You are on page 1of 38

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID
05 April 2018

OLEH :
Imelda Maria Mauti, S.Ked

PEMBIMBING

dr. Dickson A. Legoh, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FK UNDANA - RSUD PROF W.Z. JOHANNES

KUPANG

2018
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. HL

Tempat/tgl lahir : Kupang, 08 Agustus 1991 (26 tahun 7 bulan)

Suku : Alor

Agama : Kristen Protestan

Status pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan : S1 (Program Studi Administrasi Negara)

Pekerjaan : Belum bekerja

Alamat : Jalan TPU RT 41 RW 01 Kelurahan Liliba

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Riwayat perjalanan penyakit didapat melalui heteroanamnesis terhadap

ayah kandung pasien dan autoanamnesis dengan pasien sendiri, pada hari

Rabu, 28 Maret 2018 pukul 17.29 WITA, bertempat di tempat tinggal pasien

di jalan TPU, Liliba.

A. Keluhan Utama (didapat dari heteroanamnesis)

Pada September 2017 ayah pasien memutuskan untuk membawa pasien

ke Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W.Z. Johanes karena pasien berbicara

sendiri, tertawa hingga marah-marah tanpa sebab. Pasien dirawat selama dua

minggu di Bangsal Empati RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

1
B. Riwayat Gangguan Sekarang

1. Autoanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 28 Maret 2017

pada pukul 17.29 WITA. Saat itu pasien sedang duduk-duduk di ruang

tamu rumahnya bersama ayahnya. Pemeriksa menyapa, “Selamat sore

Bapa, selamat sore kak.” Pasien dan ayahnya menjawab “selamat sore

Bu dokter, mari silahkan duduk” pemeriksa lalu memperkenalkan diri

“Bapa dan kak Hengky perkenalkan saya Dokter Muda Imelda, jadi Bapa

seperti yang saya sudah bilang sebelumnya saya datang kesini mau tahu

tentang Kak mulai dari sakit sampai pengobatan sekarang bagaimana,

jadi boleh kalau saya tanya-tanya? Ayah pasien menjawab “Oh sangat

boleh Bu dokter”, “ oh ia bapak, jadi semua yang nanti kak maupun

bapak sampaikan ini sifatnya rahasia medis jadi identitas maupun bapak

punya keluhan tidak akan dipublikasikan tanpa ijin. Baik kalau begitu

Bapa saya minta waktu sebentar untuk tanya-tanya di kak e”, “Oh ia

silahkan Ibu” Jawab ayah pasien. “Kak kita mulai e, Kak punya nama

lengkap? “Hengky Lapaidemang” “kak biasanya dipanggil apa?” “nama

panggilan Engky” “oh ok, Kak Engky lahir tanggal berapa terus

dimana?” “di Kupang, 08 Agustus 1991” “Kak Engky asal darimana?”

“Suku ko? Kalo suku dari Alor” “ kak agama apa?” “Kristen Protestan”

“Sudah menikah ko?” “Belum” “Kak Engky pendidikan terakhirnya

apa?” “Beta, S1 di FISIP jurusan Administrasi Negara” “ Kak Engky su

kerja ko?” “Sekarang Belum kerja, cuma ada kasi masuk lamaran sa”

2
“kak kasi masuk lamaran dimana sa?” “beta ada kasi masuk lamaran di

Hotel Amaris terus ada kasi masuk di beberapa tempat tapi sonde ada

panggilan sampe sekarang” “kak engky ini jalan apa e?” “oh ini di

kelurahan Liliba, RT 41 RW 01”. “Kak Engky rasa kermana ini hari?”

“Biasa sa” “biasa yang kermana kak? Senang, sedih ko? ato bosan kak?”

“ maksudnya ya begini juga panas to jadi agak kurang nyaman dirumah”

“kurang nyaman?” “ia karena terlalu panas jadi dirumah hanya dengan

kipas angin tapi kalau terlalu lama ju sonde bagus” “jadi kaka rasa

kermana? Jengkel ko ato kermana?” “sonde cuma sonde nyaman sa”.

Kak Engky, kak mulai sakit sejak kapan?” “sejak September 2017, waktu

itu ju kurang tahu to sakit apa, dari rumah ke rumah sakit baru ketahui

sakit skizofrenia” “itu awalnya kermana sampai bisa bawa ke rumah

sakit?” “itu karena mungkin su tensi tinggi berangkali ko? terus saya

biasa dengar sura-suara palsu halusinasi” “kak Engky di bawa ke rumah

sakit hanya karena dengar suara-suara palsu ko atau ada apa lagi

makanya dibawa ke rumah sakit?” “ia dengan keluar-keluar dari rumah”

