menata kendaraan agar terlihat lebih tertib dan agar terlihat lebih tertata dengan baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa layanan perparkiran sekolah merupakan suatu layanan atau tempat untuk
menitipkan sepeda maupun kendaraan bermotor selama berada di sekolah. Perparkiran sekolah yang
baik dapat terwujud jika ada penataan kendaraan bermotor yang baik dan teratur sehinnga dengan
penataan yang baik.

Pihak keamanan sekolah yang menjaga kendaraan bermotor (satpam) harus brtanggung jawab untuk
menjaga parkiran agar tidak ada kehilangan kendaraan bermotor, helm, spion, dan sebagainya.

B. Masalah dan Kebutuhan Keamanan dan Sarana Perparkiran di Sekolah (KPS)

Pada mulanya layanan keamanan dan perparkiran di sekolah timbul karena adanya masalah-masalah
seperti berikut ini:
1. Kurang amannya sistem keamanan sekolah sehingga sering terjadinya kehilangan
2. Kendaraan bermotor maupun sepeda belum tertata dengan baik sehingga terlihat tidak rapi dan tertib
3. Kurangnya petugas ketertiban yang menertibkan siswa
4. Terkadang para petugas keamanan sekolah (satpam) lalai, ceroboh dan kurang bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas
5. Kurangnya pengawasan terhadap peserta didik di luar kelas pada saat jam pelajaran berlangsung
6. Tidak adanya pihak yang dapat bertanggung jawab mengenai ancaman dari pihak luar sekolah.
7. Pengorganisasian tempat parkir yang membedakan tempat parkir guru dan siswa sehimgga tidak
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
C. Tujuan dan Fungsi Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap warga
sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan komite sekolah. Pada sekolah yang
aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam menciptakan dan menjaga sekolah.
Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat, efektif dan pemulihan hubungan antar warga
sekolah cepat dipulihkan.

Dibawah ini ada beberapa tujuan keamanan di sekolah, yaitu:


1. Mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada keamanan di lingkungan
sekitar sekolah.
2. Membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil, menerapkan azas persamaan
dan inklusi agar tercipta suasana aman, tentram dan damai disekitar lingkungan sekolah.
3. Mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten perilaku yang diharapkan.
4. Mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab yang memberi
kontribusi terhadap komunitas sekolah
5. Memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan mengedepankan hak asasi manusia.
6. Bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan masalah keamanan yang
penting.
7. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah,
hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya.
8. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan menggunakan intervensi untuk
memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan dan mengembalikan rasa
percaya diri.
9. Berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang mempromosikan
keamanan sekolah.
10. Memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk bukti dan peningkatan keamanan sekolah.
11. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah yang pencapaian sekolah yang
aman, damai dan teratur sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk ditingkatkan.
Sedangkan fungsi keamanan di suatu sekolah, yaitu:
1. Memberikan rasa nyaman terhadap seluruh warga sekolah selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
2. Melatih siswa untuk hidup disiplin dan mandiri
3. Menjaga sekolah agar tetap aman terhadap ancaman bahaya dari luar
4. Memberikan pengertian kepada peserta didik dan warga sekolah untuk menjaga keamanan di sekolah
5. Para siswa bisa membantu untuk melaporkan sirkulasi keadaan keamanan sekeliling sekolah kepada
kepala sekolah
Dibawah ini beberapa tujuan layanan perparkiran sekolah, yaitu:
1. Bekerjasama untuk menjaga ketertiban para siswa ketika parkir di lingkungan sekolah
2. Untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang keluar masuk dilingkungan sekolah
3. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas sakolah
4. Mendukung tindakan pembatasan lalu lintas
5. Memberikan kemudahan untuk siswa yang membawa kendaraan
6. Melatih ketertiban dan kedisiplinan para siswa
7. Berpartisipasi dalam pengembangan, kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang mempromosikan
sekolah parkiran sekolah
8. Mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada keamanan perparkiran di
lingkungan sekitar sekolah.
9. Mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab yang memberi
kontribusi terhadap komunitas sekolah
Sedangkan fungsi layanan perparkiran sekolah adalah:
1. Memberikan tempat atau layanan perparkiran kendaraan bagi peserta didik dan warga sekolah
2. Sebagai tempat untuk menertibkan kendaraan yang dibawa siswa dan warga sekolah
3. Sebagai alternatif pemasukan sumber dana bagi sekolah
4. Sebagai pencegahan bentuk-bentuk tindak kriminal (pencurian)
D. Perencanaan Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)

Untuk merencanakan program keamanan dan perparkiran sekolah yang perlu dilakukan. Sekolah harus
membentuk komite yang terdiri dari berbagai stakeholders, yaitu masyarakat sekitar sekolah, orang tua,
guru, kepala sekolah, komite sekolah dan siswa. Dengan melibatkan semua fihak diharapkan komite
dapat memperjatam pemahaman dan kesepakatan tentang apa yang perlu dilakukan. Melibatkan
keahlian yang terdapat di masyarakat, seperti anggota kepolisian atau ABRI sangatlah penting.
Keterlibatan orang tua juga sangat penting agar hal-hal yang menjadi keprihatinan siswa dapat didengar
dan diselesaikan. Selain itu stakeholders yang lain perlu dilibatkan agar dapat didengar bagaimana
pengalaman mereka sehubungan dengan mewujudkan sekolah yang aman.

Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan sekolah saat ini
ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat memperoleh pengetahuan
mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan. Berdasarkan hal ini rencana untuk
mewujudkan sekolah yang aman. Untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada
bangunan fisik sekolah, tata letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang mungkin timbul.

Sekolah membuat atau mengadakan ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yang merupakan
wadah untuk belajar para peserta didik dalam mencari akar masalah keselamatan dan keamanan
maupun solusinya (pemecahan) di lingkungan sekolah dalam rangka mendukung Proses Belajar
Mengajar (PBM) unuk membangun jiwa solidaritas maupun kepekaan sosial guna mewujudkan rasa
aman dan nyaman pada kegiatan belajar mengajar. Patroli Keamanan Sekolah (PKS) tugasnya sebagai
pengawas atau pemantau tindakan-tindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan dilaporkan
kepada pihak guru. Tetapi PKS sekarang juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas, tetapi hanya di
tempat-tempat dan jam-jam tertentu. Jadi anggota PKS harus mengetahui peraturan-peraturan lalu
lintas.
Pihak sekolah juga dapat menyelenggarakan seminar tentang pentingnya keamanan sekolah. Seminar
tersebut biasanya bisa dilakukan jika ada usulan dari pengurus OSIS kepada pihak sekolah untuk
menekankan betapa pentingnya keamanan sekolah dijaga oleh seluruh lapisan warga sekolah.

E. Pelaksanaan Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)

Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa langkah. Pertama, tugas pertama dari
komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan sekolah saat ini ditinjau dari segi
keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan
dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan. Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah
yang aman. Untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik
sekolah, tata letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul. Bangunan sekolah, kelas, ruang lab, kantor,
perpustakaan, lapangan olah raga dan halaman sekolah harus direview. Selain itu, berbagai kebijakan
dan prosedur juga akses masuk sekolah harus dinilai kembali. Penggunaan teknologi untuk mencegah
orang masuk penyusup masuk dari luar seperti alarm, pagar, teralis harus dipertimbangkan.
Pencegahan ini harus distandarkan oleh sekolah dan standar-standar lain untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan harus dibuat seperti membawa benda-benda tajam atau benda-benda lain yang
berbahaya. Jalur komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila terjadi kejadian pencurian atau
pelanggaran lainnya harus dibuat.

Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dapat menjalankan tugasnya dengan cara mengawasi atau memantau
tindakan-tindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan PKS dapat melaporkan kepada pihak guru.
Tetapi PKS juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas, tetapi hanya di tempat-tempat dan jam-jam
tertentu saja.

Dalam pelaksanaan layananan keamanan dan perparkiran di sekolah, maka pihak sekolah perlu
menciptakan suatu keamanan sekolah dengan cara:
1. Tata tertib sekolah tersosialisasi dengan baik dan ditegakkan.
2. Mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat bagi warga sekolah melalui budaya sadar bersih di
sekolah.
3. Membina kerukunan antar warga sekolah melalui silaturahmi dan program kegiatan bersama.
4. Meningkatkan keamanan sekolah selama 24 jam setiap hari.
5. Menjalin kerja sama yang erat dengan warga dan aparat setempat dalam menjaga keamanan dan
kekeluargaan.
6. Melaksanakan kegiatan sosial dalam lingkungan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan lingkungan sekolah:
1. Halaman dijaga sedemikian rupa sehingga tidak ada batu-batu tajam, pecahan kaca yang dapat
membahayakan anak
2. Letak lapangan olah raga jangan terlalu jauh dari gedung sekolah dan jangan terlalu dekat dengan
jalan besar
3. Semua candela dan pintu diatur sedemikian rupa agar membuka kearah keluar
F. Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS) dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar

Dalam program keamanan dan perparkiran, sekolah harus memperhatikan kenyamanan, keamanann
dan kedisiplinan agar dapat memperlancar Proses Belajar Mengajar (PBM).

Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai
2. Semua warga menerapkan disiplin yang efektif
3. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik
4. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan, keadilan, dan saling pengertian
5. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah diajarkan
6. Strategi pengelolaan prilaku yang menyimpang sifatnya supportif terhadap siswa
7. Adanya program penyembuhan/terapi
8. Adanya pemodelan/ contoh prilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf sekolah
9. Adanya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua, komite sekolah dan masyarakat.
Dengan karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin
dapat meningkatan peningkatan belajar pada peserta didik, dan guru juga dapat lebih mudah dalam
menjalankan tugas mengajar.

Dalam program keamanan dan perparkiran ini sekolah juga membentuk PKS agar lebih membantu dan
mempermudah kegiatan belajar mengajar dengan fungsinya sebagai membantu mengkondisikan
suasana belajar yang kondusif. Membantu menjadikan warga belajar agar berperilaku tertib dan disiplin.

G. Tata Tertib dan Administrasi Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)

1. Peraturan Umum
a. Siswa wajib taat pada agama & mengamalkannya, harus membiasakan diri bertanggung jawab, tekun
belajar, memelihara kerukunan, tolong-menolong sesamanya, berdasarkan norma-norma susila sesuai
dengan Dasar Pancasila
b. Siswa wajib memelihara kebersihan dan kerapian dirinya dan berpakaian pantas sesuai norma-norma
kesopanan dan kepribadian Bangsa Indonesia
c. Siswa wajib menjaga dan memelihara 5K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan dan
Kekeluargaan) di keluarga, sekolah dan masyarakat
d. Siswa tidak diperkenankan membawa, membaca, mempertontonkan buku, video, CD/VCD/DVD dan
atau media lain yang bertentangan dengan norma kesusilaan, pendidikan dan pelajaran di sekolah
e. Siswa dilarang membawa senjata tajam, senjata api& yang sejenisnya
f. Siswa tidak diperkenankan mengadakan kegiatan lain yang bersifat mengganggu jalannya pelajaran
g. Siswa menjaga nama baik sekolah/ almameter
h. Siswa wajib mengikuti pelajaran secara efektif sesuai jadwal pelajaran yang telah disusun oleh
sekolah
i. Siswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan selama PBM (Proses Belajar Mengajar) berlangsung
j. Selama waktu istirahat, siswa di luar kelas dan tidak diperkenankan berada di luar area sekolah
k. Setelah pelajaran selesai (pulang sekolah) siswa agar segera pulang ke rumah masing-masing
l. Pihak luar yang berkepentingan di wajibkan melapor
2. Lalu lintas dan perparkiran
a. Sekolah merupakan wilayah terbatas untuk kendaraan bermotor.
b. Ketentuan teknis mengenai wilayah terbatas adalah dengan membatasi kendaraan yang diijinkan
masuk ke sekolah.
c. Kendaraan yang diijinkan masuk ke wilayah kampus adalah:
1. Kendaraan pegawai sekolah
2. Kendaraan mitra kerja sekolah(pegawai mitra kerja sekolah yang mempunyai kantor di dalam area
sekolah, misalnya pengelola kantin, dan sebagainya);
3. Kendaraan tamu sekolah dengan terlebih dahulu melapor dan meninggalkan kartu identitas. Petugas
mencatat tamu tersebut dalam buku tamu.
d. Untuk menjamin kelancaran, ketertiban dan ketenangan kegiatan belajar mengajar di dalam kampus,
warga kampus diwajibkan mematuhi tertib lalu lintas, antara lain:
1. Kendaraan tidak mengeluarkan suara bising;
2. Kecepatan maksimum kendaraan 15 km/jam;
3. Parkir kendaraan pada tempat yang telah ditentukan;
4. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas lainnya.
3. Sepeda dan kendaraan bermotor

Siswa yang ke sekolah membawa kendaraan bermotor diharuskan:


a. Memiliki Surat kelengkapan persyaratan pengendara motor dari pihak kepolisian seperti SIM dan
STNK
b. Menggunakan helm standar sesuai ketentuan yang berlaku
c. Menaati rambu-rambu lalu lintas dan tidak “ngebut” sesuai dengan Undang Undang berlalu lintas
d. Sepeda, kendaraan bermotor harus diparkir ditempat yang telah disediakan dalam keadaan terkunci.
e. Kehilangan/kerusakan sepeda atau kendaraan bermotor menjadi tanggung jawab pemilik kendaraan
f. Jika terjadi kecelakaan, razia dan yang lainnya maka hal itu di luar tanggung jawab sekolah
H. Evaluasi Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)

Berikut dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam mengevaluasi layanan keamanan dan
perparkiran sekolah sebagai salah satu kegiatan dari pengelolaan layanan sekolah:
1. Sekolah seharusnya mengoprasikan system keamanan dan perparkiran sendiri lebih baik daripada
mengadakan kontrak dengan pelayanan umum
2. Program keamanan dan perparkiran harus diarahkan oleh seorang pegawai yang mempunyai
kemampuan dan mempunyai cukup waktu untuk membantu semua operasi
3. Pada keadaan tertentu seharusnya ada orang lain menggantikan seorang penjaga parkir
4. Pengklasifikasian atau pengaturan pegawai-pegawai yang baik-baik yang seharusnya digunakan guru-
guru untuk menjaga keamanan sekolah
5. Semua peraturan dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh pembuat peraturan harus dipegang dan
ditaati
6. Inspeksi oleh bagian petugas keamanan seharusnya dijadikan pedomandan semua rekomendasi
seharusnya juga digunakan
7. Pengaturan pegawai yang bertugas sebagai penjaga disekolah secara teratur seharusnya diberikan
ijin jika ada kepentingan lain
8. Sebuah rencana yang cukup memadai sebagai pedoman untuk mengerjakan atau memperbaiki area
parkir disekolah
9. Tentang pengaturan keamanan dan perparkiran sekolah siswa seharusnya diangkat oleh dewan
sekolah dan berguna dalam sertifikan dan pengklasifikasian pegawai
10. Tak seorangpun dari siswa disekolah ditunjuk supervisi, harus diijinkan untuk mengamankan
parkiran di dalam sekolah tersebut
Daftar Rujukan

Google. Layanan Perparkiran Dan Keamanan di Sekolah,


(Online), (http://Goggle.com/layanan /perparkiran/
keamanan/sekolah. diakses 22 April 2010)
Kusmintardjo. 1991. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah
(Jilid1). Malang: UPT PUSTAKAAN UNIVERSITAS
NEGERI MALANG.
Paringadi. Djono. 2006. MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG
AMAN, NYAMAN DAN DISIPLIN, (Online), (http://media.
diknas.go.id/media/document/5117.pdf. diakses 22 April
2010)
Wikipedia. Keamanan Sekolah, (Online), (http://wikipedia.
com/keamanan/sekolah/2304. diakses 22 April 2010)
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
KAFETARIA SEKOLAH
A. Pengertian Kafetaria Sekolah

Pertimbangan awal pendirian kafetaria/warung/kantin sekolah adalah bukan karena unsur bisnis
semata, tanpa memperhitungkan aspek lain yang lebih penting. Keberadaan kafetaria/ warung/ kantin
sekolah diharapkan mampu menyokong kelancaran proses belajar mengajar dari sisi keperluan akan
makanan bagi siswa.

Menurut Ester Pandiangan (2009), keberadaan kantin sekolah tidak hanya sekadar kantin saja.
Melainkan salah satu perangkat penting dalam sekolah yang berfungsi memberikan pelayanan yang
terbaik kepada siswa-siswinya. Karena itu sekolah harus menaruh perhatian khusus terhadap
penyediaan panganan di kantinnya. Tentunya aneka jajanan serta makanan yang disajikan kantin
setelah melalui proses seleksi baru kemudian ditawarkan kepada para murid.

Layanan kafetaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta didik disela-sela
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik (Imron,
1995:168). Makanan dan minuman yang tersedia di kafetaria, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku
peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan gizinya.

