Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antiseptik atau germisida adalah bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya (terhadap benda mati). Antiseptik
juga disebut senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan
kulit dan membran mukosa.
Di dunia kesehatan, ethanol yang digunakan sebagai antiseptik yaitu
ethanol dengan konsentrasi 70%. Ethanol 70% merupakan cairan yang
mengandung 70% etil alkohol ( CH3CH2OH ) dan 30% air. Ethanol membunuh
bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan pelarutan membran lemak.
Namun penggunaan alkohol atau ethanol 70% ini hanya bisa digunakan untuk
luka tertutup. Penggunaan cairan ini hanya sebagai profilaksis (tindakan
pencegahan).
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula
dari sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam
perkembangannya, produksi alkohol yang paling banyak digunakan adalah
metode fermentasi dan distilasi. Bahan baku yang dapat digunakan pada
pembuatan etanol adalah nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum
manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah mete; bahan berpati: tepung-
tepung sorgum biji, sagu, singkong, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia; bahan
berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas dan lain-lain (LIPI,
2008).
Pembuatan bioetanol telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Namun belum menggunakan pati umbi dahlia sebagai sumber glukosa. Peneliti
yang telah meneliti bioetanol diantaranya Artati, (2010) telah melakukan
produksi etanol dengan metode hidrolisis berbahan baku ampas tebu sebagai
sumber selulosanya dan H2SO4 sebagai penghidrolisis. Hasil penelitian
diperoleh kadar glukosa tertinggi adalah 4918 g/l pada komposisi H2SO4
1
2
25%. Peneliti lainnya Susmiati (2011), meneliti tentang bioetanol dari ubi kayu.
Hasil penelitian menunjukkan diperoleh kadar glukosa tertinggi 251,63 g/l pada
konsenterasi H2SO4 0,5 N. Meskipun hasil hidrolisis asam lebih tinggi dengan
menggunakan asam kuat, namun untuk aplikasi ke masyarakat sebaiknya
menggunakan asam yang familiar dengan masyarakat. melalui hidrolisis asam,
glukosa yang dihasilkan memiliki nilai kadar gula pereduksi yang cukup tinggi
dan rendemen yang cukup baik.
Di Indonesia, tanaman dahlia dimanfaatkan sebagai tanaman bunga
potong. Potensi tanaman dahlia dapat dieksplorasi tingkat lanjut pada umbi
akarnya. Umbi dahlia mengandung karbohidrat inulin yang bernilai komersil dan
memiliki nilai fungsional sebagai bahan makanan. Umbi dahlia segar
mengandung inulin dengan kadar 72,6%(bk), sedangkan setelah proses ekstraksi
lanjutan diperoleh inulin murni sekitar 41,7% (bk) dari total inulin yang
terkandung pada umbi (Widowati dkk, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bioethanol dari tanaman umbi
dahlia, sehingga tanaman umbi dahlia lebih bernilai ekonomis dan mempunyai
nilai jual. Pembuatan bioethanol sudah banyak dilakukan peneliti sebelumnya.
Namun belum ada peneliti menggunakan pati umbi dahlia sebagai sumber
glukosa. Bioethanol yang di hasilkan di manfaat sebagai antiseptik yang berguna
di dunia kesehatan, seperti: mencegah infeksi pada luka, sebagai pembersih
tangan, sterilisasi alat alat rumah sakit, dan lain-lain. Konsentrasi bioethanol yang
di dapatkan diubah menjadi ethanol 70%, sehingga dapat di jadikan sebagai
antiseptic.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Membuat bioetanol 70% dengan memanfaatkan kondisi operasi yang ada.
1.4 Manfaat
Diversifikasi umbi dahlia menjadi alkohol 70% sehingga meningkatkan
income petani umbi dahlia.
