You are on page 1of 30

MODUL 1

SISTEM KEDOKTERAN KOMUNITAS

TUTOR :
dr. Tirta Prawita Sari, M.SC., Sp.Gk
DISUSUNKAN OLEH : KELOMPOK 9
M. Harly Tri Hutomo 2014730061
M. Aufaiq Akmal Noor 2014730051
Ferza Farizky 2014730032
Fylie fremiati 2014730034
Alun Khairunnisa 2014730005
Mentari Nur Farida S 2014730056
Hasanah Suci Indriani 2014730040
Adibah M Rahman 2014730003
Fernita Cahyaningrum 2014730031
Tiara andarini 2014730090

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PRODI KEDOKTERAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalammu'alaikum wr, wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan tutorial ini
yang mengenai “KEDOKTERAN KELUARGA.”Selanjutnya laporan ini disusun berujuan agar
mahasiswa dapat memahami segala sesuatu tentangkedokteran keluarga. Kepada semua dosen
terutama dr. Tirta Prawita Sari, M.SC., Sp.Gk selaku dosen pembimbing yang terlibat dalam
pembuatan laporan tutorial ini, kami ucapkan terimakasih atas segala pengarahannya sehingga
laporan ini dapat kami susun dengan cukup baik.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh Karena itu, kami ingin meminta maaf atas segala
kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk
kesempurnaan laporan ini dan perbaikan untuk kita semua.Semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.
Wassalammu'alaikum.wr.wb.

Jakarta, April 2017


Skenario
Anto (6 bulan) dibawa ke Puskesmas karena berak encer seperti air, lebih dari 10 kali dalam
sehari. Anto tidak pernah muntah. Pada pemeriksaan laboratorium dari tinja Anto, tidak ditemukan
adanya telur cacing atau parasit usus lainnya.
Berak-berak seperti ini selalu diderita oleh anggota keluarga pak Anwar, orang tua Anto. Pak
Anwar adalah seorang pelayan di salah satu toko kelontong di pasar tradisional di kota. Ia bersama istri
dan ke lima anaknya, serta kedua orang tua ibu Anwar tnggal pada satu rumah panggung berukuran 4 kali
7 meter. Dikampung dimana mereka tinggal belum ada fasilitas PAM, karena itu sumber air sebagian
besar penduduk adalah sumur gali, dan sebagian lagi adalah air sungai yang mengalir tidak jauh dari
kampung tersebut. Belum semua rumah mempunyai fasilitas MCK
Anto adalah anak bungsu dari keluarga pak Anwar yang mempunyai 5 orang anak. Anto
mendapat asi dari ibunya dan bubur sebagai makanan tambahan.

Kata Sulit :-
Kata Kunci :
- Anto, 6 bulan berak encer seperti air
- Pemeriksaan laboratorium tidak ada telur cacing dn parasit
- Berak seperti ini juga dirasakan oleh anggota keluarga
- Rumah sempit
- Sanitasi dan hygiene buruk
- Anto anak ke 5 dari 5 berdsaudara
- Anto mendapat ASI dan MP ASI

MIND MAP

An, Anto 6 bulan

Diare - Definisi
- Etiologi
- Epidemiologi
- Patomekanisme
- Terapi (farmakologi dan non farmakologi)

Factor resiko

Riwayat diare Hygiene Social ekonomi Sanitasi ASI dan


di keluarga keluarga rendah buruk MP ASI
Nama : M. Aufaiq Akmal Noor
NIM : 2014730051
Definisi & Fungsi Dokter Keluarga
Definisi:
Dokter Keluarga dapat di definisikan sebagai Dokter Praktik Umum penyelenggara
Pelayanan Primer Paripurna dengan pendekatan Kedokteran Keluarga
Dokter Keluarga (IKK-FKUI, 1996)
Dokter keluarga adalah profesi kedokteran yang mengabdikan dirinya dalam bidang
kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan
khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktik
dokter keluarga.

DokterKeluarga (The American Board of Family Practice, 1969 )


Dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota
Yang terdapat dalam satu keluarga dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah
kesehatankhusus yang tidakmampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli
yang sesuai.