B. Masalah dan Kebutuhan Kafetaria Sekolah

Masalah-masalah yang terdapat dalam kafetaria sekolah adalah sebagai berikut:


1. Tingkat kejujuran masih rendah. Dalam hal ini masih banyak peserta didik yang bebas makan dan
minum di kafetaria tanpa memabyar sesuai dengan makanan yang ia makan dan terkadang tidak
membayar pada saat itu juga, atau bisa disebut dengan bon.
2. Tingkat kebersihan kafetaria masih rendah. Banyak dari penjual tersebut yang tidak mengenal
mengenai kebersihan makanan, kesehatan makanan, dan cara pengolahan makanan. Yang mereka
pentngkan adalah, bahwa apa yang mereka jual disukai oleh peserta didik, laris terjual, dan mereka
mendapatkan untung yang banyak. Jika hal ini terus terjadi maka yang dirugikan adalah peserta didik
dan sekolah.
3. Makanan yang dijual belum memenuhi gizi yang seimbang. Banyak yang ditemukan beberapa
makanan atau snack dan minuman-minuman yang belum memenuhi gizi yang disarankan.misalnya
penjual menggunakan pewarna atau pengawet supaya makanan dan minuman bisa lebih tahan lama.
Pemenuhan gizi seharusnya benar-benar diperhatikan baik oleh penjual maupun pihak sekolah, supaya
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh peserta didik dapat dijamin kesehatan dan keamanannya.
Sebab, sebagaimana juga peserta didik ketika masih berada di sekolah adalah menjadi tanggung jawab
sekolah
Kebutuhan kafetaria sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penataan meja dan kursi harus sesuai. Di kafetaria ini, peserta didik juga dapat merencanakan
kegiatan-kegiatan konstruktif lain beserta teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, meja dan kursi
yang ada di kafetariatersebut idalnya dapat ditata sesuai dengan keperluan peserta didik. Peserta didik
dapat berkelompok dan mendiskusikan pelajaran-pelajaran sambil menikmati teh dan makanan ringan.
Dengan demikian, kafetaria sekolah juga mengemban misi edukatif.
2. Menyediakan koran, majalah, dan bacaan-bacaan lainnya. Di kafetaria sekolah sangat bagus jika
disediakan koran atau majalah sehingga dapat dibaca oleh mereka yang bersitirahat dan ingin mengisi
waktu istirahatnya. Sambil menikmati makanan yang tersedia, peserta didik juga dapat memperoleh
tambahan pengetahuan dari berita-berita dan artikel-artikel yang ia baca.
3. Tersedianya sumber informasi. Dalam mengisi waktu istirahat, sangat bagus jika di kafetaria tersebut
tersedia informasi mengenai makanan yang tersedia hari ini dan esok beserta kandungan gizinya.
Sambil makan, peserta didik juga sekaligus dapat mengingat kandungan gizi yang terdapat pada
berbagai jneis makanan yang tersedia di kafetaria.
C. Tujuan dan Fungsi Kafetaria Sekolah

Tujuan layanan kafetaria secara umum adalah tersedianya wahana bagi peserta didik untuk memenuhi
energinya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Secara khusus, tujuan layanan kafetaria
peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin kebersihan
dan kesehatannya serta memadai kandungan gizinya.
2. Agar peserta didik dengan mudah mendapatkan makanan dan minuman yang sesuai dengan daya
jangkau uang sakunya
3. Agar peserta didik terhindar dari efek-efek negative yang ditimbulkan atau sebagai akibat tersedianya
warung-warung disekitar sekolah yang tidak dapat dikontrol oleh sekolah
4. Agar peserta didik dapat bersama-sama dengan teman sebayanya memanfaatkan kafetaria sekolah
sebagai wahana untuk belajar dan mendalami materi-materi yang diajarkan.
5. Agar tersedia wahana bagi peserta didik guna merancang kegiatan-kegiatan konsrtuktif untuk mereka
sendiri diluar wahana kelas
6. Agar peserta didik mengenal jenis makanan sederhana dan murah harganya tetapi tinggi dan
memadai kandungan gizinya.
7. Agar dapat dikembangkan cara-cara makan yang sesuai dengan etika pergaulan setempat.
Adapun fungsi layanan kafetaria sekolah meliputi fungsi normatif, edukatif, dan preventif. Fungsi
normative layanan kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dilatih cara makan yang baik sesuai dengan etika
setempat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat memahami cara makan dan etika maka yang dianut oleh
peserta didik lain yang berlainan kultur dengannya
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dijaga agar makan dan minum yang tidak terlarang
Fungsi edukatif kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tau cara makan yang sehat.
2. Melalui kafetaria sekolah peserta didik akan tau jenis makanan murah yang mempunyai kandungan
gizi yang memadai.
3. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat dilatih makan dan minum dengan baik.
4. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosialnya sambil makan
dan diminum
5. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat merancang kegiatan konstruktif.
6. Melalui kafetaria sekolah peserta didik dapat mendiskusikan materi pelajaran dalam rangka
pendalaman
7. Melalui kafetaria sekolah peserta didik mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang
konstruktif dari temannya, dari koran, dan dari kafetaria itu sendiri.
Fungsi preventif layanan kafetaria sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mencegah peserta didik agar tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak dapat dijamin
kebersihan dan kesehatannya.
2. Mencegah peserta didik agar tidak menjadikan warung disekitar sekolah sebagai tempat untuk
melakukan pelanggaran-pelanggaran
3. Mencegah peserta didik tidak mengkonsumsi makanan dan minuman terlarang yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan mereka.
4. Menempatkan peserta didik pada tempat yang mudah pengontrolannya.
D. Prinsip-Prinsip Kafetaria Sekolah
Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam layanan kafetaria antara lain (Imron, 1995: 172):
1. Prinsip keterjangkauan. Makanan dan minuman yang disediakan di kafetaria sekolah haruslah
terjangkau oleh uang saku peserta didik dengan aneka ragam latar belakang ekonomi. Prinsip ini harus
dipedomani, karena jika tidak bisa bertentangan dengan misi layanan kepada peserta didik.
2. Prinsip pendidikan. Dimana layanan kafetaria yang disediakan kepada peserta didik haruslah dalam
kerangka pendidikan kepada peserta didik. Berarti, layanan kafetaria peserta didik tidak banyak
diorientasikan ke profit atau sekedar mencari keuntungan. Pedoman atas prinsip pendidikan ini
membawa implikasi luas dalam pelayanan kafetaria. Ia harus senantiasa menjadikan peserta didik
semakin baik dilihat dari sisi pendidikan dalam pengertian seluas-luasnya.
3. Prinsip kooperatif. Penyelenggaraan layanan kafetaria haruslah memungkinkan kerjasama yang baik
antara peserta didik dengan pengelola yang terdiri dari personalia sekolah atau orang lain yang ditunjuk.
Pedoman prinsip ini, menjadikan penyebab harga-harga yang ditawarkan oleh kafetaria kepada peserta
didik haruslah didasarkan atas kesepakatan-kesepakatan yang dibangun sebelumnya. Kafetaria tidak
menentukan harga sepihak, sebaliknya peserta didik juga tidak boleh mengadakan penawaran sepihak
yang menyebabkan kafetaria rugi dan tidak dapat melanjutkan usahanya.
4. Prinsip membantu peserta didik. Kafetaria yang diadakan oleh sekolah bermaksud memberikan
layanan kepada peserta didik. Jika prinsip ini tidak dapat dijalankan dengan baik, maka sebaiknya jika
kafetaria ditiadakan. Pemedoman prinsip ini akan menjadikan peserta didik dapat memesan makanan
dan minuman justru disaat-saat mereka membutuhkan.
5. Prinsip kesehatan. Prinsip ini menekankan agar makanan dan minuman yang tersedia haruslah
terjamin kebersihan dan kesehatannya. Makanan yang terjamin kesehatan dan kebersihannya dapat
menjadikan peserta didik terdukung kegiatan belajarnya. Pemedoman prinsip ini menjadikan penyebab
bahwa kafetaria sekolah tidak akan menjual rokok, minuman keras dan yang mempunyai kadar alcohol
serta makanan lain yang tidak baik untuk kesehatan.
E. Pelaksanaan Program Kafetaria Sekolah
Pelaksanaan program kafetaria sekolah dapat diterapkan dengan jenis layanan kafetaria yang dapat
dikembangkan di sekolah antara lain:
1. Sistem dilayani, sistem ini peserta didik dapat memesan makanan atau minuman yang ia inginkan.
Kelebihan dari sistem layanan ini adalah bahwa keamanan makanan dan minuman dari mereka yang
nakal akan terjamin, oleh karena peserta didik hanya dapat mengambil makanan berdasarkan apa yang
ia pesan kepada petugas. Sistem dilayani ini ada dua macam yaitu:
a. Pemesan duduk ditempat sedangkan petugas kafetaria mengantarkan jenis makanan dan minuman
kemeja dan tempat duduk pemesan. Setelah makan dan minum pemesan kemudian membayar ke
tempat kasir setelah membayar pemesan kemudian boleh keluar dari kafetaria.
b. Pemesan membawa baki sendiri kedepan petugas kafetaria, kemudian petugas kafetaria meletakkan
jenis makanan dan minuman yang dipesan diatas baki. Selanjutnya pemesan membawa baki yang
diatasnya sudah ada makanan dan minuman kearah kasir untuk membayar. Setelah membayar,
pemesan membawa makanan dan minuman yang ada dibaki ke meja dan tempat duduk yang telah
tersedia. Selesai makan dan minum pemesan kemudian keluar dari kafetaria.
2. Sistem melayani sendiri atau swalayan (Self Service). Sistem melayani sendiri adalah suatu sistem
dimana peserta didik dapat mengambil makanan sendiri yang ia sukai dan tersedia di kafetaria tersebut.
Ada dua macam sistem ini, yaitu:
a. Sistem memasukkan koin, dimana disuatu tempat telah tersedia makanan dan minuman, untuk
mengambilnya harus dengan memasukkan sejumlah uang atau koin. Jika sejumlah koin yang ditentukan
dimasukkan ketempat yang ditunjuk, maka keluarlah makanan dan minuman yang diinginkan,
sebaliknya jika koin atau uang yang dimasukkan masih kurang ia akan keluar lagi sebagai tanda
penolakkan dari mesin yang telah disediakan.
b. Sistem dimana peserta didik dapat mengambil makanan dan minuman yang disediakan. Makanan dan
minuman yang sudah diambil, harus ditempatkan pada suatu tempat ( misalnya: piring) dan kemudian
dibawa ke kasir untuk dibayar. Setelah membayar, peserta didik dapat membawanya ketempat duduk
dan meja yang tersedia. Barulah ia boleh memakannya. Setelah makan, peserta didik bebas keluar dari
kafetaria.
3. Sistem warung, ialah suatu sistem yang lazim berlaku pada warung-warung. Dalam sistem ini, ada
beberapa jenis makanan dan minuman yang memesan dahulu sebelum memakan dan meminumnya,
tetapi sebaliknya ada jenis makanan tertentu yang tinggal mengambil saja tanpa memesan terlebih
dahulu. Bahkan ada yang sebagian mengambil sendiri dan sebagian dipesan meskipun dalam satu porsi.
Pembayaran dilakukan menurut kehendak pembeli, jika pembeli mau membayar setelah makan tidak
apa-apa, sebaliknya jika pembeli menyerahkan uangnya terlebih dahulu juga diperbolehkan. Pada
sekolah-sekolah kita, sistem warung ini yang paling banyak dipergunakan. Alasannya selain lebih mudah
ternyata memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita.
4. Sistem Bon. Dalam sistem ini peserta didik bebas makan dan minum di kafetaria dan tidak harus
membayar pada saat itu juga. Dalam sistem ini, setelah memesan makan dan minum kemudian ia
mencatat dibuku yang telah disediakan setelah sebelumnya ia bertanya kepada petugas mengenai
harganya. Atau melapor kepada petugas mengenai makanan dan minuman yang baru saja dimakan dan
diminum. Kemudian petugas menginformasikan harganya dan mencatat pada buku yang tersedia.
Sistem pembayaran dapat dilakukan terlebih dahulu dan dapat dilakukan kemudian. Sistem pembayaran
terdahulu dilakukan dengan cara: peserta didik menitipkan sejumlah uang yang kira-kira cukup untuk
satu bulan. Sistem pembayaran kemudian dilakukan dengan cara: peserta didik haru membayar
sejumlah uang sesuai dengan rekening tagihannya.
F. Program Kafetaria Sekolah dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar

Kafetaria/warung/kantin sekolah secara tidak langsung mempunyai kaitan dengan proses belajar-
mengajar di sekolah. Adakalanya proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya
karena siswa lapar dan haus. Ketika proses pendidikan di sekolah banyak sekali energy yang
dikeluarkan oleh peserta didik. Energi tersebut tidak hanya bersifat fisik melainkan juga untuk kegiatan
fisikis. Aktifitas pikir yang dilakukan oleh peserta didik untuk mencerna materi-materi pelajaran yang
diberikan dan buku-buku teks yang ditunjuk banyak menyita tenaga dan energi peserta didik. Oleh
karena itu tidak jarang setelah aktifitas belajar-mengajar berlangsung khusunya istirahat, peserta didik
merasa lapar. Hal demikian diperlukan pemberian layanan kafetaria kepada peserta didik.

Di kantin-kantin dan warung sekitar sekolah tidak jarang dijadikan pos bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak edukatif. Karena ada larangan merokok di sekolah, peserta
didik sering merokok di kantin atau warung sekitar sekolah, bahkan peserta didik seringkali
mengadakan rencana-rencana yang tidak edukatif di warung-warung sekitar sekolah. ada juga mereka
yang mombolos yang bersembunyi di kantin atau warung sekitar sekolah, bahkan mereka terkadang
juga terlibat minuman keras di warung yang tidak mudah dikontrol oleh lingkungan sekolah. Oleh
karena itu layanan kafetaria kepada peserta didik dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan yang sering terjadi diluar pengawasan sekolah. Kafetaria sekolah sangat bagus jika
disediakan koran atau majalah sehingga dapat dibaca oleh mereka yang beristirahat dan ingin mengisi
waktu istirahatnya sambil menikmati makanan yang tersedia. Sehingga peserta didik dapat memperoleh
tambahan pengetahuan dari berita dan artikel-artikel yang ia baca. Selain itu juga makanan yang
tersedia di kafetaria terjamin atas gizi dan kebersihannya sehingga dapat meningkatkan semangat
belajar siswa.

G. Tata Tertib dan Administrasi Kafetaria Sekolah

Kafetaria/warung/kantin sekolah tidak harus diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat


diadministrasikan oleh pribadi di luar sekolah atau oleh darma wanita sekolah. Namun
kafetaria/warung/kantin sekolah ini tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah. Kepala sekolah
harus memikirkan atau mengupayakan kehadiran kafetaria/warung/kantin sekolah itu mempunyai
sumbangan positif dalam proses belajar-mengajar anak di sekolah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam administrasi kafetaria itu adalah (Darwoto, 2010):
1. Administrasi kafetaria/warung/kantin sekolah harus menjaga kesehatan (higienitas) masakan-
masakan yang dijajakan kepada siswa.
2. Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan utama, karena kebersihan diharapkan dapat
menjauhkan penyebaran hama penyakit.
3. Makanan-makanan yang disediakan hendaknya makanan yang bergizi tinggi, dan bilamana perlu
dapat menambahkan vitamin-vitamin yang diperlukan siswa pada umumnya.
4. Harga makanan-makanan hendaknya dapat dijangkau atau sesuai dengan kondisi ekonomi siswa.
5. Usahakan agar kafetaria/warung/kantin sekolah tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlama-lama atau nongkrong. Kondisi yang demikian akan menyokong munculnya perilaku-perilau
negatif.
Daftar Rujukan

Pandiangan, Ernest. 2009. Kantin Sekolah Al-Azhar –


Sehat dengan Menu Bervariasi. (http://ernest.al-
azhar.wordpress.com. Diakses tanggal 2April 2010)
Darwoto. 2010. Administrasi Pelayanan Khusus. (http://
darwoto.wordpress.com/2010/03/17/administrasi-
pelayanan-khusus/, diakses pada tanggal 23 April
2010).
Imron, Ali. 1995. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang,
Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Lampiran

MANAJEMEN LAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

A. Pengertian Perpustakaan Sekolah

Menurut Kusmintardjo (1992/1993: 25) menjelaskan bahwa perpustakaan berasal dari pustaka dalam
bahasa Jawa Kawi yang berarti buku, naskah, karya tulis. Perpustakaan berarti: dibukukan, ditulis.
Pustaka mendapat awalan per- dan akhiran –an, juga berarti tempat, atau kumpulan. Perpustakaan
dalam bahasa Inggris disebut Library, juga berasal dari kata liber atau libri (Latin), yang berarti kulit
dari batang pohon di bawah kulit luar atau kitab, risalah. Veterum libri adalah kitab-kitab klasik. Dalam
bahasa Perancis, perpustakaan disebut Bibliotheque. Dalam bahasa Jerman dinamakan Bibliothek, dan
dalam bahasa Belanda dinamakan Bibliotheek. Kalimat-kalimat tersebut berasal dari kata Biblos
(Yunani) yang berarti Papyrus (rumput yang ditumbuk, dikeringkan menjadi bahan untuk ditulisi),
kemudian berubah menjadi Biblion yang artinya tempat. Jadi, Bibliotheke berarti tempat atau kumpulan
buku.

Banyak pendapat tentang apa yang disebut perpustakaan atau library, tetapi dalam prinsipnya memiliki
arti yang sama. Dalam Encyclopedia Britania, dijelaskan bahwa perpustakaan adalah koleksi buku-buku,
baik yang dicetak ataupun dalam bentuk tulisan. Dalam Encyclopedia Americana, dijelaskan bahwa
perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang terdiri dari bermacam-macam nama dan ditulis dalam
bermacam-macam bahasa.

Elizabeth H. Thomson dalam bukunya “ALA Glassary of Library terms”, mengatakan bahwa:
perpustakaan adalah suatu ruangan atau gedung tempat menyimpan koleksi buku-buku dan sejenisnya,
yang diorganisir dan diadministrasi sebagai bahan bacaan, memperoleh informasi dan belajar.

Sedangkan Moxam dalam bukunya tentang ilmu perpustakaan mengatakan perpustakaan adalah tempat
pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka yang disusun dan diatur dengan sistem tertentu dan tiap-
tiap tulisan, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat diketemukan dengan mudah dan cepat. Dengan
demikian, bukan sembarang kumpulan buku dapat kita sebut perpustakaan, dan bukan sembarang
tempat pengumpulan buku kita sebut perpustakaan. Namun, kumpulan buku dan bahan pustaka lainnya
itu harus diatur dan disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mempunyai tujuan tertentu. Bahan
pustaka dapat berupa buku, naskah, gambar, foto, slide, film, rontal, dan sebagainya.

Pengertian perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah suatu tempat yang bertujuan untuk menyimpan
koleksi buku-buku yang diinginkan oleh pengguna. Jadi, perpustakaan sekolah merupakan pusat
masyarakat sekolah dalam mencari sumber informasi dan ilmu pengetahuan.

