You are on page 1of 6

Kenali Stunting dan Dampaknya Terhadap Anak

Istilah stunting mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat


Indonesia. Stuntingadalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting
terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan
gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga
berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
Berdasarkan data WHO, Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak dengan
kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada
di bawah rata-rata. Bahkan, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada 2013 persentase
penderita stunting sebesar 37,2 persen.

Dampak Stunting Pada Anak

Menurut Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp. A(K), spesialis anak, konsultan nutrisi dan penyakit
metabolik dikutip dari situs intisarionline.com, stunting pada anak di bawah tiga tahun atau pada 1.000
hari pertama sulit untuk diperbaiki. Namun, ada harapan bisa diperbaiki ketika masa pubertas,
tergantung bagaimana orangtua memaksimalkan asupan nutrisinya.
Anak stunting (bertubuh pendek) merupakan indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas
maupun kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Kondisi ini
menyebabkan anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh
pendek, stunting juga menimbulkan dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak jangka pendek yaitu pada masa kanak-kanak, perkembangan menjadi terhambat, penurunan
fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem pembakaran. Pada jangka
panjang yaitu pada masa dewasa, timbul risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung
koroner, hipertensi, dan obesitas.

Stunting Bisa Dicegah!

Stunting merupakan masalah kesehatan yang bisa dicegah sejak dini, mulai dari dalam kandungan
hingga masa periode emas pertumbuhan anak. Berikut ini tips mencegah stunting.
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup
gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan
ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal
konsumsi 90 tablet selama kehamilan.
2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI
(MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan
4. Sangat dianjurkan ketika bayi berusia tiga tahun atau sudah dapat makan dianjurkan mengkonsumsi.
13 gram protein yang mengandung asam amino esensial setiap hari, yang didapat dari sumber
hewani yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur dan susu.

5. Rajin mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan di
Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
Ini Akibat Jika Anak dan Balita Alami Stunting
 50 Semua orang tua, khsususnya kalangan ibu, harus terus menerus mengawasi masal gizi
anaknya. Pasalnya, berbagai akibat bisa muncul jika anak dan balita mengalami masalah gizi
kurang dan pendek (stunting).
 Dokter spesialis anak dr Utami Roesli SpA, IBCLC, FABM menerangkan , semua perlu
memperhatikan masalah stunting karena kurang gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan
(HPK) meningkatkan risiko kerusakan otak dan risiko penyakit diabetes dan jantung pada
masa mendatang. Dia mencontohkan, anak pendek stunting tidak dapat berprestasi di
sekolah. Apalagi, perkembangan otak pada anak stunting mengalami sel otak yang rusak.

"Rusaknya sel otak ini membuat terganggunya perkembangan kognitif dan kemampuan
belajar rendah karena kehilangan 5-11 poin IQ dan meningkatkan risiko tidak naik kelas 16
persen," katanya saat pemaparan dalam diskusi 'Seperti Apa Intervensi Stunting yang
Tepat?', di Jakarta, Ahad (17/9).

Kemudian, kata dia, stunting membuat menurunnya produktivitas kemampuan bersaing


sehingga menurunkan pendapatan. Ini terbukti dari studi menunjukkan
bahwa stunting menurunkan penghasilan saat dewasa sebesar 20 persen.

Kemudian, ia menyebut kurang gizi menyebabkan lemahnya sistem imunitas sehingga rentan
terhadap infeksi.

Jadi, kata dia, 1.000 hari pertama kehidupan menjadi intervensi terbaik untuk masa depan
bangsa dengan gizi ibu berkualitas, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan ASI serta Makanan
Pendamping ASI berkualitas (MPASI).

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes)Anung


Sugihantoro menambahkan, stunting membuat obesitas karena terganggunya fungsi organ
tubuh pencernaan. Sehingga, asupan makanan yang bergizi tidak menambah tinggi badan
melainkan tumbuh ke samping. Fungsi organ lainnya yang terganggu juga membuat
anak stuntingbisa menderita penyakit diabetes.
Bagaimana saya bisa tahu kalau anak pendek?
Hal ini sebenarnya bisa Anda ketahui jika Anda memantau pertumbuhan serta perkembangan
si kecil sejak ia lahir. Beberapa gejala dan tanda lain yang terjadi kalau anak mengalami
gangguan pertumbuhan:

 Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun


 Perkembangan tubuh terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak
perempuan)
 Anak mudah terkena penyakit infeksi

Sementara, untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Anda harus secara rutin
memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Misalnya saja, membawa si kecil ke
Posyandu atau Puskesmas terdekat setiap bulan.

Apa dampaknya jika anak pendek sejak kecil?


Anak pendek sebenarnya mengalami gangguan pertumbuhan. Jika tidak ditangani dengan
baik maka akan memengaruhi pertumbuhannya hingga ia dewasa nanti, tidak cuma dampak
fisik saja. Berikut adalah risiko yang dialami oleh anak pendek atau stunting di kemudian hari.

 Kesulitan belajar
 Kemampuan kognitifnya lemah
 Mudah lelah dan tak lincah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
 Risiko untuk terserang penyakit infeksi lebih tinggi
 Risiko mengalami berbagai penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lain-lain)
di usia dewasa

Ketika dewasa nanti, bahkan dilaporkan bahwa anak pendek akan memiliki tingkat
produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. Ya, stunting adalah
masalah gizi yang berdampak hingga anak berusia lanjut usia apabila tidak ditangani segera.

Apakah stunting masih bisa diatasi dan


diperbaiki?
Sayangnya, stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan
seperti semula. Maksudnya, ketika seorang anak sudah stunting atau pendek sejak ia masih
balita, maka pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa.

Saat pubertas, ia tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting
di waktu kecil. Meskipun, Anda telah memberikannya makanan yang kaya akan gizi, namun
tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal.

Namun, tetap penting bagi Anda memberikan berbagai makanan yang bergizi tinggi agar
mencegah kondisi si kecil semakin buruk dan gangguan pertumbuhan yang ia alami semakin
parah. Oleh karena itu, sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara memberikan nutrisi
yang maksimal saat awal-awal kehidupannya, yaitu 1.000 hari pertama kehidupan.
Faktor Penyebab dan Dampak Stunted Terhadap
Kesehatan
Menurut data yang dilansir WHO, 178 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunted.
Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit
2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi
internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi
kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan
protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan
faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan
terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa lalu
mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain
sebagai berikut :

 Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami
stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi
deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar
secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak
dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap
kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
 Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang
menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab
dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang
tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-
anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar
gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
 Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung
menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.
Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

Faktor Penyebab Stunted
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif
yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada
masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted
terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidaklangsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan
gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR),
sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan


makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan
metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada
anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang
akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).

Penilaian Stunted secara Antropometri

Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi
badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan
ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa
bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk
mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran
pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).
Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan
WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan
standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak- anak. Z-
score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai individu dan nilai
tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar deviasi
dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-score antara lain untuk
mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga
memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengukuran
antropometri.

Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting dalam
mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak masalah
gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai dengan ”Cut off
point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita berdasarkan tinggi badan
menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut (Sumber WHO 2006)

You might also like