You are on page 1of 33

1

PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN


SIRIH (Piper bettle L) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA
BELALANG BERTANDUK PANJANG (Sexava nubila L )

Oleh

TABITA
NIM 080500137

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN MANEJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
2011
2

PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN


SIRIH (piper bettle L)UNTUK MENGENDALIKAN HAMA
BELALANG BERTANDUK PANJANG (sexava nubila L )

Oleh

TABITA
NIM 080500137

Karya ilmiah merupakan Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh gelar Ahli Madya pada program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN MANEJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
2011
3

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK


DAUN SIRIH (Piperbettle L) UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA BELALANG
BERTANDUK PANJANG(Sexava nubila L)

Nama : TABITA
NIM : 080 500 137

Program Studi : BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Jurusan : MANAJEMEN PERTANIAN

Menyetujui

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Daryono, SP Nurlaila, SP. MP


NIP. 19800202 200812 1 002 NIP. 19711030 200112 2 001

Ketua Jurusan Ketua Program studi

Ir. Hasanudin,MP Ir. Syarifuddin,MP


NIP.19630805 1989 1 005 NIP.19650706 200112 1 001
4

ABSTRAK

TABITA, pemanfaatan pestisida nabati ekstrak daun sirih (piper bettle L) untuk
pengendalian belalang bertanduk panjang ( sexava nubila l)Di bawah bimbingan
Daryono.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dayabunuh daun sirih (
piper bettle L) terhadap pengendalian hama belalang pada aplikasi dosis yang
berbeda.
Pengamatan di lakukan kurang lebih 11 hari terhitung dari tanggal 5 juni
sampai dengan 11 juni 2011, mulai dari pengambilan data pertama hingga
pengambilan data terakhir. Penelitian ini di lakukan di Loa Janan Ulu tepatnya di
perum guru SDN 014, Kutai Kartanegara.
Hasil di tunjukan oleh perlakuan P1 ( pemberian ekstrak daun sirih 25 cc
/liter air ), di susul perlakuan P2 ( pemberian ekstrak daun sirih 50 cc /liter air ), di
ikuti perlakuan P3 ( pemberian ekstrak daun sirih 100 cc /liter air )
5

RIWAYAT HIDUP

TABITA. Lahir pada tanggal 3 febuari 1991 di desa Loa Janan Ulu

Kabupaten Kutai Kartanegara kota Samarinda Kalimantan Timur dan merupakan

anak ke 3 dari 3 Bersaudara pasangan bapak yuliansyah dan ibu rismawati

Pada tahun 1996 mulai menempu pendidikan Sekolah Dasar SDN 022 di

Kabupaten Kutai Kartanegara kota Samarinda Kalimantan Timur dan lulus pada

tahun 2002, setelah itu melanjutkan ke sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP

Bhakti Loa Janan Ulu dan lulus pada Tahun 2005, kemudian melanjutkan

kesekolah Pertanian Pembangunan Negeri Samarinda dan lulus pada Tahun 2008.

Pada Tahun 2008 melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya

Tanaman Perkebunan. Pada Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di

Perusahaan Perkebunan PT. Rea kaltim Plantations, Cakra Estate Desa Muai,

Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara.


6

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Wartomo MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

2. Bapak Ir. Hasanudin MP. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

3. Bapak Ir. syarifudin MP. Selaku Ketua Program StudiBudidaya Tanaman

Perkebunan.

4. Bapak Daryono. SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak

mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan laporan

karya ilmiah ini.

5. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan laporan karya

ilmiah ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan

dan penyusunan laporan karya ilmiah ini.

Kampus Sei Keledang, Juli 2011


7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

A. Pestisida Nabati .......................................................................... 1


B. Sirih ( piper bettle L ) .................................................................. 2
C. Belalang Bertanduk Panjang ( Sexava nubila L.) ........................... 2
III. METODE PENELITIAN………………………………………………

A. Tempat dan Waktu ...................................................................... 4


B. Alat dan Bahan ............................................................................. 4
C. Rancangan Penelitian .................................................................. 6
D. Prosedur Kerja ............................................................................ 9
E. Pengambilan dan Pengolahan Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..