B. Masalah dan Kebutuhan Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo


Masalah yang berkenaan dengan Perspustakaan di SMKN 1 Probolinggo yaitu sebagai berikut:
1. Kekurangan buku referensi.
2. Peminjaman siswa dan guru tidak sama (masa peminjamannya tidak sama).
3. Buku-buku lama yang sudah tidak digunakan lagi, karena buku tersebut memakan tempat dan jika
dijual buku tersebut akan menimbulkan sanksi negara.
4. Pada saat proses komputerisasi sulit ditangani.
C. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo

Diadakannya perpustakaan sekolah adalah dalam rangka turut mendukung tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, tujuan perpustakaan sekolah adalah untuk mempertinggi daya
serap peserta didik terhadap materi-materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, menumbuhkembangkan
minat baca tulis guru dan siswa, mengenalkan teknologi informasi, membiasakan akses informasi secara
mandiri, memupuk bakat dan minat.. Daya serap terhadap materi pelajaran bisa relatif tinggi dan
bahkan lebih luas dan dalam, karena didukung oleh koleksi bahan pustaka yang jumlahnya banyak di
perpustakaan sekolah. Daya serap terhadap materi pelajaran bisa tinggi, karena di samping peserta
didik mendapatkannya dari guru mereka, juga mendapatkannya melalui penelitian dan telaah pustaka di
perpustakaan. Bacaan-bacaan yang mempunyai nilaang telah rekreatif, dapat juga memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk refreshing, yang setelah segar kembali dapat mempelajari
bahan-bahan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Sedangkan fungsi dari perpustakaan sekolah, antara lain:


1. Fungsi pusat belajar mengajar perpustakaan sekolah mengandung arti bahwa proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dapat dilakukan dengan kelengkapan koleksi
bahan pustaka yang berasal dari perpustakaan sekolah. Fungsi ini juga mengandung arti, bahwa ketika
guru berhalangan mengajar, peserta didik dapat ditugaskan mencari materi-materi yang telah
digariskan oleh kurikulum melalui perpustakaan sekolah.
2. Fungsi penelitian dan telaah kepustakaan perpustakaan mengandung arti bahwa peserta didik dapat
mengadakan penelitian literature di perpustakaan dan mengadakan telaah pustaka. Konsep-konsep dan
teori-teori yang pernah peserta didik terima termasuk yang diterima oleh gurunya dapat di cek ricek,
apakah telah benar, sesuai atau berbeda dengan yang ia temukan. Dengan demikian, peserta didik
dapat memahami sesuatu dari perspektif yang jauh lebih luas.
3. Fungsi pusat ilmu pengetahuan perpustakaan mengandung arti bahwa dalam koleksi bahan pustaka
yang tersimpan di perpustakaan, tersimpan juga ilmu pengetahuan. Dengan fungsi demikian, maka
peserta didik akan sadar sepenuhnya, bahwa pengetahuan yang didapatkan dari guru mereka adalah
sedikit dari nsebanyak ilmu pengetahuan yang sebenarnya ada di perpustakaan.
4. Fungsi pusat rekreasi perpustakaan mengandung arti bahwa peserta didik dapat memanfaatkan
koleksi bahan pustaka yang mempunyai muatan rekreatif sebagai sarana rekreasi.Bacaan-bacaan fiksi
dan ringan, bacaan dengan nada humor, sebenarnya dapat menghibur peserta didik di sela-sela proses
kegiatan belajar mengajar yang mungkin diantaranya ada yang menegangkan. Manakala peserta didik
mau membaca bacaan-bacaan denikian, tentulah sekaligus terhibur dan dia sudah sama dengan
rekreasi.
5. Fungsi pusat apresiasi perpustakaan mengandung arti bahwa, dengan menkaji karya-karya yang
menjadi koleksi bahan pustaka perpustakaan, peserta didik akan dapat menghargai karya orang lain. Ia
yang mungkin tidak sejaman dengan pengarangnya, dapat menyelam jauh ke belakang,
mengapresiasikan ide-ide yang ditampilkan dalam koleksi bahan pustaka tersebut.
D. Perencanaan Program Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo

Diadakannya perpustakaan sekolah dalam rangka turut mendukung terciptanya perpustakaan yang baik.
Dalam mempersiapkan perpustakan, dilakukan perencanaan terlebih dahulu, antara lain:
1. Penyediaan infrastruktur
a. Lokasi dan Ruang
Perpustakaan adalah sebuah pusat kegiatan dan pusat belajar, oleh karena itu harus memungkinkan
untuk dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas intruksional pada waktu yang bersamaan.
Selain ruang baca utama, tempat-tempat khusus yang mesti ada di perpustakaan adalah sebagai
berikut:
1. Ruang referensi (reference area)
2. Ruang bercerita (booktalking/storytelling area)
3. Ruang komputer (computer/technology area)
4. Ruang kelas (instructional/classroom area)
5. Ruang santai (quiet study/recreational reading area)
6. Ruang produksi ( multimedia production area)
7. Ruang pengolahan bahan pustaka (storage/processing workroom).
Akan lebih baik apabila perpustakaan memiliki ruang seminar atau konferensi serta ruang kepanitiaan
yang bisa menjamin privasi. Papan pengumuman/informasi serta ruang pamer (display) sangat penting
sebagai media informasi untuk menampilkan program-program perpustakaan. Beberapa pertimbangan
(standar) yang harus dipenuhi dalam membangun infrastruktur perpustakaan sekolah:
1. Lokasi terpusat atau sentral, usahakan berada di lantai dasar
2. Akses dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran
3. Pengawasan dan keamanan yang baik
4. Faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang bebas dari
kebisingan dari luar
5. Pencahayaan yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan. Dengan catatan
cahaya tidak membuat silau dan sinar matahari tidak langsung
6. dekorasi cat yang menyejukan dan tidak membuat silau
7. Sirkulasi udara yang baik
8. Suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun ventilasi yang
mencukupi, dianjurkan suhu ruangan sekitar 22 drajat Celcius dan kelembapan 45-50%) untuk
menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun di samping preservasi koleksi disain yang sesuai
guna memenuhi kebutuhan penderita cacad fisik
9. Ukuran ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi dan non-fiksi, buku sampul tebal
maupun tipis, suratkabar dan majalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya, ruang belajar, ruang
baca, ruang komputer, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan meja perpustakaan
10. fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum dan teknologi
pada masa mendatang
11. ruang baca mampu menampung 10 persen dari jumlah siswa
12. luas ruang diskusi: 2/3 x 10 persen x jumlah siswa x 1,5 meter persegi
13. ruang belajar: 2/9 x 10% x jumlah siswa x 2 meter persegi
14. ruang membaca santai: 1/9 x 10% x jumlah siswa x 1 meter persegi
15. ruang koleksi buku.Luas ruangan: jumlah eksemplar buku/400 x 1 meter (Sudah termasuk jarak
antar-rak)
16. ruang Penerbitan Berkala. Luas ruangan: jumlah eksemplar/76 x 1 meter persegi
b. Perabot dan Peralatan
Disain perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkut bagaimana perpustakaan melayani
sekolah. Penampilan estetis perpustakaan sekolah memberikan rasa nyaman dan merangsang
komunitas sekolah untuk memanfaatkan waktunya di perpustakaan.
Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara tepat hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Rasa aman
2. Pencahayaan yang baik
3. Didisain untuk mengakomodasi perabotan yang kokoh, tahan lama dan fungsional, serta memenuhi
peryaratan ruang, aktivitas dan pengguna perpustakaan
4. Didisain untuk menampung persyaratan khusus populasi sekolah dalam arti cara paling restriktif.
5. Didisain untuk mengakomodasi perubahan pada program sekolah, program pengajaran, serta
perkembangan teknologi audio, video dan data yang muncul.
6. Didisain untuk memungkinkan penggunaan, pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkut perabotan, peralatan, alat tulis kantor dan materi.
7. Dirancang dan dikelola untuk menyediakan akses yang cepat dan tepat waktu ke aneka ragam koleksi
sumber daya yang terorganisasi.
8. Dirancang dan dikelola sehingga secara estetis pengguna tertarik dan kondusif dalam hiburan serta
pembelajaran, dengan panduan dan tanda-tanda yang jelas dan menarik
2. Penyediaan koleksi pustaka

IFLA (International Federation Library Association) membuat standar yang mesti dipernuhi oleh
perpustakaan sekolah, diantaranya adalah koleksi buku yang sesuai hendaknya menyediakan sepuluh
buku per murid. Sekolah terkecil hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul materi perpustakaan
yang relevan dan mutakhir agar stok buku berimbang untuk semua murid. Paling sedikit 60% koleksi
perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang berkaitan dengan kurikulum. Di samping itu, perpustakaan
sekolah hendaknya memiliki koleksi untuk keperluan hiburan seperti novel populer, musik, dolanan,
komputer, VCD, majalah dan poster. Materi semacam itu dipilih—selain oleh guru, kepala sekolah, dan
pustakawan—juga bekerja sama dengan murid agar koleksi perpustakaan mencerminkan minat dan
budaya mereka, tanpa melintasi batas wajar standar etika.

3. Pengelola perpustakaan (SDM)


Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta profesional yang bertanggung
jawab atas perencanaan dan pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh tenaga yang
mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan berhubungan dengan
perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pade fase awal cukup diperlukan pustakawan yang memiliki
keterampilan dasar perpustakaan, seperti berikut:
a. Administrasi bahan pustaka (mulai dari stampling sampai pada shelfing)
b. Klasifikasi
c. Katalogisasi
d. Sirkulasi
e. Administrasi anggota
f. Statistik sirkulasi
4. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan Sekolah

Sistem Informasi Manajemen(SIM) Perpustakaan ini dirancang khusus untuk membantu perpustakaan
dalam menjawab tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan pelayanan dan menjalankan
fungsinya sebagai “jantung sekolah”.

Selain sebagai sistem informasi perpustakaan, program ini juga dapat menjadi pangkalan data.
Sehingga memudahkan siapapun yang terhubung ke jaringan untuk mencari pustaka yang sesuai
dengan keinginan sekaligus mendownload data–data yang memang boleh diambil tanpa perlu datang
langsung ke perpustakaan. Secara garis besar fitur SIM. Perpustakaan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Pendataan koleksi perpustakaan
b. Pengaturan koleksi, pencetakan barcode, pencetakan bibliografi, katalog pengarang, katalog judul,
katalog subyek, label dan lain-lain.
c. Pengaturan anggota perpustakaan, koleksi yang dapat dipinjam, lama peminjaman, maksimal
peminjaman, dan pembuatan kartu anggota
d. Peminjaman dan pengembalian koleksi perpustakaan
e. Usulan pengadaan koleksi, proses pengadaan koleksi, data vendor pengadaan, data pembandingan
harga, anggaran serta desiderata pengadaan koleksi.
f. Laporan statistik penggunaan koleksi, pengunjung perpustakaan, statistik pengadaan koleksi dan lain-
lain
g. Pembuatan kartu bebas pustaka dan lain-lain
Seluruh fitur tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga tidak perlu melakukan proses yang tidak
perlu secara berulang-ulang serta memudahkan dalam pengelolaan perpustakaan.

E. Pelaksanaan Program Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo

Dilihat dari segi prosesnya di perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Mengisi buku pengunjung untuk pengunjung siapa saja mulai dari siswa dan para karyawan yang ada
di SMKN 1 Probolinggo.
2. Buku pengunjung untuk tamu, seperti buku untuk pengawas, buku untuk assesor (pengawas khusus
perpustakaan), buku kunjungan dari siswa atau alumni SMKN 1 Probolinggo
3. Pada proses peminjaman: langsung membuka digital catalogue untuk memilih koleksi buku yang
diinginkan
4. Pada proses pengembalian: mengambil kartu perpustakaan terus menuju meja sirkulasi untuk
mengembalikan buku perpustakaan. Jika melewati proses komputerisasi langsung input ke data
pengembalian dan sebaliknya.
F. Program Perpustakaan dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar di SMKN 1 Probolinggo

Berdasarkan masalah yang ada di Perpustakaan SMKN 1 Probolinggo, berikut ini akan dijelaskan cara
peningkatan belajar di SMKN 1 Probolinggo, yaitu:
1. Kami menyediakan ruang AVA (Audio Visual Access) tujuannya atau gunanya untuk pembelajaran
melalui media visual digital elektronik seperti televisi dan LCD.
2. Menyediakan koleksi buku perpustakaan berdasarkan klasifikasi yang dipilih oleh peminjam buku
yang dipinjam.
3. Masih merencanakan digital library tetapi barangnya masih belum ada.
4. Peminjaman buku paket secara kolektif pada pelajaran yang diinginkan
5. Menyediakan jaringan internet (hotspot) di ruang perpustakaan SMKN 1 Probolinggo
6. Membuat suasana perpustakaan SMKN1 Probolinggo nyaman, bersih dan rapi gunanya untuk
memancing pengunjung agar betah di perpustakaan
G. Tata Tertib dan Administrasi di SMKN 1 Probolinggo

Agar maksud pendidikan disekolah dapat tercapai, maka layanan perpustakan peserta didik haruslah
senantiasa teratur, tertib dan memudahkan kepada peserta didik.haldemikian dapat dicapai manakala
para penggna perpustakaan yaitu peserta didik, guru dan karyawan bersedia mentaati tata tertib
perpustakaan. Apa saja yang harus tercantum dalam tata tertib perpustakaan? yang harus tercantum
adalah: persyaratan menjadi anggota dan pengguna koleksi bahan pustaka, tata cara peminjaman,
koleksi bahan pustaka,ketentuan mengenai kapan perpustakaan dibuka dan ditutup ketentuan tentang
jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna berikut sangsinya, larangan-larangan yang harus
di perhatikan oleh pengguna perpustakaan dan sebagainya
Adapun persyaratan menjadi anggota perpustakaan sekolah lazimnya sebagai berikut
1. Peserta didik sekolah tersebut, yang di buktikan dengan kartu siswa.
2. Mendaftarkan diri kepada pustakawan sekolah,dengan mengisi formulir yang telah di sediakan.
3. Melampirkan pasfoto untuk keperluan kartu tanda anggota, kartu peminjaman, dan arsip
4. Menandatangani surat perjanjian yang bersi bersedia menerima sanksi bila ternyata pengguna
perpustakaan melakukan pelanggaran.
5. Tata tertib peminjaman bahan pustaka adalah sebaga berikut:
a. Peminjam adalah anggota perpustakaan yang bersangkutan, atau mereka yang secara khusus
mendapatkan ijin dari kepala perpustakaan dan kepala sekolah.
b. Membawa kartu peserta didik atau siswa
c. Meminjam pada hari dan jam yang telah di tentukan
d. Maksimal koleksi bahan pustaka yang dipinjam sebanyak 2 buah
e. Batas pengembalian harus di perhatikan, misalnya 2 minggu
f. bersedia menjaga kebersihan dan keutuhan
g. Tidak boleh memberikan coretan pada koleksi bahan pustaka dalam bentuk apapun
h. Tidak di perkenankan menggunakan kartu anggota orang lain
i. Koleksi bahan pustaka referensi, tidak boleh di pinjam hanya diperkenankan di baca di tempat.
j. Pelanggaran atas tata tertib dikenakan sanksi.
Adapun tata tertib yang ada di perpustakan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Pengunjung wajib mengisi Buku Daftar Kunjungan yang telah disediakan.
2. Pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman saat di dalam perpustakaan.
3. Berpakaian rapi dan sopan saat berkunjung ke perpustakaan SMKN 1 Probolinggo.
4. Tidak diperbolehkan memakai topi, jaket, serta membawa tas di dalam ruang perpustakaan.
5. Bagi pengunjung perpustakaan wajib ikut menjaga kebersihan selama di dalam ruangan
perpustakaan.
6. Perpustakaan SMKN 1 Probolinggo:
a. Buka pada jam 06.45-13.00 (untuk hari senin s/d sabtu)
b. Buka pada jam 06.45-11.00 (untuk hari jum’at)
Sedangkan administrasi yang ada di perpustakaan SMKN 1 Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Buku pengunjung sesuai dengan jurusan
2. Daftar peminjaman dan pengembalian buku perpustakaan sesuai dengan jurusan
3. Buku peminjaman untuk guru dan karyawan staf tata usaha
4. Grafik peminjaman untuk mengkalkulasi jumlah peminjam
5. Grafik pengunjung untuk mengkalkulasi jumlah pengunjung
6. MADING yang tujuannya untuk memaparkan ide-ide siswa-siswi, guru, karyawan tata usaha yang
ditempel di papan yang berupa resensi, artikel, rubrik dan cerpen.
7. Kotak saran (suggestion box) yang tujuanya menerima kritikan siapa saja yang menikmati
perpustakaan SMKN 1 Probolinggo
8. Buku denda perpustakaan SMKN 1 Probolinggo
H. Evaluasi Program di SMKN 1 Probolinggo

Dalam kegiatan akhir dari pengelolaan perpustakaan adalah kegiatan evaluasi perpustakaan sekolah.
Evaluasi perpustakaan harus didasarkan pada kriteria yang berkaitan dengan staf perpustakaan,
penggunaan perpustakaan oleh murid, administrasi dan organisasi perpustakaan, pemilihan materi
perpustakaan, dan karakteristik khusus dari layanan perpustakaan sekolah.

Dalam evaluasi atau penilaian terhadap perpustakaan SMKN 1 Probolinggo terdapat tim Pengawas dari
Dinas Pendidikan, Dinas Propinsi, Dinas Pusat. Cara mengevaluasi:
1. Melihat jumlah buku pengunjung
2. Jumlah buku yang dipinjam
3. Grafik pengunjung dan peminjam
4. Bagan organisasi
5. Jumlah koleksi buku perpustakaan
6. Jumlah katalog
7. Melihat dari penataan ruang
8. Jumlah fasilitas dan sarana dan prasarana (termasuk poster-poster di dinding)
9. Pengoperasian komputernya dan cara kerja sistem sirkulasi kerja
10. Melihat buku denda perpustakaan
11. Kebersihan ruang
Daftar Rujukan
Kusmintardjo. 1992/1993. Pengelolaan Layanan Khusus
di Sekolah (Jilid II). Malang: Proyek OPF
IKIP.
Imron, A. 2006. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: Proyek OPF IKIP.
Tanpa Nama. 2004. Membangun Perpustakaan Model.
(http://www.bit.lipi.go.id/masyarakatliterasi/indep
hp/membangun-perpustakaan-sekolahmodel?
showall=1), diakses 25 april 2010)
Lampiran

LAYANAN KHUSUS TRANSPORTASI SEKOLAH

A. Pengertian Transportasi Sekolah

Transportasi merupakan fenomena terkait perpindahan, perjalanan serta pergerakan orang dan barang.
Pengelolaan transportasi yang handal hanya dapat terwujud dengan dukungan kapasitas teknis,
organisasi, pembiayaan yang memadai, serta kepemimpinan dan komitmen politik. Sistem transportasi
sekolah yang handal seharusnya bertujuan untuk mewujudkan keselamatan dan keamanan, efisiensi,
keadilan serta pelestarian lingkungan. Karena itu diperlukan upaya dan riset yang dapat menunjang
terwujudnya sistem transportasi yang handal tersebut. Transportasi sekolah adalah alat perpindahan,
perjalanan, yang dikhususkan untuk mengangkut seluruh siswa sekolah dalam memudahkan para
pelajar menuju ke sekolahnya.

Berdasarkan kajian Dinas Perhubungan, sebagian besar para pelajar menggunakan angkutan umum
sebagai media transportasi mereka ke sekolah, namun tidak sedikit siswa yang menggunakan
kendaraan pribadi atau fasilitas antar-jemput baik dari orang tua maupun jasa travel sebagai media
transportasi ke sekolah. Hal yang sering kali tidak dapat dihindari oleh semua lapisan masyarakat,
khususnya siswa-siswa yang berhubungan dengan transportasi adalah kemacetan lalu lintas.

Kemacetan lalu lintas merupakan masalah transportasi yang dialami hampir semua kota besar di dunia.
Secara umum hal tersebut disebabkan oleh bersamaannya semua lapisan masyarakat untuk berangkat
maupun pulang beraktivitas dalam jam yang bersamaan. Hal yang paling fatal adalah banyaknya
kendaraan pribadi yang digunakan oleh seorang pengguna saja, padahal kendaraan pribadi tersebut
dapat digunakan oleh dua orang atau bahkan lebih.
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah transportasi yang dialami hampir semua kota besar di dunia.
Oleh karena itu pemerintah setempat telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi
kemacetan, salah satunya adalah kebijakan Kawasan Pembatasan Penumpang (KPP).