Fungsi dokter keluarga


 Care provider: pelaksana pelayanan kesehatan komprehensif, terpadu, bersinambungan
pada tingkat primer bagi pasien sebagai bagian dari keluarganya dan untuk penapisan
pelayanan spesialistis
 Decision maker: sebagai penentu dalam setiap tindakan terhadap pasien yang menjunjung
etika profesi dan memanfaatkan sumber keluarga secara efisien, efektif
 Communicator: Pendidik, penyuluh, teman, mediator, penasehat bagi anggota keluarga
yang bermasalah, sekaligus bagi keluarganya dalam upaya menyelesaikan masalahnya
 Team member/ manajer; bekerjasama atas dasar kemitraan dalam menyembuhkan pasien
dan menyelesaikan masalah keluarga
 Community leader: memantau, menelaah kegiatan pelaksanaan pelayanan dengan
memperhatikan risiko dan permasalahan pasien dan keluarganya secara holistic bagi
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Nama : Mentari Nur Farida S
NIM : 2014730056

Prinsip pendekatan kedokteran keluarga

 Komperhensif dengan pendekatan holistic:


Tidak hanya dalam kondisi sakit, namun juga dalam kondisi sehat , dan pada saat pasien
konsultasi / dirujuk / dirawat selalu berada dalam tanggung jawab DK  proaktif
 Kontinu dan proaktif :
Tidak hanya menunggu di tempat praktek tetapi juga berkunjung ke rumah pasien &
menilai Faktor Resiko
 Mengutamakan pencegahan :
- Melayani KIA, KB, vaksinasi.
- Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin.
- Mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunya.
- Mencegah kecacatan.
 Bersifat koordinatif dan kolaboratif :
Melatih anggota keluarga untuk mengamati bagaimana perkembangan penyakitnya,
misalnya frekuensi/hari, konsistensi tinja, dll. Lalu dilaporkan secara berkala kepada
dokter yang bersangkutan.
 Memberikan penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya :
Seluruh anggota keluarga dapat menjadi pasien seorang Dokter Keluarga akan tetapi
tetap dimungkinkan sebuah keluarga mempunyai lebih dari satu dokter keluarga.
 Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggalnya :
- Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan
lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyembuhan penyakitnya.
- Memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya untuk membantu
penyembuhan penyakitnya.
 Menjunjung tinggi etika dan hukum :
- Mempertimbangkan etika dalam setiap tindak medis yang dilakukan pada pasien.
- Meminta ijin pada pasien untuk memberitakan penyakitnya kepada keluarganya atau
pihak lain.
- Menyadari bahwa setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi masalah hukum
 Sadar biaya dan sadar mutu :
Mempertimbangkan segi “cost-effectiveness” dalam merancang tindakan medis untuk
pasiennya
 Dapat diaudit dan dipertanggung jawabkan :
- Rekam medís yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang lain yang
berkepentingan.
- Menyediakan SOP untuk setiap layanan medis.
- Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence Based Medicine)
Nama : Tiara Andarini
NIM : 2014730090
Fungsi dan stuktur keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga
 Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana setiap anggota keluarga memiliki
peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi
yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk
saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
 Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya
masing-masing. Sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena,
tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing
anggota keluarga.
 Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan bahwa masing-masing anggot
akleuarga mempunyai peran dan fungsi yang berdeda dan khas seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang merawat anak-anak.

Strukturkeluarga
 Dominasi jalur hubungan darah
- Patrilinieal. Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ayah.
Suksuku di indonesi rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
- Matrilineal. Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ibu.
Suku padang merupakan salah satu contoh suku yang menggunakan struktur keluarga
matri lineal.
 Dominasi keberadaan tempat tinggal
- Patrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
- Matrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
 Prinsip-prinsip pengambilan keputusan
- Patriakal. Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
- Matriakal. Dominasipengambilankeputusanadapadapihakistri.

