You are on page 1of 4

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Dasar Penegakan Diagnosis

Pada laporan kasus ini, ditegakkan diagnosis utama yaitu


Bronkopneumonia ec bakterial infection dengan serangan asma berat. Diagnosis
Bronkopneumonia ini didasarkan dari hasil anamnesis yaitu adanya batuk pilek
yang disertai dengan sesak nafas yang terjadi pada pasien ini dan juga didukung
oleh foto radiologi yang menunjukkan gambaran iniltrat pada paru. Batuk terus
menerus dan kadang keluar dahak yang tidak berwarna namun sedikit.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ronki pada seluruh paru yang
menandakan adanya tumpukan sekret yang menimbulkan suara tambahan paru
pada saat inspirasi. Sekret tersebut membuat suara dengan aliran udara yang
masuk ke paru melaui inspirasi. anak nampak sesak, Rhonki wheezing (+) disertai
dengan retraksi dalam pada dada penderita, dan hasil tes laboratorium
Leukositosis disertai trombositopenia. Keadaan umum yang Sesak ini disebabkan
karena anak memiliki masalah pada airwaynya akibat dari penyempitan jalan
nafas yang disebabkan oleh bronkokonstriksi dan juga sekret yang menumpuk.
Hal ini dibuktikan dengan temuan rhonki dan wheezing yang positif pada
auskultasi paru. Dimungkinkan terinfeksi bakterial akut dimana terdapat temuan
leukositosis dan neutrofilia yang mengindikasikan tubuh sedang terjadi infeksi.

Diagnosis penyerta dari pasien ini adalah ITP (Idiopathic Tromocytopenic

Purpura). Diagnosis ini didasarkan dari hasil anamnesis bahwa pada tubuh pasien

terdapat memar – memar berwarna hitam keabu abuan seperti bekas jatuh, tidak

sakit. Memar- memar tersebut muncul secara tiba tiba ketika pasien terbentur

sesuatu walaupun sangat pelan. Keluhan tersebut mulai muncul ketika pasien

dinyatakan sembuh setelah sakit varicela. Selain itu terdapat bintik bintik merah
pada badan dan wajah pasien, yang muncul sejak 2 hari ini. dan 2 bulan lalu

didiagnosis ITP Bintik merah tidak gatal dan apabila ditekan tidak hilang. BAB

dan BAK normal tidak ada keluhan. Pasien sebelumnya sudah pernah didiagnosis

ITP oleh dokter anak dan rutin minum obat yang diberikan. Varicela diduga

merupakan penyebab terjadinya ITP pada pasien ini.

Dari pemeriksaan fisik, yang menunjang diagnosis ITP adalah adanya


haematome pada extremitas dan kepala disertai dengan munculnya petechie pada
pasien. Hematome yang muncul tiba tiba dapat terjadi akibat perdarahan atau jejas
vaskuler yang biasanya muncul ketika ada trauma. Normalnya haematome akan
muncul ketika terdapat benturan dengan intensitas yang cukup besar untuk
menimbulkan perdarahan, namun pada pasien ini berbeda. Dengan intensitas
benturan yang rendah pun pada pasien ini dapat muncul haematoma.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan trombositopenia. Hal ini


mendukung diagnosis ITP dimana pada penyakit ini terjadi destruksi dari
trombosit yang disebabkan oleh reaksi autoimun pada tubuh penderita. Reaksi
autoimun ini dapat dipicu oleh infeksi, stress, ataupun secara spontan. Trombosit
secara harfiah memiliki fungsi sebagai pengikat fibrin yang berperan dalam
pembekuan darah dan penyembuhan luka, dengan keadaan destruksi ini sangatlah
mungkin akan muncul haematome pada tubuh penderita dan disertai dengan
petechie.

Selain 2 diagnosis diatas, ternyata anak pada kasus ini juga mengalami
keterlambatan pemberian imunisasi. Hal ini dikarenakan dari hasil anamnesis
didapatkan data bahwa anak terakhir mendapatkan imunisasi adalah pada usia 9
bulan, yaitu imunisasi campak. Padahal anak sudah berusia 18 bulan. Sehingga
imunisasi yang belum didapatkan MMR.