Tuntutan sekolah yang mengharuskan siswa datang tepat waktu di sekolah dan memberikan sanksi
kepada siswa yang telat mengharuskan siswa untuk berangkat lebih awal guna datang tepat waktu ke
sekolah. Dengan terbatasnya transportasi umum, siswa harus berdesak-desakan dengan karyawan yang
harus berangkat ke tempat kerja masing-masing atau bahkan harus berebut naik transportasi umum
tersebut agar tidak datang terlambat.

Untuk itu pihak sekolah harusnya memikirkan solusi bagi para siswa-siswinya agar dapat datang tepat
waktu ke sekolah. Salah satunya sekolah dapat menyadiakan transportasi sekolah,,tentunya dengan
kerjasama antar pihak sekolah dan pemerintah. Namanya saja transportasi sekolah, jadi yang dapat
menggunakannya adalah para siswa-siswi atau bahkan para guru yang akan berangkat atau pulang ke
dan dari sekolah. Sehingga transportasi sekolah adalah sebuah sarana transportasi yang diperuntukkan
untuk memenuhi atau mempermudah akses para siswa dan guru ke dan dari sekolah agar tidak datang
dan terlambat samapai ke sekolah dan rumah dengan jalur yang telah ditentukan oleh pemerintah (jalur
dapat dilihat di mana saja alamat siswa-siswa dan guru)

B. Masalah dan Kebutuhan Transportasi di Sekolah

Berdasarkan pengertian transportasi sekolah, pengadaan dan pemeliharaan dan pemeliharaan sarana
transportasi di sekolah merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh siswa-siswa atau guru untuk
mempermudah akses ke dan dari sekolah. Ada beberapa masalah yang timbul dalam pemenuhan sarana
trasnportasi sekolah tersebut. Masalah-masalah tersebut antara lain sebaai berikut:
a. Minimnya anggaran dalam memenuhi kebutuhan transportasi sekolah.
Dengan anggaran yang minim sulit bagi sekolah untuk mewujudkan adanya tranportasi sekolah yang
diharapkan karena kendala tersebut menjadi dasar untuk merealisasikan adanya tranportasi sekolah.
Meskipun ada anggaran, namun anggaran tersebut tidak diprioritaskan untuk transportasi sekolah saja
malainkan masih banyak kebutuhan-kebutuhan yang lain yang membutuhkan anggaran.
b. Kurangnya armada transportasi sekolah.
Penambahan armada dan trayek itu juga sebagai langkah optimalisasi transportasi sekolah karena
sebagian besar para pelajar masih menggunakan angkutan umum sebagai media transportasi mereka
ke sekolah. Untuk itu, sekolah menilai keberadaan tranportasi sekolah cukup membantu para pelajar.
Dengan adanya rencana penambahan tranportasi sekolah maka diharapkan banyaknya pelajar yang
dapat menikmati layanan tranportasi sekolah tersebut namun kenyataannya, tidak sedikit pelajar yang
tidak terangkut akibat minimnya jumlah armada tranportasi sekolah.
c. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya
mengenai transportasi sekolah.
Secara prinsip program layanan tranportasi sekolah sangat baik karena untuk menunjang kesejahteraan
peserta didik, namun karena mahalnya biaya pengoprasian layanan tersebut dapat menambah beban
masyarakat yang harus menanggung biaya transportasi putra-putrinya untuk pergi-pulang sekolah.
Sehingga masih kurang berminatnya antusias masyarakat dalam meningkatkan kualitas sekolah
khususnya mengenai layanan transportasi sekolah.
d. Belum meratanya layanan transportasi sekolah disetiap sekolah.
Pengoperasian transportasi sekolah itu sebagai salah satu bentuk pelayanan yang diberikan sekolah
kepada siswa dalam wujud alat transportasi antar-jemput bagi peserta didik menuju sekolah maupun
pulang kerumahnya masing-masing. Disamping itu, masih banyak juga sekolah yang belum mempunyai
layanan transportasi sekolah sendiri. Hal ini merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh
sekolah tersebut, guna memberikan layanan transportasi yang diberikan kepada peserta didik secara
maksimal. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, pengoperasian transportasi sekolah dimaksudkan
untuk meningkatkan pelayanan kepada pelajar dalam hal pemenuhan sarana transportasi sekolah, baik
pada waktu menuju ke sekolah maupun setelah selesai sekolah, sebab selama ini banyak pelajar yang
terlantar dalam perjalanannya menuju sekolah akibat harus berebut angkutan umum dengan
masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus berupaya memberikan layanan transportasi sekolah agar
peserta didik tidak lagi terlambat datang ke sekolah.
e. Mahalnya biaya layanan tranportasi sekolah bagi siswa yang tidak mampu.
Layanan transportasi sekolah dari segi biaya yang diberikan atau dikenakan kepada peserta didik cukup
mahal. Mahalnya biaya tersebut dikarenakan pengoperasian layanan transportasi sekolah serta alat-alat
onderdil dan biaya servis alat transportasi yang juga mahal. Hal ini dapat menambah beban peserta
didik yang harus menanggung biaya transportasi tersebut untuk pulang-pergi sekolah. Sehingga masih
kurang berminatnya antusias peserta didik dalam meningkatkan kualitas sekolah khususnya mengenai
layanan transportasi sekolah. Hal ini dikarenakan, masih banyaknya peserta didik yang kondisi
ekonominya lemah yang menjadikan kendala bagi sekolah untuk mewujudkan layanan transportasi
sekolah.
C. Tujuan dan Fungsi Transportasi Sekolah

1. Tujuan

Lepas dari masalah yang timbul dalam pengadaan dan pemeliharaan transportasi sekolah, pengadaan
dari transpotrasi sekolah itu sendiri memiliki tujuan. Secara umum tujuan pengadaan transportasi
sekolah adalah untuk mempermudah siswa-siswi dan guru dalam mengakses ke dan dari sekolah.
Secara khusus, sekolah mempunyai tujuan untuk meningkatkan tingkat keselamatan bagi siswa. Hal ini
dilakukan terutama melalui persyaratan driver, kendaraan, peralatan standar dan pelatihan. Beberapa
peraturan negara, pengemudi dan kendaraan bervariasi dengan keadaan dari transportasi. Artinya,
peraturan yang berbeda dapat diterapkan tergantung pada:
a. Jenis kendaraan yang digunakan,
b. Apakah transportasi tersebut ke dan dari sekolah atau kegiatan, dan
c. Apakah driver digunakan khusus untuk transportasi siswa. Peraturan biasanya tidak menarik
perbedaan antara sekolah umum, sekolah kabupaten, sekolah charter, dan sekolah non publik (Kecuali
dinyatakan lain, undang-undang berlaku untuk semua jenis sekolah).
2. Fungsi
Transportasi sekolah merupakan sebuah layanan khusus yang dikelola oleh sekolah dan mempunyai
fungsi sebagai media antar jemput siswa pada suatu sekolah, mulai dari siswa berada dirumah sampai
datang ke sekolah dan menuju rumah masing-masing setelah melaksanakan kegiatan di sekolah. Fungsi
utama layanan tranportasi sekolah adalah meningkatkan pelayanan kepada pelajar. Sebab, selama ini
banyak pelajar yang terlantar dalam perjalanannya menuju sekolah akibat harus berebut angkutan
umum dengan masyarakat. Akibatnya, setibanya disekolah pelajar mengalami kelelahan dan bahkan
sampai terlambat datang ke sekolah, sehingga konsentrasinya terganggu saat menerima pelajaran.

D. Perencanaan Program Transportasi Sekolah

Perencanaan program layanan tranportasi oleh sekolah dilakukan dengan mengadakan sarana
transportasi sekolah (bus sekolah). Secara teknis pengadaan sarana tersebut berhubungan dengan jalur
akses dari bus sekolah itu sendiri, sehingga dalam hal ini pihak sekolah memerlukan bantuan dari Dinas
Perhubungan untuk mengatur jalur akses dari bus sekolah. Setelah penentuan jalur akses telah
ditentukan, pihak sekolah dengan bantuan Dinas Perhubungan melakukan sosialisasi bahwa bus sekolah
siap beroperasi dengan jalur yang telah ditentukan. Jika terlihat banyak siswa-siswi atau guru yang
banyak merespon dengan baik, maka dapat dilakukan penambahan armada bus sekolah.

Penambahan armada bus sekolah untuk lebih meningkatkan kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan
transportasi siswa. Subsidi anggaran operasional juga diperlukan dalam proses perencanaan layanan
bus sekolah, karena apabila telah tersedia dana yang cukup maka suatu sekolah akan bisa
melaksanakan program layanan bus sekolah.

E. Pelaksanaan Program Transportasi Sekolah

Pelaksanaan Program Bus sekolah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam hal
pemenuhan sarana bus sekolah, baik pada waktu menuju ke sekolah maupun setelah selesai sekolah.
Layanan bus sekolah pada umumnya dilaksanakan pada pagi hari pada saat para peserta didik akan
berangkat ke sekolah dan diakhiri dengan pemulangan para peserta didik ke rumah masing-masing
setelah selesai melaksanakan seluruh kegiatan belajar di lingkungan sekolah. Dengan adanya layanan
ini diharapkan para peserta didik bisa berangkat sekolah dengan tepat waktu dan juga pulang sekolah
sesuai dengan jam akhir sekolah.

Untuk mengoptimalkan fungsi bus sekolah dalam memudahkan para pelajar menuju ke sekolahnya yaitu
dengan penambahan armada dan trayek itu juga sebagai langkah optimalisasi bus sekolah. Selain itu
tingkat keamana juga harus diperhatikan oleh karena itu diharapkan, adanya lembaga yang ditunjuk
untuk mengawasi pelaksanaan Bus Sekolah agar berjalan sesuai tujuan dan fungsinya, dan yang
terpenting adakah prosedur standar untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Dewan Transportasi Kota
dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi sudah memiliki standar pengawasan bus-sekolah?

Tentu harus ada standar untuk inspeksi, dan adalah sangat penting untuk memberi pemahaman kepada
para pelaksana pengawasan bahwa setiap kelalaian dalam menginspeksi. Misalnya, hanya melihat kertas
tanpa memeriksa keadaan fisiknya merupakan ancaman serius bagi keselamatan penumpang bus-
sekolah: anak-anak dan adik-adik kita.

Barangkali saja dari situ akan tercipta sistem yang ideal untuk dijadikan standar. Jika dijadikan standar
nasional, kalau belum cukup sebagai motivasi, siapkan saja aturan untuk hak patent dan royaltinya.

Saat mencari contoh di negara lain, ada School Bus Safety Inspection yang diterbitkan oleh Bus Safety
Program Advisory Committee dari Motor Carrier Safety Bureau, Department of Transportation, New York
Amerika Serikat. Buku yang berisi checklist itu diperuntukkan bagi para operator bus sekolah. Maka saat
operator menyerahkan kendaraan untuk diperiksa tidak ada tawar-menawar lagi, harus sesuai dengan
checklist.

New York berada di posisi teratas dalam standar keamanan untuk bus-penumpang di Amerika Serikat.
Keberhasilannya disebabkan oleh banyak hal, di antaranya: dedikasi para individu yang
mengoperasikan, memelihara, dan menginspeksi kendaraan. Didukung juga dengan adanya undang-
undang seperti prosedur pengujian rem, kewajiban pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang
aman dari kecelakaan.

Inspeksi dilaksanakan secara periodik, sertifikatnya berlaku 6 bulan sejak diterbitkan dengan kewajiban
adanya proses maintenance dalam interval yang waktunya ditentukan dan diajukan tertulis oleh
operator kepada Komite. Di dalamnya juga tercakup prosedur pemeriksaan sehari-hari oleh pengemudi.
Sebelum diserahkan untuk inspeksi, kendaraan harus sudah memenuhi standar “ready for passenger”
(barangkali label ini dikeluarkan oleh lembaga lain lagi), tidak boleh ada perbaikan dan penyesuaian
selama inspeksi berlangsung.
Jika memang sudah ada lembaga yang mengawasi pelaksanaan Bus Sekolah, ada baiknya untuk
diumumkan keberadaannya dan standar seperti apa yang digunakan. Akan banyak manfaatnya bagi
masyarakat. Masyarakat bisa ikut mengawasi karena mengetahui betul standar apa yang harus diikuti
operator; menumbuhkan kepercayaan orangtua; menjadi pembelajaran bagi anak-anak untuk
memahami praktek dan makna sesungguhnya dari suatu peraturan dan undang-undang.

F. Program Transportasi Sekolah dan Kaitannya dengan Peningkatan Belajar

1. Program Keselamatan Transportasi Murid

Setiap negara bekerjasama dengan administrator distrik sekolah dan pegawai bus sekolah harus
mengembangkan, mendokumentasikan dan menerapkan program keselamatan transportasi murid yang
komprehensif dan di evaluasi setiap tahun, untuk memastikan bahwa semua bus sekolah yang
dioperasikan dan dijaga untuk keselamatan serta efisiensi dapat maksimum.

Di negara-negara yang sudah lama melaksanakan layanan bus-sekolah, berbagai prosedur untuk
keamanan anak-anak diumumkan dan dibagikan ke berbagai pihak untuk dipahami dan dipatuhi oleh
anak-anak mereka.Salah satu di antaranya adalah mengenali zona bahaya di sekitar bus-sekolah. Anak-
anak wajib menghindari zona ini di setiap saat, setiap kali diingatkan misalnya untuk tidak berlarian
atau bermain di depan atau belakang bus.
Di Amerika, korban kecelakaan di kalangan anak-anak umumnya bukan karena kendaraan lain,
melainkan tertabrak oleh bus-sekolahnya sendiri. Ada area seputar badan bus disebut “blind spot” yang
tidak terlihat oleh pengemudi, baik secara langsung atau melalui kaca spion. Area seputar badan bus
yang beresiko tinggi dinamakan danger zone. Zona bahaya bus-sekolah di Amerika dan Kanada adalah
seperti ini:
a. Identifikasi Tetap dari Alat Transportasi Sekolah
Semua alat bus sekolah harus mudah diidentifikasi kepada publik dan mahasiswa, dan menggabungkan
standar marka dan warna yang telah menjadi identik dengan bus sekolah. Bus Sekolah harus:
1. Painted Kuning Bus Sekolah Nasional sesuai dengan Institut Nasional Standar dan Teknologi.
2. Diidentifikasi oleh kata-kata “Bus Sekolah” dalam huruf besar di depan dan belakang bus, terletak
antara lampu sinyal peringatan.
3. Dilengkapi dengan lengan sinyal berhenti yang berlaku dalam kaitannya dengan cahaya merah.
4. Dilengkapi dengan sistem sinyal lampu kuning dan merah untuk memperingatkan pengendara
kendaraan bermotor bahwa bus yang berhenti atau telah berhenti untuk menjemput atau menurunkan
penumpang.
5. Dilengkapi dengan cermin yang memungkinkan pengemudi melihat ke belakang di kedua sisi bus dan
sepanjang bagian depan bus.
6. Dilengkapi dengan beberapa pintu keluar darurat.
7. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan perlengkapan keamanan lainnya untuk digunakan
dalam keadaan darurat.
8. Sebuah kelompok kontrol persimpangan untuk memastikan bahwa anak-anak lintas jarak aman di
depan alat bus sekolah.
9. Suatu sistem alamat di luar masyarakat untuk waspada anak-anak untuk situasi berbahaya.
10. Iklim kontrol (pendingin udara).
11. Onboard penumpang peralatan perekaman video.
12. Sebagai teknologi baru menjadi tersedia dan terjangkau, mereka harus dipertimbangkan jika sesuai.
13. Bahaya kesadaran atau peralatan peringatan.
b. Kebijakan Operasi Bus Sekolah
Setiap Negara/atau distrik sekolah harus menetapkan dan mendokumentasikan prosedur operasi bus
sekolah konsisten dengan berikut:
1. Kabupaten Sekolah harus mengembangkan kebijakan dan pedoman tentang prosedur darurat dan
rencana darurat dalam hal terjadi kecelakaan, penutupan sekolah yang tidak terduga atau mengubah
rute.
2. Setiap negara harus membuat undang-undang yang memberikan prosedur yang seragam tentang bis
sekolah berhenti di jalan raya umum untuk beban dan pemakaian anak-anak, dan melakukan kampanye
pendidikan publik untuk memberikan informasi kepada masyarakat penggerak prosedur dan pedoman.
3. Setiap negara dan operator bus sekolah harus memiliki kebijakan di tempat yang menerapkan kontrol
pada jumlah jam per hari itu seorang sopir bus bisa mengoperasikan bus sekolah.
4. Semua penumpang bus sekolah harus benar duduk sementara bis sekolah bergerak.
5. Penumpang dalam bus sekolah dengan pembatasan kursi harus memakai pembatasan setiap kali bus
sekolah bergerak.
6. Kapasitas penumpang harus dikelola sehingga setiap penumpang duduk dalam posisi yang akan
memberikan perlindungan yang maksimal oleh kompartemen tempat duduk. Kompartemen tempat
duduk ini adalah kunci untuk keselamatan penumpang memaksimalkan melalui strategi yang telah
terbukti kompartementalisasi.
7. Jumlah penumpang di bis sekolah tidak boleh melebihi kapasitas menilai produsen bus. Duduk harus
disesuaikan menurut ukuran penumpang yang diangkut.
8. Akses keluar darurat harus tersedia setiap saat. Bagasi dan item lainnya diangkut dalam
kompartemen penumpang harus disimpan dan diamankan sehingga gang dipelihara keluar darurat yang
jelas dan pintu-pintu dan tetap terhalang di sepanjang waktu.
9. Kabupaten harus memiliki kebijakan didokumentasikan di tempat yang memperjelas apa bagasi dan
barang-barang lainnya akan diperbolehkan di bus sekolah digunakan untuk mengangkut anak-anak.
10. Sekolah kabupaten harus mengadopsi prosedur untuk menginformasikan publik tentang
keterampilan, pelatihan dan kualifikasi pengemudi dan personil sekolah lainnya transportasi.
c. Pemeliharaan Kendaraan
Setiap negara harus menetapkan prosedur perawatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Alat bus sekolah harus dipelihara dalam kondisi operasi yang aman melalui program pemeliharaan
preventif yang sistematis.
2. Driver harus melakukan perjalanan sehari-hari pra-dan pasca-perjalanan inspeksi keselamatan, dan
harus mencatat semua masalah mekanik dan segera melaporkannya kepada personil pemeliharaan.
3. Semua alat bus sekolah harus diperiksa sesuai dengan program inspeksi disetujui negara-setidaknya
setiap tahun.
4. Semua alat bus sekolah harus memenuhi atau melebihi standar federal dan negara bagian konstruksi
alat bus sekolah.
5. Personil pemeliharaan alat bus sekolah harus akrab dengan rekomendasi pabrik untuk perawatan
kendaraan dan memiliki prosedur di tempat yang sesuai dengan rekomendasi tersebut.
d. Tambahan Transportasi Murid Rekomendasi
1. Semua siswa harus menerima instruksi biasa dalam bus sekolah aman naik prosedur, termasuk
pemuatan yang tepat dan teknik bongkar muat, jalan yang tepat penyeberangan ke dan dari sekolah
bus berhenti, dan latihan evakuasi darurat.
2. Administrator sekolah lokal dan penegakan hukum harus bekerja sama untuk mendirikan program
persimpangan penjaga.
3. Administrator sekolah lokal harus menetapkan kendaraan penumpang poin bongkar muat di sekolah
yang terpisah dari zona sekolah bus loading.
G. Tata Tertib dan Administrasi Transportasi Sekolah