Fungsi keluarga banyak jenisnya dan di Indonesia fungsi keluarga tersebut dibedakan atas 8 jenis
sesuai dengan peraturan No. 21 tahun 1994 sebagai berikut:
1. Fungsi keagamaan: fungsi keluarga sebagai wahana persemian nilai-nilai agama dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi ihsan agamis yang penuh iman dan taqwa
2. Fungsi kebudayaan: fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka
ragam dalam kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih: fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan anak dengan anak, suami dengan istri dan orang tua dengan anaknya.
4. Fungsi melindungi: fungsi keluarga untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi
segenap anggota keluarganya.
5. Fungsi reproduksi: fungsi keluarga yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan
keturunan yang direncankan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat
manusia di dunia serta penuh iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan: fungsi keluarga yang memberikan peran kepada
keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam
kehidupan di masa depan.
7. Fungsi ekonomi: fungsi keluarga sebagai pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
Fungsi pembinaan lingkungan: fungsi keluarga yang memberikan kemampuan pada
setiap keluarga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai day
lingkungan alam dengan lingkungan yang berubah dinamis.
Nama : FerzaFarizky
NIM : 2014730032
Factor social ekonomi terhadap penyakit diare

Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah orang
dibandingkan dengan standard kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Kemiskinan bukan semata-mata kekurangan dalam ukuran ekonomi, tapi juga
melibatkan kekurangan dalam ukuran kebudayaan dan kejiwaan

Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena
kemiskinan mengurangi kemampuan orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan yang
memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan.
Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk
hamper semua penyakit. Frekuensi relative anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 2
kali lebih besar menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), 3 kali lebih tinggi resiko
imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak karena penyakit
disbanding anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.

Dalam scenario dijelaskan bahwa keluarga pasien memiliki sosial ekonomi yang rendah ini
berarti keluarga pasien cenderung memiliki hygiene dan pengetahuan yang kurang. Saat ini
pasien baru berusia 6 bulan dan sudah diberi bubur sebagai tambahan. Kemungkinan Karena
kurangnya hygiene dan kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit diare sehingga pasien
membuat bubur menggunakan sumber air yang ada disekitar rumahnya yang dimana sumber air
disekitar rumahnya bisa menjadi sumber awal mula terjadinya diare.
Nama : Alun Khairunnisa
NIM :2014730005
Terapi Diare

1. Rehidrasi:
 Cairan oral : pedialit, oralit
o <2 tahun: 50-100mL tiap BAB
o 2 tahun atau lebih: 100-200mL tiap BAB
 Cairan infus: ringer laktat 50-200mL/KgBB/24 jam

2. Zinc
Diberikan selama 10 hari berturut turut untuk mengurangi lama dan beratnya
diare dan untuk mengganti zinc di dalam tubuh. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare sampai 10 hari ke depan
secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan
bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan
jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.
 <6 bulan: 10mg (1/2 tablet) perhari
 >6 bulan: 20mg (1 tablet) perhari

3. ASI dan MP-ASI (sesuai umur) tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan
serta pengganti nutrisi yang hilang.

4. Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi diare berdarah atau atau kolera.

MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)

1. Nutrisi yang dibutuhkan dalam MP-ASI


 Protein
 Karbohidrat
 Vitamin
 Serat
 Zat besi
 Folat
 Seng
2. Bahan makanan yang baik untuk MP-ASI
 Karbohidrat:
o beras putih
o beras merah
o kentang
o jagung
o ubi
 Protein:
o kacang hijau
o kacang kedelai(tahu, tempe)
 Vitamin, minerat, serat:
o Alpukat
o Pisang
o Pepaya
o Melon
o Apel
o Brokoli
o Jamur
o kembang kol
o wortel
Nama : M. Harly Tri Hutomo

NIM : 2014730061

Terapi komprehensif pada keluarga dan lingkungan

Terapi komprehensif adalah terapi terdiri dari tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative berdasarkan patient centered, family focus dan community oriented

Tindakan Promotif yang dilakukan adalah melakukan edukasi atau penyuluhan mengenai
penyakit diare mulai dari definisi yang benar tentang diare, penyebab, cara penularan, cara
pencegahan dan pengobatan yang benar untuk penderita diare.

Faktor resiko dari diare antara lain adalah tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan menggunakan
sabun sebelum dan sesudah memberi ASI/makan serta kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.Maka
diperlukan tindakan preventif seperti mencuci tangan menggunakan sabun dengan 6 langkah cuci
tangan.

Untuk tindakan kuratif terdapat program LINTAS DIARE yaitu Rehidrasi menggunakan Oralit
osmolalitas rendah, Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan
makanan, antibiotic selektif, serta nasihat kepada orang tua/pengasuh

Diperlukan pula tindakan rehabilitative seperti memotivasi keluarga pasien untuk rutin
memberikan obat pada pasien dan kontrol ke dokter jika masih ada keluhan.