4.2 Penatalaksanaan

Pada kasus ini, pasien diindikasikan untuk MRS karena adanya pasien
termasuk dalam Pneumonia berat dan suspect ITP dan diindikasikan untuk
transfusi TC karena trombosit <20.000 dan terjadi perdarahan. Sehingga,
pemberian cairan melewati jalur parenteral. Pada anak di kasus ini, diberikan
terapi pertama yaitu cairan. Cairan yang diberikan berupa rumatan dengan D5 ¼
NS perhitungan cairan menggunakan rumus Holliday-Seggar yaitu 1.400 cc/24
jam. Penggunaan cairan dimaksudkan untuk memperbaiki memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit hairan

Untuk mengatasi sesak diberikan terapi awal berupa O2 Nasal 2-4


liter/menit dan diberikan nebul combiven 1 ampul diencerkan dengan pz 2 cc .
nebulasi ini dimaksudkan sebagai terapi reliefer. Selanjutnya aminophyllin
diberikan dengan loading dose sebesar 6mg/kgbb dilanjutkan rumatan
1,5mg/kgBB diencerkan hingga 10 cc dengan pz dan diberikan bolus pelan
menggunakan syringe pump dengan kecepatan 10cc/jam. Pemberian steroid
dengan dosis 3x30mg sebagai tatalaksana asma sekaligus tatalaksana awal ITP
dengan dosis konvensional. Setelah sesak berkurang, nebul dilanjutkan dengan
ventolin dan pulmicort (1:1) 3x/ hari. Hal ini dimaksudkan agar jalan napas tetap
lebar sehingga airway tetap baik.

Pemberian Antibiotik yang dipilih adalah meixam dengan dosis 4x250


dan amikacin dengan dosis 1x150. Meixam berisi colxacilin yang merupakan lini
pertama dari terapi bronkopneumonia karena sensitif terhadap bakteri yang
menghasilkan enzim penisilinase (gram positive). Sedangkan amikacin dipilih
karena ada beberapa kuman penyebab bronkopneumonia yang merupakan gram
negative dan prevalensinya juga cukup tinggi sehingga harus di berikan untuk
eradikasi bakteri.

Selain itu, puyer yang diberikan juga mengandung, pseudoefedrin dan


mukolitik. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi keluhan batuk akibat
retensi secret atau dahak pada paru paru pasien. Pseudoefedrin merupakan obat
golongan dekongestan yang berfungsi untuk melebarkan jalur napas dan jua
ekspektoran untuk mengeluarkan mukus, mukolitik berfungsi sebagai pengencer
dahak agakr dahak menjadi lebih mudah dikeluarkan.
Pemberian antipiretik paracetamol ini dimaksudkan untuk menurunkan
panas yang biasanya terjadi pada penderita yang mengalami infeksi pada
tubuhnya. Anti piretik ini bekerja di sentral sehingga dapat mempengaruhi
termoregulasi dari penderita dan akhirnya dapan menyebabkan penurunan suhu
pada penderita. Pemberian obat anti piretik ini hanya saat diperlukan saja.

Tranfusi trombosit diindikasikan untuk kasus ini. Hal ini dikarenakan


pada penderita terdapat haematoma yang merupakan bukti terjadi perdarahan dan
juga hasil DL dimana terjadi trombositopenia <20.000. Pemberian tranfusi
trombosit ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih masiv
lagi yang dapat memperburuk prognosis

Untuk haematomanya diberikan vit-K dan Asam traneksamat untuk


menghentikan perdarahan atau mengurangi keluhan haematom. Pemberian obat
tersebut diindikasikan agar cascade pembekuan darah yang ada pada tubuh pasien
dapat terjadi sehingga keluhan haematom akan berkurang

Pada kasus ini, anak mengalami keterlambatan dalam imunisasi. Untuk


MMR belum diberikan, MMR tidak diberikan karena dapat menginduksi
perburukan kondisi pada pasien ini. pemberian MMR dapat menyebabkan
destruksi platelet menjadi lebih besar sehingga pada pasien ITP tidak diberikan
immunisasi MMR.

Selain pemberian obat-obatan, keluarga harus diedukasi, edukasi tersebut


antara lain:

- Diagnosis pasien dan penyebabnya, yaitu radang paru – paru yang


disebabkan infeksi dan ITP yang dapat dipengaruhi oleh keadaan infeksi
ataupun stress
- Terapi awal yang diberikan adalah untuk mengatasi serangan asma dan
mengatasi perdarahan dengan tranfusi trombosit
- Menjaga agar kamar atau tempat yang dihuni penderita bebas benda yang
dapan menyebabkan alergi misalnya bulu unggas, kapuk
- menghindari makanan – makanan yang dapat menyebabkan alergi misal
coklat, seafood, susu, telur

You might also like