You are on page 1of 9

60

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini juga harus dipertimbangkan.

Data ini didapatkan melalui pengisian kuesioner yang dilakukan oleh subyek

penelitian yang kemungkinan dapat menimbulkan bias informasi dan mengisi tidak

sebagaimana mestinya karena tidak jujur dalam mengisi kuesioner. Sampel hanya

terbatas pada satu sekolah di Propinsi Jambi. Hal ini dapat membatasi generalisasi

hasil di daerah dan populasi yang lain, karena berbeda tempat maka berbeda

remaja pula.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan adalah analisis hubungan

Kegiatan Fisik dan Faktor Kebiasaan Makan dengan Premenstrual

Syndrome(PMS) pada remaja di SMP N 19 Jambi Tahun 2018 dengan hasil

sebagai berikut :
1. Gambaran Premenstrual Syndrome (PMS) Remaja SMP N 19 Kota Jambi

Tahun 2018.
Hasil penelitian tentang Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja

di SMP N 19 Jambi Tahun 2018 diketahui sebagian besar remaja mengalami

Premenstrual Syndrome (PMS) dan dari hasil tersebut dapat disimpulkan

sebagian besar responden memiliki kemungkinan besar gejal-gejala yang dapat

mengganggu aktivitas remaja.


Menurut Bramantyo (2014:17) Premenstrual Syndrome adalah sakit

saat menjelang haid dan merasa tidak nyaman, bahkan sering mengganggu
61

aktivitas sehari-hari, seperti mual, muntah, sakit pinggang, pusing dan

terkadang tidak bisa beraktivitas. Begitu pula pendapat menurut Elvira

(2010:5) PMS atau sindrome prementruasi adalah suatu kondisi yang terdiri

atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seseorang

perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan

mengalami gangguan dalam fungsi dan aktivitas sehari-hari, gejala-gejala

tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba.


Berdasarkan hasil penelitian tentang kejadian Premenstrual Syndorome

(PMS) di SMA N 2 Klaten terdapat 33 responden (66,6%) yang mengalami

Premenstrual Syndrome (PMS), hal ini dikarenakan adanya suatu tekanan atau

tuntutan yang dialami setiap orang tidak sama, dalam batas tertentu stres utuk

diri kita, stres membantu kita untuk tetap aktif dan waspada akan tetapi

kebanyakan remaja seringkali harus berhadapan dengan rasa stres pada waktu

yang bersamaan. tingkat stress yang tinggi yang dialami remaja secara terus

menerus setiap hari. Tekanan akademis dan kompetesi, tujuan karir dan

pendidikan yang lebih tinggi, tekanan dari teman sebaya dapat menyebabkan

stres remaja yang dapat memacu terjadinya Premenstrual Syndrome

(Sriwahyuni & Picolia, 2016: 7).


Hal ini menunjukkan bahwa psikis sangat berpengaruh, PMS dapat

dibangkitkan atau diperberat oleh kejadian psikis penderita. Keadaan psikis

dapat berupa kecemasan atau stres. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa stres

berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di

hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen dan

progesteron yang menyebabkan PMS.


62

Kejadian PMS sering kali terjadi pada wanita usai produktif, Dampak

dari sindrom premenstruasi bagi remaja putri yang bersekolah dapat menganggu

kualitas kesehatan, konsentrasi, prestasi dan keaktifan kegiatan belajar di sekolah. Hal

ini dikarenakan bila merasakan 5 gejala sindrom premenstruasi yang dirasakan sangat

berat dapat merujuk kepada premenstrual dhysphoricdisorder (PMDD).


