You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses perkembangan manusia dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel gamet
pria dan wanita. satu sel melalui periode pembentukan pirmordia organ (8 minggu
pertama pada perkembangan manusia) disebut masa embryogenis (kadang-kadang disebut
organogenesis) periode dari tahap ini hingga lahir disebut masa janin (fetal period).
Tahap-tahap embryogenesis dimulai pada tahap fertilisasi sehingga mengalami
pembelahan sel dan tahap selanjutnya, terjadinya implantasi serta tahap embryogenesis
selama empat minggu, akan mengalami tahap selanjutnya yaitu organogenesis.

Hal ini penting untuk mengetahui secara fisiologis peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalam perut si ibu selama perkembangan embrio dini dalam uterus, sehingga persiapan
untuk calon janin tak hanya dari internal tetapi dari si calon ibu dan lingkungannya.

1.2 Tujuan
Tujuan umum kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran dan sebagai
referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Selain itu
tujuan khususnya adalah agar kami dapat mengerti mengenai bagaimana fertilisasi,
implantasi dan proses perkembangan bayi pada minggu minggu pertama.

1.3 Manfaat
Manfaat dari modul ini adalah mahasiswa bisa mengerti proses fertilisasi atau
pembuahan, implantasi blastokista, dan juga mengerti perkembangan embrio pada 4
minggu pertama.

1
BAB 2
ISI

2.1 SKENARIO

Batal Hamil

Ny. Sakura, 29 tahun, karyawati swasta di lantai 3 “Gedung Biru”, sudah menikah selama
lebih dari 1 tahun. Hari ini adalah hari ke-8 jadwal haidnya mundur, sehingga dia mencoba
melakukan pemeriksaan Plano tes, dan hasilnya ternyata positif. Ny. Sakura memeriksakan
diri ke dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dan dari USG memang tampak sudah
adanya implantasi gestational sac yang berisi: embrio berbentuk seperti huruf C, yolk sac,
dan amnion. Dua hari kemudian dia melihat ada flek kemerahan di celana dalamnya. Karena
khawatir, Ny. Sakura segera datang ke rumah sakit, dan menurut dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi dinyatakan telah terjadi abortus, yang disebabkan implantasi hasil fertilisasi
yang terlalu menjorok ke arah cervix uterus. Hasil USG kandungan juga menyatakan bahwa
gestational sac sudah tidak ada.

2
2.2 STEP 1: IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Plano tes adalah alat tes pada kehamilan untuk mendeteksi hormone hCG.
2. Implantasi adalah pelekatan dan penanaman embrio pada dinding rahim. Saat itu,
pertukaran hormon antara endometrium dan blastula memungkinkan blastula untuk
masuk ke dalam endometrium.
3. Obstetri adalah ilmu bedah kedokteran yang khusus mempelajari cara memperlakukan
wanita dan bayi selama masa kehamilan, proses kelahiran dan puerperium (periode
setelah kelahiran).
4. Ginekologi (secara harfiah berarti "ilmu mengenai wanita") adalah cabang
ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit-penyakitsistem reproduksi wanita
(rahim, vagina dan ovarium).
5. Haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Periode
ini penting dalam hal reproduksi. Padamanusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan
antara usia remaja sampai menopause. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi
sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki
siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari.
6. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum
mencapai umur 20 minggu atau berat janin sekitar 500 gram
7. Yolk sac merupakan sel kuning yang merupakan vaskularisasi embrio sebelum jantung
terbentuk. Tergambar seperti bola kecil dan menempel pada embrio yang dihubungkan
dengan ductus vitelline. Yolk sac akan terlihat pada usia kehamilan 5 minggu.
8. Amnion adalah cairan yang bening agak kekuning-kuningan yang mengelilingi bayi yang
belum lahir (janin) selama kehamilan
9. Fertilisasi adalah proses di mana sel telur dan sperma bersatu membentuk zigot, memulai
rangkaian kegiatan yang dapat mengakibatkan kehamilan.
10. USG adalah singkatan dari Ultrasonography yang artinya alat yang prinsip dasarnya
menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga
kita.
11. Gestational sac adalah kantung kehamilan.

3
12. Embrio adalah tahapan awal dari pertumbuhan vertebrata (hewan bertulang punggung).
Pada manusia, embrio adalah organisme yang berkembang dari waktu pembuahan
sampai akhir minggu kedelapan kehamilan, ketika disebut janin.

2.3 STEP 2: IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana hubungan siklus haid dengan kehamilan?


2. Bagaimana terjadinya proses fertilisasi?
3. Bagaimana perkembangan janin dari hari pertama sampai ke sepuluh setelah fertilisasi?
4. Bagaimana mekanisme plano tes?
5. Apa saja hal yang dapat dilihat saat USG?
6. Mengapa saat USG pada Ny. Sakura, gestitational sac menghilang saat USG?
7. Apa saja jenis-jenis dan penyebab abortus?

2.4 STEP 3: BRAINSTORMING

1. - adanya hormon HCG yang mempertahankan keberadaan dari korpus luteum,


sehingga kadar progesteron dan estrogen yang masih stabil.
- ovulasi oleh hormon LH  proliferasi dinding uterus untuk persiapan kehamilan.
Jika ada sperma masuk, terjadi fertilisasi (di ampulla tuba fallopi)

2. PROSES FERTILISASI
Fertilisasi umumnya terjadi di ampula tuba uterina. Hanya 1% sperma yang mengendap
di vagina. Perjalanan dari serviks ke tuba uterina dapat terjadi 30 menit – 6 hari. Setelah
mencapai istmus, sperma menjadi kurang motil, kemungkinan zat kemotraktan tertentu
yang dihasilkan oleh sel-sel kumulus yang mengelilingi sel telur menyebabkan sperma
motil kembali. Spermatizoa yang masuk ke tuba falopi, pertama kali mengalami
kapasitasi. Kapasitasi terjadi selama 7 jam. Berikutnya spermatozoa mengalami reaksi
akrosomal. Hal ini untuk mengembus zona pelusida dan melepaskan substansi mirip
akrosin dan mirip tripsin.
Pada fertilisasi, terdapat 3 fase:
a. Fase penetrasi korona radiata

4
200-300 juta  300-5—sperma di ampula  melepaskan enzim hialuronidase 
menembus korona radiata.
b. Fase penetrasi zona pelusida
Ikatan dengan zona pelusida  reaksi akrosomal. Reaksi akrosomal distimulasi
ZP3 yang bekerja pada protein G membran plasma kepala sperma. Inisiasi reaksi
akrosomal adalah menaikkan kalsium intrasel. Hal ini dibarengi dengan influks
natrium dan ekfluks hidrogen, dan kenaikan pH intrasel. Setelah reaksi akrosomal,
inner akrosomal membran  outer membran yang menyelubungi sebagian besar
kepala sperma. Enzim terpenting adalah akrosin yang berikatan dengan akrosomal
membran (inner).
c. Fase penyatuan membran sel oosit dan sperma
Pada manusia, baik kepala, maupun ekor spermatozoa masuk ke dalam sitoplasma
oosit, tetapi membran tertinggal di luar. Segera setelah sperma masuk, telur
merespon dengan 3 cara: reaksi korteks dan zona, melanjutkan pembelahan meiosis
II, pengaktifan metabolik sel telur.

