Professional Documents
Culture Documents
A. HAKIKAT MOTIVASI
1. Definisi Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu motive yang bearti dorongan,
daya penggerak, atau kekuatan yang terdapat dalam diri organisasi yang
menyebabkan organisasi itu bertindak atau berbuat. Selanjutnya diserap dari bahasa
inggris, yaitu motivation bearti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang
menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. W.H.Haynes dan
J.L.Massie dalam manulang (2001:165) mengatakan ,”motive is something within the
individual which incities thim to action.” Pengertian ini senada dengan pendapat The
Liang Gie yang menyatakan bahwa motif atau dorongan batin adalah dorongan yang
menjadi pangkal seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja.
Menurut Hasibuan (1996:72), motivasi mempersoalkan cara mendorong
gairah kerja bawahan, agar mereka bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. Robbins
(1996:198) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual.
Menurut Wahjosumidjo (1984:50), motivasi merupakan proses psikologi yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi
pada diri sesorang. Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor didalam diri
sesorang yang disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor didalam diri seseorang dapat
berupa kepribadian, sikap,pengalaman, dan pendidikan atau harapan, cita-cita yang
menjangkau ke masa depan, sedangkan faktor dari luar diri seseorang dapat
ditimbulkan oleh berbagai faktor lain yang sangat kompleks. Sekalipun demikian,
baik faktor ekstrinsik maupun faktor intrisik, motivasi timbul karena adanya
rangsangan.
Dengan demikian motivasi dapat dipahami sebagai keadaan dalam diri
individu yang menyebabkan mereka berperilaku dengan cara yang menjamin
tercapainya suatu tujuan. Motivasi menerangkan cara orang-orang berperilaku seperti
yang mereka lakukan. Semakin wirausahawan mengerti perilaku organisasi, semakin
mampu mereka mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten
dengan pencapaian tujuan organisasional.
2. Fungsi Motivasi
Sardiman (1990) mengemukakan, pada prinsipnya motivasi mempunyai tiga
fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, dalam arti motivasi penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan oleh wirausahawan
b. Berfungsi sebagai penentu arah perbuatan. Dengan demikian, motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuaannya
c. Menyeleksi perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi untuk
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.
a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari dalam
diri individu, baik dalam tugas maupun bagi diri usahawan.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari luar dan
telah ditetapkan pada tugas ataupun pada diri peserta didik (wirausahawan) oleh
dosen atau orang lain.
Teori ini menanyakan tentang penyebab perilaku. Macam teori ini, yaitu: (1)
hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow; (2) teori motivasi Higienis Frede Rick
Herzberg; (3) teori prestasi David McCleland.
Berbagai model yang menguraikan terjadi motivassi yang telah dikembangkan. Tiga
model tersebut adalah:
3. Model Porter-Lawler
Model motivasi Poter –Lawler menekan tiga karakteristik lain daan proses
motivasi, yaitu sebagai ;
a) Nilai balas jasa yang dirasakan ditentukan baiknya balas jasa instrinsik
dan ekstrinsik yang menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas
diselesaikan. Balas jasa instrinsik berasal lansung dari pelaksanaaan suatu
tugas. Contoh , ketika seseorang wirausahawan memberi bimbingan pada
bawahan mengenai suatu masalah pribadi , wirausahawan tersebut
mungkin mendapat balas jasa intrinsik dalam berbentuk kepuasan pribadi
dengan membantu orang lain.
b) Tingkata individu saat individu secara efektif menyelesaikan suatu
tugas ditentukan oleh dua variabel. (1) presepsi individu tentang hal yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas dan (2) kemampuan
sesungguhnya dari individu untuk melaksanakan tugas . sesungguhnya
efektifitas individu dalam menhyelesaiakan suatu tugas a meningkat
ketika presepsi dari sesuatu yang diperlukan untuk melaksanan suatu
tugas menjadi lebih akurat dan ketika kemampuan untuk menjalankan
suatu tugas meningkat .
c) Keadilan balas jasa yang diraskan akan mempengaruhi jumlah kepuasan
yang dihasilkan oleh abals jasa tersebut. Pada umumnya semakin adil bals
jasa yang dirasakan oleh individu, semakin besar kepuasan yang
dirasakan sebagai hasil dari menerima balas jasa tersebut.
