You are on page 1of 31

BAB V

TINJAUAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK


Tinjauan ini memiliki dua jenis pengendalian antara lain pengendalian
mutu dan pengendalian waktu . Dari dua inilah kita dapat mengontrol mutu dan
waktu agar sesuai dengan perencanaan proyek da terealisasi dengan baik.
5.1. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu ( quality control ) pada suatu proyek dilakukan terhadap
semua item pekerjaan yang ada pada proyek tersebut. Pengendalian mutu
dilakukan agar proyek yang dilaksanakan dapat mencapai persyaratan mutu yang
telah disepakati sebelumnya di dalam kontrak. Untuk mengetahui apakah
pekerjaan yang telah dilaksanakan mencapai mutu yang disyaratkan perlu
dilakukan berbagai bentuk pengujian baik yang dilakukan di laboratorium maupun
dilapangan. Adapun contoh pengendalian mutu yang dilakukan yaitu :
5.1.1 Slump Test ( Pengujian Kelecekan Beton )
Tujuan pelaksanaan slump test adalah untuk menentukan tingkat
kelecekan atau keplastisan adukan beton, sehingga dapat diketahui nilai
kekentalan beton tersebut. Campuran beton ini memerlukan air dan
kebutuhannya sesuai dengan perencanaan dan perhitungan. Campuran
dikatakan encer apabila penggunaan air terlalu banyak atau melebihi dari
perencanaan sebaliknya beton dikatakan kental / kaku apabila penggunaan air
kurang dari air yang di rencanakan. Pengujian slump dilakukan dengan
sebuah kerucut terpancung standar dengan ukuran diameter puncak 10 cm,
diameter dasar 20 cm, tinggi 30 cm, dan juga menggunakan tongkat pemadat
dengan diameter 1,6 cm dan panjang 60 cm. Tiga kemungkinan yang terjadi
pada adukan yang telah di angkat kerucutnya pada gambar 5.1

Gambar 5.1 Bentuk Bentuk Hasil Slump Test

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-1
A. Metoda pengujian adalah sebagai berikut :
1. Sampel untuk pengujian slump diambil satu buah dari setiap
ready mix concrete yang ada.

Gambar 5.2 pengambilan satu sampel pengujian slump


2. Ketika mobil ready mix telah datang, Kemudian letakkan
cetakan kerucut Abraham pada lokasi yang relative datar dengan
posisi lobang Ø 20 cm atau lobang yang besar menghadap ke
bawah.
3. Kemudian bawa sampel yang telah diambil dan letakkan didekat
kerucut. Tuangkan sampel menggunakan sendok semen dan
masukkan ke dalam kerucut abraham sebanyak 3 lapis. Setiap
lapisan di tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 10 kali.

Gambar 5.3 memasukkan beton ke dalam kerucut abraham


4. Setelah itu ratakan permukaan atas kerucut dengn tongkat
pemadat dan biarkan selama 30 detik.
5. Setelah 30 detik angkat cetakan secara vertikal ke atas.

Gambar 5.4 mengangkat kerucut abraham secara vertikal

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-2
6. Kemudian lakukan pengukuran terhadap keruntuhan yang terjadi
dari 3 sisi yang curam

Gambar 5.5 pengukuran slump test


7. Apabila slump yang diinginkan sudah tercapai maka beton bisa
langsung dipakai. Sedangkan jika slump yang didapat melebihi
batas maksimum yang diberikan mobil ready mix concrete harus
dikembalikan ke pabrik.
B. Hasil dan pembahasan
Nilai slump beton pada tiap mutu beton berbeda – beda dapat
dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 syarat nilai slump sesuai spek