Promotif

 Patient centered
Memberikan penyuluhan/edukasi tentang penyakit diare mulai dari definisi yang benar
tentang diare, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan yang benar
untuk penderita diare serta penyuluhan tentang PHBS(perilaku hidup bersih sehat)
 Family oriented
Memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai penyakit diare kepada keluarga mulai
dari definisi yang benar tentang diare, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan
pengobatan yang benaruntuk penderita diare serta penyuluhan tentang PHBS
 Community oriented
Memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai penyakit diare kepada masyarakat mulai
dari definisi yang benar tentang diare, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan
pengobatan yang benaruntuk penderita diare serta penyuluhan tentang PHBS
Preventif

 Patient centered
Mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah memberikan makanan pada pasien
 Family oriented
Semua anggota keluarga ikut melaksanakan kegiatan pencegahan diare (kebiasaan cuci
tangan, menciptakan lingkungan rumah yang bersih)
 Community oriented
Masyarakat ikut melaksanakan kegiatan pencegahan diare (kebiasaan cuci tangan,
menciptakan lingkungan rumah yang bersih)

Kuratif

 Patient centered
- Zink tab 1 x 1
- Oralit V

Rehabilitatif

 Patient centered
Memotivasi keluarga pasien untuk rutin memberikan obat pada pasien dan kontrol ke
dokter jika masih ada keluhan
 Family oriented
Dukungan dari keluarga untuk penyakit pasien , agar pasien minum obat teratur

Pencegahan Terjadinya Diare Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif
menurut Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan dalam Kementerian
Kesehatan RI (2011) yang dapat dilakukan adalah:

a. Perilaku Sehat
Perilaku sehat terdiri dari pemberian ASI, makanan pendamping ASI, menggunakan air
bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi dengan
benar, pemberian imunisasi campak.
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6
bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat
steril, berbeda dengan sumbersusu lain seperti susu formula atau cairan lain yang
disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain
yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut memberikan ASI
Eksklusif.Bayi harus diberi ASI secara penuh sampai mereka berumur 6
bulan.Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya.ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang
baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran untuk
meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih.Berikan makanan lebih sering (4x
sehari).Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang
dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila
mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan bijibijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
c) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral.Kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jarijari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan dan minum yang dicuci dengan air
tercemar.Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.Masyarakat dapat mengurangi
risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan airyang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Ambil air dari sumber air yang bersih.
b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak.
d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan
mempunyai dampak dalam kejadian diare, yaitu menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%.
5. Menggunakan Jamba
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare.Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan
keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
d)
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya.Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anakanak dan orang
tuanya.Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus diperhatikan oleh
keluarga:
a) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban.
b) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
c) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak.Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

b. Penyehatan Lingkungan
1. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara
lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan
berbagai penyakit lainnya, maka penyediaanair bersih baik secara kuantitas dan
kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya
penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus
tersedia.Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat.Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut.Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari
dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh
pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan
pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harusdikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

10 ndikator PHBS

(Sumber: Panduan PHBS Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Bagian Promosi


Kesehatan Tahun2011)

1. Melahirkan harus ditolong tenaga kesehatan.


2. Pemberian ASI Ekslusif pada bayi selama 6 bulan, lalu pemberian ASI dan
makananpendamping sampai bayi berusia 2 tahun.
3. Lakukan penimbangan bayi setiap 3 bulan sekali
4. Penggunaan air bersih
5. Cuci tangan pakai sabun
6. Menggunakan toilet
7. Pemberantasan jentik nyamuk
8. Makan sayur- sayuran yang mengandung vitamin A
9. Olahraga 30 Menit per hari
10. Dilarang merokok dirumah.
Nama : Fernita Cahyaningrum

NIM : 2014730031

Hubungan aspek perumahan dengan diare

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan.meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu:

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana


pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air
limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan
rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah:

Langit-langit. Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu
dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.

Dinding. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan
angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus
terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding
terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

Lantai. Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak,
permukaan lantai mudah dibersihkan.Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak
digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap
air seperti disemen, dipasang tegel, keramik.Untukmencegah masuknya air ke dalam rumah,
sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.