“ maksudnya kak?” “maksudnya keluar sonde ada tujuan” “oh ia kak,

kak dengar suara-suara tu seiap hari ko?” “ia dengar setiap hari” “setiap

hari ni pagi sampai malam ko?” “ia yang dulu tu dengar terus dari pagi

sampai malam” “ini suara laki-laki ko atau perempuan? Trus itu suara-

suara ada bilang apa saja di kak?” “suara laki-laki, sonde ini suara ke

tidak bicara ke saya tapi kedengaran seperti ada ganggu-ganggu kadang

bilang saya bodok” “itu suara hanya bilang begitu saja ko atau ada suruh

3
kaka untuk buat ini atau buat itu?” “tidak, hanya bilang itu saja” “kaka

percaya itu suara betul ada omong tentang kak ko?” “ ia awalnya

percaya, tapi pas pi rumah sakit akhirnya ketahuan dari perawat di rumah

sakit. Mereka kasih tahu bilang itu sakit skizofrenia itu yang saya tidak

percaya lagi.” “kaka selain suara, dulu ada lihat bayangan yang orang

sonde liat?” “ oh ia dulu sempat pernah satu kali liat ada satu nenek pakai

baju compang camping berdiri di tetangga di depan rumah” “itu nenek

ada omong dengan kak ko?” “sonde hanya liat sa” “kak pung perasaan

kermana pas liat begitu” “hm, takut soalnya ke setan” “kalau sampai

sekarang kak masih dengar suara yang tadi kak bilang halusinasi ko?”

“sekarang su tidak lai, malah saya mau bilang sekarang saya su sembuh”.

“oh, ok kak pernah ko rasa ke cium bau harum atau bau kurang sedap

tapi hanya kak saja yang cium, orang lain sonde?” “tidak,tidak pernah”

“kalau kak minum teh manis begitu pernah ko kak rasa bukan manis tapi

pahit?” “tidak pernah” “terus kak pernah rasa ko seperti ada semut yang

jalan-jalan di kak punya badan tapi pas kak lihat sonde ada apa-apa?”

“tidak pernah juga” “kak pernah rasa ko sonde e, misalnya kak punya

pikiran ni bukan kak lagi tapi seperti ada orang yang masuk di kak punya

pikiran atau kak punya diri berubah jadi orang lain begitu?” “oh ia

pernah pas awal-awal saya sakit” “oh itu kermana kak? Kak bisa cerita di

beta ko?” “itu seperti saya jalan-jalan tidak sadar terus seperti ada orang

kendalikan” “kak tau ko sapa yang ada kendalikan kak?” “itu yang saya

kurang tahu” “tapi setelah itu kaka sadar ko? setelah sadar kak ingat apa

4
yang kak buat? Terus kak punya perasaan bagaimana?” “ia pas ingat,

saya juga pikir kok bisa jalan begitu” “ kak kalo misalkan masih

halusinasi biasanya kak buat apa?” “kebanyakan kan saya dengar biasa

pas tidur atau sendiri-sendiri begitu baru dengar, jadi kalo saya dengar

begitu saya diam-diam sa ko dengar, ada yang saya percaya saya ikuti,

jadi tidak tahu kan kalau ini sakit pas di rumah sakit baru ketahuan ini

sakit, jadi setelah itu saya tidak percaya lagi” “kalau yang setelah

berobat ni masih halusinasi ko? Maksudnya masih dengar suara yang

hanya kaka sendiri yang dengar?” “sudah tidak lagi” “masih lihat

bayangan yang orang lain tidak lihat?” “sudah tidak lagi” “kak kermana

minum obat rutin ko? Kak pernah ko terlambat atau lupa minum obat?” “

tidak pernah”. “kak tidur malam kermana?” “ia tidur malam baik saja”

“kalau makan minum bagaimana? Kak ada rasa seperti sonde suka

makan begitu ko?” “tidak,makan baik sa” “kak sekarang aktivitas

dirumah apa saja?” “Cuma nonton TV, tidur, makan, begitu sa” “kak

sonde jalan-jalan atau mungkin ada aktivitas lain lagi ko selain itu?”

“tidak Cuma itu saja soalnya hanya dalam rumah saja na.” “kak waktu

sebelum kak dibawa ke rumah sakit kak aktivitsnya apa saja?” “oh ia

dulu kerja di kantor Bupati” “ di kupang ko kak?” “Tidak di Alor” “oh ia

kak waktu itu posisinya apa?” “kita seperti tenaga honor begitu” “jadi itu

kak dong kerja apa saja setiap hari?” “yah palingan antar surat, tulis

agenda, ada surat masuk keluar dong, terima tamu, kadang ada kegiatan-

kegiatan tahunan begitu kita jadi panitia, tapi waktu itu sudah kerja satu

5
setengah tahun tapi gaji sonde bayar” “ selama satu tahun setengah itu

gaji sonde bayar ko kak? jadi untuk biaya hidup setiap hari bagaimana

kak?” “yah begitu su” “kak disana tinggal dengan keluarga ko?” “ia

dengan om” “ jadi untuk biaya transportasi tiap hari ke kantor ni

bagaimana kak, bapa kirim uang ko kak?” “ ia memang untuk uang

transportsi bapa dong masih kirim uang” “selama kerja di sana apa yang

kak rasa begitu?” “rasa jengkel juga terus bosan ini kerja terus tapi gaji

sama sekali tidak di bayar padahal kita kerja di sana ni untuk cari uang”

“jadi kak berhenti karena tidak ada gaji ko atau ada alasan lain?” “ia

karena itu” “kak sekarang kermana masih ada keinginan untuk kembali

kerja kah?” “ia hanya ini masih pengobatan jadi belum bisa kerja”. “Kak

tadi pagi sudah minum obat kah?” “ia sudah” “ kak minum obat satu hari

berapa kali?” “dua kali pagi dengan malam” “satu kali minum berapa

tablet kak?” “dua tablet”. “Ok, Kak Engky kalau 100-7 berap kak?” “93”