Catatan :
1)
Slump harus ditentukan menurut AASHTO T119 atau JISA 1101.
2)
Uji kuat tekan beton menurut “SNI 2847-2013”.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-3
Pada tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa nilai slump masing – masing
beton yang di pakai sudah sesuai dengan syarat dan spek yang sudah din
tentukan yaitu :
a. nilai slump K 175 didapat di lapangan 11
b. nilai slump K 300 didapat di lapangan 10
c. nilai slump K 350 didapat di lapangan 20
(data terlampir pada lampiran 3)
5.1.2 Pengujian Kuat Tarik Baja
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban.
Perubahan bentuk tergantung pada besar beban, unsur kimia maupun
kondisi beban, bentuk benda uji, suhu, kecepatan pembebanan, dan
sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan antara beban dan perubahan
bentuk pada benda uji (deformasi) merupakan bagian utama dari studi
tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu. Akan tetapi, biasanya
pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya berbeda, walaupun
bahannya sama. Oleh karena itu bentuk benda uji dibuatkan suatu standard
yang sedemikian rupa sehingga kurva tegangan-tegangan diperoleh juga
merupakan standard pula.
A. Peralatan :
1. Mesin uji tarik.
2. Cetok.
3. Mesin gambar X-Y (X-Y Plotter).
4. Kaliper.
5. Dimensi benda uji diukur, beserta jarak dua titik ukur
awal.
6. Penolok ukur regangan dipasang pada benda uji.
7. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) jarak titik
ukur dicatat diameter pada tempat putus dari keadaan
putusnya benda uji.
B. Bahan
1. Besi baja U13
2. Besi baja U16

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-4
3. Besi baja U19
4. Besi baja U22
5. Besi baja U25
6. Besi baja U32

C. Prosedur pelaksanaan
1. Dimensi benda uji diukur, beserta jarak dua titik ukur awal.

Gambar 5.6 Diameter 16 dan 19


2. Penolok ukur regangan dipasang pada benda uji.

Gambar 5.7 Pemasangan benda uji


3. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) jarak titik
ukur dicatat diameter pada tempat putus dari keadaan
putusnya benda uji.
Dari pengujian yang dilakukan didapat hasil pada tabel 5.2

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-5
Table 5.2 ukuran tulangan besi

Grafik tegangan tarik semua baja dapat dilihat pada gambar 5.8

Gambar 5.8 tegangan tarik baja semua tulangan

Berikut contoh perhitungan tegangan tarik maksimum pada benda uji dari pabrik
BjTS 40 dengan D13mm.

As0 = ¼ π d2

= ¼. π . 162

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-6
= 200,96 mm2

𝐹𝑢
u = 𝐴𝑠0

132399
= 200,96

= 685,5 Mpa

Keterangan :

As0 = Luas Penampang awal baja

u = Tegangan tarik

Fu = Gaya ultimate

Berikut contoh perhitungan tegangan leleh maksimum pada benda uji dari pabrik
BjTS 40 dengan D16mm.

As0 = ¼ π d2

= ¼. π . 162

= 200,96 mm2

𝐹𝑦
y = 𝐴𝑠0

95344
= 200,96

= 474,20 Mpa

Keterangan :

As0 = Luas Penampang awal baja

y = Tegangan leleh

Fy = Gaya leleh

Pada pengujian kuat tarik baja yang dilakukan pada proyek pembangunan Jalan
Layang Kereta Api (JLKA 17) segmen P110-P119 Medan-Bandar Khalipah di

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-7
laboratorium Universitas Sumatera Utara diperoleh nilai tegangan dan regangan
pada benda uji D16 sebagai berikut :