Pembagian ruangan/ tata ruang. Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai
dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah:
 Ruang untuk istirahat/tidur. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua
dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup
dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar
dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
 Ruang dapur. Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran
dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi
yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.
 Kamar mandi dan jamban keluarga. Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki
satu lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.

Ventilasi. Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus
lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi
yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya:
 Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang
ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10%
kali luas lantai ruangan.
 Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari pabrik,
sampah, debu dan lainnya.
 Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela
berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.

Pencahayaan.Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia.Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan
cahaya buatan.Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
 Pencahayaan Alamiah. Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke
dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain
untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar, 1996). Suatu
cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah
adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca
huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf
besar.
 Pencahayaan Buatan. Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya.

Luas Bangunan Rumah. Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninyaakan menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded).
Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2/
orang.
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan
perumahan sehat adalah sebagai berikut:

 Sarana Air Bersih. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No.
01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama,
antara lain:
o Syarat fisik. Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara
sehingga menimbulkan rasa nyaman.
o Syarat kimia. Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan,
o Syarat bakteriologis. Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme.Misal sebagai
petunjuk bahwa air telah dicemari oleh feses manusia adalah adanya E. coli karena bakteri
ini selalu terdapat dalam feses manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif
lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.
 Jamban (sarana pembuangan kotoran). Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang
digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan
tinja, prinsipnya yaitu:
o Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
o Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan/ air tanah.
o Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
o Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
o Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
o Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat umum
lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).Menurut Azwar (1996), air limbah
dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan
masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah
adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatanmanusia.Dalam kehidupan sehari-
hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah:
 Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.
 Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.
 Limbah industri.
 Sampah

Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas manusia, yang
dianggap sudah tidak bermanfaat lagi.Entjang (2000), berpendapat agar sampah tidak
membahayakan kesehatan manusia maka perlu pengaturan pembuangan, seperti tempat sampah
yaitu penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk dibuang. Syarat
tempat sampah:
 Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan
 Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik seranga atau binatang lainnya.

Hubungan aspek perumahan dengan kasus diare yaitu :

a. ada hubungan yang signifikan antara jamban dengan kejadian diare pada anak.Penduduk
Desa Sialang Buah masih banyak yang tidak memiliki fasilitas jamban di rumahnya
masing-masing. Sehingga mereka membuang tinja dengan sembarangan terutama
membiarkan anak-anaknya membuang tinja di pekarangan rumah, dibelakang rumah,
bahkan orang tuanya saja membuang tinja ke sungai yang langsung menuju ke laut. Hal
ini memungkinkan terjadi penyebaran penyakit diare pada anak melalui tinja anak itu
sendiri maupun orangtuanya. Keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinja pada
tempat yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan resiko terjadianya
diare pada anak balita dibandingkan pada tempat yang memenuhi syarat kesehatan.Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wulandari (2009) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare
pada anak balita di Desa Blimbing dengan nilai p=0,001 (p<0,05).

b. ada hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare
pada anak.Anak yang tidak diberikan ASI eksklusif berisiko lebih besar terkena diare
daripada yang diberi ASI eksklusif. Hal ini diasumsikan mungkin karena anak tidak
mendapat zat pelindung yang ada pada ASI. Selain itu, responden memberikan makanan
lain selain ASI sebelum anak berusia >6 bulan. ASI memberikan perlindungan terhadap
diare. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti (2010) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan tingkat
kejadian diare pada bayi dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti signifikan atau
bermakna.

c. ada hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare
pada anak.Hal ini diasumsikan mungkin karena sebagian besar responden mempunyai
kategori jamban yang tidak memenuhi syarat dan tingkat penggunaan jamban yang belum
baik di dalam keluarga tersebut. Anak-anak dari responden masih banyak yang
membuang tinja sembarangan, ada yang di pekarangan rumah (tanah dicangkul, setelah si
anak selesai buang air besar, lubang tersebut ditimbun lagi dengan tanah tersebut) dan
ada juga yang membuang tinja di belakang rumah padahal di belakang rumah terdapat
ternak babi yang tidak dikandangkan sehingga sangat tinggi potensi penularan penyakit
diare melalui tinja.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sitinjak (2011)
yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban
dengan kejadian diare dengan nilai p=0,004 (p<0,05).