“93-7” “86” “86-7” “79” “79-7” “72” “Kak bisa ulang ikut ini gambar

kah?” “oh ia bisa” “ Kak tau ko perbedaan terus persamaan jeruk dan

bola tenis” “ia kan jelas kalau jeruk ni buah-buahan untuk dimakan kalau

bola kan untuk tenis lapangan, persamaannya mereka sama-sama bulat”

“Kak tahu ko Gubernur Nusa Tenggara Timur sekarang sapa?” “ia Pak

Frans Leburaya” “Kak kalau misalkan kak bawa motor kecepatan tinggi

terus dari jarak 50 meter kak sudah lihat kalau lagi lampu merah, kira-

kira kak mau buat apa? Jalan terus ko atau berhenti ko atau kermana?”

6
“kalau begitu saya turunkan kecepatan supaya ikut lampu merah”. “ Ok

kak Engky, saya tensi e” “ ia”.

2. Heteroanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 11 Oktober 20 Rabu, tanggal

28 Maret 2017 pada pukul 18.50 WITA pada ayah kandung pasien

dengan inisial Tn. OL (65), yang sudah tinggal dengan pasien sejak

pasien kecil hingga sekarang. Anamnesis dilakukan di rumah pasien yang

berada di kelurahan Liliba.

Pemeriksa memulai percakapan dengan ayah kandung pasien. “Baik

bapa, tadi saya sudah tanya-tanya di kak Engky jadi sekarang saya ingin

bertanya lagi seputar penyakitnya kak Engky di bapa, bisa ko bapa?”

“Oh ia sangat bisa ibu” “ Baik bapa, bapa saya mau tanya kak Engky ini

awalnya bagaimana sampai bapa bawa ke rumah sakit?” “Jadi begini ibu,

awalnya ini dia mulai bicara sendiri-sendiri, terus tertawa sendiri-sendiri

itu pas tahun 2015 sebelum KKN, kadang sampai marah-marah jadi saya

pikir ini anak kurang beres makanya saya omong ke kampus supaya

tunda dia punya KKN, jadi akhirnya dia ikut KKN gelombang berikut.

Ini untuk mau ujian akhir saya juga ragu tapi saya dorong dia supaya

harus selesai, yah saya juga pikir ini anak dalam kondisi begini bisa tidak

dia selesai tapi puji Tuhan, dari dia punya jurusan dia termasuk yang

berprestasi karena masuk 10 besar.” “ Bapa tahu kah kalau suara yang

kak Engky biasa dengar itu seperti apa? maksudnya ada perintah dia kah

atau kak Engky pernah cerita di Bapa kah?” “ oh ia dia cuma bilang ada

7
suara yang omong-omong tentang dia” “pernah kah bapa kak Engky ni

cerita dia punya kekuatan super atau punya kemampuan lebih yang orang

lain tidak punya tapi menurut bapa itu aneh?” “oh tidak pernah ibu” “ oh

ia bapa kak engky sebelum sakit ni orangnya bagaimana?” “dia anaknya

baik, ikut kalau orang tua omong terus humoris jadi suka buat lucu-lucu

dirumah dia yang suka bikin ramai” “kak Engky punya banyak teman ko

Bapa?” “ia dia punya banyak teman” “ oh ia bapa mau tanya sebelumnya

kak Engky pernah kerja di kantor kah bapa?” “ia” “itu bapa yang mau

atau bagaimana?” “yah itu dia punya mau tapi kerja sudah satu tahun

setengah tapi dari kantor kabupaten tidak bayar mereka punya gaji

makanya dia juga jengkel makanya saya panggil kembali saja ke kupang,

mungkin karena itu juga jadi dia tambah parah makanya kami bawa ke

rumah sakit” “ tambah parah maksudnya bagaimana bapa?” “yah dia

marah-marah terus keluar tidak jelas” “oh ia bapa itu setiap hari kah?”

“ia” “ok baik bapa”, “ bapak saya boleh lihat ruangan-ruangan yang ada

kah dan boleh difoto kah bapa?” “oh ia sangat bisa ibu” “ silahkan “ “ok

makasih banyak bapa”.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien baru pertama kali dirawat di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes

Kupang pada September 2017 karena pasien berjalan tanpa tujuan, tertawa

sendiri-sendiri dan marah-marah tanpa sebab. Sebelumnya pasien sudah

menunjukan gejala sejak tahun 2015 pasien yaitu berbicara sendiri-sendiri

dan keluar rumah tanpa arah dan tujuan yang jelas sehingga ayah pasien

8
menunda program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang telah diprogramkan

anaknya namun pasien tidak diobati secara medis.

D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya

Menurut ayah kandung pasien, pasien merupakan pribadi yang cukup

aktif dalam kegiatan-kegiatan di gereja. Ayah pasien menjelaskan bahwa

pasien memiliki teman yang banyak baik itu di lingkungan gereja maupun

sekolah dulu, pasien juga merupakan pribadi yang periang dan humoris

sehingga pasien selalu membuat ibunya serta saudaranya di rumah tertawa.