4
2.1 Bioetanol
Bagian tanaman dahlia yang sampai saat ini memberikan manfaat nyata
tentu saja adalah bunga. Bagian tanaman dahlia yang belum dieksplorasi di
Indonesia adalah umbi sebagai sumber pemanis alami seperti sirup fruktosa, serta
sebagai serat yang larut seperti inulin dan fruktooligosakarida. Selain itu, daun
dan bunga yang berpotensi sebagai sumber bahan senyawa bioaktif dalam
pengobatan. Bagian tanaman dahlia yang berguna untuk kesejahteraan manusia
bukan hanya bunga. Sesungguhnya di dalam umbi dahlia terkandung karbohidrat
inulin yang dapat dikonversi menjadi fruktosa dan fruktooligosakarida. Fruktosa
adalah bahan pemanis alami yang memiliki kadar kemanisan 2,5 kali lipat dari
sukrosa. Gula ini sangat baik bagi penderita diabetes karena tidak meningkatkan
kadar gula darah secara drastis. Bagi industri kosmetik ataupun obat-abatan,
fruktosa lebih disukai karena tidak mudah mengkristal sehingga baik untuk
dicampur dengan kosmetik seperti lipstik atau pelapis kapsul.
Umbi dahlia sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal dan
masih merupakan limbah yang dihasilkan oleh petani bunga potong. Padahal,
konversi umbi menjadi fruktosa secara enzimatis dapat menghasilkan ± 95%
fruktosa. Hasil tersebut jauh melebihi fruktosa yang diproduksi dari pati seperti
yang saat ini telah dikomersialkan dari pati jagung yaitu 45% saja. Apabila inulin
ini dihidrolisis secara parsial maka akan menghasilkan fruktooligosakarida, yaitu
suatu karbohidrat yang larut dan baik bagi pencernaan atau sebagai makanan
serat. Bagian tanaman yang lain seperti akar, batang, daun dan bunga ternyata
mengandung bahan yang disebut dengan bahan bioaktif atau metabolit sekunder.
6
Senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai anti jamur maupun dan anti bakteri.
Potensi tanaman dahlia sebagai tanaman penghasil bahan bioaktif memang belum
banyak dikaji. Kami telah memulainya dengan menganalisis keberadaan beberapa
senyawa penting di umbi, daun dan bunga dahlia. Senyawa ini dapat mengurangi
pertumbuhan bakteri atau fungi penyebab penyakit baik di tanaman maupun
hewan dan manusia. Dengan demikian tanaman dahlia dapat memiliki dua sisi
pemenuhan kebutuhan manusia: pertama, bunga sebagai sumber pengayaan jiwa,
dan kedua, umbi, daun dan bunga sebagai sumber bahan bioaktif untuk
meningkatkan kesehatan.
Penggunaan umbi dahlia sebagai bahan makanan disebabkan umbi
tersebut mengandung karbohidrat yang berupa inulin, gula reduksi maupun
selulosa. Di samping itu, umbi dahlia juga mengandung lemak dan protein
(Saryono, 2000). Umbi juga mengandung beberapa mineral seperti kalium,
natrium, kalsium, dan magnesium (Irwan, 1996). Sebagian besar karbohidrat di
dalam umbi dahlia berupa inulin yang berperan penting dalam kesehatan
pencernaan manusia dan hewan. Artikel Whitley (1985) mengilustrasikan secara
menarik pemanfaatan umbi dahlia sebagai bahan makanan. Rasa umbi yang
dikesankan berbeda jauh yaitu manis dan pahit yang disebabkan kandungan gula
fruktosa. Jika umbi dipanen pada awal musim hujan, yaitu saat inulin telah
berubah menjadi gula tetapi belum dimanfaatkan untuk pertumbuhan batang,
maka umbi akan manis dan berair. Namun, jika umbi untuk konsumsi dipanen
saat akhir pertumbuhan tanaman (di Indonesia di awal musim kemarau), makanan
dan air di dalam tanaman belum ditransportasikan ke dalam umbi sehingga umbi
menjadi pahit dan tidak berair. Pada umbi yang dipanen di musim kemarau,
kandungan bahan aktif yang berpotensi sebagai obat tinggi sehingga rasa umbi
tidak enak. Menurut Saryono (2000), umbi dahlia kering mengandung inulin 65%-
75% dari total karbohidrat yang ada di dalamnya. Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Toni (1992) melaporkan bahwa umbi dahlia mengandung 65%
inulin. Hasil pengamatan di lapangan, setiap jenis dahlia menghasilkan jumlah
umbi yang berbeda dengan kandungan inulin yang berbeda pula. Namun, sampai
saat ini belum ada penelitian yang melaporkan tentang kandungan inulin dari
7
setiap jenis dahlia yang tumbuh di Indonesia. Melimpahnya inulin di dalam umbi
dahlia merupakan potensi besar untuk diolah menjadi gula fruktosa dan
fruktooligosakarida. Hidrolisis inulin dengan enzim inulinase akan menghasilkan
fruktosa (HFS) dan atau fruktooligosakarida (FOS) dengan rendamen dapat
mencapai 95% (Saryono et al., 1999a). Enzim inulinase dapat dihasilkan oleh
tumbuhan maupun mikroorganisme seperti jamur dan bakteri (Saryono et al.,
1999b ; Saryono et al., 1999d).