A. Hasil ......................................................................................... 8
B. Pembahasan ............................................................................... 8
V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………

A. Kesimpulan ................................................................................ 28
B. Saran.......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... .. iii

LAMPIRAN ............................................................................................ .. 65
8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
No

1. Penakaran Larutan Semprot.....................................................................21

2. Aplikasi Pestisida Nabati Ekstrak Daun Sirih…………………….. ...... 22

3. Hasil Setelah Aplikasi Ekstrak Daun Sirih Pada Belalang..................... 23


9

I. PENDAHULUAN

Revolusi hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk

menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya

pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an dibanyak negara

berkembang, terutama di asia.

Revolusi hijau hijau mendasarkan dari empat pilar penting, penyadian air

melalui irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, tanaman pangan, dan

penerapan pestisida sesuai dengan tingkat organisme pengganggu.

Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran

akan kelestarian lingkungan karena karena mengakibatkan kerusakan lingkungan

yang parah. Oleh para pendukungnya kerusakan dipandang bukan karena revolusi

hijau tetapi karena akses dalam penggunaan teknologi yang tidak memadai

kaidah-kaidah yang sudah ditentukan.

Menurut Kardinan, (2000) diantaranya kasus keracunan, polusi lingkungan

yaitu kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya perkembangan

serangga menjadi reisten, resurgen atau toleran terhadap pestisida.

Dalam masalah produksi pertanian, khususnya produksi pangan menjadi

masalah yang sangat dilematis, di satu sisi penggunaan pestisida sintesis sangat di

butuhkan dalam produktifitas hasil pertanian walau disadari pula dampak negatif

yang ditimbulkan tidak kecil .

Dalam rangka mengurangi akibat yang kurang baik dari penggunaan

pestisida sintesis atau kimia, maka perlu dicari pestisida alami yang aman akan

lingkungan, dan mudah di peroleh,salah satunya penggunaan pestisida nabati


10

alami yang berasal dari tumbuhan yaitu salah satunya seperti tanaman sirih yang

bisa di buat pestisida nabati, ekstrak daun sirih ini bisa menggantikan pestisida

sintesis atau kimia, karena bahan kandungan aktif pada ekstrak daun sirih berupa

senyawa yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan hama.

Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui dayabunuh daun sirih

(piper bettle L) terhadap pengendalian hama belalang.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang

pemanfaatan daun sirih (piper bettle L) sebagai pestisida nabati dalam

memberantas hama belalang perusak daun tanaman perkebunan


11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pestisida Nabati

Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian,

pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan- terobosan

dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari

permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan

mengutamakan keberpihakan pada petani. Suatu alternatif pengendalian hama

dan penyakit yang murah, praktis dan relatif aman pada lingkungan sangat

diperlukan oleh negara berkembang seperti indonesia dangan kondisi

pertaniannya yang memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida sintesis.

Oleh sebab itu, sudah tiba saatnya untuk memasyarakatkan pestisida nabati

ramah lingkungan.

Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang

bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, oleh karena terbuat dari bahan

alami/nabati maka jenis pestisa ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di

alam semasta sehingga tidak mencemari lingkungan dan relati aman bagi

manusia dan ternak peliharaan karena residunya udah hilang. Pestisida nabati

bersifat “pukul dan lari” (hit and run) yaitu apabila diaplikasikan akan

membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka

residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan

terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di komsusi.

Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai

alat pertahanan alami terhadap penggangunya. Tumbuhan mengandung


12

banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan

digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan oganisme

pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan biokatif. Walau hanya

sekitar 10.000 jenis produksi metabolit skunder yang telah teridentifikasi,

tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui

400.000. lebih dari 2.400 jenis tumbuhan termasuk ke dalam 235 famili di

laporkan mengandung bahan pestisida. Oleh, karena itu apabila kita dapat

mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan sangat

membantu masyarakat petani untuk mengembangkan pengendalian yang

ramah lingkungan denga memanfaatkan sumber daya setempat yang terdapat

di sekitarnya. (Kardinan, 2000).

