You are on page 1of 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fraktur Pergelangan kaki

Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah

yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture)

(Sjamsuhidajat, 2005).

Fraktur pergelangan kaki meliputi: Fraktur malleolus lateral tunggal

(Ekstraartikular) yang terjadi akibat cedera dengan tekanan ke arah abduksi

dan rotasi ekstern, fraktur bimalleolar (Intraartikular) yang disebabkan oleh

cedera abduksi dan eksorotasi yang berat, dan fraktur malleolus medialis

(Intraartikular) yang terjadi akibat cedera abduksi. Penyebab fraktur

pergelangan kaki adalah gaya yang relatif lemah, akibat gerakan seperti

tergelincir atau memutar pergelangan kaki dan gaya berenergi tinggi langsung

atau tidak langsung (Hoppenfeld, 2011).

Fraktur pergelangan kaki merupakan salah satu cedera akut yang sering

dialami para atlet. Tidak seperti pada cedera yang lainnya yang disebabkan

oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka waktu lama.

Cedera akut ini ditimbulkan oleh karena adanya penekanan melakukan

gerakan membelok secara tiba-tiba. Fraktur tersebut dapat mempengaruhi

tidak hanya pada bagian sisi pergelangan kaki tetapi biasanya dapat juga

merusak bagian luar (lateral) ligament. Hal in terjadi pada saat kaki

melakukan belokan (memutar) pada tungkai kaki, meregangkan pergelangan


pada titik di mana akan dapat merobek atau retak tulang (ligament persendian

pergelangan kaki bagian depan), (Paul dan Diana, 2002; 115).

B. Persendian pada Pergelangan Kaki

Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis,

articulatio subtalaris dan articulatio tibiofibularis distal. Ketiga sendi ini

berkerjasama untuk mengatur pergerakan bagian belakang kaki sehingga mampu

bergerak plantarfleksi-dorsofleksi, inversio-eversio dan endorotasi-eksorotasi.

Gabungan ketiga jenis gerakan tadi selanjutnya dapat membentuk gerakan pronasi

(dorsofleksi-eversio-eksorotasi) dan supinasi (plantarfleksi-inversio-endorotasi).

1. Articulatio Talocruralis (Sendi Loncat Bagian Atas)

Articulatio talocruralis dibentuk oleh ujung distal tulang tibia dan

fibula serta bagian atas dari talus. Ligamentum pada articulatio talocruralis

terdiri dari:

a. Ligamentum Mediale atau Deltoideum

Ligamentum ini merupakan ligamentum yang kuat dengan puncaknya

melekat pada ujung malleolus medialis. Sedangkan serabut dalamnya

melekat pada permukaan medial corpus tali serta serabut superficial

yang melekat pada bagian medial talus, sustentaculum tali, ligamentum

calcaneonaviculare plantare dan tuberositas ossis naviculare.

b. Ligamentum lateral

Ligamentum lateral memiliki kekuatan yang lebih lemah dari ligamentum

mediale dan tersusun dari tiga pita:

1) Ligamentum talofibulare anterior, berjalan dari malleolus lateralis ke

permukaan lateral talus.


2) Ligamentum calcaneofibulare, berjalan dari ujung malleolus lateralis

ke arah bawah dan belakang menuju permukaan lateral calcaneus.

3) Ligamentum talofibulare posterior, berjalan dari malleolus lateralis ke

tuberculum posterior ossis tali

2. Articulatio Subtalaris (Sendi Loncat Bagian Bawah)

Sendi ini dibentuk oleh talus dan calcaneus, sendi ini memungkinkan tungkai

bawah yang memiliki axis gerak berupa axis longitudinal melakukan gerakan

endorotasi dan eksorotasi, gerakan pada tungkai bawah ini selanjutnya

diteruskan pada kaki yang memiliki axis gerak berupa axis transversal yang

sedikit miring sehingga memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan

pronasi pada kaki. Articulatio subtalaris terdiri dari dua buah sendi yang

dipisahkan oleh ligamentum talocalcaneare interosseum. menjadi articulatio

subtalaris anterior dan subtalaris posterior. Ligamentum talocalcaneare

interosseum berfungsi menahan pergeseran talus ke arah medial. Saat supinasi

bagian depan ligamentum akan tegang dan saat pronasi ligamentum menjadi

kendor.

3. Articulatio Tibiofibularis Distal

Sendi ketiga yang membentuk pergelangan kaki ini merupakan pertemuan

tibia dan fibula yang merupakan syndesmosis sehingga pergerakannya

terbatas. Sendi ini distabilkan posisinya oleh membran interosseus yang tebal

serta ligamentum tibiofibularis anterior et posterior. Syndesmosis articulatio

tibiofibularis distal ini diperlukan untuk kestabilan bagian atap dari articulatio

talocruralis. Cedera yang terjadi biasanya mengenai ligamentum tibiofibularis

anterior inferior saat gerakan eversio.


C. Etiologi

Etiologi dari fraktur pergelangan kaki menurut Price dan Wilson (2006) ada 3

yaitu:

1. Cidera atau benturan

2. Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang

telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

3. Fraktur beban Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang

yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima

dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan

ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di

imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur

menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan

membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.