d. ada hubungan yang signifikan antara mencuci tangan pakai air dan sabun dengan
kejadian diare pada anak.Hal ini diasumsikan mungkin karena kebiasaan mencuci tangan,
terutama saat selesai buang air besar, sesudah membuang kotoran/sampah sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak atau sebelum makan kurang diperhatikan
oleh ibu. Buruknya perilaku mencuci tangan pakai air dan sabun di Desa Sialang Buah
juga disebabkan karena ibu kurang peduli terhadap kebersihan tangannya padahal cuci
tangan sangat diperlukan oleh seorang ibu sebelum dan sesudah kontak dengan bayi dan
anak, yang bertujuan untuk menurunkan risiko terjadinya diare pada anak.Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Wijaya (2012) yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kebiasaan ibu mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita yang
tinggal di sekitar TPS Banaran Kampus UNNES dengan OR sebesar 16 dan nilai p=0,001
(p<0,05).
Nama : Hasanah Suci Indriani
NIM :2014730040

DIAGNOSIS HOLISTIK

Definisi
 Holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk biospikososial-kultural pada
ekosistemnya
 Sebagai mahluk biologis manusia adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan
serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya

Diagnosa Holistik
 Kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease),
luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal,
riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian
resiko internal/individual dan ekternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya

Dasar Pemikiran Diagnosa Holistik


1. Aspek personal
2. Aspek Klinis
3. Aspek internal
4. Aspek eksternal
5. Skala fungsi sosial

1. Aspek Personal
Keluhan Utama
a. Keluhan yang membawa pasien datang untuk berobat
Harapan
b. Harapan pasien akan penyakit atau keluhan yang dihadapinya
Kekhawatiran
c. Kekhawatiran apa saja yang dialami oleh pasien dalam menghadapi atau
memahami penyakitnya

2. Aspek Klinis
Diagnosa klinis dari penyakit yang diderita/dikeluhkan oleh pasien
Apabila diagnosa klinis belum dapat ditegakkan maka cukup dapat ditegakkan dengan
diagnosa kerja atau diagnosa banding
3. Aspek Internal
 Kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku.
 Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, ras, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, dan lingkungannya
 Menggali sedalam-dalamnya faktor internal yang merupakan faktor resiko
terhadap perkembangan penyakitnya

4. Aspek Eksternal
 Psikososial dan ekonomi keluarga
 Menggali faktor resiko yang ada di sekitar pasien yang dapat mempengaruhi
resiko penyakitnya
 Menggali hubungan ekternal pasien dengan keluarga dan lingkungannya

5. Skala Fungsional
Skala 1
a. Tidak ada kesulitan dimana pasien dapat hidup mandiri
Skala 2
b. Pasien sedikit mengalami kesulitan
Skala 3
c. Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan, namun hanya dapat
melakukan pekerjaan ringan
Skala 4
d. Bayak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja tergantung pada keluarga
Skala 5
e. Tidak dapat melakukan kegiatan
Nama : Adibah M Rahman
NIM : 2014730003

sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan perorangan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012


BAB II
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
Pasal 2
(1) Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a merupakan
pelayanan kesehatan dasar yang diberikan olehdokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas
perawatan, tempatpraktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembagapelayanan
kesehatan, dan rumah sakit pratama.
(3) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikanpelayanan kesehatan tingkat
pertama sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.
(4) Pelayanan kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b merupakan
pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan olehdokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang menggunakan pengetahuandan teknologi kesehatan spesialistik.
(5) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c merupakan
pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukanoleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub
spesialis yang menggunakanpengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
BAB III
SISTEM RUJUKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanankesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanankesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.
Pasal 4
(1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhanmedis dimulai dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukandari pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukandari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
(4) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/ataudokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), danayat (4) dikecualikan
pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, dan
pertimbangan geografis.
Pasal 5
(1) Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta jaminankesehatan atau
asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanankesehatan.
(2) Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlakusesuai dengan ketentuan
dalam polis asuransi dengan tetap mengikutipelayanan kesehatan yang berjenjang.
(3) Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau asuransikesehatan sosial,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikutisistem rujukan.
Bagian Kedua
Tata Cara Rujukan
Paragraf Kesatu
Umum
Pasal 7
(1) Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.
(2) Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanrujukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan.
(3) Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanrujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan.
(4) Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukandari tingkatan
pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yanglebih tinggi atau sebaliknya.
Pasal 8
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukanapabila perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atauketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatanpelayanan yang lebih
tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atauketenagaan.
Pasal 10
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatanpelayanan yang lebih
rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)dilakukan apabila:
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanankesehatan yang lebih
rendah sesuai dengan kompetensi dankewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedualebih baik dalam
menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani olehtingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasankemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien karena
keterbatasan sarana, prasarana, peralatandan/atau ketenagaan.
Pasal 11
(1) Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bilakeadaan penyakit atau
permasalahan kesehatan memerlukannya, kecualidengan alasan yang sah dan mendapat
persetujuan pasien ataukeluarganya.
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pasien tidakdapat
ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.
Pasal 13
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:
a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisipasien sesuai indikasi
medis serta sesuai dengan kemampuan untuktujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan
rujukan;
b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwapenerima rujukan
dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasiengawat darurat; dan
c. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerimarujukan.
Nama : Frylie Fremiati
NIM : 2014730034