Possion dalam arti sederhana adalah semangat yang besar disertai emosi
yang kuat , hasrat yang membara (burning desire) , sebuah determinasi untuk
mewujudkan suatu tujuan (Gunawan ,2009).Para usahawan mengawali dan
menjalankan usaha dengan pertumbuhan yang tinggi karena mereka memiliki
possion terhadap perkerjaan dan perusahaannya. Para wira usahawan yang
memiliki kesuksesan tinggi mencintai semua hal yang mereka kerjakan , dan ini
ditunujuakan dalam setiap jalan yang dditempuhnya (Baron dan shane ,2007).
Motivasi dalam diri individu , akan menghasilkan possion yang tinggi dalam
tindakan yang melebihi kebiasaan sebelumnya. Passion menjadi mesin kreativitas
yang menghasilkan 1002 alternatif untuk menghasilkan perkerjaan terbaik .Passion
menjadi batu karang komitmen untuk berjuang meraih tujuan perkerjaan sampai
titik darah pengahabisan . Passion adalah hasrat yang menyala-nyala , imajinatif
kreatif tanpa batas , dan loyalitas yang tidak terbantahnya ( Suharli , 2009)
b. Tenacity
Oleh karena itu , disebutkan oleh Dessler dan Philips (2008) bahwa
Tenacity merupakan karakter krusial yang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan. Hal ini akan membantu wira usahawan dalam menciptakan
ssuatu yang luar dugaan ketika mengalami kesulitan . Tenacity merupakan salah
satu bentuk motivasi usaha yang merupakan karakter yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha agar seorang wirausaha mampu bertahan ketika menghadapi
kesulitan.
d) Modivikasi perilaku
Strategi keempat untuk memotivasi anggota organisasi adalah modivikasi
perilaku. Modifikasi perilaku dipusatkan pada pendorongan perilaku yang sesuai
sebagai hasil dan konsekuensi perilaku. Perilaku yang mendatangkan penghargaan
cenderung diulangi, sementara perilaku yang mendatangkan hukuman cenderung
lenyap.
Teori modifikasi perilaku menyatakan bahwa jika seorang wirausahawan ingin
memodifikasi perilaku bawahannya, ia harus menjamin bahwa konsekuensi yang
diinginkan terjadi sebagai akibat perilaku tersebut. Menurut modifikasi perilaku,
pemguatan positif dan penguatan negatif merupakan penghargaan yang meningkatkan
kemungkinan bahwa perilaku akan terus berkelanjutan.
Penguatan positif adalah konsekuensi yang diinginkan dari perilaku. Adapun
penguatan negatif adalah hilangnya konsekuensi yang tidak diinginkan dari perilaku
hukuman atau penyajian dari konsekuensi perilaku yang tidak diinginkan atau
hilangnya konsekuensi perilaku yang diinginkan akan menurunkan kemungkinan
perilaku tersebut berkelanjutan. Hal lain yang bisa membuat modifikasi perilaku
berhasil adalah :
(1) memberikan tingkat penghargaan yang berbeda pada karyawan yang
berbeda bergantung pada kualitas hasil kerja mereka.
(2) Memberitahukan karyawan bahwa hal-hal yang mereka lakukan adalah
salah
(3) Menghukum karyawan secara pribadi sehingga tidak mempermalukannya
didepan orang lain.
(4) Senantiasa memberikan penghargaan dan hukuman untuk menekankan
bahwa manajemen serius mengenai usaha modifikasi perilaku.
3. Hubungan Konsep diri dan motivasi dalam kewirausahaan
Konsep diri memiliki peran yang sangat penting bagi wirausahawan untuk
menyelesaikan tugasnya, dalam membentuk penguatan dari dalam diri untuk mengatasi
kesulitan ataupun hambatan yang dihadapi saat menyelesaikan tugasnya. Konsep diri
setiap wirausahawan mungkin positif, mungkin pula negatif. Dengan konsep diri positif,
wirausahawan akan memperoleh cara penyesuaian yang baik sebab konsep diri yang
positif akan membuat wirausahawan memiliki kepercayaan diri, tingkat penghargaan diri
yang tinggi, rendahnya perasaan inferior, serta kemampuan melihat diri yang realistis.