1. Fu = 132,399 kN
2. Fy = 95,344 kN
3. σu = 658,55 Mpa
4. σy = 474,20 Mpa

Tabel 5.3 jenis tulangan

Baja yang digunakan adalah Bj TD 40 dimana tegangan leleh dari hasil


pengujian didapat 474,20 Mpa > tegangan leleh minimimumnya 392 Mpa dan
kuat tarik pengujian didapat 658,5 Mpa > kuat tarik minimumnya adalah 559
Mpa. Dapat disimpulkan bahwa besi baja tulangan tersebut memenuhi standar
pengujian yang ada dengan mengacu kepada SNI 07-2529-1991. (data terlampir
pada lampiran 4)
5.1.3 Job Mix Formula ( Mix Design)
Beton adalah campuran yang terdiri dari bahan pengikat (semen),
bahan pengisi (agregat kasar dan agregat halus) ditambah air agar beton
mudah dikerjakan, dibuat dalam suatu cetakan dan dapat mengeras secara
hidrolis. Beton juga dapat diartiakan untuk menyatakan campuran antara
semen, pasir kerikil dan air yang mengeras menyerupai batu, dimana air dan

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-8
semen membentuk pasta yang akan mengisi rongga-rongga diantara pasir dan
kerikil. Untuk mendesign atau merancang beton sebelumnya kita harus
mengetahui sifat dan karakteristik bahan beton, untuk membuat beton yang
ekonomis dan mendapatkan kekuatan maksimal maka digunakan bahan
pengisi ± 75% dari volume beton yang dibuat
Faktor yang mempengaruhi karakteristik beton antara lain :
1. Kekentalan
2. Kemudahan bergerak atau mengalir
3. Kemudahan untuk dipadatkan
Tabel 5.4 mutu beton

A. Semen
Dalam Job Mix Formula untuk beton K 350 yang di berikan
oleh PT. Kreasibeton Nusapersada kepada PT. Dharma Leksana
terdapat data hasil pengujian semen Type I Produksi PT. Semen
Padang yang digunakan oleh PT. Kreasibeton Nusapersada sebagai
campuran beton (data terlampir)

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-9
Tabel 5.5 Data Pengujian Semen
Uraian Hasil SNI 15-2049-2004 Keteranga
uji Jenis I n
I. Analisis Kimia
Kadar MgO (%) 0,69 6,0 max Memenuhi
Kadar SO3 (%) 1,62 3 maks bila C3A ≤ 8%, Memenuhi
3,5 maks bila C3A > 8%
II. Pengujian Fisika
Kehalusan dengan 359 280 min Memenuhi
pesawat blaine (m2/kg)
Berat Jenis 3,12
Waktu pengikatan awal 114 45 min Memenuhi
alat (menit)
Waktu pengikatan akhir 202 375 maks Memenuhi
alat vikat (menit)

B. Agregat
Dalam Job Mix Formula untuk beton K 350 terdapat beberapa
parameter pengujian sifat-sifat fisis pada agregat halus dan kasar (terdapat
pada lampiran)
1. Analisa saringan
Untuk mendapatkan komposisi agregat halus dan kasar pada
campuran beton denga persentase campuran :
 Agregat halus : 40 %
 Agregat kasar terbagi dua :
- Split (10-20 mm) : 20%
- Split (20-30 mm) : 40%
Sementara agregat yang di gunakan dalam csmpuran berasal dari :
 Agregat halus : Sei Wampu, Binjai
 Agregat kasar : Sei Wampu, Binjai

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-10
Tabel 5.6 gradasi agregat halus
% lolos
Tertahan / Persentase Kumulatif
menurut
Lubang tertinggal (%)
Spek OK
ayakan
Berat Jumlah
Tertinggal Melalui
(gr) (gr)
38 0 0 0 0 -
19,5 0 0 0 0 -
9,5 0 0 0 100 100 ok
4,75 43 43 2,15 97,85 95-100 ok
2,36 309 352 15,45 82,4 - ok
1,18 297 649 14,85 67,55 45-80 ok
0,6 451 1100 22,55 45 - ok
0,3 440 1540 22 23 Okt-30 ok
0,15 353 1893 17,65 5,35 02-Okt ok
PAN 107 2000 5,35 0 -
Jumlah 2000