Berbeda dengan pestisida sintesis, pestisida nabati umumnya memang

tidak dapat langsung mematikan hama yang di semprot. Pada umumnya

pestisida nabati berfungsi sebagai berikut :

a. Repelan yakni penolak kehadiran serangga, terutama disebabkan bau yang

menyengat.

b. Antipidan. Mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot,

terutama disebabkan rasanya yang pahit.

c. Mencegah serangga meletakan telur dan menghentikan proses penetasan

telur.

d. Racun syaraf.

e. Mengacaukan sistem di dalam tubuh serangga.


13

f. Antraktan sebagai pemikat kehadiran serangga yang di pakai sebagai

perangkap serangga.

g. Beberapa jenis pestisida nabati berperan mengendalikan pertumbuhan

jamur (fungisida) dan bakteri (bakterisida) perusak tanaman

(Novizan,2002)

Pestisida nabati merupakan bahan insektisida yang terdapat secara

alami di dalam bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti akar, daun,

batang, atau buah. Bahan-bahan ini di olah menjadi beberapa bentuk seperti

di uraikan di bawah ini :

a. Bahan mentah berbentuk tepung. Berasal dari bahan tanaman yang telah di

keringkan kemudian di haluskan. Tepung ini dapat langsungdi pakai

dengan cara menebarkannya pada biji-bijian di gudang penyimpanan atau

di ambil ekstraknya.

b. Sekunder dari bagian tanaman tertentu, melalui beberapa metodeekstrasi.

c. Bahan kimia murni yang berasal dari tanaman. Resin yang telah di peroleh

di murnikanlagi dan di isolasi untuk di ambil senyawa insektisidanya

dengan proses penyulingan melalui berbagai proses manufaktur.

d. Bagian tanaman di bakar untuk diambil abunya dan di pakai sebagai

insektisida. Seperti pada tanaman serai dan tembelekan (lantama

camara)(Novizan, 2002,)

Pertisida nabati memiliki kelebihan dan kekurangan jika di bandingkan

pestisida sintesis. Setiap orang yang akan memakai pestisida nabati sebaiknya

mengetahui dengan baik kelebihan dan kekurangan itu, sehingga dapat


14

memanfaatkan pestisida nabati secara maksimal. Kelebihan pestisida nabati

sebagai berikut :

a. Degredasi atau penguraian yang cepat. Pestisida nabati cepat terurai oleh

sinar matahari, udara, kelembaban dan komponen lainnya, sehingga

mengurangi resiko pencemaran tanah air.

b. Dibandingkan dengan jenis pestisida alami lainnya, pestisida nabati

memiliki aksi yang tergolong cepat.

c. Toksisitas (daya racun) umunya rendah pada mamalia, sehingga relatif

lebih aman pada manusia dan hewan ternak.

d. Selektivitas tinggi. Dari pengujian di laboratorium, pestisida alami

merupakan pestisida yang memiliki spektrum pengendalian yang luas.

Dengan kata lain dapat mengendalikan perbagai jenis OPT.

e. Cara kerja yang berbeda dengan pestisida sintesis menyebabkan pestisida

alami dapat di andalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal terhadap

pestisida sintesis.

f. Phitotoksisitas rendah umumnya pestisida nabati tidak meracuni dan tidak

merusak tanaman.

Berikut ini beberapa kelemahan yang terdapat pada pestisida nabati :

a. Untuk menghindari pencemaran linkungan, sangat diinginkan pestisida

yang terurai cepat, tetapi untuk efektifitas pengendalian hama, residu yang

cepat hilang di anggap kurang efektif.

b. Walaupun toksisitasnya lebih rendah di bandingkan pestisida sintesis.

Pestisida alami tetap harus di tangani hati- hati karena racunya hanya
15

berguna jika dipakai dan dikelola dengan benar. Beberapa jenis pestisida

nabati bahkan lebih beracun di bandingkan pestisida sintesis.

c. Produksi pestisida secara masal untuk keprluan komersial masih

mengalami beberapa kendala, di antaranya ketersedian bahan baku yang

tidak mencukupi.

d. Kurangnya publikasi dan data-data penunjang tentang keampuhan

pestisida ini. Hal ini dapat dimaklumi karena keendrungan

pemakaiannyapun baru meninggkat sekitar 10 tahun terakhir. (Novizan,

2002).