3. Perkembangan janin hari 1-10

- transport embrio, korona radiate menghilang pada hari ke 2

- pada hari ke 1-4, pembentukan morulla

- pada hari ke 5, terjadi pembentukan blastokista

- pada hari ke 6-8 terjadi implantasi di tengah posterior uterus

- pada hari ke 8, sebagian dari blastosit sudah tertanam dalam endometrium

- pada hari ke 9, blastosit yang tertanam lebih dalam lagi dan terbentuk lacuna

- pada hari ke 11-12 telah tertanam seluruhnya

- pada hari ke 13, defek di permukaan endometrium telah pulih

4. Terdapat daerah epilog dan daerah tempat peletakan urine pada plano tes. Daerah epilog ini
terbagi lagi menjadi daerah control dan daerah tes. Daerah epilog merupakan daerah antibody
(anti HCG). Pada daerah control terdapat AAHCG1, pada daerah tes terdapat AHCG2, dan
pada daerah tempat peletakan urine terdapat AHCG1. Untuk mengetahui positif atau

5
negative, dilihat dari berapa garis yang timbul. Warna pada garis tersebut ada hasil kerja dari
enzim. Enzim ini aktif apabila terjadi 2 hal berikut, yaitu:

- AHCG 1 bertemu dengan HCG dan AHCG2

- AHCG 1 yang bebas bertemu dengan AAHCG1

5. USG atau ultra sonografi adalah untuk mendeteksi struktur jaringan di dalam tubuh, detak
jantung, perkiraan usia kehamilan, menentukan lokasi, tali pusar, membran amnion, dan
gestational sac serta kepala dan bokong janin.

6. Diperkirakan mengalami abortus komplet  seluruh hasil konsepsi keluar dari Rahim dan
disertai pengecilan uterus.

7. ABORTUS

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran janin sebelum dapat hidup di luar kandungan
sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat dibagi menjadi
abortus spontan, yang terjadi tanpa sengaja, dan abortus provokatus, yang merupakan abortus
yang dilakukan dengan sengaja. Abortus provokatus dapat dibagi menjadi provokatus
mediastinalis yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tiga dokter spesialis.

Penyebab abortus anatara lain:

1. Iniminens
Tanda-tandanya yaitu perdarahan pervaginal, ostium uteri masih tertutup, konsepsi masih
baik dalam kandungan.
2. Insipinens
Tanda-tandanya yaitu serviks mendatar, ostium uteri telah membuka, dan hasil konsepsi
dalam proses pengeluaran.
3. Kompletus
Tanda-tandanya yaitu hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, dan
uterus telah mengecil.
4. Inkompletus
Tanda-tandanya yaitu sebagian hasil konsepsi telah keluar.
5. Missed abortion
Tanda-tandanya yaituembrio atau fetus meninggal dalam dalam kandungan, dan biasanya
diawali dengan abortus imitens, tetapi setelah itu janin tidak tumbuh lagi.

6
6. Habitualis
Tanda-tandanya yaitu abortus terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih.
7. Infeksious
Tanda-tandanya yaitu terjadi infeksi pada alat genitalia.
8. Kehamilan anembrionik
Tanda-tandanya yaitu mudigah tidak terbentuk sejak awal.

2.5 STEP 4: STRUKTURISASI

OVUM SPERMA

FERTILISASI

CLEAVAGE

IMPLANTAS

EMBRIOGENESIS

7
2.6 STEP 5: LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu mempelejari dan menjelaskan tentang:

1. Bagaimana proses terjadinya fertilisasi?


2. Bagaimana proses terjadinya implantasi?
3. Bagaimana proses perkembangan embrio dari minggu ke 2 sampai minggu ke 4?
4. Bagaimana proses mitosis dan meiosis dan apa perbedaan keduanya?

2.7 STEP 6: BELAJAR MANDIRI

Dalam tahap belajar mandiri ini, setiap individu kelompok melakukan kegiatan belajar baik
mandiri maupun kelompok dengan mempelajari semua hal yang berkaitan dengan learning
objectives dari berbagai sumber referensi yang bisa didapat. Kegiatan belajar mandiri ini
dilaksanakan dari hari Senin, 7 September 2015 hingga Rabu, 9 September 2015.

2.8 STEP 7: SINTESIS


LO 1: PROSES FERTILISASI
Fertilisasi (pembuahan), penyatuan gamet pria dan wanita, dalam keadaan normal
terjadi di ampula, sepertiga atas tuba uterina (Gambar 20-23). Karena itu, baik ovum maupun
sperma harus diangkut dari tempat produksi mereka di gonad ke ampula.

Transpor Ovum ke Tuba Uterina

8
Ketika dibebaskan saat ovulasi, ovum segera diambil oleh tuba uterina. Ujung tuba
uterina yang melebar menjulur membungkus ovarium dan mengandung fimbria, tonjolan
mirip jari yang berkontraksi dengan gerakan menyapu untuk menuntun ovum yang baru
dibebaskan ke dalam tuba uterina (Gambar 20-23). Selain itu, fimbria dilapisi oleh silia-
tonjolan halus mirip rambut yang berdenyut dalam gelombang-gelombang mengarah ke
interior tuba uterina-yang ikut menjamin mengalirnya ovum ke dalam tuba uterina. Di dalam
tuba uterina, ovum cepat didorong oleh kontraksi peristaltik dan gerakan silia ampula.

Konsepsi dapat terjadi selama rentang waktu yang sangat terbatas dari setiap siklus
(masa subur). Jika tidak dibuahi, ovum mulai mengalami disintegrasi dalam 12 sampai 24
jam lalu difagosit oleh sel-sel yang melapisi bagian dalam saluran reproduksi. Karena itu,
fertilisasi harus terjadi dalam 24 jam setelah ovulasi, ketika ovum masih hidup. Sperma
biasanya bertahan hidup sekitar 48 jam tetapi dapat tetap hidup hingga lima hari di dalam
saluran reproduksi wanita, sehingga sperma yang diletakkan lima hari sebelum ovulasi
hingga 24 jam setelah ovulasi dapat membuahi ovum yang dibebaskan, meskipun waktu-
waktu ini dapat sangat bervariasi.

Transpor Sperma ke Tuba Uterina

Setelah diendapkan di vagina saat ejakulasi, sperma harus berjalan melewati kanalis
servikalis, lalu uterus, dan kemudian sampai ke sel telur di sepertiga atas tuba uterina
(Gambar 20-23). Sperma pertama tiba di tuba uterina setengah jam setelah ejakulasi.
Meskipun sperma dapat bergerak melalui kontraksi mirip pecut ekornya, namun 30 menit
adalah waktu yang terlalu singkat bagi mobilitas sperma untuk membawa diri mereka sendiri
ke tempat pembuahan. Untuk menempuh perjalanan jauh ini, sperma memerlukan bantuan
saluran reproduksi wanita.

Hambatan pertama adalah melewati kanalis servikalis. Hampir sepanjang siklus,


karena tingginya kadar progesteron dan rendahnya estrogen, mukus serviks menjadi terlalu
kental bagi penetrasi sperma. Mukus serviks menjadi cukup encer dan tipis untuk
melewatkan sperma hanya jika kadar estrogen tinggi, ketika folikel matang siap untuk
berovulasi. Sperma bermigrasi naik melewati kanalis servikalis dengan kemampuannya
sendiri. Saluran ini hanya dapat dilewati selama dua sampai tiga hari dalam setiap siklus haid,
sekitar waktu ovulasi.