2. Gambaran Berdasarkan Kegiatan Fisik Di SMP N 19 Jambi Tahun 2018
Menurut hasil penelitian yang didapat yaitu sebagian besar responden

tidak melakukan kegiatan fisik, mereka lebih dominan bermain games atau pun

bersantai-santai di rumah, hal ini berdampak pada kesehatan remaja, dan

aktivitas sosial remaja, begitu pula menurut Jurnal Dunia Keperawatan Vol 4,

no 2,2016 pada penelitian di SMA Darul hijrah Puteri 2016, responden yang

melakukan aktivitas fisik sebanyak 25 siswi (39,1%) dimana 6 (6,5%) siswi

yang mengalami premestrual syndrome dan 19 siswi (33,1 %) yang tidak

mengalami premenstrual syndrome. Responden yang tidak melakukan aktivitas

fisik terdapat sebanyak 39 siswi (60,9%) dimana 26 siswi yang mengalami

premestrual syndrome dan 13 siswi yang tidak mengalami premenstrual

syndrome, banyaknya angka kejadian tersebut menunjukan bahwa masih

sedikit remaja yang melakukan aktivitas fisik.


Selama ini remaja hanya mengenal aktifitas fisik dalam bentuk

olahraga, akan tetapi beberapa jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan oleh

remaja, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki ketertarikan terhadap satu

jenis olahraga tertentu adalah bertanam, berkebun, dan membersihkan

perkarangan juga merupakan bagian dari aktifitas fisik.Begitu pula menurut

Nadiati,dkk (2016) penelitian aktifitas fisik di SMA N 8 Yogyakarta tahun

2016 Aktivitas fisik berat yang dilakukan siswi dilihat dari jenis aktivitas fisik yang
63

dilakukan antara lain :mengangkat ember berisi air, latihan basket, lari, skiping, bulu

tangkis, joging, mendaki gunung, renang, loncat tali, panjat tebing, dan lain-lain.

Aktivitas fisik sedang yang dilakukan siswi antara lain : mencuci, mengepel,

menyapu, membereskan kamar tidur, memasak, menari, senam, yoga, bersepda santai,

mengangkatbeban ringan, hulahop dan lain-lain. Aktivitas fisik ringan yang dilakukan

oleh siswi antara lain berjalan dilingkungan sekolah, jalan-jalan ke mall, jalan di

rumah, duduk selama berjam-jam disekolah, bersantai sambil menonton TV, bermain

videogame, membaca buku, melukisdan lain-lain. Aktivitas fisik yang dilakukan

berfariasi mulai dari jenis, durasi dan frekuensi.


Menurut World Food Programme (2017) remaja berusia 13 tahun sampai 15

tahun lebih menyukai olahraga non-kelompok seperti berenang, bulu tangkis, lari

sementara usia 16 tahun sampai 18 tahun lebih menyukai olahraga seperti basket, bola

kaki, dll olahraga pun dianggap sebagai kesempatan untuk bergaul dengan teman-

teman sebayanya.
Menurut Wolrd Food Programme (2017) menyimpulkan bahwa alasan utama

remaja putri tidak melakukan aktifitas fisik yaitu mereka menganggap aktifitas non

fisik lebih menarik seperti membaca, tidur, bermain gaget. Remaja beranggapan

bahwa olahraga dapat menyebabkan keram otot. Remaja beranggapan olahraga hanya

untuk membantu menurukan berat badan. oleh karena itu jika mereka merasa sudah

langsing mereka tidak akan berolahraga. Remaja lebih menghindari aktifitas yang

menimbulkan keringat agar badan mereka tidak bau.