Tabel 2.1 Komposisi komponen nutrisi di dalam umbi dahlia
Komponen Konsentrasi
(% berat kering)
Karbohidrat total 76 – 82
Serat 3,3 – 4,0
Gula reduksi 4,4 – 6,6
Inulin 65 – 75
Lemak 0,9 – 1,0
Protein 3,9 – 5,7
Abu 0,2 – 0,4
Kalium 1,1 – 1,16
Natrium 0,05 – 0,15
Kalsium 0,05 – 0,1
Magnesium 0,025 – 0,075
Sumber: Saryono et al., 1999a
2.1.2 Pembuatan Bioethanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan
rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer
konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan
8
"Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Fermentasi gula menjadi etanol
merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia.
Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu.
Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan
dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan - bahan kimia
yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada
parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat - obatan. Dalam kimia, etanol adalah
pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia
lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar
Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian
etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu
menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan
pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara
menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang (Sumardjino Damin, EGC 2009).
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang -
kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.Sifat - sifat fisika etanol utamanya
dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol.
Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga
membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya
dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut
dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena,
karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana,
piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti
pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti
trikloroetana dan tetrakloroetilena. Campuran etanol - air memiliki volume yang
lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran
etanal dan air dengan volume yang sama akan menghasilkan campuran yang
volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal. Pencampuran etanol dan air
9
bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K.
Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan kira -
kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan
sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351
K. Komposisi azeotropik ini sangat tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan
menghilang pada temperatur di bawah 303 K.
enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu
dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak
dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan.
Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja
enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang
menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang
meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor
enzim.
Dalam proses hidrolisis pati secara enzimatis, terdapat beberapa
enzim penghidrolisis pati yang bekerja spesifik yaitu ikatan glikosidik
yang diputus, pola pemutusan, aktivitasnya dan spesifitas substrat serta
produk yang dihasilkan. Tingginya keragaman jenis pati dan spesifiknya
kerja enzim penghidrolisis pati, maka produk yang dibentuk akan
mempunyai komposisi karbohidrat yang beragam
Modifikasi pada pati juga dapat dilakukan dengan hidrolisis enzim.
Modifikasi pati dengan metode enzimatis. Pada modifikasi pati dengan
metode enzimatis ini dapat dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu
likuifaksi, sakarifikasi dan isomerisasi. Langkah yang pertama adalah
likuefaksi 30-40% suspensi padatan untuk menghasilkan maltodekstrin
dengan menggunakan enzim α-amilase. Setelah likuifaksi dilakukan
sakarifikasi menggunakan enzim glukoamilase atau pullulanase untuk
menghasilkan sirup glukosa atau sirup maltosa. Hasil sakarifikasi
dilakukan isomerisasi dengan enzim glukosa isomerase untuk
menghasilkan sirup fruktosa. Hidrolisis dengan enzim dapat menghasilkan
beberapa produk hidrolisat pati dengan sifat-sifat tertentu yang didasarkan
pada nilai DE (ekuivalen dekstrosa). Nilai DE 100 adalah murni dekstrosa
sedangkan nilai DE 0 adalah pati alami. Hidrolisat dengan nilai DE 50
adalah maltosa, nilai DE di bawah 20 adalah maltodekstrin, sedangkan
hidrolisat dengan DE berkisar antara 20-100 adalah sirup glukosa.
Beberapa jenis enzim yang sering digunakan dalam menghidrolisis pati
15
2.2 Antiseptik
a. Golongan Fenol
Fenol, fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga
daya antiseptik dinyatakan dengan koefisien fenol. Obat ini bukan
antiseptik yang kuat. Dalam kadar 0,01%-1% fenol bersifat bakteriostatik.