9
Setelah sperma masuk ke uterus, kontraksi miometrium mengaduk-ngaduk sperma
seperti “mesin cuci” dan dengan cepat menyebabkan sperma tersebar ke seluruh rongga
uterus. Ketika mencapai tuba uterina, sperma terdorong ke tempat pembuahan di ujung atas
tuba uterina oleh kontraksi otot polos tuba uterina yang mengarah ke atas. Kontraksi
miometrium dan tuba uterina yang mempermudah transpor sperma ini diinduksi oleh kadar
estrogen yang tinggi tepat sebelum ovulasi, dibantu oleh prostaglandin vesikula seminalis.

Riset-riset baru menunjukkan bahwa ketika sperma mencapai ampula, ovum bukan
merupakan mitra pasif dalam konsepsi. Sel telur matang mengeluarkan alurin, suatu bahan
kimia yang menarik sperma dan menyebabkan sperma bergerak menuju gamet wanita yang
telah menunggu. Para ilmuwan juga baru-baru ini juga menemukan adanya reseptor sperma
yang mendeteksi dan berespon terhadap kemoatraktan yang dikeluarkan oleh oleh ovum.
Yang menarik, reseptor ini dinamai hOR17-4, adalah reseptor olfaktorius (RO), serupa
dengan yang ditemukan di hidung untuk persepsi bau. Karena itu, sperma “membaui” telur.
Menurut anggapan yang sekarang dianut, pengaktifa reseptor hOR17-4 pada pengikatan
dengan alurin (atau sinyal lainnya) dari sel telur memicu suatu jalur pembawa pesan kedua di
sperma yang menyebabkan pelepasan Ca2+ intrasel. Ca2+ ini selanjutnya mengaktifkan
pergeseran mikrotubulus yang menyebabkan gerakan ekor dan berenangnya sperma menuju
arah sinyal kimiawi.

Bahkan di sekitar waktu ovulasi, saat sperma dapat menembus kanalis servikalis, dari
ratusan juta sperma yang diletakkan dalam satu kali ejakulasi, hanya beberapa ribu yang
dapat mencapai tuba uterina (Gambar 20-23). Sedemikian kecilnya persentase sperma yang
diletakkan yang dapat mencapai tujuan merupakan penyebab mengapa konsentrasi sperma
harus sangat tinggi (20 juta/ml semen) agar seorang pria dapat dianggap subur. Penyebab lain
adalah bahwa diperlukan enzim-enzim akrosom dari banyak sperma untuk menembus sawar
yang mengelilingi ovum.

Fertilisasi

Ekor sperma digunakan untuk bergerak bagi penetrasi akhir ovum. Untuk membuahi
sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata dan zona pelusida
yang mengelilingi sel telur. Enzim-enzim akrosom yang terpajan ketika membran akrosom
pecah setelah berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma membuat saluran
menembus sawar-sawar protektif ini (Gambar 20-25). Sperma dapat menembus zona pelusida
hanya setelah berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan lapisan ini. Pengikatan

10
molekul-molekul mitra antara sperma dan ovum hanya baru-baru ini ditemukan. Fertilin,
suatu protein yang terdapat di membran plasma sperma berikatan dengan integrin sel telur
suatu jenis molekul perekat sel yang menonjol dari permukaan luar membran plasma. Hanya
sperma dari spesies yang sama yang dapat berikatan dengan reseptor sel telur ini dan
menembusnya. Sperma pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran
plasma ovum (sebenarnya suatu oosit sekunder), memicu suatu perubahan kimiawi di
membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan luar ini tidak dapat lagi ditembus oleh
sperma lain. Fenomena ini dikenal sebagai hambatan terhadap polispermia (“banyak
sperma”).

Karena sperma yang menyatu tersebut secara perlahan tertarik ke dalam sitoplasma
ovum oleh suatu kerucut yang tumbuh dan membungkusnya. Ekor sperma sering lenyap
dalam proses ini, tetapi kepala membawa informasi genetik yang penting. Bukti-bukti
terakhir menunjukkan bahwa sperma mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk
seluruhnya ke dalam sitoplasma sel telur. Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca2+ yang
tersimpan di dalam sel telur. Pelepasan Ca2+ intrasel ini memicu pembelahan meiotik akhir
oosit sekunder. Dalam satu jam, nukleus sperma dan sel telur menyatu berkat adanya suatu
kompleks molekul yang diberikan oleh sperma yang memungkinkan kromosom pria dan
wanita menyatu. Selain menyumbang separuh dari kromosom ke ovum yang dibuahi, yang
sekarang dinamai zigot, sperma pemenang ini juga mengaktifkan enzim-enzim yang esensial
bagi perkembangan awal mudigah.

11
Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur berespons dengan tiga cara:

1. Reaksi korteks dan zona. Akibat pembebasan granula oosit di korteks yang
mengandung enzim-enzim lisosom maka (a) membran oosit menjadi tidak dapat
diyembus oleh spermatozoa lain, dan (b) zona pelusida mengubah struktur dan
komposisinya untuk mencegah pengikatan dan penetrasi sperma. Reaksi-reaksi ini
mencegah polispermi (penetrasi lebih dari satu spermatozoa)
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menuntaskan pembelahan meiotik
keduanya segera setelah masuknya spermatozoa. Salah satu dari sel anak yang hampir
tidak mendapat sitoplasma, dikenal sebagai badan polar kedua; sel anak yang lain adalah
oosit definitif. Kromosomnya (22 plus X) tertera dalam sebuah nukleus vesikular yang
dikenal sebagai pronukleus wanita.
3. Pengaktifan metabolik sel telur. Faktor yang mengaktifkan ini mungkin dibawa oleh
spermatozoa. Pengaktifan pascafusi dapat dianggap untuk meliputi proses selular dan
molekular awal yang berkaitan dengan embriogenesis dini.

Jika telah mencapai stadium dua-sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan
mitotik sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini, yang semakin kecil pada setiap kali
pembelahan, dikenal sebagai blastomer. Sampai stadium delapan-sel, sel-sel ini berkumpul
secara longgar membentuk gumpalan. Namun, setelah pembelahan ketiga, blastomer
memaksimalkan kontak satu sama lain, membentuk suatu bola padat yang disatukan oleh taut
erat. Proses ini, pemadatan (compaction), memisahkan sel-sel bagian dalam yang
berkomunikasi secara ekstensif melalui taut celah (gap junction), dari sel-sel luar. Sekitar 3
hari setelah pembuahan, sel-sel mudigah kembali membelah untuk membentuk morula 16-
sel. Sel di bagian dalam morula membentuk massa sel dalam (inner cell mass), dan sel-sel di
sekitarnya membentuk massa sel luar. Massa sel dalam menghasilkan jaringan mudigah
yang sebenarnya, dan massa sel luar membentuk trofoblas yang kemudian berkembang
menjadi plasenta.

Pada waktu morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai merembes menembus zona
pelusida ke dalam ruang antarsel massa sel dalam. Secara bertahap, ruang antarsel menjadi
konfluen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga, blastokel. Pada waktu ini, mudigah disebut
blastokista. Sel-sel di massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas, terletak di satu
kutub, dan sel-sel di massa sel luar, atau trofoblas, menggepeng dan membentuk dinding
epitel blastokista. Zona pelusida telah lenyap sehingga implantasi dapat dimulai.