Beberapa jenis tumbuhan pengendalian pestisida nabati

a. Kelompok tumbuhan insektisida nabati.

Piretrum (chrysamttenum cinerariaefolium true),Alagia (alagia

adorata),Babadotan (Ageratum conyzoides L),Sirih (piper bettle),Saga

(Abrus precatorius),Serai (Andropogon nardus),Sirsak (Annona muricata

L),Srikaya (annona sanctum),Jeringau (Acorus calamus L)

b. Kelompok Tumbuhan Antraktan atau Pemikat

Daun wangi (Melaleuca bracteata),Selasih (Ocimum sansctum)

c. Kelompok Tumbuhan Rodentisida Nabati

Gadung KB (Dioskorea composita L),Gadung Racun (Dioscorea hispida

Denst)

d. Kelompok Tumbuhan Moluktisita Nabati

Tefrosia (Tefrosia vagelii Hook),Tuba (Derris eliptica (Roxb)

Bent),Sembung (Blumea balsamifera L)


16

e. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna

Jambu mete (Anacardium occidantale L),Lada (piper nigrum L),Mimba

(Azadinachta indica A. Juss), Mindi (Milea azeaddarach L), Tembakau

(Nicotina tabacum L),Cengkeh (Syzgium aromaticum L) (Kardinan,

2000)

B. Tanaman Sirih (piper bettle L)

Sirih merupakan tanaman asli indonesia yang tumbuh merambat atau

bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya dapat

dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun

mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan

pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan.Tanaman

sirih (Piper bettle L) memiliki sistematika botanis sebagai berikut :

Kerajaan : plantae

Ordo : piperales

Famili : piperaceae

Genus : piper

Spesies : P. Betle

Bagian-bagian tumbuhan sirih

1. Batang

Tanaman sirih merupakan tanaman merambat yang tingginya bisa

mencapai 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat,

beruas dan merupakan tempat keluarnya akar


17

2. Daun

Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh

berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila

diremas. Panjangnya sekitar 5 – 8 cm dan lebar 2 – 5 cm.

3. Kandungan aktif pada daun sirih

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang

(betlephenol),seskuiterpen,allypyrokatekol,uegenol,p-cymene,cadi nene,

pati, diatase, gula dan zat semak dan kavikol yang memiliki daya

mematikan kuman, antioksidasi dan fungsida, anti jamur.

4. Bunga / buah

Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung +

1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 -

3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina

panjangnya sekitar 1,5 – 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai 5

buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni

berbentuk 10.bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang,

dengan baik ada yang berbentuk seperti pedang dan seperti jarum.

Nimpha dan dewasa hidup dalam habitat yang sama. Telur bulat dan

berwarna coklat kekuningan.

C. MorfologiBelalang Bertanduk Panjang (Sexava nubila L.)

Belalang dan jangkrik : ordo orthoptera, mempunyai 2 sayap, sayap

depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras perkamen, sayap belakang


18

lebar dan membraneus. Ukuran tubuh sedang-besar. Antena pendek panjang,

ada yang melebihi panjang tubuh. Beberapa jenis jantan mempunyai alat

penghasil suara, beberapa betina mempunyai ovipositor yang berkembang

diletakan oleh induk di dalam tanah, jaringan tanaman, dalam kantung atau di

bagian tanaman lain dengan di tutup dengan bahan seperti busa. Ada jenis

betina yang membunuh jantannya setelah melakukan perkawinan.

Sebagian besar sebagai pemakan tanaman dan beberapa sangat

merugikan tanaman budidaya, ada yang merusak bahan simpanan, sedikit

yang bertindak sebagai predator. Beberrapa jenis mampu untuk berimigrasi

ke tempat yang jauh(Anonim 2008)

1. Siklus Hidup Belalang Bertanduk Panjang Famili Tettigoniidae :

Ciri-ciri : ukuran besar, posisi muka miring, antena seperti rambut,

sama panjang/lebih panjang dari tubuh. Ada yang bersayap ada yang

tidak. Warna sayap hijau tetapi ada yang menyamar dengan sayap coklat

atau 11.seperti karat. Betina mempunyai ovipositor panjang dan ramping

berbentuk seperti pedang. Jenis yang bisa menyanyi mempunyai tympana

di pangkal tibia kaki depan. Nimpa berwarna hijau.