Aktivitas fisik secara teratur tidak hanya meningkatkan sirkulasi darah,

tetapi juga membakar residu bahan kimia dalam tubuh untuk menghasilkan

hormon endorfin. Hormon endorfin adalah obat alami yang berfungsi untuk

mengurangi rasa nyeri. Sangat bermanfaat untuk remaja yang sedang PMS.
64

3. Gambaran faktor kebiasaan makan pada remaja putri di SMP N 19 Kota Jambi

Tahun 2018
Berdasarakan hasil penelitian dapat sebagian remaja putri di SMP N 19

Kota Jambi Tahun 2018 mempunyai kebiasaan makan yang buruk, mereka

lebih memilih makanan cepat saji dan tidak gizi seimbang, mungkin banyak

faktor penyebab remaja suka mengkonsumsi makanan cepat saji, yaitu

diantaranya faktor keluarga, yang mempengaruhi kebiasaan makan jika

keluarga tiap hari keluar rumah, misalnya ayah dan ibu pergi berkerja, anak-

anak pergi kuliah dan sekolah maka terkadang mereka pola makannya tidak

akan sama, bahkan untuk pekerja sering kali kita jumpai lebih dominan

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat di karenakan waktu untuk

memasakan makanan yang sehat tidak ada. Faktor Masyarakat yaitu mengikuti

kebiasaan makan masyarakat hal ini kerap terjadi di suatu perkotaan atau

perdesaan misalnya masyarakat lagi hobi memakan Kentucky makan secara

otomatis remaja pun dapat mengkonsumsi makanan yang sama, dan faktor

pribadi, begitu kuatnya faktor dari dalam diri sendiri sehingga berpengaruh

sekalu terhadap kebiasaan makan.


Menurut hasil Survey World Food Programme (2017) banyak remaja

yang ketika dirumah, makanan utama umumnya dikonsumsi sendiri, tidak

bersama keluarga di meja makan. Seringkali para remaja memilih untuk

menjadikan bakso dan makanan junkfood lainnya sebagai makanan favorit.

Ketika disekolah, makan siang umumnya dibuat dengan bahan-bahan berkalori

dan dengan kadar lemak tinggi serta jarang dibarengi dengan konsumsi buah-
65

buahan atau sayuran. Hal ini umumnya ditemukan pada makanan yang dibeli

disekolah.
Menurut Wolrd Food Programme (2017) Memakan camilan merupakan

bagian dari kebiasaan makan remaja. Remaja di Indonesia memakan camilan

ketika dalam perjalanan menuju/dari sekolah, pada siang hari, sebelum dan

setelah beraktifitas atau bahkan larut malam. Kebanyakan remaja

mengkonsumsi camilan yang digoreng atau diolah.


4. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di SMP N 19

Kota Jambi Tahun 2018


Berdasarkan Hasil penelitian di SMP N 19 Kota Jambi, dari seluruh

responden sebagian besar tidak melakukan aktifitas fisik dan mayoritas remaja

mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) sehingga dapat disimpulkan remaja

yang aktivitas fisiknya rendah berisiko mengalami sindrom premenstruasi

dibandingkan remaja yang aktivitas fisiknya tinggi. Oleh karena kegiatan fisik

yang kurang, hal ini menyebabkan terjadinya sindrom premenstruasi karena

berdasarkan teori dijelaskan bahwa apabila kegiatan fisik rendah dapat

meningkatkan keparahan dari sindrom premenstruasi seperti rasa tegang, emosi

dan depresi. Aktifitas fisik berat seperti olahraga, lari dan lain-lain yang teratur

dan berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan

endorphin. Latihan atau aktivitas fisik memicu produksi endorfin, opiat alami

yang menigkatkan toleransi wanita terhadap perubahan sindrom premenstruasi

sehingga mengurangi pengaruh sindrom premenstruasi dalam kehidupannya.


Menurut Penelitian Indah (2015) di SMA 112 Jakarta Tahun 2015,

Faktor yang mempengaruhi gejala PMS, kerena adanyan aktivitas fisi akan

meningkatkan produksi endorfin, menurunkan kadar estrogen dan hormon


66

steroid lainnya. mempelancar transport oksigen diotot, menurunkan kadar

kortisol, dan meingkatkan perilaku psikologi, melakukan aktivitas fisik

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kadar serotin diotak. Serotin

ini snagat erat kaitannya dengan depresi dan perubahan mood yang berujung

pada masalah kesehatan.


Sebagian besar wanita, aktivitas fisik teratur mampu mengurangi gejala

sindrom premenstruasi yaitu mengurangi kelelahan, stress dan meningkatkan

kesehatan tubuh. Aktivitas fisik yangteratur meningkatkan rangsangan simpatis, yaitu

suatu kondisi yang menurunkan detak jantung dan mengurangi sensasi cemas.