12
LO 2.: PROSES IMPANTASI
Pembelahan
Setelah mencapai stadium dua-sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan
mitotic sehingga jumlah selnya akan bertambah. Sel-sel ini semakin kecil setiap kali
mengalami pembelahan, dan disebut sebagai blastomer. Sampai stadium delapan-sel, sel-sel
ini berkumpul secara longgar membenuk gumpalan. Dan setelah pembelahan ketiga,
blastomer membentuk suatu bola sel padat yang disatukan oleh taut erat yang disebut sebagai
proses pemadatan (compaction).

Gambar 2.3 Perkembangan zigot dari stadium 2 sel hingga ke stadium morula lanjut.
Stadium 2 sel tercapai sekitar 30 jam setelah pembuahan; stadium 4 sel tercapai sekitar

40 jam; stadium 12 – 16 sel terjadi setelah sekitar 3 hari. Sekitar tiga hari setelah
pembuahan, sel-sel embrio membelah untuk membentuk 16-sel

13
yang disebut sebagai morula. Sel di bagian dalam morula akan membentuk massa sel dalam
yang akan menghasilkan jaringan mudigah yang sebenarnya, dan sel-sel di sekitar morula
tersebut akan membentuk massa sel luar yang akan membentuk trofoblas dan kemudian
berkembang menjadi plasenta.
Cairan mulai merembes menembus zona pelusida ke dalam ruang antarsel massa sel
dalam pada waktu morula masuk ke rongga uterus. Secara bertahap ruang antarsel menjadi
konfluen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga yang disebut blastokel, dan embrio disebut
sebagai blastokista. Sel-sel di massa sel dalam yang saat ini disebut embrioblas yang terletak
di satu kutub, dan sel-sel di massa sel luar atau trofoblas yang menggepeng dan membentuk
dinding epitel blastokista. Zona pelusida telah lenyap sehingga implantasi dapat dimulai.
Perlekatan awal blastokista ke uterus diperantarai oleh L-selektin di sel trofoblas dan reseptor
karbohidrat di epitel uterus.

Pembentukan Blastokista

Pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida
masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar
sel menyatu, dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga, blastokel. Pada saat ini, mudigah
dikenal sebagai blastokista. Sel-sel di dalam massa sel dalam, yang sekarang disebut
embrioblas, terletak pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di massa sel luar atau
trofoblas, menepis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini
sekarang sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai. Pada manusia, sel-sel

14
trofoblastik di atas kutub embrioblas mulai menembus di antara sel-sel epitel mukosa uterus
sekitar hari keenam.
Studi-studi baru mengisyaratkan bahwa L-Selektin di sel trofoblas dan reseptor
karbohidrat di epitel uterus memerantarai perlekatan awal blastokista ke uterus. Selektin
adalah protein pengikat karbohidrat yang terlibat dalam interaksi antara leukosit dan sel
endotel yang memungkinkan leukosit dalam aliran darah “terperangkap”. Mekanisme serupa
diperkirakan bekerja pada “penangkapan” blastokista dari rongga uterus oleh epitel uterus.
Setelah selektin tertangkap, perlekatan dan invasi lebih lanjut oleh trofoblas melibatkan
integrin yang diekspresikan oleh trofoblas dan molekul matris ekstrasel laminin dan
fibronektin. Reseptor integrin untuk laminin mendorong perlekatan, sedangkan reseptor
untuk fibronektin mendorong migrasi. Molekul-molekul ini juga berinteraksi di sepanjang
jalur transduksi sinyal untuk mengatur diferensiasi trofoblas sehingga implantasi adalah hasil
kerjasama trofoblas dan endometrium. Karena itu pada akhir minggu pertama perkembangan,
zigot manusia telah melampaui stadium morula dan blastokista, dan mulai tertanam di
mukosa uterus.

Gambar 2.4 B. Gambaran skematik blastokista manusia yang diambil dari


rongga uterus pada sekitar 4,5 hari. Warna biru berarti inner mass cell yang
menjadi embrioblas; hijau berarti outer mass cell yang menjadi trofoblas. C.
Gambaran skematik blastokista pada hari keenam perkembangan yang
memperlihatkan sel trofoblas yang terletak di kutub embrional blastokista telah
menembus mukosa uterus.

Uterus Saat Implantasi

Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan:

15
a. Endometrium atau selaput lendir yang melapisi dinding bagian dalam.
b. Miometrium, lapisan tebal otot polos.
c. Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Sementara itu, kadar progesterone yang meningkat dari korpus luteum yang baru
terbentuk setelah ovulasi merangsang pengeluaran glikogen dari endometrium ke dalam
lumen saluran reproduksi untuk dipakai oleh mudigah dini sebagai sumber energy. Zat-zat
gizi yang tersimpan dalam sitoplasma ovum akan habis digunakan oleh produk konsepsi
dalam waktu kurang dari sehari. Konsentrasi zat-zat gizi yang disekresikan akan lebih cepat
meninggi di ampula dibandingkan dengan di lumen uterus. Sekitar tiga sampai empat hari
setelah ovulasi, jumlah progesterone yang dihasilkan sudah cukup untuk menyebabkan
oviduktus melemas, sehingga morula dapat dengan cepat di dorong ke dalam uterus oleh
kontraksi peristaltic dan gerakan silia oviduktus. Penundaan sementara mudigah yang
berkembang masuk ke uterus menyediakan cukup waktu agar nutrient dapat berkumpul di
lumen uterus untuk menunjang mudigah sampai implantasi selesai. Apabila sampai ke uterus
terlalu dini, morula tersebut akan mati.

Pada saat implantasi, mukosa uterus dalam kadaan fase sekretorik, yaitu saat kelenjar-
kelenjar dan arteri-arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan menjadi “tebal-basah”.
Akibatnya, dapat dikenali adanya 3 lapisan di endometrium: lapisan kompaktum di bagian
superfisial, lapisan spongiosum di tengah, dan lapisan basale yang tipis. Dalam keadaan
normal, blastokista manusia tertanam di endometrium di sepanjang dinding anterior atau
posterior korpus uteri, tempat blastokista tersebut terbenam di antara lubang-lubang kelenjar

Implantasi Blastokista
Implantasi embrio ke dalam dinding rahim merupakan gambaran umum yang
ditemukan pada semua mamalia. Pada perempuan, implantasi terjadi 6 atau 7 hari
pascafertilisasi. Proses ini dapat dibagi menjadi 3 fase : 1. Aposisi-perlekatan dini blastokista
ke dinding uteri; 2. Adhesi-meningkatnya kontak fisis antara blastokista dan epitel uterus;
dan 3. Invasi-penetrasi dan invasi sinsitiotrofoblas ke dalam endometrium, sepertiga bagian
dalam miometrium, dan pembuluh darah uterus.

Untuk mencapai keberhasilan implantasi, diperlukan endometrium reseptif yang telah


disensitisasi estrogen dan progesteron. Penerimaan uterus terhadap blastokista dibatasi hingga
hari ke-20 – 24 siklus. Keterlekatan blastokista ke epitel dimediasi oleh reseptor di-
permukaan sel di tempat implantasi yang berinteraksi dengan reseptor pada blastokista.