4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan

yang lainya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat

dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Smelzter dan Bare,

2002).

E. Tanda dan Gejala

Setelah cedera, penderita mengeluh sakit tersiksa yang berlebihan pada

aspek anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan di atas sakit

tersebut hanya di bawah malleolus lateral.

Fraktur pergelangan kaki di tandai dengan Memar, bengkak disekitar

persendian tulang yang terkena, nyeri bila digerakkan atau diberi beban,

fungsi persendian terganggu, kelemahan ligamen atau ketidakstabilan

fungsional, dan penurunan proprioseptive. Gejala-gejala menyebabkan

ketidakmampuan (foot and ankle disability) yang di tandai terjadinya cedera

ulang (Chan, 2011).

F. Komplikasi

Reksoprodjo (2010) menyatakan bahwa komplikasi yang terjadi pada

fraktur pergelangan kaki antara lain; kekakuan sendi yang disebabkan karena

kerusakan ligamen-ligamen tetapi dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi.

ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada

operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk


beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring

untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan.

G. Rehabilitasi Fraktur Pergelangan kaki

Program ini dilakukan setelah ligament pergelangan benar-benar sembuh.

Lamanya program ditentukan oleh tingkatan cedera keseleo. Pelaksanaan

program rehabilitasi sebaiknya mulailah dengan latihan pertama dilakukan

tanpa merasa sakit, baru kemudian bisa melanjutkan latihan berikutnya.

1. Latihan jangkauan gerakan dengan tanpa melakukan perlawanan.

Dilakukan sambil duduk, gerakkan kaki ke atas dan kebawah pada daerah

pergelangan kaki 30 sampai 40 kali. Kemudian lakukan invert (gerakan

kaki memutar kaki ke dalam) dan evert (gerakan memutar kaki keluar) 30

sampai 40 kali. Latihan ini sebaiknya diulangi 4 sampai 5 kali setiap hari.

2. Latihan inversi-eversi, dilakukan sambil berdiri. Dengan berdiri tegak

dengan jarak kaki antara 12 sampai 18 inchi, secara bergantian menaikkan

bagian dalam dan bagian luar dari kaki sampai lutut sedikit dibengkokkan.

Ulangi 20-30 kali, 3 sampai 4 kali sehari.

3. Latihan menguatkan otot peroneal. Letakkan sebuah gelang karet yang

besar, melingkari kedua kaki yang lurus sambil duduk dilantai dengan

kedua kaki lurus. Dengan gelang kaet tersebut untuk melakukan gerakan

berlawanan, bentangkan kaki. Kedua pergerlangan sebaiknya berjarak 4

sampai 6 inchi. Perlahan-lahan biarkan kaki membalik (menelungkup).

Latihan ini sebaiknya dilakukan 20-30 kali, tiga kali sehari.


4. Berjalan jinjit dengan mengenakan sepatu. Berdiri pada jari-jari kaki

dengan mengenakan sepatu dan berjalan mengeliling jarak semampunya

atau selama 5 menit. Lakukan berulang 2 sampai 3 kali sehari.

5. Berjalan dengan menggunakan tumit kaki dengan menggunakan sepatu.

6. Secara bertahap lakukan kembali aktivitas olahraga, setelah melakukan

latihan peningkatan kekuatan pada pergelangan kaki anda dan rasa sakit

berkurang, dapat melakukan aktivitas fisik/fitness dengan normal. Setelah

berjalan terasa nyaman dapat melakukan jogging, berlari mengelilingi

lintasan angka delapan yang memangjang, perlahan-lahan ikuti lintasan

angka delapan, yang panjangnya sekitar 20 sampai 30 yard, dan

memendek secara bertahap dan mempercepat pada saat belokan. Latihan

ini akan membantu meningkatkan daerah gerakan dan menguatkan otot-

otot sekitar dan dapat menstabilkan pegelangan kaki (Paul, M.2002)

H. Asuhan Keperawatan

Pengkajian fokus yang dilakukan pada pasien fraktur pergelangan kaki antara

lain; Look: terlihat pergelangan kaki membengkak dan deformitas dapat

terlihat jelas, pada kondisi klinis sering didapatkan fraktur malleolus terbuka

dengan kerusakan jaringan lunak; Feel: adanya keluhan nyeri tekan

(tenderness) dan move: ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan sendi

pergelangan kaki (Muttaqin, 2012).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien fraktur pre operasi yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik, fraktur tulang, spasme

otot, edema, kerusakan jaringan lunak.


2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional prosedur pembedahan.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler, pembatasan gerak.

4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah, cidera vaskuler langsung, edema berlebihan.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien fraktur intra operasi yaitu:

1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan barier pertahanan tubuh

sekunder terhadap terputusnya kontinuitas jaringan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien fraktur intra operasi yaitu:

1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,

terapi pembatasan gerak dan penurunan kekuatan/tahanan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi dan

penurunan sensasi akibat insisi pembedahan (Nanda, 2007).

You might also like