Berikut ini adalah beberapa tata tertib yang ada dalam tramportasi sekolah, yaitu:
1. Yang berhak menggunakan bus sekolah adalah guru, karyawan dan murid.
2. Bus sekolah beroperasi setiap hari kerja.
3. Waktu Operasi : Senin-Sabtu
Jam Operasi Bus Sekolah :
a. Pagi : 05.30 – 07.00
b. Siang : 11.00-13.00 (Jumat : 11.00-14.00)
c. Sore : 15.00-18.00
4. Pengunjung dilarang merokok, membawa senjata tajam dan minuman serta makanan pada saat
didalam bus sekolah.
5. Tidak diperkenankan mencorat coret atau merusak fasiltas yang ada didalam bus sekolah.
6. Dilarang membuat keramaian atau kegaduhan dalam bus sekolah karena akan menganggu
ketenangan pelajar lainnya.
7. Pelajar yang ingin naik bus sekolah harus menunjukkan “KARTU PELAJAR”.
8. Pelajar yang menggunakan “KARTU PELAJAR BUS’” milik orang lain tidak dilayani.
9. Setiap pelajar harus duduk dengan rapi sesuai dengan tempat duduk yang disediakan.
10. Setiap pelajar harus antri dengan tertip pada saat mau menaiki maupun turun bus sekolah.
11. Setiap pelaja harus tepat waktu pada saat penjemputan dan berada pada halte yang telah
disediakan.
H. Evaluasi Program Transportasi Sekolah

1. Evaluasi Program Standar


Rekomendasi
a. Mengurangi jumlah kompensasi pekerja cedera terkait dengan menciptakan sebuah komite peninjau
administrator pihak ketiga, konsultan pencegahan kerugian dan manajemen untuk menganalisis seperti
klaim; sehingga, membuat presentasi untuk meninjau dengan tenaga kerja yang mungkin
mengidentifikasi strategi dan pencegahan. Memperbarui rincian deskripsi kerja semua persyaratan yang
dibutuhkan untuk secara efektif kebutuhan layanan rute khusus akan memastikan bahwa semua
karyawan dapat memenuhi fisik persyaratan yang dibutuhkan dan mungkin mengurangi jumlah klaim
kompensasi pekerja untuk aktivitas pekerjaan sehari-hari.
b. Bekerja sama dengan Departemen Sumber Daya Manusia untuk mempercepat pemrosesan karyawan
baru akan memungkinkan departemen untuk lebih cepat mengisi posisi yang kosong personil.
c. Mempersiapkan armada yang memenuhi kebutuhan siswa terus menjadi fokus utama pada
menentukan rotasi realistis / jadwal penggantian untuk mempertahankan armada bus cadangan yang
layak untuk memenuhi setiap rute
d. Ukuran atau kebutuhan. spesifikasi armada saat ini telah terus-menerus dimodifikasi untuk
memenuhi kebutuhan yang terus perubahan kebutuhan siswa. Adalah penting bahwa memasukkan
anggaran pemeliharaan meningkat jumlah uang untuk pembelian alat-alat baru dan peralatan toko ke
alamat keselamatan staf
e. Peralatan keprihatinan terkait dengan usia dan keandalan saat ini.
f. Staf transportasi akan terus bekerja sama dengan departemen teknis kabupaten itu untuk memonitor
dan meningkatkan konversi data siswa basis data yang diperlukan. Distrik pelatihan departemen sering
akan mengadakan sesi pelatihan dengan sekretaris kabupaten dan transportasi staf untuk memastikan
data siswa selalu diperbarui untuk mencerminkan siswa baru yang paling IEP
g. Persyaratan. Selain itu, meningkatkan mutu perangkat lunak routing untuk lebih menerima dan
proses mahasiswa data akan mendorong lebih efektif dan efisien routing.
h. Mendidik staf dan menggabungkan suasana di sepanjang Distrik Sekolah Khusus yang mendorong
hubungan erat dengan departemen transportasi untuk memastikan bahwa IEP didorong layanan yang
diminta dapat dipenuhi realistis dan dengan hilangnya waktu minimal pendidikan.
i. Mengharuskan semua permintaan masyarakat pembelajaran berbasis lokasi kerja dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari transportasi departemen sebelum mengamankan situs tersebut.
j. Dalam menghadapi orang-orang kabupaten yang memanfaatkan penjadwalan blok, pengambil
keputusan perlu menyadari dampaknya terhadap transportasi dan memecahkan masalah dengan tim
IEP siswa jadwal yang sebelum penjadwalan lebih dari satu lokasi atau berbagai pickup / drop off kali.
Disetujui Dewan: 2009/04/14
Daftar Rujukan

__________. 2007. Transportasi. (Online).


(http://www.ssd.k12.mo.us/about_SSD/program_
eval/assets/0709/Transportation.pdf, diakses pada
21 April 2010)
__________. 2007. Congress bush administration
designate school bus service qmass
transportation. (Online). (http://stnonline.com
/resources/security/related-security-articles/1259-
congress-bush-administration-designate-school-
bus-service-qmass-transportationq, diakses pada
21 April 2010)
__________. 2007. Transportasi. (Online).
(http://www.vbschools.com/transportation/faq.
asp, diakses pada 21 April 2010)
__________. 2007. Schoolbus. (Online).
(http://www.house.leg.state.mn.us/hrd/pubs/
schoolbus.pdf, diakses pada 21 April 2010)
__________. 2007. Bus Sekolah 2008. (Online).
(http://bus-sekolah.blogspot.com/, diakses
pada 21 April 2010)
Lampiran

MANAJEMEN LAYANAN
RUMAH PERIBADATAN SEKOLAH
Di setiap sekolah, layanan rumah peribadatan sangat diperlukan. Layanan rumah peribadatan
merupakan sebuah layanan yang diberikan sekolah dengan maksud agar layanan tersebut bisa
digunakan untuk beribadah maupun melaksanakan kegiatan keagamaan lainnya, serta bisa membentuk
kerohanian bagi peserta didik khususnya dan pihak sekolah lain pada umumnya.agar bisa menjadi
manusia yang baik dan beriman.
Adanya sebuah layanan rumah peribadatan di sekolah sangat menunjang terhadap proses pembelajaran
mengingat bahwa pembelajaran bisa dilakukan dimana saja termasuk salah satunya adalah di rumah
peribadatan di sekolah. Adapun layanan rumah peribadatan yang biasanya ada di sekolah adalah masjid
dan gereja. Adanya masjid di sekolah juga sangat bermanfaat bagi peserta didik maupun warga sekolah
lainnya. Mereka bisa melakukan ibadah di masjid tersebut ketika masih berada di sekolah maupun
melakukan kegiatan keagamaan lainnya. Begitu juga dengan adanya gereja di sekolah, juga bisa
dimanfaatkan peserta didik maupun warga sekolah lainya yang non muslim. Berikut akan diuraikan
mengenai layanan rumah peribadatan sekolah yakni masjid dan gereja.

A. Masjid

1. Pengertian Masjid Sekolah

Masjid berasal dari kata kerja sajada artinya duduk (Sadali, 1984:213). Kata masjid menunjukkan arti
nama tempat yaitu tempat duduk. Masjid dilihat dari sudut bahasa berasal dari akar kata bahasa Arab ”
sajada yasjudu sujudan” yang berarti tempat sujud, tempat shalat atau tempat menyembah Allah SWT.
Masjid dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa arab yang artinya tempat sujud, tempat shalat atau
tempat ibadah kepada Allah SWT (Armi, 2009). Dalam perkembangan sejarah Islam pengertian masjid
mengalami perubahan. Tidak saja sebagai tempat shalat atau ibadah semata melainkan juga sebagai
pusat kegiatan umat Islam. Hal ini ditunjukan oleh Rosulullah SAW ketika beliau mengajarkan dan
menerangkan hukum-hukum Islam atau memecahkan masalah-masalah duniawi di dalam masjid.

Masjid sebagai bangunan tempat shalat memiliki bentuk dan daerah tertentu yang diadakan karena
fungsinya, antara lain segi empat yang menampung shaf-shaf yang diatur dari baris termuka sampai ke
belakang. Dinding depan yang dihadapi jama’ah disebut mihrab. Bagian bangunan lain yang mesti ada
pada bangunan masjid yaitu ruang tempat wudlu yang bersambung dengan kamar mandi.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa masjid sekolah merupakan suatu tempat yang berfungsi
sebagai pusat kegiatan peribadatan baik bagi peserta didik, guru, maupun pihak sekolah lainnya dengan
tujuan meningkatkan iman dan taqwa serta membentuk kepribadian yang baik. Dengan adanya masjid
di sekolah maka semua warga sekolah dapat memanfaatkan keberadaannya dan menggunakannya
sebagaimana fungsinya.

2. Kebutuhan Masjid di Sekolah

Masjid sekolah idealnya dapat menampung sekitar empat ratus orang. Untuk mendukung pelayanan
terhadap siswa, masjid hendaknya dilengkapi dengan peralatan sound system yang memadai serta
fasilitas audio visual, sehingga jamaah dapat beribadah dengan baik dan khusuk. Di beberapa sekolah
masjid tidak hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga dapat digunakan oleh masyarakat sekitar
yang ingin salat berjamaah di masjid tersebut. Masjid idealnya memiliki berbagai fasilitas yang
menunjang kegiatan masjid tersebut, diantaranya peralatan shalat seperti mukena, sound system,
lemari perpustakaan yang digunakan untuk menyimpan Al-qur’an serta kitab-kitab lainnya serta lemari
administrasi untuk menyimpan arsip, disamping itu juga tersedia AL-Qur’an, buku-buku keagamaan
lainnya yang tersimpan dilemari.

3. Fungsi Masjid

Disamping sebagai tempat shalat, masjid juga memiliki fungsi-fungsi lain. Di dalam masjid, jama’ah
juga bermusyawarah, baik secara formal terarah, maupun secara spontan antara individu dengan
individu atau per kelompok. Berbagai macam pendidikan juga terselenggara di masjid.

Adapun fungsi masjid lainnya, diantaranya:


a. Masjid sebagai pusat kegiatan budaya muslim
Aqidah, syari’at, ibadah mu’amalah, serta akhlaq adalah dicakup oleh Islam sebagai satu kesatuan
rangkuman yang tidak terpisah-pisahkan. Dengan demikian kegiatan budaya bagi muslim adalah ibadah
yang masti didasarkan motifnya dan dilaksanakan selaras dengan atau mempergunakan nilai-nilai yang
diajarkan Islam. Karena masjid juga merupakan pusat informasi, maka layak bagaimana kegiatan
budaya berpusat di tempat rujukan nilai-nilai itu dapat diperoleh sewaktu-waktu diperlukan, makin
dekat makin baik.
b. Masjid sebagai pusat informasi
Bagi seorang muslim, informasi tertinggi adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits atau Sunnah,
serta fikiran-fikiran yang diambil atau berasal dari kedua sumber tadi, yang diutarakan oleh pribadi-
pribadi di dalam lingkungan masjid melalui bentuk lisan seperti khutbah-khutbah, kuliah-kuliah dhuha,
maupun kursus-kursus yang diselenggarakan dalam forum-forum yang diorganisasikan di masjid. Di
samping itu, di masjid juga disediakan kepustakaan, yang digunakan sebagai rujukan tempat bertanya
dalam rangka mencari informasi dan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
c. Masjid sebagai pusat organisasi kegiatan masyarakat
Dengan diwajibkannya kepada jama’ah yang bermukim di sekitar masjid khususnya shalat seperti yang
kita ketahui macam dan caranya di masjid, masing-masing dapat mengadakan deteksi tentang rekan
potensi manusia itu berbeda-beda. Dengan satu organisasi dapatlah varietas potensi itu digunakan
sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat yang didasarkan pada kerja sama dengan suasana
ukhuwah serta menggunakan cara-cara yang diridlai Allah SWT. Namun yang jelas, kegiatan
kemasyarakatan disitu akan diwarnai lagi oleh nilai-nilai serta memiliki norma-norma yang hanya layak
di lingkungan pusat (masjid) kalaupun kegiatan dilakukan di tempat berjauhan, maka fungsi masjid
adalah pusat penggeraknya.
d. Masjid sebagai pusat pendidikan
Sebenarnya masjid juga memiliki potensi sebagai pusat pendidikan. Misalnya khutbah dan kuliah subuh
(dhuha) melalui pelaksanaan serta pengorganisasian sajian tertentu sudah dapat digolongkan pada
pendidikan, yaitu usaha yang secara sadar dan sengaja merubah pengikut (anak didik) dari satu
keadaan kepada keadaan lain yang menyangkut berfikir, bersikap, merasa, beriman, bertindak dan
sebagainya, walaupun proses belajar dan dididiknya bisa saja secara tak sadar, tak disengaja ataupun
tak langsung. Masjid adalah tempat dimana Al-Qur’an, sebagai sumber petunjuk hidup manusia,
disuarakan, diartikan, ditafsirkan dan cara lain untuk menggali isinya, sesuai dengan kamampuan yang
menangani (Sadali, 1984:217). Bila Al-Qur’an disuarakan serta pendengar menangkap isinya, maka
sesungguhnya disana terjadi proses pendidikan.
Di samping proses belajar dan mendidik, secara tidak sengaja ini ada proses-proses yang diusahakan
secara sengaja dan sadar melalui perencanaan yang teliti untuk mengadakan pendidikan yang
varietasnya tidak sedikit. Misalnya sebuah masjid kampus menyelenggarakan pendidikan bagi orang
dewasa, pemuda, mahasiswa, untuk menjadi da’i dalam arti yang seluas-luasnya, maka dibuatlah
kurikulum dan silabi bagi pertemuan-pertemuan sedemikian sehingga tujuan, fungsi, materi, metoda,
evaluasi, media, rujukan, dan sasarannya menjadi jelas baik bagi pengajar atau instruktur, maupun bagi
peserta.
e. Masjid sebagai titik pusat pemukiman (community center)
Dengan fungsi-fungsi masjid seperti tersebut terdahulu, dapat dibayangkan pada hakikatnya masjid
memiliki potensi untuk menjadi titik pusat pemukiman. Masjid memiliki potensi terkait dengan
lingkungan fisik atau spiritual serta kaitan-kaitannya satu sama lain. Oleh karena itu, masjid selain
merupakan tempat peribadatan khusus juga sebagai pusat perhatian masyarakat yang berada dalam
tata pemukiman.
4. Bangunan Masjid

Secara umum, dalam hal bangunan masjid harus memperhatikan beberapa aspek karena itu akan
berpengaruh terhadap keberadaannya nanti. Beberapa aspek tersebut, diantaranya:
a. Letak bangunan masjid
Masjid harus memiliki ruang halaman yang cukup luas untuk menampung meluapnya jama’ah dan
pelebaran bangunan, serta bertujuan agar masjid diberi kesempatan menampakkan kebesarannya.
Makin besar jarak penglihatan, semakin banyak yang nampak bagian-bagian arsitekturnya makin
banyak kesempatan kita mengatur pertanaman (landscaping/gardening), serta semakin nampak
monumentalitasnya. Begitu juga dengan letak bangunan masjid yang ada di sekolah, juga harus
strategis dan mudah dijangkau oleh semua kalangan baik guru, siswa, maupun pihak sekolah lainnya.
b. Persyaratan bangunan masjid
Islam tidak mencanangkan persyaratan-persyaratan ketat bagi desaign bangunan masjid. Adapun
komponen-komponen masjid sebagai perlambang-perlambang alam semesta misalnya, Kubah dihayati
dari dalam sebagai lengkung langit, bumi adalah lantai dibawah lengkung itu, dan lain sebagainya. Akan
tetapi, hal itu bukan merupakan ketentuan agama sehingga kita bebas untuk merencanakan masjid
sesuai dengan tradisi teknik pembangunan lingkungan masing-masing. Anggapan bahwa masjid itu
harus berkubah sebenarnya tidak mempunyai alasan hukum. Kubah adalah bentuk yang memungkinkan
orang pada waktu dahulu untu membentengi ruangan yang seluas-luasnya dengan atap. Material yang
digunakan adalah batu dengan teknik menumpuknya. Maka terjadilh lengkungan dan akhirnya terbentuk
Kubah.
Sekarang teknik membentangi ruangan sudah dapat diatasi dengan teknik beton bertulang bahkan
teknik pratekan, sehingga bentangan-bentangan luas tanpa banyak atau ada tulang di tengah ruangan
yang dapat merupakan gangguan dapat dihindari. Satu-satunya persyaratan bangunan masjid adalah
jangan keluar dari fungsi masjid. Misalnya bentuk masjid itu sebaiknya segi empat, karena masjid harus
menampung jama’ah yang posisinya dalam ruangan bershaf-shaf, yaitu berbaris-baris lurus rapat-rapat
sehingga baris-baris itu diatur ke belakang yang akhirnya memang memerlukan bentuk segi empat.
Bentuk atap masjid tidak ada ketentuan. Menara tepat mengumandangkan adzan pun tidak ada
ketentuan yang dicontohkan Rasul SAW. Zaman sekarang banyak digunakan pengeras suara, sehingga
praktis menara dapat sangat ramping karena memerlukan daya pikul untuk seperangkat sound system
pengeras suara saja. Sedangkan muadzin berada di lantai masjid.

c. Persyaratan kesehatan
Tata nilai Islam mengajarkan mengagungkan Allah SWT itu langsung didampingkan dengan mensucikan
pakaian yang diperluas menjadi lingkungan. Ini berarti pentingnya muslim mengatur kebersihan diri
serta lingkungan-lingkungan termasuk lingkungan khusus yang bernama Baitullah.
Dalam mendesaign arsitektur masjid akan ingat mengenai sistem penghawaan yang sebaik-baiknya,
penjernihan air wudlu dan mandi, tempat wudlu, halaman yang penuh dengan hijau-hijauan yang
menyegarkan dan sebagainya, sehingga jama’ah terjaga kesehatannya, di samping terjamin
kesenangannya berada di dalam dan di lingkungan masjid. Jama’ah dan pengurus masjid akan selalu
mengusahakan agar kebersihan fasilitas, terutama tempat wudlu dijaga secara teratur. Masjid di setiap
sekolah juga harus memenuhi persyaratan terkait dengan hal kesehatan, diantaranya mengenai
kebersihannya baik dari segi fasilitas, tempat wudlu, dan yang lainnya.

