Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga
timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Seseorang yang kebutuhan
hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih
merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam
menghasilkan hari–hari sehat dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan
merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasilkan
pemerintah, sumbangan maupun dari klien. Namun demikian seringkali kita tidak mengetahui
besaran biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan tersebut, juga berapa besar tarif
memperhitungkan besarnya biaya satuan (unit cost) setiap pusat pendapatan akan
Kegiatan analisis biaya mencakup analisis jumlah, sumber dan komponen biaya. Analisis
biaya ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai biaya total, sumber
pembiayaan, komponen biaya serta biaya satuan. Untuk melakukan penetapan tarif rasional
diperlukan pemahaman mengenai konsep dan jenis biaya, pengertian analisis biaya, manfaat
analisis biaya, manfaat analisis biaya, metode dan cara perhitungan dalam melakukan
analisis biaya, cost Recovery Rate, Abillity to pay, konsep demand dan elastisitas, serta
konsep pentarifan. Untuk mendapatkan suatu ukuran kemampuan membayar dan kemauan
membayar suatu keluarga atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dapat ditelusuri
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang
dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk pemenuhan terhadap kebutuhan
sehari-hari dari pendapatan rutin. Secara garis besar ATP dapat dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu ATP Non food expenditure, ATP non esensial expenditure, dan ATP esensial expenditure.
Dalam konsep ATP, besar kemapuan membayar untuk pelayanan kesehatan adalah jumlah
pengeluaran untuk barang non esensial tersebut. Asumsinya adalah kalau seseorang mampu
mengeluarkan belanja untuk barang – barang non esensial maka tentu ia juga mampu
mengeluarkan biaya untuk pelayanan kesehatan yang sifatnya essensial (Adisasmita, 2008).
semakin canggih, perlengkapan alat bantu, transplantasi organ dan teknologi perawatan
2. Pendapatan konsumen
Disamping biaya dokter umumnya dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi pasien, responden
yang berpendapatan tinggi cenderung lebih sering dan lebih ekstensif dalam pelayanan
kesehatan, responden yang berpendapatan tinggi juga lebih sering memeriksa dan
pula dengan biaya pelayanan kesehatan, mereka menuntut lebih banyak pelayanan lanjutan
sehingga biaya kesehatan lebih tinggi faktor yang mempengaruhinya antara lain,
pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan dari kelompok responden yang memiliki
Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin banyak pula kebutuhan untuk
memenuhi kesehatannya dan secara otomatis akan semakin banyak alokasi dana dari
(Faiz, 2006)
a. ATP 1 adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan 5 % dari pengeluaran
pangan non esensial dan non makanan. Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran untuk
non makanan dapat diarahkan untuk keperluan lain, termasuk untuk kesehatan.
b. ATP 2 adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah pengeluaran
untuk konsumsi alkohol, tembakau, sirih, pesta/upacara. Batasan ini didasarkan kepada
pengeluaran yang sebenarnya dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk
kesehatan.
(Adisasmita, 2008)
keluarga untuk kesehatan. Data pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan didalam data
1. Harga barang
2. Pendapatan
kemauan membayar tarif pelayanan kesehatan pun semakin besar. Hal ini disebabkan karena
alokasi biaya kesehatan lebih besar sehingga akan memberikan kemampuan dan kemauan
yang lebih besar pula untuk membayar tarif pelayanan kesehatan tersebut.
3. Selera
Kondisi hubungan antara tarif resmi pelayanan kesehatan yang berlaku dengan menyertakan
Apabila terjadi kondisi ini maka kemampuan masyarakat sangat baik, karena tarif yang
diberlakukan ternyata lebih kecil dari daya beli masyarakat. Pada kondisi ini masyarakat
mampu membeli jasa dan barang yang ditawarkan tanpa memikirkan untuk mencari
alternatif lain.
Pada kondisi ini pemakai jasa berkemampuan hampir sama dengan tarif yang diberlakukan,
tidak semua masyarakat mampu membeli jasa dana barang tersebut, ada kemungkinan
tarif yang diberlakukan ternyata lebih besar dari daya beli masyarakat, maka sebagian besar
masyarakat tidak mampu membeli barang atau jasa yang ditawarkan (Hadi, 2008).
Dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya WTP dan
ATP, kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif yang terdapat pada gambar di
bawah ini :
Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan
membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi
tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini
Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi diatas, dimana keinginan pengguna untuk
membayar jasa tersebut lebih besar dari pada kemampuan membayarnya. Hal ini
memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah
tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk
membayar jasa tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna
Kondisi ini menunjukan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar jasa yang
dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan utilitas pengguna
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut (Depkes, 2000).
Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama dalam sistem
1. Pengguna (User)
3. Pemerintah (Regulator)
Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan
subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut:
1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan,
sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran. Intervensi/campur
tangan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi,
dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya
2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan kesehatan, sehingga bila nilai WTP masih
berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan peningkatan nilai tarif dengan
3. Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat keleluasaan