16
Berkembangnya epitel reseptif disebabkan oleh produksi estrogen dan progesteron
pascaovulasi oleh korpus luteum. Jika blastokista mendekati endometrium setelah hari ke-24
siklus, potensi untuk terjadinya adhesi telah sangat berkurang karena adanya sintesis
glikoprotein anti-perlekatan yang mencegah interaksi reseptor.

Pada saat berinteraksi dengan endometrium, blastokista terdiri dari 100 hingga 250 sel.
Blastokista melekat secara longgar ke epitel endometrium melalui aposisi. Aposisi paling
sering terjadi di dinding uterus bagian posterior atas. Pada perempuan, sinsitiotrofoblas
belum dapat dibedakan sebelum implantasi. Perlekatan trofektoderm blastokista ke
permukaan endometrium melalui aposisi dan adhesi tampaknya dikendalikan secara ketat
oleh interaksi parakrin antara kedua jaringan ini.

Keberhasilan perlekatan blastokista dengan endometrium melibatkan modifikasi


ekspresi molekul adhesi selular (cellular adhesion molecule-CAM). Integrin-satu dari empat
famili CAM-merupakan reseptor pada permukaan sel yang mengantarai perlekatan sel ke-
protein matriks ekstraselular. Banyaknya variasi pengikatan sel ke berbagai protein matriks
ekstrasel yang berbeda dimungkinkan oleh regulasi diferensial reseptor integrin. Integrin
endometrium diatur secara hormonal, dan kelompok integrin khusus diekspresikan saat
implantasi. Secara khusus, integrin αVβ3 dan α4β1 yang diekspresikan pada epitel
endometrium dianggap sebagai penanda penerimaan endometrium terhadap perlekatan
blastokista. Ekspresi αVβ3 yang abnormal telah dikaitkan dengan infertilitas.

LO 3: PERKEMBANGAN EMBRYOGENESIS MINGGU KE 2-4

Embriogenesis Minggu Ke 2: Perkembangan Diskus Germinativum Bilaminer

Hari 8

Pada perkembangan hari kedelapan, blastokista tertanam ke dalam stroma


endometrium. Trofoblast berdiferensiasi menjadi :

a.Satu lapisan yang aktif berproliferasi yang dikenal sebagai sitotrofoblas.


b.Satu lapisan luar yaitu sinsitiotrofoblas, yang mengikis jaringan ibu.

Pada hari ke-8, embryoblast telah mengalami diferensiasi menjadi:

17
1. lapisan hipoblast: lapisan sel kuboid kecil di samping lapisan blastokista
2. lapisan epiblast: lapisan sel slindris tinggi di samping kavum amnion

Kedua lapisan inilah yang akan membentuk cakram gepeng, yang dikenal dengan nama
bilaminer layer disc.

Kavum amnion sendiri terbentuk ketika terbentuknya suatu ruangan kecil di epiblast,
yang lama-kelamaan membesar membentuk kavum amnion. Sedangkan sel-sel epiblast di
dekat sitotophoblast disebut amnioblast dan akan melapisi kavum amnion.

Pada hari ke-8, stroma endomentirum di dekat tempat implantasi tampak bengkak dan
sangat vaskuler. Kelenjar-kelenjar tampak besar dan mengeluarkan glikogen dan mukus.

Hari 9
Blastokista makin terbenam ke dalam endomentrium, sementara defek penetrasinya
ditutup oleh bekuan fibrin. Trofoblas mengalami perkembangsan pesat di kutub embryonal
dan muncul vakuola-vakuola di sinsitium. Vakuola-vakuola ini akan menyatu dan membentk
lakuna (danau besar). Fase perkembangan trofoblas ini disebut stadium lakunar.
Sementara itu di kutub embryonal, sel-sel gepeng yang mungkin berasal dari hipoblast akan
membentuk membran eksoselom yang melapisi permukaan dalam sitotrophoblast. Membran
ini bersama dengan hipoblast akan membentuk yolk sac primitif.

Hari 11 dan 12

Pada hari ke 11-12, blastokista sudah tertanam sepenuhnya di dinding endomentrium


dan defek penetrasi sudah tertutup epitel permukaan seluruhnya. Blastokista menghasilkan
sedikit penonjolan ke dalam lumen uterus. Trofoblast sendiri ditandai dengan adanya rongga-
rongga lakunar dan membentuk jaringan yang saling berhubungan. Jaringan ini terlihat jelas
di kutub embryonal sementara di kutub abembryonal, trofoblast masih terdiri dari sel-sel
sitotrofoblastik. Secara bersamaan, sinsitiotrofoblast menembys dan mengikis laposan
endotel kapiler ibu. Kapiler-kapiler ini melebar, membentuk sinusoid. Lakuna sinsitium kini
berhubungan dengan sinusoid dan darah ibu masuk ke lakuna. Sementara itu, trofoblast ikut
mengikis sinusoid, menyebabkan darah ibu mengalir melewati sistem trofoblastik
membentuk sirkulasi uteroplasenta.

18
Sementara itu, muncuk populasi sel baru yang berasal dari yolk sac di antara
permukaan dalam sitotrfoblast dan permukaan luar rongga eksoselom yang akan membentuk
jaringan ikat longgar halus. Jaringan ikat longgar halus ini disebut mesoderm
ekstraembryonal. Ketika vakuola-vakuola timbul di ruangan ini, terbentuklah selom
ekstraembrional atau rongga karion. Selom ekstraembryonal akan mengelilingi yolk sac
primitive dan rongga amnion. Mesoderm ekstraembrional yang membatasi sitotrofoblas dan
amnion adalah mesoderm somatopleural ekstraembrional, yang menutupi kantung kuning
telur adalah mesoderm splanknopleural ekstraembrional.

Hari 13

Pada hari ketiga belas, luka permukaan endometrium biasanya telah sembuh tetapi
kadang-kadang terjadi pendarahan pada tempat implantasi. Trofoblas ditandai dengan
munculnya struktur-struktur vili. Sel-sel dari sitotrofoblas berproliferasi secara lokal dan
menembus ke dalam sinsitiotrofoblas, sehingga membentuk slinder sel yang dinamakan vili
primer.

Sel-sel lain dari hipoblas berproliferasi dan berangsur-angsur membentuk rongga baru
di dalam rongga eksoselom yang dikenal sebagai yolk sac sekunder atau yolk sac definitive.
Selama pembentukannya, sebagian besar rongga eksoselom terlepas yang diwakili oleh kista-
kista eksoselom yang sering ditemukan di selom ekstraembrional.

Selom ekstraembrional meluas dan membentuk sebuah rongga besar yang dikenal
sebagai rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi permukaan dalam
sitotrofoblas kemudian disebut sebagai lempeng korion. Satu-satunya tempat di mana
mesoderm ekstraembrional melintasi rongga korion adalah di tangkai penghubung
(connecting stalk).Dengan terbentuknya pembuluh darah, tangkai ini menjadi korda
umbilikalis (tali pusat) (Sadler, 2009: 59-60).