Pasien juga merupakan anak yang tidak terlalu memaksakan kehendaknya

pada kedua orang tua.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien meruapakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Kedua orang tua

pasien memang telah merencanakan kehamilan yang ketiga ini karena

ingin memiliki anak perempuan namun ternyata anak yang dikandung

adalah anak laki-laki, meskipun demikian kedua orang tua tidak

mempermasalahkan hal ini. Selama kehamilan sang ibu tidak menderita

penyakit ataupun masalah dengan kehamilannya. Saat hamil ibu pasien

mengkonsumsi makanan seperti biasanya. Pasien lahir normal, dan

selama proses persalinan tidak ditemui masalah.

2. Masa Kanak Dini (usia 0-3 tahun)

Menurut ayah pasien, pasien mulai diberikan ASI (Air Susu Ibu) sejak

lahir hingga umur dua tahun. MP-ASI (Makanan Pendamping-ASI) yang

9
diberikan yaitu bubur sun, buah pisang yang dihaluskan, dan beras merah

yang ditumbuk halus lalu dimasak. Menurut ayahnya tidak ada

keterlambatan dalam perkembangannya. Ibunya mengaku pertumbuhan

dan perkembangan pasien sesuai umur. Pasien biasa-biasa saja dan tidak

pernah membenturkan kepalanya saat rewel. Sejak kecil pasien tidak

pernah mengalami kejang dan sakit lainnya yang mengharuskan pasien

dibawa ke rumah sakit.

3. Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)

Menurut ayah pasien, pasien melewati jenjang TK (Taman Kanak-kanak)

di TK HOREB. Pasien mulai masuk SD sekitar usia 6 tahun, pasien anak

yang penurut, ceria, senag bermain dengan teman -temannya di sekolah.

Pasien juga memiliki nilai yang lumayan bagus.

4. Masa Remaja

Pasien mengakui pertama kali mimpi basah saat SMA kelas 1 yaitu pada

usia 15 tahun dan perasaan saat pertama kali mimpi basah adalah kaget

dan heran, pasien merasa aneh karena belum pernah mengalami seperti

ini. Pasien mulai pacaran saat menempuh studi di perguruan tinggi, dan

menjalin hubungan yang tidak terlalu lama dengan pacarnya. Pasien

mengaku tidak pernah terdapat masalah serius dalam kehidupan di masa

remaja pasien.

5. Masa Dewasa

o Riwayat Pendidikan

10
Pasien melewati jenjang pendidikan TK di TK Horeb Perumnas lalu

melanjutkan ke SD Inpres Perumnas II. Pasien mendapatkan nilai

yang baik dan tidak pernah tahan kelas. Pasien kemudian

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Kupang lalu melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 2 Kupang. Setelah menamatkan

pendidikannya di tingkat sekolah menengah atas, pasien kemudian

melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah pada program studi

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan

Universitas Nusa Cendana Kupang.

o Riwayat Pekerjaan

Setelah menematkan pendidikan S1 pada jurusan Administrasi

Negara, pasien sempat bekerja selama satu setengah tahun di Kantor

Kabupaten Alor sebagai tenaga honor namun pasien memutuskan

untuk berhenti dari pekerjaannya karena gajinya selama ia bekerja

tidak pernah dibayarkan.

o Riwayat Psikoseksual

Pasien mengaku belum pernah berhubungan seksual.

o Riwayat Agama

Menurut ayahnya, sebelum sakit pasien merupakan pribadi yang

sering beribadah. Pasien selalu ke gereja setiap minggu.

o Aktivitas Sosial

Menurut ayahnya, pasien cukup aktif dalam kegiatan di kampus lalu

tidak pernah ada riwayat masalah dengan teman-teman pasien.

11
Hubungan pasien dengan keluarga juga baik, tidak pernah ada

masalah serius dengan keluarga pasien.

o Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum ataupun berurusan

dengan kepolisian sebelumnya.

F. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah orang tuanya di daerah Liliba Kota

Kupang. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, tiga orang saudaranya

dan 3 orang sepupunya di sebuah rumah dengan lima kamar tidur, satu ruang

tamu, satu ruang makan sekaligus dengan dapur, dua kamar mandi yang

langsung dengan toilet. Di masing-masing kamar tidur terdapat ventilasi dan

satu jendela keluar untuk ventilasi udara. Tembok kamar dan ruang tamu

terbuat dari semen dan batako yang sudah diplester dan di cat berwarna

kuning gading sedangkan tembok dapur belum diplester dan dicat. Sumber air

didapat dari PAM dan sumber listrik menggunakan listrik prabayar yang

dibayar rutin setiap bulan oleh kedua orang tua pasien. Interaksi antara

anggota keluarga dalam rumah baik, ayah dan ibunya sangat memperhatikan

perihal sakit pasien sehingga ayah pasien selalu berusaha untuk mengajak

pasien untuk mulai aktivitas lain di rumah selain tidur.

12
Foto 1 Ruang Tamu

Foto 2 Dokter Muda saat melakukan kunjungan rumah

13
Foto 3 Kamr tidur pasien

Foto 4 ruanhDapur

14
G. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara. Anak pertama sudah

menikah. Ayah dan ibu kandungnya masih hidup. Di dalam keluarganya,

tidak ada yang mempunyai riwayat gangguan yang sama.