Tabel 5.7 Agregat kasar Spilt 2-3


Persentase Kumulatif
Tertahan / tertinggal % lolos
Lubang (%)
menurut OK
ayakan Jumlah
Berat (gr) Tertinggal Melalui Spek
(gr)
38,1 0 0 0 100 100 Ok
19,5 2096 2096 52,4 47,6 - Ok
9,5 1885 3981 47,13 0,47 - Ok
4,75 0 3981 0 0,47 0-10 Ok
2,36 0 3981 0 0,47 0-5 Ok
1,18 0 3981 0 0,47 -
0,6 0 3981 0 0,47 -
0,3 0 3981 0 0,47 -
0,15 0 3981 0 0,47 -
PAN 19 4000 0,48 0 -
Jumlah 4000

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-11
Tabel 5.8 Agregat Kasar split 1-2

Tertahan /
Persentase Kumulatif (%) % lolos
Lubang tertinggal
menurut OK
ayakan Berat Jumlah
Tertinggal Melalui Spek
(gr) (gr)
38,1 0 0 0 100 100 ok
19,5 100 100 2,5 97,5 - ok
9,5 3626 3726 90,65 6,85 - ok
4,75 263 3989 6,58 0,28 0-10 ok
2,36 0 3989 0 0,28 0-5 ok
1,18 0 3989 0 0,28 - ok
0,6 0 3989 0 0,28 -
0,3 0 3989 0 0,28 -
0,15 0 3989 0 0,28 -
PAN 11 4000 0,28 0 -
Jumlah 4000

2. Berat jenis agregat


Hasil pengujian untuk berat jenis agregat kasar yang dipakai yaitu
split (1-2) dan split (2-3) sedangkan hasil pengujian yang didapat berat
jenis untuk spilt (1-2) diperoleh sebesar 2,67 dan split (2-3) sebesar 2,69
(terlampir)
3. Penyerapan
Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh penyerapan agregat
halus sebesar 1,42% dan split (1-2) sebesar 0,73 dan split (2-3) sebesar
0,77.
4. Kadar air
Kadar air sangat mempengaruhi suatu agregat pada campuran
beton yaitu mempengaruhi nilai slump suatu campuran beton.
Dari data hasil pengujian yang dilakukan terdapat kadar air [ada
agregat halus sebesar 4,40%, Split (1-2) sebesar 0,20% dan split (2-3)
sebesar 0,25%.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-12
5. Fine modulus
Modulus halus butir (MHB) adalah suatu indeks yang dipakai
untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat.
Makin besar nilai MHB suatu agregat semakin besar butiran
agregatnya.Umumnya agregat halus memiliki MHB sekitar 1,50 – 3,8 dan
kerikil mempunyai nilai MHB 5-8.
Dari data hasil pengujian didapatkan nilai modulus halus butir
untuk agregat agregat halus sebesar 2,79 dan modulus halus butir agregat
kasar split (1-2) 6,94 dan split (2-3) 7,49. Nilai MHB agregat halus dan
kasar memenuhi syarat modulus halus butir.
C. Beton Ready Mix
Pada pembangunan jalan layang KA segmen P.110 – P.119 Paket
17 semua pekerjaan struktur yang dikerjakan menggunakan beton ready
mix yang beragam yaitu beton K 175 untuk plat lantai, K 350 untuk
pengecoran pondasi, K 350 untuk pengecoran pile cap.
Tabel 5.9 Job Mix Formula K 350

No Uraian Keterangan
1 Mutu beton K – 350
2 Slump rencana 18 + 2
3 Kuat tekan beton rencana (σbm) Σbk + (1,64xS) = 350 +
(1,64x50) = 432 kg/cm2
4 Faktor air semen (FAS) 0,54 (lampiran JMF)
5 Air 225 L (lampiran JMF)
6 Semen (Air/Fas) 417 kg (lampiran JMF)
7 M.Pozolith 110 RT (0,3% semen) 1,25 L
8 Volume agregat 1-(vol.semen+vol.air+Pozolith)
= 0,64 m3
9 SG Kombinasi (40% x 2,56) + (40% x 2,69) +
(20% x 2,67) = 2,634 t/m3
10 Berat agregat (Vol.agregat x SG) 1,686 t
11 Berat pasir 674,4 kg
12 Berat split 2-3 674,4 kg
13 Berat split 1-2 337,2 kg