Embriogenesi Minggu Ke 3: Perkembangan Diskus Germinativum Trilaminar

Gastrulasi: Pembentukan Mesoderm dan Endoderm Embrional

Proses paling khas yang terjadi selama minggu ketiga kehamilan adalah gastrulasi,
yaitu proses yang membentuk ketiga lapisan germinativum (ektoderm, mesoderm, dan
endoderm) pada mudigah. Gastrulasi diawali oleh pembentukan primitive streak (garis

19
primitif) di permukaan epiblas. Pada awalnya, garis ini tidak terlalu jelas terlihat, tetapi pada
mudigah berusia 15 sampai 16 hari, garis ini jelas terlihat sebagai alur sempit dengan bagian
yang sedikit menonjol di kedua sisi. Ujung sefalik garis ini, primitive node (nodus primitif),
terdiri dari daerah yang sedikit meninggi yang mengelilingi primitive pit (lubang primitif)
kecil. Sel-sel epiblas bermigrasi ke arah garis primitif. Setelah tiba di regio garis primitif, sel-
sel ini menjadi berbentuk botol, terlepas dari epiblas, dan terselip di bawahnya. Gerakan ke
arah dalam ini dikenal sebagai invaginasi. Migrasi dan spesifikasi sel dikendalikan oleh
faktor pembentukan fibroblas 8 (FGF8) yang disintesis oleh sel-sel garis primitif sendiri.
Faktor pertumbuhan ini mengendalikan gerakan sel dengan menekan ekspresi E-kaderin,
suatu protein yang secara normal menyatukan sel-sel epiblas. FGF8 kemudian
mengendalikan spesifikasi sel ke dalam mesoderm dengan mengatur ekspresi Brachyury (T).
Setelah mengalami invaginasi, sebagian sel kemudian menggeser hipoblas, menciptakan
endoderm embrional, dan yang lain menjadi terletak di antara epiblas dan endoderm yang
baru terbentuk untuk membentuk mesoderm. Sel-sel yang tersisa di epiblas kemudian
membentuk ektoderm. Karena itu, epiblas melalui proses gastrulasi adalah sumber dari semua
lapisan germinativum, dan sel di lapisan-lapisan ini akan menghasilkan semua jaringan dan
organ mudigah.

Dengan semakin banyaknya sel yang bergerak di antara lapisan epiblas dan hipoblas,
sel-sel tersebut mulai menyebar ke arah lateral dan kranial. Secara bertahap, sel-sel ini
bermigrasi melawan batas diskus dan membentuk kontak dengan mesoderm ekstraembrional
yang melapisi yolk sac dan amnion. Dalam arah sefalik, sel-sel ini berjalan di kedua sisi
lempeng prekordal. Lempeng prekordal itu sendiri terbentuk di antara ujung notokord dan
membran bukofaringealis serta berasal dari sebagian dari sel-sel pertama yang bermigrasi
melalui nodus dalam arah sefalik. Kemudian, lempeng prekordal menjadi penting untuk
induksi otak depan. Membrana bukofaringealis di ujung kranial diskus mengandung suatu
bagian kecil yang terdiri dari sel-sel ektoderm dan endoderm yang melekat erat dan
merupakan bakal lubang rongga mulut (Sadler, 2009: 65-66).

Pembentukan Notokord

Sel-sel prenotokord yang mengalami invaginasi di lubang primitif bergerak ke arah


kranial hingga mencapai lempeng prekordal. Sel-sel prenotokord ini kemudian terselip di
hipoblas sedemikian sehingga untuk waktu singkat, garis tengah mudigah terdiri dari dua
lapisan sel yang membentuk lempeng notokord. Sewaktu hipoblas digantikan oleh sel-sel

20
endoderm yang bergerak di garis primitif, sel-sel lempeng notokord berploriferasi dan
terlepas dari endoderm. Sel-sel ini kemudian membentuk genjel (korda) sel yang padat,
notokord definitif yang terletak di bawah tabung saraf dan berfungsi sebagai dasar untuk
tulang-tulang aksial. Karena pemanjangan notokord adalah suatu proses yang dinamis, yang
pertama kali akan terbentuk adalah ujung kranial, dan bagian kaudal ditambahkan sewaktu
garis primitif bergerak ke arah lebih kaudal. Sel-sel notokord dan prenotokord meluas ke arah
kranial ke lempeng prekordal (suatu daerah tepat kaudal dari membrana bukofaringealis) dan
ke arah kaudal ke lubang primitif. Di titik tempat lubang ini membentuk suatu identitas di
epiblas, terbentuk kanalis neurenterrikus yang untuk sementara menghubungkan rongga
amnion dan yolk sac.

Membrana kloakalis terbentuk di ujung kaudal diskus embrional. Membran ini, yang
strukturnya serupa dengan membrana bukofaringealis, terdiri dari sel-sel ektoderm dan
endoderm yang melekat erat tanpa mesoderm di antaranya. Ketika membrana kloakalis
muncul, dinding posterior yolk sac membentuk suatu divertikulum kecil yang meluas ke
dalam tangkai penghubung. Divertikulum ini, divertikulum alantoenterik, atau alantois,
muncul di sekitar hari ke 16 perkembangan. Meskipun pada vertebrata rendah alantois ini
berfungsi sebagai reservoir untuk produk ekskresi sistem ginjal, pada manusia, alantois tetap
rudimenter tetapi mungkin berperan dalam kelainan perkembangan kandung
kemih.(Langman, hal 66 - 67)

Pada awal minggu ketiga perkembangan, lapisan germinatifum ektoderm memiliki


bentuk seperti cakram yang lebih besar di bagian sefalik daripada kaudal,Kemunculan
notokodr dan mesoderm prekordal menginduksi ektoderm di atasnya untuk membentuk
lempeng saraf.Sel - sel lempeng saraf ini membentuk neuroektoderm, dan induksinya
mencerminkan proses awal neurulasi (Sadler, 2009: 66-67).

Pembentukan Sumbu Tubuh

Pembentukan sumbu-sumbu tubuh, anteroposterior, dorsoventral, dan kanan-kiri,


berlangsung sebelum dan selama periode gastrulasi. Sumbu anteroposterior diatur oleh sel-sel
di tepi anterior (kranial) diskus embrional. Bagian ini, endoderm viseral anterior (anterior
visceral endoderm, AVE) mengekspresikan gen-gen yang esensial untuk pembentukan
kepala, termasuk faktor transkripsi OTX2, LIM1, dan HESX1, serta faktor yang disekresikan,
cerberus. Gen-gen ini menetapkan ujung kranial mudigah sebelum gastrulasi. Garis primitif
itu sendiri dipicu pembentukannya dan dipertahankan oleh ekspresi Nodal, suatu anggota

21
famili transforming growth factor β (TGFβ). Setelah garis primitif terbentuk, sejumlah gen
mengatur pembentukan mesoderm dorsal dan ventral serta struktur kepala dan ekor. Anggota
lain dari famili TGFβ, protein morfogenetik tulang 4 (BMP4), disekresikan diseluruh diskus
embrional. Dengan adanya protein ini dan faktor pertumbuhan fibroblas (FGF), mesoderm
akan mengalami ventralisasi utuk ikut membentuk ginjal (mesoderm intermediet), darah, dan
mesoderm dinding tubuh (mesoderm lempeng lateral). Bahkan, semua mesoderm akan
mengalami ventralisasi jika aktivitas BMP4 tidak dihambat oleh gen-gen lain yang
diekspresikan di nodus. Karena itu, nodus primitif adalah suatu organizer. Nama ini
diberikan oleh Hans Spemann, yang pertama kali menguraikan aktivitas ini di bibir dorsal
blastopor, suatu struktur analog dengan nodus, pada mudigah Xenopus. Karena itu kordin
(chordin, diaktifkan oleh faktor transkripsi Goosecoid), noggin, dan folistatin
mengantagonisasi aktivitas BMP4. Akibatnya, mesoderm kranial mengalami dorsalisasi
menjadi notokord, somit, dan somitomer. Kemudian, ketiga gen ini diekspresikan di notokord
dan penting dalam induksi saraf di daerah kepala.