Aktivitas fisik teratur juga dapat mengurangi stres, meningkatkan pola tidur yang

teratur, dan meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh),

dimana hal ini dapat meningkatkan kadar serotonin. Serotonin merupakan

neurotransmiter yang diproduksi di otak yang berperan penting dalam pengaturan

mood, kecemasan, gairah seksual, dan perubahan suasana hati. Rasa nyeri karena

retensi cairan dan rasa tidak enak pada payudara juga berkurang karena pengaruh

olahraga terhadap neurotransmiter sentral misalnya β-endorphin dan atau

berkurangnya prostaglandin. Selain itu beta endorphin dapat merelaksasikan otot-otot

dalam tubuh terutama otot sekitar bagian perut yang dapat menyebabkan aliran darah

menjadi lancar sehingga nyeri dapat berkurang. Perlu diketahui bahwa masih terdapat

siswi yang melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat namun masih mengalami

sindrom premenstruasi. Dan terdapat siswi yang aktivitas fisik dalam kategori ringan

namun tidak mengalami sindrom premenstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

fisik kategori sedang hingga berat bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi

sindrom premenstruasi, akan tetapi terdapat beberapa faktor lain seperti faktor

kimiawi, hormonal, genetik, psikologis, pola tidur, asupan zat mikro dan status gizi.
67

5. Hubungan Faktor Kebiasaan makan dengan premenstrual Syndrome (PMS) di

SMP N 19 Kota Jambi Tahun 2018


Berdasarkan hasil penelitan di SMP N 19 Kota Jambi terdapat sebagian

besar remaja mempunyai kebiasaan makan buruk, mereka lebih cendrung

makan makanan cepat saji dan berdasarkan hasil uji chi-square ada hubungan

antara faktor kebiasaan makan dengan PMS, hal ini di dukung oleh penelitian

Arisma (2017:34) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah cara seseorang

dalam memilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh

psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Harper dkk menambahkan kebiasaan

makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola

makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi

terhadap makanan dan cara memilih makanan.


Menjelang atau saat mentruasi, banyak remaja yang yang mengalami

nafsu makan bertambah, dan ada juga sebagian anda yang tidak ada nafsu makan,

pola makan anda pada saat PMS tidak teratur ada yang sehari sekali, ada yang 2

kali sehari bahkan ada anda pada saat mengalami PMS hanya mengkonsumsi

buah-buahan saja. Dan ada lagi sebagian ibu mengatakan selalu ingin makan

makanan yang pedas, atau asam untuk mengurangi rasa sakitnya, menurut asumsi

peneliti.
Menurut Jurnal Teknologi dan kejuruan, Vol 32, No 2, September 2009

Frekuensi lauk nabati lebih banyak dikonsumsi dibandingkan dengan lauk

hewani oleh subjek penelitian, baik pada kelompok yang tidak mengalami

sindrom pramenstruasi maupun yang mengalami sindrom pramenstruasi.

Konsumsi lauk pauk hewani sangat rendah baik padakelompok tidak

mengalami sindrom pramenstruasi maupun yang mengalami sindrom


68

pramenstruasi. Hanya 31,70% subjek penelitian yang mengkonsumsi lauk

hewani lebih dari 5 kali per minggu pada kelompok yang tidak mengalami

sindrom pramenstruasi, sedangkan padakelompok yang mengalami sindrom

pramenstruasi sebesar 26,47%. Terhadap konsumsi sayur-mayur hanya sebesar

44,12% subjek penelitian yang mengkonsumsisayur hampir tiap hari pada

kelompok yang yang mengalami sindrom pramenstruasi, sedangkan kelompok

yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebesar 68,29%. Buah-buahan

hanya sebesar 41,18% subjek penelitian yang mengkonsumsi buah buahan

lebih dari 5hari per minggu untuk kelompok yang mengalami sindrom

pramenstruai dan sebesar 90,24% pada kelompok yang tidak mengalami

sindrom pramenstruasi. Makanan yang hampir tiap hari dikonsumsi baik pada

kelompok yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi maupun pada

kelompok yang mengalami sindrom pramenstruasi adalah mie instant. Pada

kelompok yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebesar 92,68%,

sedangkan pada kelompok yang mengalami sindrom pramenstruasi adalah

sebesar 94,12%. Pada umumnya, mie instant dikonsumsi pada pagi hari, baik

sebagai makanan pokok maupun sebagai teman makan nasi atau lauk.

You might also like