Gambar 1. Family Tree Pasien

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, tanggal 28 Maret 2017 di

Rumah pasien di Jalan TPU, Kelurahan Liliba Kota Kupang.

A. Deskripsi Umum

 Penampilan

Pasien laki-laki tampak sesuai dengan usia pasien, mengenakan baju

kaos berpola strip hijau dan biru muda celana pendek berwarna putih.

15
Pasien tampak rapi dan bersih dilihat dari rambut yang dipotong, gigi

dan kuku yang tampak bersih.

 Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien tampak tenang (pasien duduk tenang selama wawancara).

B. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif (pasien menjawab dengan baik semua pertanyaan pemeriksa dan

bersedia untuk mengikuti beberapa instruksi pemeriksa selama proses

wawancara)

 Kontak mata (+)

C. Mood dan Afek

 Mood : Disforia (dinyatakan dengan perkataan pasien yang

menggambarkan kejenuhan atau kebosanan

“maksudnya ya begini juga panas to jadi agak kurang

nyaman dirumah” “kurang nyaman?” “ia karena

terlalu panas jadi dirumah hanya dengan kipas angin

tapi kalau terlalu lama ju sonde bagus” “kurang

nayaman”.

 Afek : Menyempit (dinyatakan dengan ekspresi pasien yang

kurang bervariasi selama wawancara.

 Keserasian : Serasi

16
D. Pembicaraan

Spontan, artikulasi baik, volume suara dapat didengar oleh pemeriksa dengan

jelas, serta fasih.

E. Persepsi

Sekarang tidak terdapat halusinasi auditorik maupun visual. Tetapi sejak

tahun 2015 pasien memiliki :

- Halusinasi Auditorik (+)  autoanemnesis: dinyatakan dari perkataan

pasien “ia dengar setiap hari” “setiap hari ni pagi sampai malam ko?” “ia

yang dulu tu dengar terus dari pagi sampai malam” “ini suara laki-laki ko

atau perempuan? Trus itu suara-suara ada bilang apa saja di kak?” “suara

laki-laki, sonde ini suara ke tidak bicara ke saya tapi kedengaran seperti ada

ganggu-ganggu kadang bilang saya bodok”

- Halusinasi Visual (+)  autoanemnesis: dinyatakan dari perkataan pasien

yang melihat sosok seorang nenek berpakaian compang camping padahal

orang sekitarnya tidak melihat sosok tersebut.

F. Proses Pikir

 Bentuk : logis (dinyatakan dengan tidak terdapatnya waham dan

halusinasi sekarang)

 Arus : Koheren

G. Isi Pikir : Tidak ada waham dan tidak ada obsesi.

H. Kesadaran dan Kognisi

 Taraf kesadaran dan kesigapan : sadar penuh/ compos mentis, GCS :

E4V5M6

17
 Orientasi :

a) Waktu : Baik (dinyatakan dengan pasien mengetahui hari dan tanggal

wawancara)

b) Tempat : Baik (dinyatakan dengan pasien saat ini berada di rumahnya

di jalan TPU Liliba RT 41 RW 04)

c) Orang : Baik (dinyatakan dengan pasien yang mengenali keluarga

pasien dan pemeriksa)

 Daya ingat :

a) Daya ingat jangka panjang : baik (dinyatakan dengan pasien yang

mengingat tanggal lahir pasien yakni 08 Agustus 1991)

b) Daya ingat jangka sedang: baik (dinyatakan dengan pasien masih ingat

kapan pertama kali pasien masuk rumah sakit yakni pada tahun 2017)

c) Daya ingat jangka pendek: baik (dinyatakan dengan pasien masih

mengingat makanan yang pasien makan tadi malam yakni nasi, sayur,

telur, serta minum jumlah obat yang diminum tadi pagi yakni 2 jenis

obat)

 Konsentrasi dan perhatian : baik (dinyatakan dengan mampu berhitung

100-7, 5 kali serial : 100-7= 93, 93-7 = 86, 86-7= 79, 79-7=72, 72-7=65)

 Kemampuan visuospasial : baik

18
 Pikiran abstrak : baik (pasien dapat menjelaskan persamaan dan perbedaan

bola tenis dan buah jeruk, yakni bola tenis digunakan untuk bermain dan

jeruk untuk dimakan, bola tenis dan buah jeruk sama-sama bulat).

 Intelegensi dan kemampuan informasi : baik (pasien mengetahui Gubernur

Nusa Tenggara Timur saat ini.

 Bakat kreatif : pasien bisa bermain gitar.

I. Kemampuan menolong diri sendiri : baik (pasien dapat merawat diri sendiri

dengan cara mandi, makan, minum, berpakaian, toilet, tanpa ada bantuan dari

orang lain)

J. Pengendalian Impuls : Baik (dinyatakan dengan pasien yang tampak tenang

tanpa adanya gerakan-gerakan tidak bertujuan yang dilakukan pasien)

K. Daya Nilai dan Tilikan

 Uji daya nilai : baik (pasien sadar bahwa tidak boleh melanggar lampu

lalu lintas)

 Penilaian realita : baik (tidak terdapat halusinasi dan waham pada

pasien)

 Tilikan : IV (berdasarkan autoanamnesis, pasien sadar penuh

akan penyakitnya dan sangat mendukung pengobatan namun tidak tahu

penyebab sakitnya.

L. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internistik

- TD : 120/80 mmHg

19
- Nadi : 86x/menit

- Suhu : normal per palpasi

- RR : 16 x/menit

B. Status Neurologis

GCS E4V5M6.

C. Laboratorium/Penunjang

Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Psikologi

Tidak dilakukan

V. TEMUAN-TEMUAN POSITIF

1. Pasien dibawa ke Poli Jiwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada

September 2017 pasien marah-marah tanpa sebab, berjalan tanpa tujuan

berbicara sendiri-sendiri dan tertawa sendiri.

2. Sejak tahun 2015 didapati gangguan persepsi, yaitu ada halusinasi

audiotorik dan halusinasi visual. Pasien mengaku bahwa sering

mendengar suara-suara bisikan yang membuat pasien terganggu melihat

sosok yang hanya dilihat oleh pasien.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

1. AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang

luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbagan pengaruh

genetik, fisik dan sosial budaya.1

20
Kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia menurut

PPDGJ-III :1

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang

jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

– Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara

jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran,

tindakan atau penginderaan khusus).

21
– Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan

mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien.

– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara atau

– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada

secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.

22
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang

tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial,

tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuleptika.

* Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun jenis skizofrenia yang menjadi diagnosis pada kasus ini adalah

skizofrenia paranoid.

Skizorenia paranoid, merupakan jenis dari skizofrenia yang memiliki

kriteria diagnosis sebagai berikut:1

23
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

 Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol

- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah , atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi

tawa (laughing);

- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual

mungkin ada tetapi jarang menonjol;

- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas;

 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,

serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak

menonjol.

Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang

masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid antara lain :

Didapati gangguan persepsi, yaitu ada halusinasi (halusinasi audiotorik

dan visual). Pasien juga sering bicara sendiri.

24
2. AXIS II. Ciri Kepribadian Histrionik

Pedoman diagnostik1

Ciri kepribadian pasien yaitu kepribadian histrionik karena menurut ibu dan

ayahnya, pasien merupakan anak yang humoris, selalu meramaikan suasana

ketika ada di rumah jika pasien tidak berada di rumah maka rumah terasa

agak sepi, pasien juga memiliki banyak teman. Ayahnya mengaku jika

pasien juga merupakan anak yang tidak terlalu suka menuntuk kehendaknya.

Adapun ciri kepribadian histrionik yaitu :

- Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti

bersandiwara (theatricallity), yang dibesar-besarkan (exaggereted);

- Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan;

- Keadaan afektif yang dangkal dan labil;

- Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan

(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat

perhatian;

- Penampilan atau peilaku “merangsang” (seductive) yang tidak memadai;

- Terlalu peduli dengan daya tarik fisik;

3. AXIS III

Tidak ada diagnosis medik.

4. AXIS IV

Setelah pasien menamatkan kuliahnya, pasien sempat bekerja meskipun

dalam kondisi yang terganggu namun pasien menghadapi masalah dalam

pekerjaannya yaitu gajinya tidak dibayarkan meskipun bekerja setiap hari, hal

25
ini memperburuk kondisi pasien sehinga pada September 2017 ayah pasien

menjemputnya kembali ke Kupang dan pada September 2017 dibawa ke

rumah sakit.

5. AXIS V

GAF saat ini : 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih

dari masalah harian biasa).

VII. EVALUASI MULTIAXIAL

1. AXIS I : F.20.0 skizofrenia Paranoid

2. AXIS II : Ciri kepribadian Histrionik

3. AXIS III : Tidak ada Gangguan Fisik/Penyakit Organik

4. AXIS IV : Tidak ditemukan masalah psikososial yang berarti

sebelum pasien sakit namun saat sakit, pasien dihadapkan pada masalah

dalam pekerjaan karena gajinya selama satu setengah tahun tidak

dibayarkan meskipun bekerja setiap hari.

5. AXIS V : 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,

tidak lebih dari masalah harian biasa)

VIII. DAFTAR MASALAH

a) Organobiologi : tidak ada

b) Psikologi :

1) Gangguan persepsi

Halusinasi Auditorik (+)  autoanemnesis: dinyatakan dari perkataan

pasien “ia dengar setiap hari” “setiap hari ni pagi sampai malam ko?” “ia

26
yang dulu tu dengar terus dari pagi sampai malam” “ini suara laki-laki ko

atau perempuan? Trus itu suara-suara ada bilang apa saja di kak?” “suara

laki-laki, sonde ini suara ke tidak bicara ke saya tapi kedengaran seperti ada

ganggu-ganggu kadang bilang saya bodok”

Halusinasi Visual (+)  autoanemnesis: dinyatakan dari perkataan pasien

yang melihat sosok seorang nenek berpakaian compang camping padahal

orang sekitarnya tidak melihat sosok tersebut.