5. Keberadaan Masjid beserta Peranannya di Sekolah

Pada dasarnya pembangunan masjid tidak hanya di perumahan atau di permukiman, di setiap lembaga
pendidikan dalam (sekolah atau madrasah) sama-sama memiliki bangunan masjid atau paling tidak
mushola. Hal ini membawa arah baru dan situasi yang sangat kondusif untuk menciptakan proses
pembelajaran ke arah yang lebih positif dan bernuasa keagamaan. Telah disadari bahwa proses
pendidikan tidak semata-mata menciptakan suasana belajar yang memisahkan antara ilmu dan agama.

Boleh dikatakan sekolah yang di masa sekarang tidak memiliki masjid yang representatif termasuk
sekolah atau madrasah yang sarana atau fasilitas belajarnya dipandang masih belum lengkap dan
kurang. Bahkan dalam penilaian akreditasi, masjid merupakan salah satu pendukungnya. Oleh karena
itu, peranan masjid di sekolah atau madrasah benar-benar sangat diperlukan dalam artian untuk
pelengkap sarana belajar seperti ruangan-ruangan lain yang bisa dijadikan tempat belajar (Dana, 2005).

Berkaitan dengan pemikiran di atas, maka masjid memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembinaan mental siswa yaitu berfungsi:
a. Fungsi Ibadah atau Pembinaan Iman dan Taqwa
Fungsi ini sesuai dengan arti kata mesjid itu sendiri yaitu tempat sujud kepada Allah. Tetapi pengertian
tempat ibadah di sini tidak hanya menyangkut ibadah yang bersifat individual seperti Iktikaf, shalat
wajib dan sunat, membaca Al Quran, melainkan juga ibadah yang bersifat jamaah yang dilaksanakan
secara bersama-sama seperti shalat Jumat dan lain-lain. Dengan demikian, siswa akan biasa terlatih
apabila kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat individual maupun jamaah kalau di sekolah atau di
madrasah sudah biasa dilaksanakan.
b. Fungsi Sosial Kemasyarakatan
Disamping sebagai tempat ibadah, mesjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial kemasyarakatan.
Seperti kegiatan berorganisasi, musyawarah, kebersihan dan sebagainya. Siswa harus benar-benar
diberi pemahaman tentang bagaimana hidup di tengah-tengah masyarakat, sebab suatu saat nanti
siswa akan kembali kemasyarakat.
Lembaga pendidikan sebagai pusat pengkajian ilmu dan sebagai pembaharu terhadap perkembangan
kehidupan sosial, harus tetap memiliki komitmen dalam perubahan sebagaimana sebuah kaidah Al-
muhatazatu ilal qodimis wal akdzu bil jadidil aslah (mempertahankan prinsip lama yang masih relevan
dan mengambil prisip baru yang masih relevan). Perubahan dimasyarakat akan berubah ke arah yang
lebih positf apabila dilembaga pendidikan terjadi proses internalisasi nilai-nilai yang sesuai dengan
norma-norma agama, budaya sehingga jati diri sebagai insan beragama benar-benar lahir.

c. Fungsi Pendidikan
Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi dapat pula dilaksanakan diberbagai
tempatyang kira-kira dianggap efektif untuk terciptanya suasana belajar. Mesjid juga merupakan salah
satu tempat yang bisa dijadikan tempat belajar mengajar. Khususnya pelajaran Agama, ( pelajaran
Quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak dan lain-lain). Materi itu akan lebih bermakna dan mudah-mudahan
lebih bermamfaat bagi siswa untuk masa yang akan datang.
d. Fungsi Ekonomi
Jangan disangka mesjid tidak memiliki peran secara ekonomi. Mungkin orang lupa tentang berbagai
kegiatan seperti pengelolaan kas mesjid, infak, sodaqoh,zakat dan lain-lain. Ini semua berkaitan dengan
masalah perekonomian. Misalnya dengan meberdayakan infak, sodaqoh (kencleng, kotak amal) meski
uang kencringan lama-lama menjadi banyak. Hasilnya bisa dipakai membeli sajadah, karpet dan
sebagainya. Kalau benar-benar dikelola dengan baik bisa dijadikan bekal pengalaman untuk kegiatan
yang cakupannya lebih luas dari lingkungan mesjid. Maka sepantasnyalah sejak dini guru mendidik dan
mengajarkan kepada siswanya agar mesjid dijadikan salah satu tempat belajar yang menyenangkan.
6. Program Masjid di Sekolah

Adapun program masjid di sekolah secara umum terdiri dari program harian, mingguan, bulanan,
tahunan, dan insidental. Berikut adalah uraian kegiatan dari masing-masing program, diantaranya:
a. Program Harian
1. Agenda dhuhur, yaitu satuan kegiatan untuk mengisi waktu dhuhur dengan rohani seperti: tilawah
quran, tausyiah, dan sholat dzuhur berjamaah
2. Program masjid bersih, yaitu program kegiatan yang mengupayakan piket kebersihan masjid
b. Program Mingguan
1. Media education, adalah program yang dirancang untuk pengembangan tarbiyah dan keilmuan
keislaman, dengan target “Memberantas Buta Huruf AlQuran”. Adapun spesialisasi ilmu yang akan
dipelajari dan diajarkan, diantaranya:
a. Ulumul Quran (tajwid, makharijul huruf dan tahsinul quran)
b. Qura’atul Quran (seni membaca alqur’an)
c. IQRO’ (Dasar-dasar pembelajaran cara membaca Alqur’an)
d. Ulumuddin (tarikh, tafsir dan fiqih sholat)
2. Media artistic, adalah program dakwah islamiyah dengan menggunakan media seni, yakni dalam hal
ini adalah nasyid, untuk sebuah ekspresi dan visualisasi seni islam. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan simpati generasi muda islam kepada seni musik islam (Nasyid) dan juga media dakwah
dengan senandung-senandung yang menyuarakan amar ma’ruf nahi munkar
c. Program Bulanan
1. Bedah buku, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid sekolah untuk memberikan informasi
maupun pengetahuan mengenai buku yang bernuansa islami maupun yang lainnya yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan serta mempertebal iman siswa. Dalam hal ini pemateri bedah buku
tidak harus berasal dari luar ataupun pengarang buku tersebut tetapi dapat berasal dari lingkup sekolah,
misalnya guru agama dari sekolah tersebut ataupun guru yang lainnya.
2. Ceramah agama, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid dimana pematerinya adalah guru agama
di sekolah tersebut. Di setiap bulannya diadakan secara bergilir per kelas.
d. Program Tahunan
1. Ramadhan berprestasi, adalah kegiatan semarak ramadhan yang disetting untuk mempertajam
ketaqwaan kepada Allah, atau memperbaharui semangat jihad fi sabillah atau memompa spiritual para
generasi muda islam, dan sebagainya.
2. Istighosah bersama menjelang UAN, adalah kegiatan yang diadakan oleh sekolah yakni berdoa agar
siswa diberi kemudahan dalam menghadapai UAN. Acara ini diikuti oleh para siswa dan juga guru di
sekolah tersebut.
3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah kegiatan yang diadakan untuk memperingati hari besar
islam, misalnya peringatan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.
e. Program Insidental, adalah program/kebijakan yang diambil jika di suatu saat ada hal-hal yang
insidental dan menyangkut binayah islamiyah, maka diadakan sebuah langkah kerja atau aplikasi.
Bentuk aplikasinya bisa berupa:
1. Penggalangan dana kemanusiaan & bencana alam
2. Kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya
7. Manajemen Pengelolaan Masjid

Pada dasarnya, pengelolaan masjid harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada sistem
manajemen modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah dalam
kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Menurut Mubarak (2009), pengelolaan atau idarah
masjid disebut juga Manajemen masjid yang garis besarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
manajemen pembinaan fisik masjid (physical management) dan pembinaan fungsi masjid (functional
management). Manajemen pembinaaan fisik masjid meliputi kepengurusan, pembangunan dan
pemeliharaan fisik masjid, pemeliharaan kebersihan dan keanggunan masjid pengelolaan taman dan
fasilitas-fasilitas yang tersedia. Pembinaan fungsi masjid adalah pendayagunaan peran masjid sebagai
pusat ibadah, da’wah dan peradaban Islam sebagaimana masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah saw
(Mubarak, 2009)

Sebagai pusat ibadah mahdhah, masjid disiapkan sedemikian rupa sehingga pelaksaan ibadah itu seperti
shalat lima waktu, shalat jum’at dan shalat-shalat sunnah berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran
Islam. Pengelolaan pelaksanaan zakat, ibadah shiyam dan ibadah haji diberikan bimbingan
pelaksanaannya melalui masjid. Kegiatan dan pengelolaan masjid memerlukan dana yang besar.
Organisasi masjid dengan berbagai kebijaksanaannya termasuk masalah keuangan harus dikelola secara
transparan.

Berhasil atau gagalnya pengelolaan suatu masjid, sangat bergantung pada kepengurusan yang dibentuk
dan sistem yang diterapkan dalam manajemen dan orgnanisasinya

8. Masjid At-Taqwa di MAN Kota Kediri 3

Contoh studi kasus mengenai masjid di MAN Kota Kediri 3. Masjid di MAN Kota Kediri 3 memiliki peranan
penting bagi sekolah tersebut. Salah satunya sebagai pembinaan iman dan taqwa bagi siswa-siswi MAN
Kota Kediri 3 itu sendiri. Setiap siswa di MAN Kota Kediri 3 diwajibkan untuk salat dhuhur berjamaah di
masjid tersebut, bagi siswa-siswi yang tidak mengikuti salat dhuhur berjamaah akan dikenakan point.
Selain digunakan untuk kegiatan salat dhuhur berjamaah masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 juga
digunakan siswa untuk salat dhuha pada jam istirahat pertama, namun kegiatan ini tidak diikuti oleh
seluruh siswa karena salat dhuha tidak diwajibkan di sekolah tersebut.

Masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 tidak hanya digunakan ketika jam sekolah, akan tetapi juga
digunakan sebagai media pendidikan bagi siswa-siswi yang tinggal di asrama. Siswa-siswi asrama
diwajibkan mengikuti salat berjamaah magrib dan isya’ di masjid tersebut. Kemudian mengikuti
kegiatan mengaji bersama setelah salat isya’ yang merupakan kegiatan wajib asrama.

Masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi siswa-siswi
MAN Kota Kediri 3 saja, melainkan juga diperuntukkan oleh anak-anak yang tinggal di sekitar sekolah
tersebut untuk belajar mengaji. MAN Kota Kediri 3 memiliki salah satu ekstrakurikuler di bidang
keagamaan yang salah satu kegiatannya adalah menghidupkan TPQ dimana ustadz dan ustadzahnya
diambilkan dari siswa-siswi MAN Kota Kediri 3 yang dipilih melalui penyeleksian.

Letak bangunan masjid At-taqwa MAN Kota Kediri 3 pun sangat strategis dan mudah dijangkau oleh
semua kalangan baik guru, siswa, maupun pihak sekolah lainnya. Masjid tersebut terletak di sebelah
gerbang sekolah dan di sebelah asrama putra. Ukuran luas bangunan masjid tersebutpun cukup
memenuhi syarat sehingga mampu menampung seluruh warga sekolah.

Masjid At-taqwa telah memenuhi persyaratan kesehatan dimana sistem penghawaan sangat baik dan
bebas polusi, air wudlu jernih, tempat wudlu yang luas sehingga siswa tidak berdesak-desakan dan
mengantri wuduh, tempat wudhu putra dan putripun terpisah sehingga siswa-siswi merasa nyaman,
halaman masjid dilengkapi dengan hijau-hijauan yang menyegarkan sehingga jama’ah terjaga
kesehatannya. Selain itu kebersihan fasilitas, terutama tempat wudlupun selalu dijaga secara teratur.
Setiap jam istirahat masjid selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan sekolah, sehingga masjid
nampak bersih dan indah.

Masjid At-taqwa ini dapat menampung sekitar empat ratus orang. Untuk mendukung pelayanan
terhadap siswa, masjid dilengkapi dengan peralatan sound system yang memadai serta fasilitas audio
visual, sehingga jamaah dapat beribadah dengan baik dan khusuk. Masjid tersebut tidak hanya
diperuntukkan bagi siswa MAN Kota Kediri 3 tetapi juga dapat digunakan oleh masyarakat sekitar yang
ingin salat berjamaah di masjid tersebut. Masjid At-taqwa memiliki berbagai fasilitas yang menunjang
kegiatan masjid tersebut, diantaranya sound system, lemari perpustakaan yang digunakan untuk
menyimpan al-qur’an serta kitab-kitab lainnya.

Adapun program masjid At-taqwa itu sendiri terdiri dari program harian, mingguan, tahunan, dan
insidental. Berikut adalah uraian kegiatan dari masing-masing program:
a. Program Harian
1. Agenda dzhuhur, yaitu satuan kegiatan untuk mengisi waktu dzhur dengan ruhani seperti tilawah
quran, tausyiah, dan sholat dzuhur berjamaah
2. Program mesjid bersih, yaitu program kegiatan yang mengupayakan piket kebersihan masjid
b. Program Mingguan
1. Program infaq jum’at, yaitu suatu kegiatan pengumpulan dana dari siswa dan seluruh warga sekolah
serta selurruh jama’ah salat jum’at dimana pengumpulan dana tersebut hanya dilakukan setiap hari
jum’at.
2. Qira’atul Qur’an, adalah pengembangan pendidikan Al-qur’an bagi peserta didik yang diadakan setiap
hari sabtu yang memperdalam dalam mempelajari tajwid, makharijul huruf dan tahsinul quran, serta
seni membaca Al-qur’an. Namun kegiatan ini sifatnya tidak wajib diikuti oleh seluruh siwa melainkan
hanya siswa-siswi yang berminat mengikuti acara tersebut mengingat setiap hari sebelum memulai jam
pelajaran di MAN 3 Kediri telah diadakan kegiatan mengaji bersama yang dipandu dari kantor sekolah
melalui pengeras suara.
3. Media artistis, adalah program dakwah islamiyah dengan menggunakan media seni, yakni dalam hal
ini adalah nasyid, untuk sebuah ekspresi dan visualisasi seni islam. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan simpati generasi muda islam kepada seni musik islam (Nasyid) dan juga media dakwah
dengan senandung-senandung yang menyuarakan amar ma’ruf nahi munkar. Namun dalam kegiatan ini
masjid sekolah bukan pengelola utama, pengelola utama kegiatan ini adalah ekstrakurikuler kesenian
sekolah.
4. Ceramah agama, adalah kegiatan yang diadakan oleh masjid sekolah dimana pembicaranya adalah
siswa sekolah itu sendiri secara bergilir perkelas yang tujuannya adalah melatih siswa.
c. Program Tahunan
1. Pondok ramadhan, adalah kegiatan semarak ramadhan yang disetting untuk mempertajam
ketaqwaan kepada Allah, atau memompa spiritual para generasi muda islam.
2. Istighosah menjelang UAN, adalah kegiatan yang diadakan oleh sekolah yakni berdoa agar siswa
diberi kemudahan dalam menghadapai UAN. Acara ini diikuti oleh para siswa dan juga guru di sekolah
tersebut.
3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah kegiatan yang diadakan untuk memperingati hari besar
islam, misalnya peringatan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.
d. Program Insidental
Adalah program/kebijakan yang diambil jika di suatu saat ada hal-hal yang insidental dan menyangkut
binayah Islamiyyah, maka diadakan sebuah langkah kerja atau Aplikasi. Bentuk aplikasinya bisa berupa:
1. Penggalangan dana kemanusiaan & bencana alam
2. Kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya
Selain program-program tersebut di atas masjid At-taqwa juga memiliki program Taman Pendidikan Al-
qur’an (TPQ). TPQ tersebut dilaksanakan setiap hari pada jam 15.30-17.00 WIB dimana ustadz dan
ustadzahnya diambilkan dari siswa-siswi MAN 3 Kediri yang dipilih melalui penyeleksian. Sedangkan
siswa-siswi TPQ adalah anak-anak di sekitar MAN 3 Kediri.

B. Gereja

1. Keberadaan Gereja beserta Peranannya di Sekolah

Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Sebagai
sesuatu yang khas dan spesifik bagi manusia, pendidikan berperan amat signifikan dalam membekali
manusia untuk menyongsong masa depan yang akan dijalani yang diwarnai dengan berbagai tantangan
dan perubahan.

Menurut Sairin (2005) gereja-gereja di Indonesia telah sejak lama memahami bahwa sekolah-sekolah
kristen adalah wahana yang paling strategis tidak saja dalam konteks pencerdasan kehidupan bangsa,
tetapi juga dalam memperkenalkan membagikan serta mentransfer nilai-nilai kristiani kepada para
peserta didik. Sekolah-sekolah merupakan ujung tombak tatkala gereja dan komunitas kristen
berinteraksi denagn masyarakat luas. Sekolah-sekolah kristen sepanjang sejarahnya telah turut
membentuk pola pikir, wawasan, sikap perilaku para peserta didik, sehingga ketika mereka telah
menjadi pemimpin dalam suatu organisasi atau komunitas, wawasan dan kebijakan mereka amat
dipengaruhi oleh proses pendidikan yang telah mereka alami di sekolah-sekolah kristen tersebut.

Dalam konteks itu, di masa depan hubungan gereja dengan sekolah harus terus menerus dipelihara,
dibina dan dikembangkan. Gereja tidak boleh apatis dan membiarkan sekolah berjalan sendiri, lepas dari
visi dan misi yang diemban oleh gereja. Gereja juga harus terus-menerus memantau agar sekolah
kristen tidak terpenjara pada kekristenan simbolik serta kekristenan ornamental artinya sebuah
kekristenan yang hanya dipresentasi melalui pengadaan kebaktian dan doa, pada hiasan-hiasan ayat
Alkitab yang terpampang di dinding, tapi kekristenan yang menjadi norma, standar, roh dari kehidupan
dalam sekolah tersebut. Dan hal itulah yang harus menjadi agenda gereja dan sekolah di masa depan.
Penyiapan para pemimpin bangsa, pemimpin umat takbisa tidak harus menjadi bagian dari agenda
sekolah-sekolah kita itu berarti mutu sekolah akan memegang peranan penting (Sairin, 2005)

C. Kesimpulan

Layanan rumah peribadatan merupakan sebuah layanan yang diberikan sekolah dengan maksud agar
layanan tersebut bisa digunakan untuk beribadah maupun melaksanakan kegiatan keagamaan lainnya,
serta bisa membentuk kerohanian bagi peserta didik khususnya dan pihak sekolah lain pada umumnya
agar bisa menjadi manusia yang baik dan beriman.
Adapun layanan rumah peribadatan yang biasanya ada di sekolah adalah masjid dan gereja. Masjid
sekolah merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan peribadatan baik bagi peserta
didik, guru, maupun pihak sekolah lainnya dengan tujuan meningkatkan iman dan taqwa serta
membentuk kepribadian yang baik. Dengan adanya masjid di sekolah maka semua warga sekolah dapat
memanfaatkan keberadaannya dan menggunakannya sebagaimana fungsinya. Masjid di sekolah juga
harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang menunjang, seperti tempat wudlu, peralatan
shalat, dan sebagainya.