1. Berat 1 m3 beton
 Semen = 417 kg
 Pasir = 674,4 kg
 Split 2-3 = 674,4 kg

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-13
 Split 1-2 = 337,2 kg
 M.pozzolith 110 RT = 1,25 L
 Air = 225 L +
= 2329,25 kg
Dari hasil perhitungan diatas didapat berat 1 m3 beton sebesar 2329,25 kg
< 2398,9 kg hasil analisa perhitungan JMF PT. KRATON, terdapat selisih 69,65
kg.
(data terlampir pada lampiran 5)

5.1.4 Pengujian Kuat Tekan Beton


Material beton banyak digunakan sebagai bahan utama pembangunan
rumah tinggal, gedung bertingkat tinggi, infrastruktur jembatan, jalan raya
dan sejenisnya. Ada macam-macam jenis beton berdasarkan kuat tekanya,
Kekuatan tekan beton adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton
hancur. oleh karena itu dalam penggunaanya perlu dicari berapa nilai kuat
tekan betonnya agar sesuai dengan kebutuhan struktur yang direncanakan.
cara mengetahuinya juga cukup mudah, disini coba kita uraiakan sebuah cara
tes kuat tekan beton. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kekuatan
tekan beton berbentuk kubus dan silinder, percobaan ini bisa dibuat dan
dirawat (cured) di laboratorium.
a. Peralatan
- Alat uji kuat tekan beton
- Kompor
- cetakan caping
b. Bahan
- Benda uji silinder ukuran 15 x 30 cm
- Belerang
c. Prosedur pelaksanaan
Persiapan :
1. Benda uji di keluarkan dari cetakan silinder ukuran 15 x 30
cm.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-14
Gambar 5.9 sampel benda uji silinder
2. Kemudian, lakukan caping pada permukaannya dengan
menggunakan belerang yang telah dipanaskan dengan
menggunakan kompor.

Gambar 5.10 benda uji yang telah di caping (belerang)


3. Lalu tuangkan cairan belerang kedalam cetakan caping secara
merata, setelah itu benda uji diletakkan diatasnya. Benda uji
siap untuk dilakukan uji tekan.
Pengujian :
1. Mempersiapkan benda uji yang telah di caping sebelumnya
dengan menggunakan cairan belerang.

Gambar 5.11 sampel pengujian


1. Tentukan berat dan ukuran benda uji.

Gambar 5.12 menimbang benda uji

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-15
2. Letakkan benda uji pada mesin secara sentries. sesuai dengan

tempat yang tepat pada mesin tes kuat tekan beton.

Gambar 5.13 pengujian kuat tekan beton


4. Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan
beban konstan berdasar 2 sampai 4 kg/cm2 per detik.
5. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan
catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan
benda uji.
6. Pengujian kuat tekan beton ini dilakukan pada saat beton
berumur 3,7,14 dan 28 hari lalu diambil rata-rata.
Dari pengujian yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut:
Diambil contoh sampel dari data pengujian kuat tekan beton mutu
K 350 = fc’
350
𝑥 0,83 = 29,05 𝑀𝑝𝑎
10

