You are on page 1of 18

LAPORAN STUDI KASUS

PADA PENERIMA MANFAAT An. A


DENGAN GASTRITIS
DI PSMP ANTASENA KABUPATEN MAGELANG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Lapangan Mata kuliah Kelompok

Khusus

DISUSUN OLEH :

ANNISAUL CHUSNIA

P1337420715039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2018
BAB I

LANDASAN TEORI

A. DEFENISI

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung ( Kapita Selecta


Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Ilmu
Bedah ,Edisi Revisi hal 749)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. ( Imu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999,
hal : 492)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan
mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).

Jadi gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung


yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis
hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
2. Gastritis kronis
a. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis
adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan
suddart)
Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1. Gambaran hispatology
• Gastritis kronik superficial
• Gastritis kronik atropik
• Atrofi lambung
• Metaplasia intestinal
• Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-
kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
• Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)Sering dihubungkan
dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa
karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan
absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang
menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
• Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai
dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori
• Gastritis tipe AB Anatominya menyebar keseluruh gaster dan
penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia

B. ETIOLOGI

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai


berikut :
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan
digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin
dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh
gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan
sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis
ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum
alkohol, dan merokok.
c. Diet yang sombrono
Makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan
makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme.
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang
peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga
akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi
tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
d. Stress berat (sekunder) akibat kebakaran
Kecelakaan maupun pembedahan sering pula menyebabkan tukak
lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh
jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung.
Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal
dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud
komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya
C. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di
dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan
yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi
untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus
itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna.
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa
gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan
pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi
HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon
mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi
pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel
chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi
ulser.
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan
peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan. (Price, Sylvia dan
Wilson, Lorraine, 1999 : 162)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada
kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan
tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi,
pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
2. Gastritis kronis
a. Bervariasi dan tidak jelas
b. Perasaan penuh, anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Cepat kenyang

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan gastritis meliputi (Soeparman, 1999, hal : 96) :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
1. Gastritis akut
a. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung giz
dianjurkan.
c. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
d. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi
saluran gastromfestinal
e. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
f. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren
atau perforasi.
h. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
2. Gastritis kronis
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi lebih sering.
b. Mengurangi stress
c. H.Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin)
dan gram bismuth (pepto-bismol).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan
ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau
terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.
2. Histopatologi.
3. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak
begitu memberikan hasil yang memuaskan.
4. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus
jaringan / cedera.
5. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan
diganosa penyebab / sisi lesi.
6. Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus duodenal.
Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan
asiditas menunjukkan sindrom Zollinger- Ellison
7. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera
dan kemungkinan isi perdarahan.
8. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir
dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang
terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus
3. Perdarahan saluran cerna bagian atas dan Ulkus peptikum, perforasi dan
anemia karena gangguan absorbsi vitamin.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi

I. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
Tujuan : Rasa Nyeri klien berkurang dengan tidak ada peradangan atau
iritasi pada mukosa lambung.
Intervensi :
• Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 –
10)
• Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
• Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
• Berikan perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan (pijatan
punggung, perubahan posisi)
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy, Berikan obat
sesuai indikasi, misal : Antasida
• Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)

Rasional :
• nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya, dimana dapat membantu
mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi
• membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi
• makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran
gastrin
• Napas bau karena tertahanya sekret mulut menimbulkan tak nadsu
makan dan dapat meningkatkan mual. Gingivitis dan masalah gigi
dapat meningkat
• menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan
menetralisir kimia
• diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster,
menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster, dan
menghilangkan nyeri nokturnal sehubungan
2. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
Tujuan : Pola Makan teratur dengan cukup memenuhi kebutuhan nutrisi
Intervensi :
• Timbang berat badan sesuai indikasi
• Auskultasi bising usus
• Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering
dan teratur
• Tentukan makanan yang Tidak membentuk gas
• Berikan perawatan oral teratur, sering dan teratur termasuk minyak
untuk bibir
Rasional :
• mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi
• membantu dalam menentukan respon untuk makan atau
berkembangnya komplikasi
• meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat
makan
• dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi
masukan nutrisi
• Mencegah ketidak nyamanan karena mulut kering dan bbibir pecajh
yang disebabkan oleh pembatasan cairan

3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas


Tujuan : Bab lancar dan klien bisa beraktivitas
Intervensi :
• ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali
• anjurkan pada klien untuk minum banyak (10-12 gelas)
• anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat (pepaya)
• kolaborasi pemberian obat laksatif
Rasional :
• Banyak aktivitas bisa merangsang gerakan peristaltik
• Banyak minum untuk mencairkan feses
• Serat sangat berfungsi untuk melancarkan proses defekasi karena
serat bisa melunakan konsistensi feses
• untuk melancarkan proses defekasi
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi
Tujuan : klien mengetahui masalah yang dialami
Intervensi :
• Kaji tingkat pengetahuan tentang penyakitnya
• Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya,
• motivasi klien untuk melakukan anjuran dalam pendidikan
kesehatan,
• beri kesempatan untuk klien bertanya tentang penyakitnya
Rasional :
• Untuk mengetahui sam[ai man pengetahuan klien sehingga
memudahkan untuk memeberikan penyuluhan
• Untuk menambah informasi
• Untuk menambah semangat dan harapanya klien mau melakukan
hal positif untuk kesehatan
• Untuk menambah pengetahuan klien
BAB II TINJAUAN KASUS