Peranan masjid di sekolah atau madrasah benar-benar sangat diperlukan dalam artian untuk pelengkap
sarana belajar seperti ruangan-ruangan lain yang bisa dijadikan tempat belajar. Adapun program masjid
di sekolah secara umum terdiri dari program harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan insidental.

Sekolah hubungan gereja dengan sekolah harus terus menerus dipelihara, dibina dan dikembangkan.
Gereja tidak boleh apatis dan membiarkan sekolah berjalan sendiri, lepas dari visi dan misi yang
diemban oleh gereja. Gereja juga harus terus-menerus memantau agar sekolah kristen tidak terpenjara
pada kekristenan simbolik serta kekristenan ornamental artinya sebuah kekristenan yang hanya
dipresentasi melalui pengadaan kebaktian dan doa, pada hiasan-hiasan ayat Alkitab yang terpampang di
dinding, tapi kekristenan yang menjadi norma, standar, roh dari kehidupan dalam sekolah tersebut.

Daftar Rujukan

Armi, J. 2009. Fungsi Masjid, (Online),


(http://jalaludinarmi.blogspot.com/2009/12/fun
gsi-masjid.html, diakses 23 April 2010).
Dana. 2005. Peranan Masid dalam Pembinaan
Mental Siswa, (Online), (http://www.man2-
cms.sch.id/index.php?option=com_content&t
ask=view&id=17&Itemid=19, diakses 23 April
2010).
Mubarak, Z. 2009. Manajemen Pengelolaan Masjid,
(Online), (http://www.dmi-jakarta.org/?pilih=
news&mod=yes&aksi=lihat&id=19, diakses 23
April 2010).
Sadali, A, dkk. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu
Pendidikan: Buku Dasar Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi Umum.
Sairin, W. 2005. Memaknai Relasi Gereja dengan
Sekolah, (Online),(http://www.christianpost.
co.id/opinion/opinions/20051021/1815/mem
aknai-relasi-gereja-dengan-sekolah/index.
html, diakses 23 April 2010)
Lampiran

LAYANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

A. Pengertian Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) World
Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang
memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari
seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa
”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam
lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis
dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.

Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan
yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat
(SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan
hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan
faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan
perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif)
dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik
sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan
perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka
UKS dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk
menciptakan anak yang berkualitas.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak
usia sekolah adalah anak yang berusia 6 – 21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya
dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun). Program UKS
adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah

B. Tujuan Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara
khusus tujuan UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di
samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar
mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.

Bila disimpulkan tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dapat dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal
2. Tujuan khusus
Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang
mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat
serta berpratisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah perguruan agama, di rumah
tangga maupun di lingkungan masyarakat.
b. Sehat fisik, mental maupun sosial.
c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.
C. Masalah Kesehatan yang dihadapi Sekolah

Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan
jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi
makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi,
diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih
dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya
perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan
penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan
bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan
kriminal.

Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya
rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul
dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas
sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih
menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station, sehingga
mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap
berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani
atau olah raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar.
Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga
dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik
peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu
memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress
tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk
keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya tersebut
sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik.
Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan “Sekolah Sehat” (Health Promoting
School/HPS) melalui UKS. Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health
Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga “a health setting for living, learning and
working” dengan tujuan (goal) “Help School Become Health Promoting Schools.” Program UKS ini
hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau
mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu:
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta didik,
orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan air yang
cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan
zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya
pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu meningkatkan
sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan berbagai
keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu, memperhatikan
pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orang tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu
penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana.
Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan program-program
makanan begizi dengan memperhatikan ”keamanan” makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi
seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk seluruh
peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkotika
termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara
memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
D. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan melalui Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui program UKS perlu
disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung
secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha,
dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS,
yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan
karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu,
mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses
pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta
didik untuk beperilaku hidup sehat.

Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan
lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah,
melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat,
melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih dan
sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.

Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya hidup sehat
melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu akan
mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas
perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah
bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat
memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi pengetahuan, mental,
fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk bertahan hidup
dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia, dan bermartabat. WHO atau World Health
Organization mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat
beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai
tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang
menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola
diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF
memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan
interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi
secara effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat
dan produktif.

Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu learning to be (belajar
untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to do (belajar
untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu
kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social (learning live with others), kecakapan
hidup akademik (learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan
kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan personal penting untuk
membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan
menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi
kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill).
Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan
yang positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan yang
menguntungkan masyarakat.

Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik
penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang
diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja.
Kecakapan vokasional (vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional
dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan
kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang
dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.

Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan jasmani dan
rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta didik
memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal, sehingga akan
meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta
didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat.
Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan
hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan berbagai
keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non
fisik.

E. Program Pelaksanaan Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di ruang UKS antara lain:
a. Dipan lengkap dengan kasur, sprei, bantal dan sarung bantal
b. Almari obat yang berisi obat-obatan dan perawatan rawat luka
c. Timbangan beserta alat pengukur tinggi badan
d. Tensimeter, stetoskop dan termometer
e. Tandu
f. Wastafel dan kamar mandi
2. Kegiatan di ruang UKS
Kegiatan yang ada di ruang UKS adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan (rawat luka, mengukur tekanan darah, memberikan obat-obatan ringan)
b. Penimbangan BB dan pengukuran TB, LL
c. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan oleh petugas
3. Administrasi UKS
Segala kegiatan yang dilaksanakan dalam UKS ini dicatat dan dibukukan secara tertib dan teratur.
Buku-buku administrasi tentang kegiatan UKS ini antara lain
a. Buku pemeriksaan kesehatan:
Buku ini berisi tentang nama siswa beserta keluhan dan obatnya. Buku pemeriksaan kesehatan diisi
setiap hari, Namun siswa yang sakit tidak dicatat semua.
b. Buku daftar pasien
Buku daftar pasien berisi tentang daftar nama pasien yang sakit, kelas dan keterangan untuk minta
obat, istirahat atau pulang.
c. Buku daftar absensi siswa sakit
Buku daftar absensi siswa sakit berisi daftar nama-nama siswa yang sakit setiap bulannya.
d. Buku rujukan siswa sakit
Buku ini digunakan jika ada siswa sakit yang tidak bisa ditangani di UKS, biasanya siswa dirujuk ke
Rumah Sakit atau klinik terdekat.
e. Buku penerimaan barang
Buku ini memuat tentang daftar barang yang masuk di UKS baik yang berupa barang subsidi maupun
mandiri.
f. Buku agenda surat masuk dan surat keluar
Buku agenda surat masuk berisi tentang surat yang masuk dan surat yang dikeluarkan oleh UKS.
g. Buku inventaris UKS
Buku inventaris UKS berisi tentang daftar barang yang ada di UKS.
h. Buku belanja obat
Buku ini berisi tentang obat yang baru dibeli beserta stok sebelumnya.
i. Buku permintaan surat dokter
Buku permintaan surat dokter berisi tentang daftar nama anak yang meminta surat dokter, baik surat
keterangan sehat maupun surat keterangan sakit.
j. Buku pengukuran TB dan penimbangan BB
Buku ini berisi tentang hasil penimbangan BB dan pengukuran TB siswa kelas satu yang dilaksanakan
setiap 4 bulan sekali.
k. Buku laporan kegiatan UKS
Setiap akhir semester dan setiap tengah semester UKS perlu membuat laporan semua kegiatan yang
diadakan oleh UKS.
l. Buku tamu
Setiap tamu dari luar yang berkunjung ke UKS harus mengisi buku tamu yang disediakan.
Selain di buku, administrasi kegiatan UKS juga dibuat dalam bentuk agenda kegiatan yang ditempel di
dinding dan juga data yang berupa; program tahunan kegiatan UKS, struktur organisasi dan alur
pengobatan.

F. Sasaran Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru
pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap
jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari
tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan
tinggi agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan
prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan
yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah.

Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik.
Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan
sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa
belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan,
bukan hanya pendidikan.

Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti
pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan
daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah
yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu
bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika
tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada
umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan
berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.

G. Penerapan Konsep Berbudaya Hidup Sehat

Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan,
memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam pemeliharaan,
pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu menularkan perilaku
hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang secara harmonis, menerapkan prinsip-prinsip pencegahan
penyakit, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, memiliki kesegaran jasmani dan
kesehatan yang optimal Tujuan pendidikan kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan
berbagai cara pelaksanaannya.

Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan melalui penyajian dan penanaman
kebiasaan. Cara penyajian pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta didik melalui kegiatan
ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan. Cara penanaman kebiasaan
dilakukan melalui penugasan untuk melalukan cara hidup sehat sehari-hari dan pengamatan terus
menerus oleh guru dan kepala sekolah. Keberhasilan pendidikan kesehatan ditentukan dengan adanya
keteladanan dan dorongan dari kepala sekolah, guru, pegawai sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu
juga ditentukan adanya hubungan guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di
sekolah hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.

Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda disesuaikan dengan jenjang
pendidikannya. Materi pendidikan itu antara lain demam berdarah, flu burung, pelayanan gizi, kesehatan
gigi dan mulut, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana pembuangan limbah, pengelolaan air
bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya, pegenalan pada penyakit menular dan
pencegahannya. Khusus untuk peserta didik SMP/MTs dan SMA/SMK/MA ditambah dengan kesehatan
reproduksi, bahaya rokok dan deteksi dini penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras,
dan bahan-bahan yang berbahaya serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.

UKS dilaksanakan mulai dari TK/RA sampai SLTA/MA, serta dilaksanakan secara berjenjang dari
sekolah/madrasah sampai pusat secara terkoordinasi baik antara sekolah dengan Tim Pembina, Tim
Pembina UKS di bawahnya dengan yang di atasnya maupun antar sesama Tim Pembina UKS yang
sejajar. Kegiatan UKS di lingkungan sekolah meliputi beberapa kegiatan, yang pertama adalah rapat
koordinasi baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten serta tim Pembina. Semua dilakukan dengan
mengundang para anggota tim Pembina UKS baik dari bidang kesehatan dalam negeri maupun dari
pendidikan nasional. Kedua, memberikan bantuan peningkatan kualitas kesehatan madrasah, kemudian
orientasi dokter kecil untuk MI, dan kader kesehatan remaja untuk MTs dan MA. Pembinaan UKS oleh
TPUKS (Tim Pembina UKS) masih rendah dan belum merata. Pendidikan kesehatan berbasis kesehatan
dengan program usaha kesehatan sekolah atau pelaksanaan sekolah sehat ini, diharapkan menjadi
bagian dari pelaksanaan pendidikan, bukan hanya di madrasah tetapi juga di sekolah.

H. Penerapan Konsep Dasar Trias UKS

Ada tiga program pokok UKS yang sering disebut Trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan tentang dasar-dasar hidup sehat;
sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan; latihan atau demonstrasi cara hidup sehat; penanaman
kebiasaan hidup sehat; dan upaya peningkatan daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.

Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. (1) Kegiatan intra kurikuler
adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun
bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. (2)
Kegiatan ekstrakurikuler adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di
sekolah atau di luar sekolah. Misalnya, melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan
sebagainya terhadap peserta didik, guru dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta didik,
guru pembina UKS dan kader kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup bersih melalui
program sekolah sehat.
2. Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dan terpadu meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitasi. Promotif adalah peningkatan penyuluhan dan latihan keterampilan pelayanan
kesehatan. Preventif adalah layanan kesehatan untuk mencegah sebelum timbulnya penyakit. Kuratif
adalah penyembuhan penyakit yang diderita. Rehabilitasi adalah pemulihan pada keadaan kesehatan
awal dari penyakit yang telah diderita. Pelayanan kesehatan lingkungan sekolah untuk menciptaan
lembaga pendidikan yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam bentuk pemeriksaan murid atau penjaringan kesehatan;
pengobatan ringan dan P3K; pencegahan penytakit; penyuluhan kesehatan; pengawasan warung
sekolah; perbaikan gizi; pencatatan dan pelaporan penyakit; dan rujukan kesehatan.
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat baik fisik, mental maupun sosial yang meliputi
pelaksanaan 5K; pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan; dan pembinaan kerja sama antar
masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat sekitar sekolah).

Pada pelaksanaan Trias UKS di lapangan nampaknya dapat dijalankan secara saling berhubungan erat
dan saling menunjang satu dengan lainnya.

Adapun pelaksanaan Trias UKS di lapangan dapat berupa:


1. Peningkatan sarana dan prasarana UKS sehingga ruang UKS, perlengkapan, bahan dan menejemen
UKS sesuai dengan ketentuan misalnya tata ruang UKS dan yang memenuhi syarat kesehatan,
menejemen dan administrasi UKS yang tertib.
2. Penyuluhan kesehatan bagi warga sekolah baik saat upacara (amanat pembina upacara oleh tenaga
kesehatan) maupun penyuluhan kesehatan terjadwal lainnya yang oleh tenaga kesehatan, penceramah
agama atau ahli lainnya yang berhubungan dengan kesehatan fisik, mental dan sosial.
3. Pelatihan dokter remaja.
4. Penyuluhan dan pengawasan warung sehat bagi pemilik warung sekolah yang dapat dilaksanakan
sekali atau dua kali sebulan.
5. Pelayanan kesehatan oleh dokter remaja untuk pengobatan ringan dan P3K.
6. Pengadaan klinik sekolah yang dilayani oleh tenaga medis dan para medis dari Puskesmas pembina
UKS setempat. Klinik sekolah dibuka sekali seminggu antara pukul 10.00 – 12.00 WITA. Klinik sekolah
dapat pula dibuka lebih dari satu kali seminggu.
7. Penjaringan kesehatan dapat dilakukan setahun sekali atau dengan intensitas yang lebih sering.
Penjaringan kesehatan dapat berupa pemeriksaan golongan darah, tes buta warna, gizi, kesehatan gigi,
kulit, THT, dan lain-lain. Hasil penjaringan kesehatan dapat menunjukkan kondisi dan tingkat kesehatan
peserta didik.
8. Setiap pelayanan kesehatan oleh UKS perlu pencatatan dalam buku khusus.
9. Bagi siswa yang mengalami sakit cukup serius yang tidak dapat ditangani oleh dokter remaja UKS
maka perlu dirujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit setempat.
10. Pelaksanaan 5K yang dikoordinir oleh tim khusus dapat menunjang tercapainya 5K di sekolah
tersebut. Keberhasilan pelaksanaan 5K sangat ditunjang juga dengan lomba 5K antar kelas.
11. Pembuatan toga (tanaman obat keluarga) atau apotik hidup dalam rangka menambah pengetahuan
dan penyediaan tanaman obat agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
12. Usaha-usaha lainnya yang turut menunjang UKS dapat berupa partisipasi warga sekolah untuk
mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan seperti penataran dan pelatihan guru
pembina UKS, seminar kesehatan bagi guru dan lomba yang berhubungan dengan kesehatan bagi
siswa.
I. Evaluasi Program Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Kesehatan merupakan salah satu hal sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehat merupakan
modal utama untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan mempunyai
etos kerja yang tinggi. Salah satu upaya pemerintah adalah memasukkan pendidikan kesehatan di
sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan dengan membentuk kebiasaan hidup sehat
para siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).UKS yang baik diawali dengan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Jika salah satu program tidak terlaksana
maka akan mempengaruhi program yang lainnya. Program kerja UKS meliputi pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Agar kegiatan UKS tetap terlaksana,
maka diadakanlah lomba UKS.

Daftar Rujukan

Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader


Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 1992.Undang Undang tentang
Kesehatan Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan ( pasal 45 )
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah.
Sumantri, M. 2007. Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M.,
Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., dan Rasjidin, W.
(Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung: Pedagogiana Press
Lampiran

MANAJEMEN LAYANAN
LABORATORIUM SEKOLAH (LS)
A. Pengertian Laboratorium Sekolah

Salah satu sarana penunjang pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah adalah laboratorium
sekolah. Laboratorium ini sangat banyak ragamnya, bergantung pada jurusan yang ada di sekolah
tersebut. Di laboratorium ini peserta didik dapat melaksanakan praktek eksperimentasi, meneliti,
membuktikan teori-teori yang didapatkan di buku dan sebagainya. Dengan demikian peserta didik akan
mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa apa yang ia dapatkan secara teoritik memang dapat
dibuktikan secara empirik.

Berikut ini ada beberapa definisi tentang laboratorium sekolah:


1. Laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam pengertian yang terbatas
Laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan.
2. Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang
ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur Laboratorium yang
lengkap
3. Pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah Laboratorium
diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan
bahan praktikum
4. Menurut Ali Imron (1994: 177) Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun terbuka
yang dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, percobaan, pemratekkan, pengujian, dan
pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang proses belajar mengajar baik tertutup
maupun terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan dan bahkan pembakuan. Laboratorium ini bisa
terbuka dan bisa tertutup. Laboratorium terbuka misalnya kebun percobaan di sekolah, kolam sekolah,
masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Sedangkan yang tertutup adalah yang umumnya dibatasi oleh
empat dinding atau di dalam gedung dan tidak tidak dapat dilihat secara bebas dari luar.
5. Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan
pengalaman belajar dimana siswa berisi teraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi
gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari jadi
suatu laboratorium sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu
serta sistem pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-
laboratorium.html)
6. Dari definisi operasional, laboratorium merupakan perangkat kelengkapan akademik di luar
laboratorium dan studio, seperti seminar, diskusi kelompok, panel dan panel forum, debat, dan
sebagainya. Laboratorium tidak hanya berupa sebagai tempat untuk melakukan kegiatan, tetapi
termasuk juga personil dengan kualifikasi yang meliputi keahlian, keterampilan, serta wawasan yang
luas yang menjangkau hari depan dan kemampuan mengadakan transaksi sosial yang tinggi.
7. Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat
merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian yang
terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan/eksperimen dan
penelitian dilakukan.
B. Masalah dan Kebutuhan Laboratorium di Sekolah.

Dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah peserta didik banyak mempelajari konsep-konsep,
teori-teori, mengujicobakan sesuatu, mempraktekkan sesuatu, dan bahkan menirukan sesuatu serta
mengecek kebenaran sesuatu. Hal demikian tidak akan cukup manakala sekedar dilaksanakan di
ruangan kelas yang segalanya serba terbatas. Oleh karena itu, diperlukan sarana penunjang yang
disebut dengan laboratorium.