Gambar 5.14 hasil pengujian kuat tekan beton


Luas penampang silinder 150 mm x 300 mm
A = ¼ π d2

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-16
= ¼ x 3,14 x 152

= 176,625 cm2

Pengujian beton P.110 #7 no 1

Kuat tekan beton = (P / A) /0,83

616,9 𝑘𝑁 𝑥 100
= ∶ 0,83
176,625

= 420,80 kg/cm2

420,80
Fc’ = ∶ 0,83 = 34,93 Mpa
10

Tabel 5.10 pengujian kuat tekan beton


N Tanggal Silinder Silinder Hasil uji Rata-rata dari ketera
O pengujian 1 2 kuat tekan 3 buah test ngan
rata-rata berurutan
1 7 april 2017 34,93 36,64 35,81 Ok
2 7 april 2017 36,05 35,49 35,77 Ok
3 7 april 2017 37,17 36,61 36,84 36,14 Ok
4 7 april 2017 34,36 33,80 34,08 35,56 Ok
5 7 april 2017 38,30 32,71 35,50 35,47 Ok

Menurut SNI 2847-2013 pengendalian mutu tekan beton atau evaluasi


nilai kuat tekan diterima atau tidaknya pengujian tersebut, harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1. Setiap nilai rata – rata dari tiga uji kuat tekan berurutan mempunyai
nilai sama atau lebih besar dari f’c.
2. Tidak ada nilai uji kuat tekan rata – rata (yang dihitung sebagai
nilai rata – rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai di bawah fc’
lebih dari 3,50 Mpa untuk mutu beton fc’ ≤ 35 Mpa, dan tidak
ada uji nilai kuat tekan rata – rata (yang dihitung sebagai nilai rata –
rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai di bawah fc’ lebih dari 0,10
fc’ untuk mutu beton fc’ > 35 Mpa.
Evaluasi 1 : nilai rata-rata dari tiga hasil uji kuat tekan yang berurutan
adalah 36,14 Mpa

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-17
Kriteria 1 : dari ketiga hasil uji terlihat bahwa ketiga hasil uji kuat tekan
> 29,05 Mpa
Kriteria 2 : dari hasil diatas tidak ada hasil uji kuat tekan terendah
Evaluasi 2 : nilai rata-rata dari tiga hasil uji kuat tekan yang berurutan
adalah 35,56 Mpa
Kriteria 1 : dari ketiga hasil uji terlihat bahwa ketiga hasil uji kuat
tekan > 29,05 Mpa
Kriteria 2 : dari hasil diatas tidak ada hasil uji kuat tekan terendah
Evaluasi 2 : nilai rata-rata dari tiga hasil uji kuat tekan yang berurutan
adalah 35,47 Mpa
Kriteria 1 : dari ketiga hasil uji terlihat bahwa ketiga hasil uji kuat
tekan > 29,05 Mpa
Kriteria 2 : dari hasil diatas tidak ada hasil uji kuat tekan terendah
Maka dapat disimpulkan bahwa beton K 350 yang di pakai pada proyek JLKA
Paket 17 sudah memenuhi syarat standar SNI 2847-2013. (data terlampir pada
lampiran 6)

5.1.5 Pengujian Pile Integrity Tester


Pile Integrity Tester (PIT) adalah suatu sistem alat uji yang dibuat
oleh Pile Dynamic Inc.(PDI) yang terdiri dari mini komputer, akselerometer
dan hammer. Tujuan pengujian PIT pada tiang adalah untuk memverifikasi
integrity tiang, profil tiang, ujung tiang dan kedalaman tiang.
Integrity tiang pada pengujian dengan metoda PIT ini dilakukan
dengan menganalisa transfer gelombang yang terjadi sebagai hasil dari
tumbukan yang diberikan oleh hammer dengan berat tertentu pada permukaan
tiang tanpa menyebabkan deformasi pada tiang, sehingga tiang dapat dianggap
dalam kondisi elastik.
Kecepatan gelombang yang terjadi didalam beton sepanjang tiang
berkisar antara 3300 m/s hingga 4500 m/s. Jika ada refleksi pada perjalanan
gelombang dalam satuan waktu, maka kesimpulannya dapat dibuat bahwa ada
perubahan impedansi/bentuk pada tiang. Perubahan impedansi/bentuk (BTA)
adalah perbandingan antara pencatatan luas area permukaan tiang dengan luas
area desain, satuan yang digunakan adalah persen. Perubahann nilai BTA pada