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : Tanggal 9 April 2018
1. Identitas Pasien
a. Nama : An. A
b. Umur : 17 tahun
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Jenis Kelamin : Laki – laki
f. Pendidikan : SMK
g. Alamat : Lamongan

B. Alasan Masuk
PM datang pertama kali pada bulan Agustus tahun lalu. PM dibawa
oleh keluarga dan polisi ke PSMS Antasena ini dengan alasan bahwa An. A
telah melakukan keroyokan hingga korban meninggal di pondok pesantren
tempat klien sekolah.

C. Riwayat Sekarang
Saat ini An. A secara perilaku dan sikap sudah baik karena An. A
sudah tinggal di PSMP Antasena selama 8 bulan dan sudah menerima
beberapa bimbingan sehingga An. A kini sudah tidak ikut-ikutan keroyokan
serta sudah berkelakuan lebih baik. Namun An. A kini mengeluhkan sering
sakit perut (gastritis) karena klien malas makan diri serta An. A mengatakan
bahwa dirinya pernah mengalami thypoid kelas 3 SMP tahun 2016 . An. A
mengatakan saat typoid klien juga mempunyai magh, waktu klien sakit klien
mengatakan sudah diperiksakan ke dokter keluarga dan mendapat rawat jalan
dan obat. Namun, An. A mengatakan kurang mengetahui mengenai Magh /
Gastritis.
D. Riwayat Dahulu
Sebelum masuk ke PSMS Antasena, klien mengatakan masih
bersekolah di salah satu SMK di Lamongan karena setelah kejadian
pengeroyokan ini klien disuruh orang tua untuk pindah sekolah di salah 1
SMA Negeri di Tuban. Klien mengatakan merokok mulai dari SMP dan
semenjak masuk di pondok, klien menindik salah satu telinganya dan
lidahnya dengan jarum, klien mengatakan belum pernah berkelahi
sebelumnya dan minum minuman keras. An. A tinggal bersama kedua orang
tuanya. Klien mengatakan orang tua klien belum pernah memarahi atau
memukul klien. Klien tidak mudah menceritakan masalahnya kepada orang
lain, dan lebih memilih bermain gitar ketika ada masalah.

E. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan orang tua klien tidak pernah memarahi & memukul
klien, jika klien minta sesuatu akan dituruti dengan syarat klien menurut
dengan orang tua. Ayah klien perokok aktif sudah berhenti 3 bulan lalu, ayah
klien juga mempunyai magh dan pernah sakit typoid.

F. Faktor Predisposis
1. Klien terpengaruh teman sebanyanya

G. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
TD : 110 / 70 mmHg
S : 36,30C
N : 70x / menit
RR : 20x / menit
2. Ukur
TB : 168 cm
BB : 50 kg
3. Keadaan Umum
a. Kepala : Rambut tersisir rapi, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, hidung simetris, pada mulut tidak ada stomatitis, gigi cukup
bersih, Telinga bersih tidak ada serumen.
b. Leher : Tidak terdapat pembesran kelenjar tiroid
c. Kulit : Kulit tidak ada lesi serta tidak ada tato.
d. Ekstremitas : Kekuatan Ekstremitas kanan dan kiri atas dan bawah
baik.
4. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
An. A menyukai seluruh bagian dari tubuhnya,
penampilannya cukup rapi
b. Identitas Diri
An. A seorang anak berusia 17 tahun , klien adalah seseorang
yang pendiam dan cukup menutup diri.
c. Peran Diri
An. A mengatakan dirinya bersekolah dan kadang membolos
ketika malas di pondok.
d. Ideal Diri
An. A mengatakan ingin menjadi lebih baik lagi dan An. A
ingin sekali cepat pulang.
e. Harga Diri
An. A merasa dirinya tetap berguna namun klien cukup
mempunyai semangat untuk berubah dan merubah diri menjadi lebih
baik untuk dirinya, keluarga.
5. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
An. A memiliki seorang yang sangat berarti yaitu orang tua nya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Sebelumnya An. A cukup aktif dalam kegiatan masyarakat,
seperti organisasi pemuda pemudi desa/ karang taruna dan juga klien
aktif mengikti touring motor sebelum di PSMP Antasena.
c. Hambatan dalam hubungan
An. A mengatakan tidak memiliki hambatan karena teman
temanya biasa saja dengan klien, tidak megucilkan maupun
membuli.