Ketika peserta didik ingin membuktikan, bagaimana sebuah sel berkembang biak dengan membelah diri,
yang bersangkutan dapat membuktikan dan atau mengadakan eksperimentasi di laboratorium. Dengan
cara demikian, ia akan yakin dengan kebenaran teori yang ia pelajari. Demikian juga ketika peserta
didik ingin melihat seberapa pengaruh nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman ia akan dapat
membuktikannya melalui laboratorium.

Peserta didik yang ingin mengenal lebih jauh mengenai bahasa pemrograman komputer, tentu tidak
cukup sekedar diceritai oleh gurunya mengenai bahasa tersebut, melainkan harus mempraktekkannya
sekaligus di laboratorium. Peserta didik yang ingin dapat menuturkan kata atau kalimat-kalimat bahasa
asing dari penutur aslinya, tentu juga tidak efisien kalau setiap mata pelajaran bahasa senantiasa
menghadirkan penutur aslinya. Laboratorium tampaknya bisa mengatasi hal demikian melalui
penyetelan seperangkat alat dimana penutur asli tersebut menuturkan kata atau kalimat, bahkan
menyuruh peserta didik untuk menirukan.

C. Tujuan dan Fungsi Laboratorium Sekolah

Tujuan umum dari Laboratorium sekolah adalah sebagai layanan khusus yang diberikan sekolah kepada
siswa untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah sebagai
berikut:
1. Menunjang penguasaan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
2. Memupuk keberanian pribadi sesuai dengan hak dan hakekat kebenaran dalam segala aspek yang
terdapat dalam lingkungan hidupnya
3. Melatih dan mengembangkan keterampilan guru dan siswa dalam mengembangkan profesianya
4. Melatih dan membiasakan siswa belajar secara inovatif baik secara individual maupun kelompok
Secara umum, fungsi laboratorium sekolah yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode
pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam proses
belajar mengajar.

Sedangkan fungsi laboratorium secara khusus adalah sebagai berikut:


1. Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberikat kepastian informasi
2. Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab akibat
3. Alat atau tempat untuk membuktikan benar tidaknya (vertifikasi) faktor-faktor atau gajala-gejala
tertentu
4. Alat atau tempat untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui
5. Alat atau tempat untuk mengembangkan keterampilan
6. Alat atau tempat untuk untuk memberikan latihan
7. Alat atau tempat untuk membentuk siswa belajar menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan
masalah
8. Alat atau tempat untuk melanjutkan atau melaksanakan penelitian perseorangan atau kelompok
D. Jenis-Jenis Laboratorium Sekolah

Macam-macam laboratorium di sekolah sangat bergantung pada jumlah jurusan yang ada di sekolah dan
kemampuan sekolah untuk menyediakan peralatannya. Pada sekolah-sekolah yang lebih banyak
jurusannya, tentu lebih banyak membutuhkan laboratorium dibandingkan sekolah yang sedikit
jurusannya. Berikut ini ada beberapa jenis laboratorium sekolah diantaranya:
1. Laboratorium Komputer
Laboratorium Komputer merupakan salah satu komponen Instrumental Input dalm melaksankan prosses
belajar mengajar yang efektif yang urgensinya sangat dominan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan pada umumnya yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan
mutu lulusan yang optimal.
2. Laboratorium IPA
Alat laboratorium IPA merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA yang dapat
dipergunakan berulang – ulang. Contoh alat laboratorium IPA : pinset, pembakar spiritus, thermometer,
stopwatch, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan mikroskop. Alat yang digunakan secara tidak
langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti tang, obeng, pemadam
kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama.
Bahan di laboratorium IPA merupakan zat kimia yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA
yang bersifat habis pakai. Bahan kimia ada yang padat, cair maupun gas. Contoh bahan di laboratorium
yang berbentuk padat: NaOH, Garam dapur (NaCl), amilum, serbuk besi, kapur (CaCO3) dan organ
tumbuh-tumbuhan (daun, bunga, akar, dll).

Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kagiatan pembelajaran IPA secara
praktik yang memmerlukan peralatan khusus. Berdasarkan Permendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana, laboratorium IPA harus memiliki sarana diantaranya kursi, meja peserta
didik, meja demonstrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari bahan, bak cuci, mistar, jangka sorong,
timbangan, stop watch, roll meter, termometer, gelas ukur, massa logam, multimetor AC/DC, batang
magnet, globe, model tata surya, garpu tala, bidang miring, dinamo meter, katrol tetap, katrol
bergerak, balok kayu, percobaan muai panjang, percobaan ragkaian listrik, gelas kimia, model molekul
sederhana, pembakar spiritus, cawang penguapan, kaki tiga, plat tetes, pipet tetes + karet, mikroskop
monokuler, kaca pembesar, poster genetika, model kerangka manusia, model tubuh manusia,
gambar/model pencernaan manusia, gambar atau model sistem peredaran darah manusia,
gambar/model sistem pernafasan manusia, gambar/model jantung manusia, gambar/model mata
manusia, gambar/model telinga manusia, gambar/model tenggorokan manusia, petunjuk percobaan,
papan tulis, kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, dan jam dinding.

3. Laboratorium IPS
Laboratorium IPS merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPS secara praktik yang
memerlukan peralatan khusus.
4. Laboratorium Bahasa
Pengertian laboratorium bahasa adalah sebuah laboratorium yang dibuat untuk mempermudah
penyampaian materi apapun di sebuah ruangan, pada umumnya digunakan untuk materi bahasa, baik
bahasa inggris, bahasa Indonesia, bahasa asing lainnya. Sedangkan menurut Artikel Pendidikan Network
sebuah Laboratorium bahasa mengacu kepada seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri
atas instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine,
tape recorder, DVD Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang
kedap suara. Banyak sekali komponen yang ada di dalam ruangan lab bahasa, dan sebagaian besar
adalah perlengkapan elektronik yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah kesatuan. Selain itu terdapat
juga perlengkapan lain yang tidak kalah penting, misanya karpet dan meja laboratorium bahasa
(http://labbahasadigital.com/laboratorium.bahasa/definisi-laboratorium-bahasa/).
Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPA, tentu membutuhkan laboratorium IPA.
Laboratorium IPA ini mempunyai sub-sub laboratorioum biologi, fisika, dan kimia. Oleh karena itu di
dalam prakteknya antara masing-masing sub ini sering kali tidak dapat dipisahkan. Antara satu sub
dengan sub yang lain saling membutuhkan.

Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPS dan bahasa, membutuhkan laboratorium IPS dan
bahasa. Pada laboratorium IPS, dapat terdiri dari sub-sub laboratorium geografi, kapendudukan,
sejarah, ekonomi, dan bahkan perkantoran, sedangkan laboratorium bahasa terdiri dari sub-sub
laboratorium bahasa yang dipelajari di sekolah tersebut, baik bahasa Indonesia, Daerah, maupun
bahasa asing.

Pada saat ini sekolah-sekolah banyak yang mempunyai laboratorium komputer sebagai pusat sumber
belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi informasi.

E. Perencanaan Program Laboratorium Sekolah

Untuk perencanaan program laboratorium perlu dilakukan pengadaan gedung dan juga pengadaan alat
dan bahan. Pengadaan gedung harus memperhatikan tata letak laboratorium diantaranya:
1. Lokasi dan ukuran.
Syarat umum lokasi :
a. Tidak terletak di arah angin,yaitu untuk menghindari polusi terhadap kamar lain
b. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap sumber air, untuk menghidari pencemaran air.
c. Mempunyai saluran pembuangan tersendiri untuk menghindari pencemaran penduduk.
d. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk memberikan ventilasi yang cukup dan
penerangan alami yang optimum.
e. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol
2. Luas Ukuran Laboratorium
Untuk 40 orang siswa ukuran laboratorium yang baik : lebar 8-9 meter dan panjang 11-12 meter atau
untuk setiap siswa digunakan lebih kurang 2,5 m2.
Selain itu dalam perencanaan program laboratorium yang harus dilakukan adalah pengadaan alat dan
bahan untuk pengadaan alat-alat laboratorium diperoleh dari:
a. Proyek penyediaan fasilitas laboratorium sekolah Diknas.
b. Dari pembelian sekolah.
Sebelum pembelian alat dan bahan laboratorium perlu dipikirkan hal-hal yang berikut :
a. Percobaan apa yang akan dilakukan
b. Alat/bahan apa yang akan dibeli
c. Pengetahuan tentang penggunaan alat yang dibeli
d. Adanya dana
e. Jenis ukuran alat/bahan yang akan dibeli
f. Prosedur pembelian
g. Pelaksanaan pembelian
Adapun fasilitas laboratorium terdiri dari sebagai berikut:
a. Perabot, yang terdiri dari meja, kursi, bangku, rak, alat, dan bahan
b. Perkakas yang terdiri dari pisau, sabit, bendo, berang, gunting, palu, obeng, pelubang, gergaji,
gabung, kikir, pengungkit, pemotong, pengepres, dan sebagainya.
c. Alat peraga yang terdiri dari model, bagan, gelas, buku, peta, gambar, instrumen, skenario, film, foto,
dan sebagainya.
d. Kotak obat, lengkap dengan obat-obatan yang lazim dibutuhkan bila misalnya saja, ada di antara
peserta didik yang mengalami kecelakaan ketika bekerja di laboratorium
e. Alat pemadam kebakaran, yang dipergunakan sewaktu-waktu bila terjadi kebakaran.
F. Pelaksanaan Program Laboratorium Sekolah

Dalam pelaksanaan program laboratorium, hendaknya diperhatikan mengenai administrasi dan


pemeliharaan alat/bahan di laboratorium.

1. Administrasi Alat/Bahan
Tujuan dari administrasi alat/bahan ialah agar mudah mengetahui posisi dan pengambilannya
dalam penggunaannya.Dalam hal ini yang perlu diasdministrasikan yaitu:
a. Jenis alat/bahan yang ada
b. Jumlah masing-masing alat/bahan
c. Jumlah pembelian dan tambahan
d. Jumlah yang pecah/hilang dan habis
Untuk keperluan administrasi ini diperlukan beberapa buku antara lain : buku Stok, buku kumpulan
daftar pembelian/penerimaan, buku catatan barang-barang yang pecah/rusak/hilang dan habis, buku
harian (http://windywindylagi.wordpress.com/2010/04/01/manajemen-layanan-khusus/#comments).
2. Pemeliharaan Alat/Bahan
Masalah penyimpanan alat/bahan biasanya ditentukan oleh: keadaan laboratorium, susunan
laboratoroum, keadaan perabot laboratorium serta adanya gudang dan raung persiapan.
Sedangkan untuk mempermudah dalam pertanggungjawaban dan pemakaian laboratorium, maka
diperlukan struktur organisasi laboratorium agar jelas tugas dan tanggungjawabnya. Struktur organisasi
laboratorium melibatkan:
a. Kepala sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Tata Usaha
d. Guru (Pengelola dan Pembimbing)
Personal di atas bertugas dan berfungsi:
a. Merencanakan pengadaan alat /bahan laboratorium
b. Menyusun jadwal dan tata tertib laboratorium
c. Mengatur pengeluaran dan pamasukan /pinjaman alat laboratotium
d. Mempersiapkan peralatan/bahan yang dipergunakan pada praktikum
e. Mendaftarkan alat/bahan laboratorium yang habis
f. Mengiventarisasi dan mengadministrasikan pinjaman alat-alat
g. Membuat daftar katalog sesuai dengan jenis alat/bahan
h. Memelihara dan memperbaiki alat-alat
i. Menyusun pelaksanaan kegiatan laboratorium
G. Keselamatan Kerja di Laboratorium

Pada saat proses pelaksanaan kegiatan di laboratorium hal yang perlu diperhatikan adalah keselamatan
kerja pengguna laboraturium, mengingat alat dan bahan-bahan yang terdapat di laboratorium sangat
berbahaya untuk keselamatan pengguna laboratorium. Kecelakaan yang sering terjadi dilaboratorium
antara lain:
1. Luka oleh benda tajam,pecahan kaca dan kena bakar
2. Terkena/percikan oleh cairan zat kimia (karosif/asam/basa pekat)
3. Tertelan zat-zat beracun
4. Gigitan hewan peliharaan
5. Pingsan disebabkan bau gas yang memusingkan
6. Terkena kejutan listrik
7. Kebakaran yang disebabkan peletusan yang terjadi dari hasil percobaan.
Untuk bentuk kecelakaan diatas maka perlu diambil tindakan pertama pada waktu memberi pertolongan
pada sipenderita yaitu:
1. Membawa sipenderita ke tempat yang baik dan tenang
2. Bila pendarahan terjadi pada sipenderita usahakanlah darah yang keluar itu dihentikan dengan jalan
mengangkat bagian tubuh yang luka, sehinga yang luka itu berada di atas jantung
3. Usahakan sipenderita terbaring seleluasa mungkin,pakaian dilonggarkan
4. Jangan memberi makanan pada penderita yang sedang pingsan
5. Segeralah minta pertolongan dokter
H. Program Laboratorium Sekolah dan kaitannya dengan Peningkatan Belajar

Di dalam proses belajar mengajar sering ditemukan guru hanya melaksanakan kegiatan pengajaran
dengan menggunakan metode ceramah dan jarang melakukan praktikum di Laboratorium. Penggunaan
metode ceramah mengakibatkan ide dan keterampilan psikomotor siswa sulit disalurkan, sehingga
kemampuan siswa tidak berkembang dan tujuan belajar yang dicapai kurang optimal. Dengan demikian
guru perlu merancang kegiatan belajar mengajar yang lebih mengarah kepada keterlibatan siswa baik
fisik maupun psikis. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustaman (2003:123-124) yang menyatakan bahwa
penggunaan metode ceramah membuat siswa kurang dirangsang kreativitasnya dan tidak membuat
siswa aktif mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi.

Kegiatan belajar mengajar yang dapat menuntut keterlibatan siswa secara aktif diantaranya dengan
menggunakan metode mengajar eksperimen, ekspositori/ pameran dan demonstrasi yang merupakan
kegiatan Laboratorium. Dengan metode ini siswa dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman
langsung peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alam. Kegiatan Laboratorium juga dapat melatih
keterampilan berfikir ilmiah, mengikutsertakan mental siswa dan bukan sekedar menerima ilmu saja. Di
samping itu siswa akan merasa dirinya berperan, sehingga membangkitkan minat dan semangat belajar
mereka. Senada dengan ini, DIKNAS (2003:12) mengungkapkan bahwa “kita belajar hanya10% dari
apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang
kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan”. Jadi persentase penyerapan pelajaran oleh siswa yang lebih banyak adalah jika siswa katakan
dan lakukan sendiri yaitu sebesar 90%, hal ini sama sifatnya dengan kegiatan Laboratorium yang juga
meningkatkan daya serap siswa terhadap apa yang dipelajari. Menurut Direktorat Pendidikan Menengah
Umum (1995:7), suatu sekolah yang mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hendaknya
mempunyai Laboratorium. Karena dalam pelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar mendengarkan
keterangan dari guru, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut
tentang ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu diperlukan ruang khusus yaitu Laboratorium. Dengan
adanya Laboratorium, diharapkan pengajaran IPA dapat dilaksanakan menurut yang seharusnya. Begitu
juga dengan pelajaran IPS, bahasa dan komputer. Ketiga pelajaran ini juga membutuhkan laboratorium
untuk menungkatkan daya serap terhadap pelajaran yang dipelajari
(http://cahyonopublikasi.blogspot.com/2007/11/tinjauan-pelaksanaan-kegiatan.html).
I. Tata Tertib dan Administrasi Laboratorium Sekolah

Perlunya tata tertib ini agar dapat menjaga keamanan pemakai, memelihara kenyamanan kerja di
laboratorium dan memelihara fasilitas yang ada agar tidak mudah rusak. Adapun tata tertib pemekaian
laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Pahamilah dahulu tentang tata cara masuk dan memakai laboratorium (lazimnya disediakan pamflet
oleh laboratorium).
2. Sebelum memakai laboratorium, mintalah izin terlebih dahulu kepada kepala laboratorium.
Tunjukkkan identitas, misalnya kartu siswa untuk memberi keyakinan kepada kepala laboratorium,
bahwa para siswa yang menggunakan laboratorium adalah benar-benar berasal dari sekolah yang
bersangkutan.
3. Mengisi dan manandatangani daftar hadir, daftar pemakai, atau formulir yang telah disediakan.
4. Saat memakai fasilitas laboratorium, bacalah petunjuk pemakaian. Jika tidak mengerti mungkin
karena manual yang ada dengan menggunakan bahasa Inggris, mintalah petunjuk pada laboran atau
teknisi yang ada.
5. Upayakan agar fasilitas yang dipakai tidak rusak apalagi hilang.
6. Pakailah fasilitas tersebut menurut batasan waktu yang telah ditentukan.
7. Jangan memakai peralatan diluar izin laboran atau kepala laboratorium.
8. Jika bermaksud membawa peralatan ke luar ruangan, mintalah izin kepada kepala laboratorium,
teknisi atau laboran.
9. Setelah memakai fasilitas, kemasi peralatan dan kembalikan ke tempat semula dengan sepengatuhan
laboran atau teknisinya.
10. Jangan meninggalkan ruang laboratorium sebelum diketahui oleh petugas bahwa siswa telah
mengembalikan kepadanya atau mengembalikan ke tempatnya.
J. Evaluasi Program Laboratorium Sekolah

Untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan laboratorium dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai
berikut:
1. Laporan merupakan rekaman atas apa yang dilakukan siswa selama melalui kegiatan praktikum.
Tujuan adanya laporan ini yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi praktikum
dan kemampuan siswa dalam merangkai data hasil percobaan serta analisisnya.
2. Tes kegiatan laboratorium. Tes kegiatan laboratorium digunakan sebagai bahan untuk evaluasi.
3. Pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kinerja siswa pada saat melakukan
kegiatan praktikum, misalnya untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memilih alat yang sesuai,
merangkai alat, menggunakan alat, sikap siswa pada saat melakukan praktikum.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu penilaian tidak hanya dilakukan dengan melihat hasil akhir seperti
laporan, tetapi harus mencakup hasil akhir dan proses untuk mencapai hasil itu, termasuk di dalamnya
kinerja siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang siswa.

Daftar Rujukan

Badan Standart Nasional Pendidikan. 2007.


Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BSNP.
http://cahyono-publikasi.blogspot.com/2007/11/tinjauan-
pelaksanaan-kegiatan.html, diakses 22 April
2010.
http://labbahasadigital.com/laboratorium.bahasa/definisi-
laboratorium-bahasa/, diakses 22 April 2010.
http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-
laboratorium.html, diakses 22 April 2010.
Imron, A. 1994. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.
Malang: IKIP Malang
_____________,Pengelolaan di Laboratorium, (Online),
(http://windywindylagi.wordpress.com/2010/04/0
1/manajemen-layanan-khusus/#comments,
diakses 22 April 2010)

You might also like