Nodal berperan memulai pembentukan dan mempertahankan garis primitive begitu


juga HNF-3B yang mempertahankan nodus primitive.Tanpa HNF-3B mudigah gagal
melakukan gastrulasi secara sempurna dan tidak memiliki struktur otak depan dan otak
tengah.

Pengaturan pembentukan mesoderm dorsal dibagian tengah dan kaudal mudigah


dilakukan oleh gen Brachyury (T) yang diekspresikan di nodus, sel prekusor notokord, dan
motokord.Brachyury mengode suatu protein pengikat DNA spesifik -sekuens yang berfungsi
sebagai faktor transkripsi.Karena itu, pembentukan mesoderm di regio ini bergantung pada
produk gen ini, ketiadaannya menyebabkan sumbu mudigah memendek (disgenesis
kaudal).Derajat pemendekan bergantung pada kapan defisiensi protein ini terjadi (Sadler,
2009: 69-70).

Peta Nasib yang Terbentuk Selama Gastrulasi

Regio-regio epiblas yang bermigrasi dan masuk melalui garis primitive telah
dipetakan serta nasib akhirnya telah diketahui.sebagai contoh,sel yang masuk melalui region
cranial nodus akan menjadi notokord,sel yang bermigrasi ditepi lateral nodus dan dari ujung
cranial garis primitive akan menjadi mesoderm paraksial,sel yang bermigrasi melalui daerah
pertengahan garis primitive menjadi mesoderm intermediet, sel yang bermigrasi melalui
bagian garis primitive yang paling kaudal akan menjadi mesoderm lempeng lateral, dan sel

22
yang bermigrasi melalui bagian paling kaudal garis promitif akan ikut membentuk mesoderm
ekstraembrional (sumber lain yang bagi jaringan ini ialah yolk sac primitif) (Sadler, 2009:
71-72).

Pertumbuhan Diskus Embrional

Cakram mudigah yang mula-mula rata dan bundar berangsur-angsur memnajang


dengan ujung kepala lebar dan ujung kaudal sempit. Perluasan cakram terutama mudigah
terutama terjadi di daerah kepala; daerah garis primitive kurang lebih sama besarnya.
Pertumbuhan dan pemanjangan bagian kepala cakram tersebut disebabkan migrasi sel yang
terus-menerus dari daerah garis primitive menuju ke arah kepala. Invaginasi sel-sel
permukaan di garis primitive dan kemudian berpindah ke depan dan lateral tersebut
berlangsung terus hingga akhir minggu ke empat. Pada tingkat ini, garis primitive
menunjukan perubahan-perubahan regresif, dengan cepat menyusul, dan segera menghilang.

Bahwa ujung kaudal cakram terus-menerus memasok sel-sel baru hingga akhir
minggu ke empat mempunyai arti penting pada perkembangan mudigah tersebut. Pada bagian
kepala, lapisan-lapisan germinal mulai mengadakan diferensiasi spesifik pada pertengahan
minggu ketiga, sedangkan di bagian kaudal diferensiasi ini terjadi menjelang minggu
keempat. Dengan demikian, gastrulasi atau pembentukan lapisan-lapisan mudigah berlanjut
terus di segmen-segmen kaudal, sementara struktur kranial sedang berdiferensiasi dan embrio
berkembang secara sefalokaudal (Sadler, 2009: 72).

Perkembangan Trofoblas Lebih Lanjut

Menjelang permulaan minggu ketiga, trofoblas ditandai oleh villi primer yang terdiri
atas inti sitotrofoblas yang di bungkus oleh selapis sinsitium. Pada perkembangan
selanjutnya, sel-sel mesoderm menembus ini villi primer dan tumbuh ke arah desidua.
Susunan yang baru dikenal dengan sebagai villi sekunder.

Menjelang akhir minggu ketiga, sel-sel mesoderm dalam inti villi mulai
berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh darah kecil, dengan demikian membentuk
susunan kapiler villi. Villi ini disebut villi tersier atau villi plasenta definitive, pembuluh
kapiler di dalam villi tersier berhubungan dengan kapiler yang berkembang di dalam
mesoderm lempeng korion dan tangkai penghubung. Selanjutnya pembuluh-pembuluh darah
ini membentuk hubungan dengan sistem peredaran darah di dalam mudigah, sehingga
menghubungkan plasenta dengan mudigah. Oleh karena itu, ketika jantung mulai berdenyut

23
pada minggu keempat perkembangan, sistem villi ini siap memasok mudigah khusunya
memasok zat makanan dan oksigen yang penting.

Sementara itu, sel-sel sitotrofoblas di dalam villi terus menembus ke dalam sinsitium
di sekitarnya sehingga mencapai endometrium ibu. Di sini mereka mengadakan hubungan
dengan tonjolan-tonjolan yang sama dari villi sebelahnya, sehingga terbentuklah suatu kulit
sitotrofoblas luar yang tipis. Kulit ini lambat laun mengelilingi suatu trofoblas dan
melekatkan kantung korion kuat-kuat ke jaringan endometrium ibu. Villi yang menjulur dari
lempeng korion ke desidua basalis disebut villibatang atau villi penambat. Villi yang keluar
dari sisi-sisi villi batang merupakan villi bebas (terminal), tempat terjadinya pertukaran
nutrient dan lain-lain.

Rongga korion sementara itu, terus bertambah besar , dan pada hari ke 19 dan ke 20
mudigah menempel ke kulit trofoblasnya hanya dengan suatu tungkai penghubung kecil.
Tangkai penghubung ini kemudian berkembang menjadi tali pusat, dan menjadi penghubung
antara plasenta dengan mudigah

Embriogenesi Minggu Ke 4

Pada minggu ke-4, embryo mempunyai panjang sekitar 1.5-3.5 mm dan pada wala minggu
masih berbentuk datar/flat.

Terjadi pelipatan/folding pada embryo. Trilaminar disc layer yang awalnya berbentuk
datar kini mendjadi lebih slindris. Folding itu sendiri terjaadi di bagian median dan
horizontal, yang dihasilkan dari cepatnya pertumbuhan embryo terutama pada bagian otak
dan spinal corrd. Jga terjadi pembengkakan pada Embryonic disc yang tumbuh lebih cepat
dari yolk sac.

Pada minggu ke 4 juga muncul fleksura ceruvacl dan kaudal, menyebabkan embryo
tumbuh seperti huruf C.