Hidup di rerumputan atau pertanaman padi yang siap panen.

Sebagai besar telur di letakan induk dengan disisipkan pada jaringan

tanaman menggunakan ovipositornya. Serangga yang aktif pada malam

hari. Beberapa sebagai hama, sebagian lagi sebagai predator yang

merusak telur kepinding padi, walang sangit, telur penggerek batang


19

padi dan nimpa wereng padi. Sexava SPP menyerang tanaman kelapa.

Conocephalus SP predator telur penggerek batang padi dan walang

sangit.

Belalang ini aktif pada malam hariuntuk memakan tanaman

perkebunan, tanaman perkebunan yang sering di serang diserang hama

belalang ini seperti tanaman kakao (theobroma cacao L ), kopi (Coffea

SP), kapuk (Ceiba ptandra), dan kelapa sawit (Elaies guinensis Jack.).

Belalang ini menyerang tanaman perkebuan yang masih muda atau

dalam masa pembibitan. Gejala yang ditimbulkan serangan hama

belalang pada tanaman perkebunan ini daun berlubag-lubang dan

pinggiran daun rusak sehingga daun tanaman berubah menjadi

kekuning-kuningan pada daun yang terkena serangan hama belalang.

Perusak tanaman, secara umum tidak begitu merugikan tetapi bila

populasi besar dapat juga mengakibatkan kerugian yang cukup berarti.

(Anonim, 2008).

2. Kerugian yang diakibatkan oleh belalang bertanduk panjang (sexava

nubila L).

Biasanya belalang lebih suka memakan bagian tanaman yang

masih muda, serangan ringan pada daun menyebabkan daun

bergelombang-gelombang, baik mimfa maupun dewasa memakan daun

menyebabkan gundul. Serangan terberat apabila belalang berimigrasi

dalam jumlah yang cukup besar dapat menyebabkan kerusakan yang


20

cukup berarti. Dalam waktu beberapa jam belalang dapat menyebabkan

tanaman binasa(Kanisius, 1992)


21

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Loa Janan Ulu (Samarinda seberang)

tepatnya di perumahan Guru sdn. 014, dan dilaksanakan selama 1 bulan dari

mulai persiapan.

B. Alat dan bahan

Alat-alat yang di gunakan : plastik, kain kasa, ember, gelas ukur, hand

spayer, karet, toples, alat tulis, saringan teh, timbangan, pengaduk, blender,

bola plastik.

Bahan-bahan yang di gunakan : Daun sirih, Daun sawi, Air, 30 Belalang

bertanduk panjang (sexava nubila L), Detergen 5gr.

C. Prosedur kerja

Persiapan penelitian

a. Serangga uji, serangga harus sehat dan besar

b. Pembuatan ekstrak daun sirih :

1) Blender/hacurkan 150 gram daun sirih segar dengan penambahan 250

ml air, hingga menjadi larutan.

2) Masukan larutan tersebut kedalam saringan dan peras. Tampung hasil

perasan dalam ember.


22

3) Tambahkan 50 gram detergen dan aduk sampai rata kemudian masukan

dalam botol plastik dan di tutup rapat kemudian di diamkan selama 1

semalam

4) Ekstrak daun sirih yang telah didiamkan selama satu malam di

campurkan air sesuai perlakuan.