Dengan demikian, wirausahawan cenderung memiliki motivasi yang tinggi dalam
menyelesaikan tugasnya. Sebaliknya, individu yang memiliki konsep diri negatif secara
sadar ataupun tidak sadar akan mengarahkan pada penyesuaian diri yang buruk.
Konsep diri memainkan peranan penting dalam menentukan tingkah laku
seseorang, yaitu jika seseorang memiliki konsep diri yang positif, perilaku terhadap tugas
yang diterimanya juga positif. Sebaliknya, jika konsep diri negatif, perilaku terhadap tugas
yang diterimannya juga negatif. Penelitian menurut schmuck (dalam hidayat,2000)
menyebutkan bahwa konsep diri tentang kemampuan akademis ataupun profesional
(wirausahawan) akan memberi pengaruh yang kuat terhadap performa (kinerja) akademis
profesional wirausahawan tersebut.
Konsep diri wirausahawan satu dengan lain tentunya tidak sama. Hal ini
dipengaruhi oleh hasil belajar dan pengalamnnya. Robbins (1984) mengatakan bahwa
variabel yang mempengaruhi tingkah laku manusia adalah motivasi, konsep diri, dan
belajar. Ketiga variabel itu saling berkaitan antara aspek satu dengan aspek yang lainnya.
Jika seseorang memiliki konsep diri yang positif, juga cenderung memiliki motivasi yang
tinggi pula. Menurut fauzan (1991), motivasi adalah kondisi psikologis yang mempunyai
kekuatan mendorong manusia untuk melakukan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap motivasi yang timbul pada wirausahawan tingkat akhir dalam menyelesaikan
tugasnya. Burn (dalam hidayat,2000) mengemukakan bahwa banyak ahli psikologi
meletakkan konsep diri sebagai peran utama dalam pengintegrasian pribadi dalam
memotivasi perilaku dan mencapai kesehatan mental. Konsep diri secara negatif secara
tidak langsung akan membuat motivasi menurun sebab selalu berpikir bahwa dirinya tidak
layak untuk sukses dan masih banyak pikiran inferior lainnya. Sebaliknya, dengan konsep
diri positif terhadap segala hal yang ditemui meskipun menghadapi halangan dan ritangan
dalam hidupnya. Tidak terkecuali bagi wirausahawan yang sedang menghadapi kesulitan
pada saat menyusun tugasnya.
Yelon dan weinster (dalam hidayat,2000) mengemukakan bahwa perilaku
merupakan penampilan luar dari konsep diri. Nilai-nilai yang dianut oleh setiap
wirausahawan akan memengaruhi motivasinya, nilai-nilai yang diperoleh melalui proses
belajar, baik dari keluarga, lingkungan sosial masyarakat maupun lingkungan budaya
tempat hidup dan berkembang. Dengan demikian tinggi rendahnya motivasi wirausahawan
dalam menyelesaikan tugasnya bergantung pada cara mereka memersepsikan nilai-nilai
yang dianutnya. Semakin tepat persepsi mereka tentang nilai-nilai diri yang dapat
diramalkan, semakin tinggi pula motivasi mereka.
Pada akhirnya motivasi merupakan penggera atau dorongan bagi setiap individu
(wirausahawan) untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan tujuan, baik yang
berasal dari dalam diri wirausahawan maupun berasal dari lingkungan luar diri atau orang
lain.
Dengan kata lain, semakin baik seorang wirausahawan dalam memahami dan
memandang kemampuan yang dimilikinya, semakin dapat diprediksi motivasinya
yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diterimanya. Berdasarkan
kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep diri dan motivasi memainkan
peran penting dalam tingkah laku yang ditampilkan seseorang dalam proses
menyelesaikan tugasnya, meskipun konsep diri dan motivasi antara wirausahawan
satu dengan lainnya berbeda.
https://www.scribd.com/document/360320896/MOTIVASI-DALAM-
KEWIRAUSAHAAN