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-18
tiang ditunjukkan oleh refleksi grafik kecepatan gelombang dimana telah
terjadi perubahan impedansi/bentuk tiang. PIT tes dilakukan pada bagian atas
tiang yang permukaan rata dan halus untuk mendapatkan keseragaman
gelombang transfer. Permukaan yang kasar harus diratakan terlebih dahulu
dengan grinda, terutama pada lokasi/posisi akselerometer dan hammer.
Analisis dari integrity tiang berdasarkan interpretasi dari karakteristik
kecepatan gelombang transfer sepanjang tiang dan tergantung dari struktur
tiang tersebut dan tahanan tanah sepanjang tiang. Jika terjadi perubahan
impedansi, maka nilai BTA akan menunjukkan perbandingan antara area yang
ada dengan area design dalam persentase.
a. Peralatan
1. Alat monitor PIT
2. Palu spesial PIT
3. Gerinda mesin
4. Alat sensor dan plastisin
b. Bahan
1. Benda uji bore pile ukuran 1,2 m x 27 m
c. Prosedur pelaksanaan
1. Permukaan kepala pondasi bore pile di gerinda sesuai dengan luas
penampang gerinda sebanyak 5 buah

Gambar 5.15 permukaan pondasi yang sudah di gerinda


2. Mempersiapkan peralatan Pile Interegrity Test

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-19
Gambar 5.16 persiapan alat PIT
3. Memasang sensor monitor PIT dengan plastisin dan tempelkan pada
permukaan beton yang sudah di gerinda

Gambar 5.17 pemasangan alat sensor


4. Memukul permukaan pondasi bore sebanyak 5 kali menggunakan
palu khusus

Gambar 5.18 pengujian PIT


Menganalisa hasil test PIT pada P110
Titik 1

Gambar 5.19 tiang bore pile dalam keadaan bagus

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-20
Titik 2

Gambar 5.20 tiang bore pile dalam keadaan bagus


Titik 5

Gambar 5.21 penurunan tiang pada kedalaman + 25 m


dari kepala tiang
Titik 6

Gambar 5.22 penurunan tiang dari kedalaman + 26 m


dari kepala tiang (data terlampir pada lampiran 7)
Tabel 5.11 kategori kerusakan tiang

Dari hasil pengujian test PIT dapat disimpulkan bahwa BTA tiang > 80% yang
menandakan tiang masih dapat digunakan.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-21
5.1.6 Pengujian Pile Driving Analyzer dan Capwap Analysis
PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan
menggunakan metoda wave analysisdan sering disebut dengan re-strike
test sesuai dengan sifat pengujiannya yang melakukan re-strikeatau pemukulan
ulang pondasi tiang yang diuji. Analisa data PDA dilakukan dengan
prosedur Case Method, yang meliputi pengukuran data kecepatan (velocity)
dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike) dan perhitungan
variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan gambaran tentang daya
dukung pondasi tiang tunggal. Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving
Analyzer (PDA) adalah untuk mendapatkan data tentang :
1. Daya dukung aksial tiang / End Bearing and Friction Bearing.
2. Keutuhan / integritas tiang.
3. Efisiensi enerji yang ditransfer.
Jenis fondasi tiang yang dapat diuji dengan ‘PDA’ tidak terbatas
pada tiang pancang saja. ‘PDA’ juga dapat digunakan untuk tiang yang
dicor di tempat seperti tiang bor, tiang franki dan jenis fondasi tiang
lainnya.
1. Daya Dukung Aksial Tiang
Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada
karakteristik dari pantulan gelombang yang diberikan oleh reaksi
tanah ( lengketan dan tahanan ujung ).Korelasi yang baik antara daya
dukung tiang yang diberikan dari hasil ‘PDA’ dengan cara statis yang
konvensional telah diakui, yang membawa pada pengakuan ‘PDA’
sebagai metode yang sah dalam ASTM D-4945-1996. Meski demikian,
harus dicatat korelasi yang ditujukan dalam grafik didasar-kan pada
hasil pengujian jika daya dukung batas ( ultimate ) dicapai baik
dengan ‘PDA’ maupun dengan pengujian statis yang konvensional.
2. Keutuhan tiang
Kerusakan pada fondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal
antara lain pada saat pengangkatan tiang atau selama pemancangan
tiang. Untuk tiang bor, pengecilan penampang dan longsornya tanah