? Perlakuan

penelitianadalahpenyemprotanpestisidadengankonsentrasiberbedapa

dakondisipenempatanbelalang yang berbeda, terdiridari 6 tarafyaitu :

P1 : dengan pestisida nabati 25 cc /liter air pada ruangantertutup

P2 : dengan pestisida nabati 50 cc /liter air pada ruangantertutup

P3 : dengan pestisida nabati 75 cc /liter air pada ruangantertutup

P4 : dengan pestisida nabati 25 cc /liter air pada ruanganterbuka

P5 : dengan pestisida nabati 50 cc /liter air pada ruanganterbuka

P6 : dengan pestisida nabati 75 cc /liter air pada ruanganterbuka

D. Aplikasi pestisida pada hama belalang

1) Larutan ekstrak daun sirih yang telah siap kemudian di ukur digelas

pengukur sesuai dosis yang telah ditentukan.

2) Larutan dituangkan pada hand sprayer kemudian disemprotkan pada

belalang.

3) Penyemprotan dilakukan pada pagi dan sore hari.


23

E. Pengambilan dan Pengolahan data

1. Pengambilan data.

Pengambilan data dilakukan dengan mengamati belalang selama 1

harisekali.

2. Pengolahan Data

Untuk menghitung nilai persentase kematian diruang terbuka dan

tertutup dengan menggunakan rumus rataan menurut Negroho dan

Harahap (2001), yaitu :

M ?
? ?
x 100%
n

dimana :

M = Rata-rata

? ? = Jumlah

n = Waktu kematian
24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun sirih

pada belalang dengan 6 tarafperlakuan di tempat yang berbedadengan daya

bunuhnya berbeda, karena di dalam ruangan terbuka udaranya bebas, panas dan

luas atau besar sehingga pestisida nabati dapat terurai dengan cepat atau habis

tertiup angin, sinar matahari dan menyebar luas dalam ruangan sehingga daya

bunuhnya menjadi rendah. Sedangkan yang dalam ruangan tertutup dan

ruangannya kecil daya bunuhnya tinggi dan cepat. Berdasarkan pengamatan

aplikasi pestisida nabati ekstrak daun babadotan ke belalang dalam ruangan

terbuka dan tertutup menunjukan bahwa perlakuan pertama mampu membunuh

dengan jangka waktu 4 hari dengan dosis 25cc/liter air ,daya bunuhnya rendah

tetapi dosis yang digunakan rendah dan dapat membunuh belalang sedangkan di

ruangan terbuka P3 dengan dosis 75cc /liter air,daya bunuhnya tinggi tetapi dosis

yang digunakan juga tinggi.


25

Tabel 1. Persentase kematian dalam ruangan tertutup dan ruangan terbuka.


perlakuan Jumlah Belalang Keterangan
Belalang Hari ke hidup
Uji Hingga
1 2 3 4
pengamatan
Hari ke 4
P1 5 1 1 2 3 - Mati semua
dalam jangka
waktu
4 hari
P2 5 2 3 - - - Mati semua
dalam jangka
waktu 2 hari

P3 5 5 - - - - Mati semua
dalam jangka
waktu 1 hari

P4 5 1 - - - 4 Mati 1 dalam
jangka waktu 1
hari 1 malam

P5 5 1 1 - - 3 Mati 2 dalam
jangka waktu 2
hari

P6 5 3 - - - 2 Mati 3 dalam
jangka waktu 1
hari

Perlakuan P3 yaitu, dengan aplikasi ekstrak daun sirih 75 cc/1 liter air,

memerlukan waktu yang lebih cepat untuk membunuh semua belalang yaitu

dalam waktu 1 hari tetapi dosis yang digunakan terlalu tinggi.


26

B. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun sirih

dengan perbandingan 25 cc /1 liter airperlakuanpertama(P1 ) daya bunuhnya lebih

lama dibandingperlakuankedua(P2 ) danperlakuanketiga(P3 ). Hal ini menunjukan

bahwaperlakuanpertama(P1 ) memiliki dosis yang paling rendah dan dapat

membunuh hama belalang. Adapun kandungan aktif yang terdapat pada daun sirih

menurut Kardinan (2005), daun sirih mengandung saponin, flavanoid dan lifenol.

Bahan aktif ini merupakan racun kontak yang bekerja sebagai racun saraf terhadap

serangga dan bekerja cepat, menimbulkan gejala kelumpuhan dan akhirnya

menyebabkan kematian.