Terjadi derivasi dari triaminer layer disc yaitu

Ectoderm

Otak, korda spinalis dan epidermis

Endoderm

Lapisan epitelial pelapis respiratory tube, digestive organ, dan VU

24
Notochord – membentuk nucleus pulposus dalam discus intervertebralis

Mesoderm

Somite membentuk

 Sclerotome (vertebra dan costa)


 Dermatome (dermis)
 Myotome(otot badan dan ekstremitas)

Intermediate mesoderm membentuk ginjal dan gonad

Lateral Mesoderm

Splanchnic mesoderm

 Membentuk musculature, connective tissue, dan lapisan serosa struktur


digestive dan respirasi
 Membentuk jantung dan sebagian besar pemb. darah

Somatic mesoderm

 Dermis dari kulit


 Tulang

LO 4: PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS

 G0 (gap 0) : keadaan dimana sel yang berdiferensiasi di jaringan yang


tumbuh pada gap 1 tapi pertumbuhannya sangat lama. Banyak
sel yang dapat terdiferensiasi dapat kembali ke siklus, tetapi
beberapa tertahan dalam G0 untuk waktu lama bahkan bisa
seumur hidup.
Interphase
 G1 (gap 1) : merupakan akhir mitosis dan awal sintesis (presintesis), pada
fase ini sel mulai tumbuh membesar. Juga merupakan periode
ketika sel menumpuk enzim dan nukleotida yang diperlukan
untuk replikasi DNA. Terjadi sekitar 25 jam.

25
 S (sintesis) : terjadi duplikasi organel dan sintesis DNA, pada tahap ini sel
aktif melakukan metabolisme, tumbuh, dan berkembang.
Terjadi sekitar 8 jam.
 G2 (gap2) : merupakan akhir fase sintesis (postsintesis) dan awal dari mitosis
berikutnya. Terjadi sekitar 2,5-3 jam.

Mitosis
Adalah pembelahan sel dimana sel induk membelah dan setiap sel anak
menerima satu set kromosom yang identik dengan kromosom sel induk. Mitosis
terjadi di sel somatis atau sel tubuh dan menghasilkan 2 anakan yang diploid.
Tahap-tahap mitosis adalah:
1. Profase
 Nukleolus dan membran inti mulai menghilang.
 Kromosom telah melalui replikasi DNA.
 Masing-masing terdiri atas dua kromatid saudara yang sangat
berdekatan.
 kromosom berkondensasi dan menjadi terlihat.
 Setiap kromosom terdiri atas dua kromatid di bagian sentromernya
oleh suatu kompleks protein kinetokor.
 Sentrosom bergerak ke kutub berlawanan dan masing-masing
berhubungan dengan mikrotubulus yang membentuk gelendong
mitosis.

Prometafase
 Kromosom melekat pada mikrotubulus gelendong di kinetokor.
 Mulai bergerak.

2. Metafase
 Kromosom mulai tersusun di tengah gelondong, di dekat bidang
ekuator sel akibat perlekatanya pada mikrotubulus dari kinetokor ke
sentrosom.

3. Anafase

26
 Kinetokor menjauh.
 Kromosom tertarik pada mikrotubulus menuju dua sentrosom.
 Kinetokor memendek

4. Telofase
 Sel terpisah menjadi dua oleh suatu penyempitan berkas filamen aktin
di korteks sel
 Kondensasi kromosom berkurang
 Transkripsi berlanjut
 Nukleolus muncul kembali
 Lamina inti dan selaput inti terakit kembali

Meiosis
Adalah pembelahan sel yang terjadi di dalam sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita yaitu masing-masing, sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, meiosis I dan meiosis II, untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid yaitu 23 (Sadler, 2013).

Meiosis I
1. Profase 1
 Leptonema : Benang-benang kromatin menjadi kromosom.
 Zigonema :
Kromosom yang sama bentuknya atau kromosom homolog
berdekatan dan bergandengan. Setiap pasang kromosom
homolog disebut bivalen.
 Pakinema :
Tiap bagian kromosom homolog mengganda, tetapi masih dalam
satu ikatan sentromer sehingga terbentuk tetrad.
 Diplonema :
Kromatid dari tiap-tiap belahan kromosom memendek dan
membesar.
 Diakinesis :

27
Sentrosom membentuk dua sentriol yang masing-masing
membentuk benang gelendong pembelahan. Satu sentriol tetap,
sedangkan sentriol yang lain bergerak ke arah kutub yang
berlawanan. Membran inti dan nukleolus menghilang. Empat
kromatid bivalen tadi disebut tetrad dan terjerat oleh benang
gelendong yang dibentuk oleh sentriol-sentriol.

2. Metafase 1
 Tetrad berkumpul di bidang ekuator.

3. Anafase 1
 Benang gelendong pembelahan dari tiap kutub menarik
kromosom homolog
 Pasangan kromosom homolog berpisah bergerak ke arah kutub
yang berlawanan.
 Sentromer belum membelah.
 Setiap kutub menerima campuran acak kromosom dari ibu dan
bapak.

4. Telofase 1
 Kromatid memadat.
 Selubung inti terbentuk.
 Nukleolus muncul lagi.
 Benang gelendong lenyap.
 Kromatid muncul kembali.

Meiosis II
Meiosis 2 identik dengan mitosis.

Sitokinesis
 Pembelahan sitoplasma setelah terjadinya pembelahan mitosis
dan meiosis.

28
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fertilisasi merupakan proses bertemunya gamet wanita yaitu ovum dengan
gamet pria yaitu spermatozoa. Proses ini terjadi di ampula tuba falopi, yaitu bagian
yang terlebar di tuba falopi dekat ovarium. Saat pembuahan, terjadi dua reaksi
penting yaitu: kapasitasi dan reaksi akrosom, yang dimana reasi akrosom ini terbagi
dalam tiga fase. Fase penetrasi korona radiate, fase penetrasi zona pelusida, dan fase
fusi membrane sel spermatozoa dan oosit.

Setelah terjadi fusi antara sel spermatozoa dan oosit, mulai terjadi cleavage
atau pembelahan mitosis secara terus menerus sepanjang perjalanan di tuba falofii.
Stadium 2-sel berkembang menjadi stadium 4-sel, lalu menjadi stadium 8-sel, yang
mana ini disebut dengan blastomer. Blastomer berkembang menjadi, morula, lalu
blastokista. Blastokista kemudian dibagi menjadi inner sel mass dan outer sel mass.
Inner sel mass yang akan menjadi embriologi, sedangkan outer sel mass atau trofoblas
akan menjadi plasenta.

Pada hari ke-8, inner sel mass berkembang menjadi hipoblas dan epiblas.
Outer sel mass berkembang menjadi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Pada hari ke-
9, mulailah terbentuk vakuola-vakuola di sinsitiotrofoblas yang nanntinya pada hari
ke-11 dan 12 mulai terisi darah dari sinusoid ibu. Hal ini menyebabkan pembentukon
aliran uteroplasenta. Pada hari ke-13, mulai terbentuk vilus primer. Pada mingu ke-3
mulai terbentuk sumbu-sumbu tubuh, yang akan menentukan arah perkembangan
tubuh.

3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2015 dan
dari berbagai pihak demikesempurnaan laporan.Dan kami berharap semoga laporan
ini bisa berguna bagi para pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

T.W. Sadler, Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10, 2009, Terjemahan Indonesia.Jakarta : EGC.

Johnson, Lionard R, Essential Medical Physiology, 3rd edition, 2003, Elsevier Academic Press

Cunningham, F. Gary, Williams Obstetrics, 23rd edition, 2010, The McGraw-Hill Companies, Inc

30

You might also like