Larutan 1,6% bersifat bakterisid yang dapat mengadakan koagulasi
protein. Ikatan fenol dengan protein mudah lepas, sehingga fenol dapat
mempenetrasi kedalam kulit utuh. Larutan 1,3% bersifat fungisid, berguna
untuk sterilisasi alat kedokteran. Intoksikasi fenol menyebabkan tremor
dan eksitasi.
Timol, obat ini mempunyai koefisien fenol 30, bersifat bakterisid,
antelmintik dan fungisid, terutama efektif untuk infeksi jamur
(aktimomikosis, blastomikosis, kokisdioidomikosis dan kandidiasi).
Sediaan timol terdapat dalam entuk tingtur (larutan dalam alkohol) 1% dan
selep 10%.
Resorsinol, Sifat obat ini mirip fenol, bersifat bakterisid dan fungisid. Di
klinik digunakan untuk mengobati infeksi jamur di kulit, eksim, psoriasis
dan dermatitis seboroik. Resorsinol bersifat keratolitik dan iritan ringan.
Heksaklorofen, ialah senyawa bisfenol yang mengandung klor.
Heksaklorofen kadar rendah dapat menggangu transport elektron kuman
dan menghambat enzim terikat pada membran. Konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pecahnya membran kuman.
Untuk dapat melindungi tubuh kita dari berbagai jenis kuman dan bakteri
seperti bakteri salmonella, kita dapat menggunakan antiseptic. Antiseptic ini hadir
dalam ragam yang berbeda seperti obat luka luar untuk melindungi luka yang ada
pada tubuh hingga hand sanitzer sebagi cara pencegahan. Ada berbagai jenis
antiseptic, berikut adalah beberapa jenis bahan dasar antiseptik yang biasa
digunkan di kalangan masyarakat :
a. Alkohol, bahan ini secara kima disebut sebagai Etil dan Isopropil alkohol
dengan kadar yang cukup beragam, mulai dari 60 – 70%. Jika kadarnya
melebihi batas tersebut akan membuat kulit menjadi kering dan rusak.
Bahan ini sangat cepat membunuh jamur dan bakteri. Bahan ini relatif
mudah dan murah untuk di dapat. Dapat bertahan melindungi kulit kita
dalam beberapa jam ke depan.
b. Khorheksidin Glukonat (CHG), bahan antiseptik ini merupakan antiseptik
yang sangat baik, formula yang dimilikinya sagat cocok dan aman bahkan
untuk anak dan bayi. Perlindungan yang diberikannya pun dapat bertahan
hingga 6 jam. Namun bahan ini memiliki harga yang cukup mahal.
c. Larutan yodium, iyodium tersedia dalam bentuk larutan, yodium yang
digunakan untuk antiseptik biasanya memiliki konsentrasi 3%. Bahan ini
dapat membunuh jamur dan bakteri yang dapat menggangu kesehtan
tubuh. Bahan ini memerlukan waktu selama babarapa menit untuk
mengeluarkan yodium bebas sebagai bahan pembunuh kuman. Bahan ini
sangat aman dan tiak mengiritasi kulit.
5. Kertas saring
6. NPK
7. Urea
8. Aluminium foil
9. Zeolit
3.2 Parameter penelitian
Parameter yang digunakan pada penelitian pembuatan bioetanol antiseptik
adalah sebagai berikut:
3.2.1. Parameter Tetap
1. Larutan pati umbi dahlia 20% (b/v)
2. Temperatur hidrolisis
Likuifikasi = 90°C
Sakarifikasi=60°C
3. Temperatur fermentasi 30°C
4. Waktu hidrolisis 2 jam
5. Waktu fermentasi 7 hari
6. H2SO4 0,5 N
3.2.2.Parameter Peubah
Massa adsorben (zeolit)
3.2.3.Parameter Luaran
1. Kadar alkohol
2. Aplikasi etanol antiseptik
Pemanasan
Pati umbi dahlia
T = 90°C H2SO4 0,5 N
20%(b/v)
t = 2 jam
Pendinginan
T = 60°C
Penyaringan Pati
Hidrolisat (glukosa)
Ragi
Fermentasi NPK
t = 7 hari Urea
T = 30°C
Ragi
Penyaringan NPK
Urea
Etanol dan Air
Distilasi
T = 80°C Air
t = 2 jam
Bioetanol
Analisa
konsentrasi
bioetanol