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

 Haloperidol 2 x 5 mg

 Trihexiphenidyl 2 x 2 mg

b. Psikoedukasi Pasien

 Mengedukasi pasien agar minum obat secara teratur, tidak boleh putus

obat

 Mengedukasi pasien agar jika suatu ketika halusinasi auditorik muncul

maka pasien harus pastikan lagi kepada orang sekitar apakah

mendengar hal yang sama atau tidak, jika orang sekitar tidak mendengar

maka tetap tenang, jangan mempercayai suara-suara tersebut, cobalah

untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang sekitar.

 Mengedukasi pasien mengenai cara untuk mengontrol emosi yang harus

dilakukan ketika pasien sedang marah, yaitu di antaranya berdoa, tarik-

buang nafas, pukul bantal/kasur, bicara baik-baik, minum obat.

27
c. Psikoedukasi Keluarga

 Edukasi kepada keluarga bahwa gangguan yang dialami oleh pasien

bukanlah penyakit kutukan atau karena dibuat-buat oleh pasien tetapi

karena adanya ketidakseimbangan zat kimia di otak, sehingga zat-zat

kimia yang berlebihan di otak dapat dihambat oleh obat.

 Edukasi kepada keluarga agar rajin membawa pasien untuk kontrol

rutin di poli jiwa serta memperhatikan pemberian obat pada pasien

sehingga tidak putus obat mengingat pengobatan pada pasien

membutuhkan waktu yang cukup lama.

 Edukasi kepada keluarga untuk lebih memberikan semangat dan

dukungan kepada pasien sehingga dapat membantu proses

penyembuhan pasien

 Edukasi kepada keluarga agar selalu mengajak pasien bercerita atau

melakukan aktivitas dirumah seperti bersih-bersih rumah.

X. PROGNOSIS

DUBIA AD BONAM

1. Faktor yang memperingan

 Skizofrenia paranoid

 Keluarga yang mendukung penuh pasien untuk sembuh

2. Faktor yang memperberat : -

XI. DISKUSI

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta

28
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan

sosial budaya. 1

Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :

 Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat,

klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme

 Gangguan isi pikir (waham : keyakinan yang salah yang tidak sesuai

dengan latar belakang budaya, agama, pendidikan, norma-norma setempat

tapi selalu dipertahankan secara kuat oleh pasien walaupun sudah

diberikan fakta-faktanya)

 Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi

 Gangguan emosi : ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh

penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik) yaitu afek tumpul atau

datar, afek tak serasi, dan afek labil

 Gangguan perilaku : berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat

seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat

ketol-tololan dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas. 2

Untuk menegakkan diagnosa skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria DSM-

IV atau ICD IX. Berdasarkan DSM IV :

1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.

2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang

pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupam pribadi.

3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

periode tersebut.

29
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif,

gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik.2

Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.2 Gejala

skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada

laki-laki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35 tahun untuk perempuan.

Prognosisnya biasanya lebih buruk pada laki-laki.2 Etiologi dari skizofrenia belum

ditemukan dengan pasti, namun ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat

ini; 2

Dari segi biologi , gangguan organik yang paling banyak dijumpai yaitu

pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang sudah terlihat sebelum

awitan penyakit, atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu gyrus

parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial sel pyramidal

hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Lokasi kerusakan

pada otak menunjukkan gangguan perilaku yang ditemui pada skizofrenia. Misalnya,

gangguan hipokampus dikaitkan dengan impairment memori, dan atropi lobus frontal

dihubungkan dengan symptom negative dari skizofrenia.

Dari segi biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan

neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine

sentral(hipotesis dopamine), didasarkan pada, efektivitas obat neuroleptik bekerja

untuk memblok reseptor dopamine pasca sinaps, terjadinya psikosis akibat

penggunaan amfetamin (amfetamin melepaskan dopamine sentral, dan memperburuk

skizofrenia), dan adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus.

30
Dari segi genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin

dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. Kembar monozigot mempunyai

4-6 kali lebih sering menjadi sakit disbanding kembar dizigot. Risiko terjadinya

skizofrenia selama hidup berdasarkan penelitian yaitu antara lain, populasi umum

(1%), kembar monozigot (40-50%), kembar dizigot (10%), saudara kandung

skizofrenia (10%), otrangtua (5%), anak dari salah satu orang tua skizofrenia (10-

15%), anak dari kedua orangtua skizofrenia(30-40%).

Dari segi faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan

penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. 2 Beberapa

peneliti mengidentifikasi suatu cara berkomunikasi yang patologis dan aneh pada

keluarga pasien skizofrenia. Komunikasi sering samar, tidak jelas, dan sedikit tidak

logis.

Pada kasus ini, belum dapat diketahui pasti penyebab skizofrenia yang dialami

pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika ingin dicari atau

menyingkirkan penyebab organik. Ada riwayat dalam keluarga pasien yang

mengalami keluhan yang sama sehingga kemungkinan faktor genetik bisa

dipertimbangkan menjadi penyebab utama didukung keluarga sebagai faktor yang

paling mungkin mencetuskan gangguan pada kasus ini.

Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid, hebefrenik, katatonik,

tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia, simpleks, dan yang tak tergolongkan.
1,2

Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang masuk

dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid dan skizofrenia simpleks antara lain :

31
1. Didapati gangguan persepsi yaitu ada halusinasi (halusinasi pendengaran dan

visual).

