Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang
kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi
yang dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan
mengatakan kasus abortus spontan antara 15-20 % dari semua kehamilan. Jika
menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari
22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Jika usia kehamilan lebih dari
20 minggu atau berat janin 500 gram maka disebut persalinan premature ( partus
prematurus ).
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu
abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan
tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
B. Etiologi
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 3Data ini berdasarkan
pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik
yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis
atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus spontan
diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang
sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain
seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan genetik seperti
elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat abortus.3 Kelainan
hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi
uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus
adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus
bicornis atau uterus unicornis (10-30%). Mioma uteri juga bisa mengakibatkan
abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas
arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh.
Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma,
mengakibatkan abortus.
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan. Pada kelainan ini, dilatasi
serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu. 1 Wanita
dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm
atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. 1 Apabila dilatasi mencapai 4
cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda
yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun, setelah
14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi segmen uterus
bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan pemendekan abnormal
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi sistem
pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral
secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutamanya
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin.
IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas endometrium
luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan progesteron
kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada saat
ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan ini.3
implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada
jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada
mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah large
granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam
Perannya adalah pada trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan sel NK untuk
membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA.3 Trofoblast
ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang cepat
menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang
optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan
sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. 3 Infeksi janin yang
bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk bertahan
hidup.3
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif
juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela,
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus
-
Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma
-
Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.3
-
Spirokaeta: treponema pallidum.3
SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA adalah antibodi spesifik yang
ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran kehamilan
pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. 3 Menurut penelitian, sebagian besar
abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi yang akan
berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE, antiphosfolipid syndrome
-
trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
-
komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur
dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia
-
kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi
pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama dengan
6 minggu)3
-
antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan CT,
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33%
pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang, ditemukan
infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3
dan infeksi.1 Namun secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan
karena trauma .
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6 faktor-faktor yang
dan kafein.
wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat
dari risiko pada wanita yang tidak merokok.1 Rokok mengandung ratusan unsur toksik
antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin
kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus.1 Kadar
abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali
seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita
satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum
lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas
kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine
(metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada kontrasepsi
yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko
C. PATOFISIOLOGI
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka,
biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus
yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen
dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. 1
Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. 1
Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan mengalami
desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga
menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus
papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. Tes kehamilan.
E. DIAGNOSIS BANDING
uteri, dsb.
F. PEMANTAUAN PASCA ABORTUS
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang
biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang
adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah.Kecuali bila
ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau
ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat. Tujuan perawatan untuk
mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien
G. KOMPLIKASI ABORTUS
1) Perdarahan.
yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni
uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga
koagulopati.
2) Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
3) Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan
segera.
4) Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
gas.
5) Efek anesthesia.
dan kematian.
H. PROGNOSIS
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran
janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
I. PENATALAKSANAAN
2. periksa tanda tanda shock (akral dingin, pucat, takikardi, tekana sistolik
Jika tidak terdapat tanda tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
(abortus septik).
Berikan kombinasi antibiotic sampai ibu bebas demam untuk 48 jam :
a. Ampisilin 2gr IV/IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
b. Gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam
c. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
Abortus Septik, merupakan komplikasi dari prosedur abortus yang tidak steril
BAB III
KESIMPULAN
dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian.
Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan
Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan, dengan usia kehamilan dibawah
20 minggu selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan diagnosa
2009 : 460-73.
1998.
31st 2015.
10. Griebel CP, et all. Management of Spontaneous Abortion. University of Illinois
Disusun oleh :
M. FANDY SIDHARTA KURNIAWAN
NPM : 16710395
Pembimbing
dr. Wasis Nupikso Sp.OG
KEPANITERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
WIJAYA KUSUMA SURABAYA DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO
2017