Pencatatan dan pelaporan kasus


1. Pencatatan
Isi dari pencatatan itu dibagi 2 yaitu keterangan tentang data dasar keluarga (data base=
profil keluarga), dan keterangan tentang data klinik keluarga (clinical record). Isi dari
keterangan tersebut adalah
a. Keterangan tentang data dasar keluarga (data base = profil keluarga)
a) Data demografi setiap anggota keluarga : umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan, golongan etnik
b) Riwayat kesehatan setiap anggota keluarga : penyakit-penyakit utama yang pernah
dialami, peristiwa kehidupan penting yang pernah dialami, keadaan kesehatan setiap
anggota keluarga saat ini
c) Data biologis setiap anggota keluarga : Berat Badan, Tekanan Darah
d) Keterangan tentang tindakan pencegahan penyakit setiap anggota keluarga : misalnya
imunisasi
e) Keterangan tentang berbagai faktor risiko setiap anggota keluarga, misalnya penyakit
alergi, tidak tahan obat
f) Keterangan tentang keadaan kesehatan lingkungan rumah, lingkungan pemukiman,
struktur keluarga, fungsi keluarga serta pelaksanaan fungsi keluarga.

Contoh dari skenario


Skenario
Data demografi • Pak Anwar: bekerja pelayan di took
kelontong di pasar tradisional.
• Istri Pak Anwar
• Anto 6 bulan
• Ke-lima anaknya
• Ibu dan bapak Pak Anwar

Riwayatkesehatan Anto dibawa Puskesmas karena berak encer


seperti air, lebih dari 10 kali dalam sehari. Berak-
berak seperti ini selalu diderita keluarga.
Data biologis Tidak ada
Riwayat imunisasi Tidak ada
Riwayat alergi Tidak ada
b. Keterangan tentang data klinik keluarga (clinical record)
a) Tanggal kedatangan setiap anggota keluarga
b) Masalah kesehatan yang dikemukakan
c) Jenis serta hasil pemeriksaan fisik
d) Jenis serta hasil pemeriksaan penunjang
e) Rencana pengobatan
f) Tindakan medik yang dilakukan
g) Kemajuan tindakan pengobatan

Contoh dari skenario


Skenario
Tanggal kedatangan Tidak ada
Masalah kesehatan Berak encer seperti air, lebih dari 10 kali
dalam sehari.
Hasil pemeriksaan fisik Tidak ada
Hasil pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium dari tinja tidak
ditemukan adanya telur cacing atau parasit
usus lainnya.
Riwayat pengobatan Tidak ada
Tindakan medic Tidak ada

2. Pelaporan

dinas kes
propinsi

dinas kes kabupaten

puskesmas yang memiliki wilayah kerja

Pelayanan dokter keluarga


Referensi
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012
- Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan Perumahan
- Budiman Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC
- Fiesta Octorina S. dkk 2012. Hubungan kondisi lingkungan perumahan dengan kejadian
diare di desa sialang buah kecamatan teluk mengkudu Kabupaten serdang bedagaitahun
2012
- http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3216/Siska%20Ari%20Puspita%
20Sari.pdf?sequence=1
- www. Depkes.go.id

You might also like