Ditambahkan oleh Sastroutomo (1992), saponin, flavanoid, lifenol 1%

bisa membunuh serangga, pengaruhnya sangat cepat terhadap serangga-serangga

yang sedang terbang sehingga mengakibatkan otot-otot menjadi paralisis (kejang

atau kaku), akhirnya serangga bisa lumpuh dan tak bisa bergerak lagi atau terbang

dan mengakibatkan kematian, karena bahan aktif yang ada dalam ekstrak daun

sirih merusak sistem saraf pusat serangga sehingga mengakibatkan sel-sel dalam

tubuh serangga tidak berfungsi atau bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan

takaran atau jumlah dosis yang digunakan sudah memenuhi. Hal ini didukung

oleh Djojosumarto (2000) yang menyatakan bahwa organisma pengganggu

tanaman hanya dapat dikendalikan bila terdapat bahan aktif pestisida dalam

jumlah yang cukup untuk mematikan hama. Selanjutnya Kardinan (2001)

menyebutkan bahwa bahan kandungan aktif pada daun sirih berupa senyawa yang
27

digunakan sebagai insektisida. Keberadaan tanaman sirih saat ini sering kita

jumpai di lingkungan sekitar kita.

Maka dari itu lebih mudah bagi kita untuk membudidayakan sirih dan

memanfaatkannya sebagai bahan baku pestisida nabati dalam jumlah yang

banyak, dan dalam pembudidayaannya juga tidak terdapat banyak kendala yang

ditemukan, alternatif ini diduga merupakan salah satu solusi pengganti pestisida

kimia yang merusak lingkungan pertanian juga membahayakan para petani dan

dapat meminimalisir bajet petani yang berpenghasilan kecil.


28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penyemprotan pestida nabati didalam toples perlakuanpertama (P1 ) (25 cc/1

liter air) dapat membunuh belalang dalam waktu 2 hari 2 malam, tapi

dosisnya rendah, sedangkan penyemprotan pestisida

adalahperlakuanketiga(P3 ) (75 cc /1 litter air)dapat membunuh belalang

dalam jangka waktu 12 jam tetapi dosisnya tinggi.2.

2. Penyemprotan pestisida nabati ke dalam ruangan terbuka perlakuanketiga(P3 )

(75 cc/1 liter air ) dapat membunuh belalang dalam waktu 12 jam sebanyak 3

ekor, sedangkan penyemprotan pestisida perlakuankedua(P2 ) (50 cc/liter air)

membunuh 2 ekor dalam janka waktu 3 hari, dan perlakuanpertama(P1) ( 25

cc/1 liter air ) hanya bisa membunuh belalang 1 ekor dalam waktu 1 hari 1

malam.
29

Daftar pustaka

Anonim. 2008. Program Nasional Pelatihan Dan Pengembangan


Pengendalian Hama Terpadu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Djojosumarto. 2000. Pestisida Nabati Penerbit University Yokyakarta.

Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit Penebar


swadaya. Jakarta.

Kardinan. 2001. Jenis-Jenis Tanaman Obat-Obatan dan Fungsinya. Penerbit


Swadaya. Jakarta.

Kardinan. 2005. Pengenendalian Hama dan Penyakit Menggunakan Pestisida


Nabati. Penerbit Penebar Swadaya Jakarta.

Novizan. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Membuat dan


Memanfaatkan Pestisida Ramah lingkungan. Penerbit Agro Media Pustaka.
Jakarta.

Widyaningsih, s. 1997. Pengendalian Hama Tanaman Pangan. CV. Aneka.


Kanisius, 1992. Pegendalian Serangga hama dan Penyakit Kapas.

Wawan junaidi, 2009. http:// wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/serangga-


insektisida.html.
30

LAMPIRAN
31

Gambar 1. Penakaran larutan semprot

Gambar 1. Pengukuran larutan ekstrak daun sirih


32

Gambar 2. Aplikasi pestisida nabati ekstrak daun sirih

Gambar 2. Aplikasi pestisida pada belalang uji


33

Gambar 3. Hasil setelah aplikasi pestisida pada serangga uji

Gambar 3. Hasil pestisida pada belalang uji

You might also like