2. Adanya gangguan isi pikir yakni waham.

3. Didapati gejala negatif seperti perlambatan psikomotor, aktifitas menurun,

afek yang menyempit, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam

kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti

dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,

perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

4. Adanya perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

mengakibatkan kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu ,

tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial.

5. Semua gejala ini berlangsung setiap hari, sejak 2010 hingga 2017.

Terapi pada skozofrenia bersifat komperhensif yaitu meliputi terapi

psikofarmaka, psikoterapi dan terapi psikososial.(1,3)

a) Terapi Psikofarmakologi

Skizofrenia diobati dengan antipsikotik yang tipikal dan atipikal. Obat

golongan tipikal berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif

sedangkan gejala negatif hampir tidak bermanfaat. Sedangkan obat golongan

atipikal bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.

Obat golongan tipikal meliputi : Chlorpromazine, fluphenazine,

trifluoperazine, thioridazine, haloperidol dan lain-lain, sedangkan obat

32
golongan atipikal meliputi: clozapine, olanzapine, zotepine, Quetiapine,

sulpiride, risperidon dan lain-lain.

Pemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah

mengalami pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini

pilihan beralih ke antipsikosis atipikal. Standar Emas baru adalah dengan

antipsikosis atipikal. Meskipun harganya mahal, tetapi manfaatnya sangat

besar.

Mekanisme kerja obat antipsikosis tipikal adalah memblokade

dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron diotak, khususnya di sistem

limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 Receptor antagonists)

sehingga efektif untuk gejala positif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal

disamping berafinitas terhadap dopamin D2 Reseptors juga berespon

terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors sehingga efektif juga untuk gejala

negatif.

Pada pasien diberikan terapi farmakologis berupa haloperidol dan

trihexyphenidil. Haloperidol merupakan antipsikotik tipikal dengan efek

antipsikotik yang kuat berupa sindroma ekstrapiramidal serta efek samping

sedatif yang lemah. Efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal dicegah

dengan pemberian trihexyphenidyl pada pasien ini. Tujuan terapi

farmakologis pada pasien ini adalah “optimal response with minimal side

effect”.

Untuk memantau efek antipsikotik terhadap pasien, maka perlu

diperhatikan adanya respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan

33
selama 2 – 3 hari (initial dose). Bila pasien belum menunjukkan adanya

perbaikan, maka dosis dapat dinaikkan 2 – 3 hari pengamatan sampai

mencapai dosis efektif. Evaluasi selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu dan

bila perlu dinaikkan sampai ke dosis optimal kemudian dipertahankan selama

8 – 12 minggu. Selanjutnya dosis terapi diturunkan setiap 2 minggu sampai

ke dosis rumatan untuk dipertahankan hingga 6 – 48 bulan dimana diselingi

dengan drug holiday 1 – 2 hari/minggu. Tappering off dilakukan 2 – 4

minggu hingga akhirnya pengobatan dapat dihentikan.

b) Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat

diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai

tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan

pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa

penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.

Secara umum tujuan dari psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur

kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra

diri, memulihkan kepercayaan diri guna mencapai kehidupan yang berarti dan

bermanfaat.

Keluarga perlu diarahkan peran mereka dalam menunjang perbaikan klinis

pasien. Keluarga perlu diberikan pemahaman mengenai keadaan pasien,

perjalanan penyakitnya serta terapi yang akan diberikan. Perlu dicari tahu

kemungkinan penyebab gangguan jiwa pada pasien ini sehingga pendekatan

terapi psikososial lebih dapat memberikan hasil yang lebih baik. Penerimaan

34
masyarakat serta keterlibatan pasien sebagai kelompok masyarakat tertentu

akan membantu pasien dalam mengembangkan keterampilan dan bakat yang

dimiliki serta mempertahankan hubungan interpersonal yang baik antara

pasien dengan orang lain.

c) Terapi Psikososial

Salah satu dampak dari gangguan jiwa skizofrenia adalah terganggunya

fungsi sosial penderita atau hendaya (impairment). Dengan terapi

psikososial ini diharapkan agar penderita mampu kembali beradaptasi

dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu

mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap

menjalani terapi psikofarmaka sebagaimana juga waktu menjalani

psikoterapi. Kepada penderita skizofrenia diupayakan untuk tidak

menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak

bergaul (sosialisasi).

Prognosis tergantung pada gejala, tipe skizofrenia dan pengobatan yang

diterima. Indikator yang dapat dihubungkan dengan prognosis yaitu:

 Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak.

 Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama pada perempuan.

 Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik. Performa

sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk meramalkan performa

di masa datang.

35
 Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol, selama episode

akut (simptom positif).

 Kemungkinan adanya suatu stresor yang mempresipitasi psikosis akut dan

tidak ada bukti gangguan susunan saraf pusat (SSP).

 Tidak ada riwayat keluarga menderita skizofrenia. (2)

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013

; p:46-8,104.

2. Amir N. Skizofrenia. Dalam : Buku Ajar Psikiatri, edisi kedua. Jakarta:

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015 ; p:173-

81,195-8.

3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 4th ed.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2014. p : 10-23.

37

You might also like