H. Status Mental
1. Penampilan :
Cukup rapi, An. A mandi rutin 2 x sehari, mandi selalu
menggunakan sabun, klien mengeringkan tubuhnya setelah mandi.
Baju klien tampak cukup rapi.
2. Pembicaraan :
Saat menjawab pertanyaan An. A menjawab dengan pelan
ketika ditanyai mengenai masalah pribadi. Namun nada normal saat
berbincang biasa.
3. Aktifitas Motorik :
An. A bergabung kepada teman temanya untuk menonton tv
atau bermain gitar, ikut serta dalam setiap aktifitas atau jadwal di PSMS
Antasena. ADL dapat dilakukan secara mandiri .
4. Alam Perasaan
An. A mengatakan cukup nyaman berada di lingkungan PSMP
Antasena karena disana klien mendapatkan banyak pelajaran yang
berharga serta dapat mengenal banyak teman.
5. Afek
Afek stabil, terlihat saat An. A cukup nyaman untuk diajak
berbicara, bercerita tentang dirinya serta mau menjawab pertanyaan
dari penanya, serta kadang beralih ke topic yang lainya.
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata agak kurang focus. An. A terlihat menatap kelain
sisi saat diajak berbicara
7. Proses Pikir
Saat An. A ditanya dia langsung menjawabnya.
8. Isi pikIr
Saat dikaji An. A tidak mengalami halusinasi
9. Tingkat Kesadaran
Composmentis, saat ditanya tentang hari dan jam An. A dapat
menjawab
10. Memori
Jangka pendek klien masih ingat kapan dirinya masuk ke PSMP,
serta menceritakan hal –hal yang pernah dialminya selama di PSMP
Antasena.
11. Kemampuan Penilaian
Klien dapat mengambil keputusan sendiri, namun terkadang
belum tepat
12. Daya tilik diri
Cukup baik, klien merasa kalau dirinya berguna untuk
lingkungan selagi dirinya berkelakuan atau melakukan hal-hal yang
positif.

I. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Baik / terpenuhi. Dalam sehari makan 3 kali sehari dan kadang tidaK
habis 1 porsi. Klien mengatakan kurang nafsu makan.
2. BAB/BAK
Baik dan teratur, mandiri, BAB biasanya 2 kali sehari.
3. Mandi
An. A cukup mempunyai kesadaran untuk menjaga dirinya agar
tetap fresh dengan mandi 2 x sehari
4. Berpakaian / berhias seringkali diejek atau dibuli.
Penampilan cukup rapi.
5. Istirahat Tidur
Istirahat tidur An. A secara umum tidak ada gangguan.
6. Penggonan Obat
An. A tidak mengkonsumsi obat obatan medis maupun obat
terlarang lainya. Namun klien dapat obat dari poliklinik ketika sakit
perutnya kambuh.
7. Pemeliharaan Kesehatan
An. A kurang memperhatikan pola makannya, karena tidak nafsu
makan, malas makan, dan lebih suka jajan.
8. Aktivitas dalam rumah
Jika di dalam asrama aktifitas An. A yaitu menonton televise,
bermain gitar, bercanda gurau dengan teman lainya, dan membersihkan
asrama ketika waktunya
9. Aktifitas luar rumah
An. A dapat berinteraksi dengan lingkungan diluar asrama , ikut
serta dalam setiap kegiatan PSMP Antasena.
J. Mekanisme Koping
1. An. A mampu berkomunikasi dengan orang lain yang dekat dengan dia
2. An. A lebih suka diam atau bermain gitar untuk mengungkapakan perasaan
lewat lagu ketika sedang galau
3. An. A mampu mengatasi masalah ringan seperti perawatran diri

K. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan
An. A beragama Islam. Selama di PSMP Antasena An. A
mengatakan selalu mengikuti sholat berjamaah di masjid, dan yakin
dengan Allah ingin menjadi lebih baik lagi kalau lulus nanti, kien juga
sudah melaksanakan kafaroh untuk menebus dosa
2. Kegiatan Ibadah
An. A rutin mengikuti sholat berjamaah di masjid bersama
dengan teman teman yang lainya mengikuti mentoring.

L. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem

1. Data Subjektif : Kurang informasi Defisiensi


1. An. A mengatakan memngenai pengetahuan
seringkali malas untuk gastritis
makan
2. An. A mengatakan tidak
nafsu makan.
3. An. A mengatakan
mempunyai sakit magh
4. An. A mengatakan
beum mengerti tentang
magh/gastritis.

Data Objektif
1. Penampilan cukup rapi
2. Kuku panjang
3. Klien kooperatif saat
diajak berbincang
bincang
4. Baju dan penampilan
cukup bersih
5. Klien lebih banyak
diam

M. Diagnosa Keperwatan
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Defisiensi pengethauan 9 April 2018
berhubungan kurang
informasi mengenai
gastritis
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I, FKUI, Jakarta.

Hadi, Soejono, 1999, Gastroenterologi, penerbit Alumni, Bandung.

Reevest, Charlene. J., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 1, Salemba


Medika, Jakarta.

Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.

Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, edisi I, Salemba Medika, Jakarta.

Doengoes, Marylin E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall., 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

You might also like