Professional Documents
Culture Documents
CVA Dan CK
CVA Dan CK
(Supinah, 2017)
g. Penatalaksanaan
1) Fase akut
Fase akut stroke berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang koma pada saat masuk
dipertimbangkan memiliki prognosis buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh
mempunyai prognosis yang lebih dapat diharpkan. Prioritas dalam fase akut ini
adalah mempertahankan jala nafas dan ventilasi yang baik.
2) Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi stroke adalah fase pemulihan pada kondisi sebelum stroke.
Program pada fase ini bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fungsional
pasien stroke, sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari
adekuat.
(Smeltzer dan Bare, 2012)
2. Cedera Kepala
a. Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak
(Takelide, 2017).
b. Etiologi
Penyebab paling umum yang memicu terjadinya cedera kepala adalah kecelakaan
kendaraan bermotor. Penyebab lain dari cedera otak karena trauma adalah jatuh dari
ketinggian, serangan fisik, kecelakaan di rumah, kantor atau cedera saat
berolahraga, cedera karena tembakan dan ledakan (Christianingsih, Wihastuti and
Fathoni, 2017).
c. Patofisiologi
Benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan :
1) Kepala diam terbentur oleh benda bergerak
Kekuatan benda yang bergerak akan menyebabkan deformitas akibat
percepatan, perlambatan dan rotasi yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba
terhdap kepala dan jaringan otak. Trauma tersebut bisa menimbulkan kompresi
dan regangan yang bisa menimbulkan robekan jaringan dan pergeseran
sebagian jaringan terhadap jaringan otak yang lain.
2) Kepala bergerak membentur benda diam
Kepala yang sedang bergerak kemudian membentur suatu benda yang keras,
maka akan terjadi perlambatan yang tiba-tiba, sehingga mengakibatkan
kerusakan jaringan di tempat benturan dan pada sisi yang berlawanan. Pada
tempat benturan terdapat tekanan yang paling tinggi, sedang pada tempat yang
berlawanan terdapat tekanan negatif paling rendah sehingga terjadi rongga dan
akibatnya dapat terjadi robekan.
3) Kepala yang tidak dapat bergerak karena menyender pada benda lain dibentur
oleh benda yang bergerak (kepala tergencet)
Pada kepala yang tergencet pada awalnya dapat terjadi retak atau hancurnya
tulang tengkorak. Bila gencetannya hebat tentu saja dapat mengakibatkan
hancurnya otak.
(Aritonang, 2007)
d. Klasifikasi
Cedera kepala di klasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis cedera kepala
diklasifikan berdasarkan :
1) Mekanisme cedera kepala
a) Cedera kepala tumpul
Cedera kepala tumpul, dapat terjadi :
- Kecepatan tinggi berhubungan dengan kecelakaan mobil-motor
- Kecepatan rendah, biasanya disebabkan jatuh dari ketinggian atau
dipukuli dengan benda tumpul
b) Cedera kepala tembus
Disebabkan oleh :
- Cedera peluru
- Cedera tusukan
(Aritonang, 2007)
e. Penatalaksanaan
Pengelolaan cedera kepala yang baik harus dimulai dari tempat kejadian, selama
transportasi, di instalasi gawat darurat, hingga dilakukannya terapi definitif. Tujuan
utama pengelolaan cedera kepala adalah mengoptimalkan pemulihan dari cedera
kepala primer dan mencegah cedera kepala sekunder(Takelide, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, S. (2007) ‘Correlation Between Blood Glucose Level With Outcome of Moderate
and Severe Closed Head Injury With Brain CT Scan Normally’, Neurological research, 2(105),
pp. 1–15.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal :
45-47
Riyadina, W. and Rahajeng, E. (2013) ‘Determinan Penyakit Stroke’, Kesmas: National Public
Health Journal, 7(7), p. 324. doi: 10.21109/kesmas.v7i7.31.
Takelide, F. (2017) ‘Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat RSUP dr. R. D. Kondou Manado’,
Jurnal Keperawatan, 5.