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-22
adalah kerusakan yang paling umum dijumpai. Kerusakan ini dapat
dideteksi dengan ‘PDA’.
Berdasarkan ‘F’ ( gaya ) dan ‘V’ ( kecepatan ) yang terekam dari
gelombang selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari
kerusakan dapat dideteksi dan luas penampang sisa dari tiang dapat
diperkirakan.
Jika hanya keutuhan tiang saja yang dibutuhkan, sebuah sub-
sistem dari ‘PDA’ yang disebut ‘ Pile Integrity Tester ‘ lebih
ekonomis untuk digunakan dari pada ‘PDA’.
3. Efisiensi enerji yang ditransfer
PDA mengukur enerji pemancangan actual yang ditranfer selama
pengujian. Karena berat palu pancang dan tinggi jatuh palu pancang
dapat diketahui, maka efisiensi enerji yang ditransfer dapat dihitung.
a Peralatan
- Monitor PDA
- 2 buah strain transducer
- 2 buah accelerometer
- Kabel penghubung
- Alat bor beton, angkur,baut dan kunci
b Bahan
-. Benda uji bore pile ukuran 1,2 m x 27 m
c Prosedur pelaksanaan
1. Membuat benda uji untuk diuji test PDA dari hasil test PIT yaitu
titik bore pile terburuk.

Gambar 5.23 Pembuatan benda uji PDA test


2. Pembuatan benda uji untuk test PDA menggunakan K-500.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-23
Gambar 5.24 Pembuatan benda uji PDA test
3. Setelah benda uji selesai dan sudah bisa dilakukan pengujian,
kemudian siapkan semua peralatan yang diperlukan.
4. Mobilisasi crane untuk pengujian PDA.

Gambar 5.25 Mobilisasi Crane


5. Meratakan permukaan beton dengan gerinda.
6. Setelah persiapan selesai, masukkan tutup / topi hammer ketitik
bore pile yang akan diuji, upayakan pemasangannya lebih hati.

Gambar 5.26 Pemasangan topi hammer


7. Apabila tutup/topi telah terpasang, kemudian angkat hammer untuk
PDA dengan menggunakn crane dan diangkat ketempat titik bore
pile yang akan diuji, pasang dengan hati-hati.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-24
Gambar 5.27 Pengangkatan topi hammer
8. Setelah masuk hammer, lalu Bersihkan permukaan samping titik
bore pile dengan menggunakan palu, pahat besi dan gerinda supaya
sensor bisa dipasang dan bisa merespon ketika pengujian PDA.

Gambar 5.28 Pemasangan sensor PDA


9. Setelah sensor terpasang dan persiapan-persiapan untuk test sudah
pas, lakukan pengujian dengan cara mengangkat hammer keatas
dengan crane sampai ketinggian yang sudah ditentukan.
10. Apabila telah OK, lalu jatuhkan hammer dengan menarik yang
digantung untuk mengangkat hammer.

Gambar 5.29 Hammer dilepas dari pengait crane


11. Kemudian sensor akan merespon dan hasil akan terbaca pada
monitor PDA.
(Grafik hasil test PDA terlampir pada lampiran 8)

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-25
5.2 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pada proyek mengacu pada Time Schedule. Time
Schedule adalah rencana kerja untuk mengatur pekerjaan, mengalokasikan
tenaga kerja dan biaya suatu konstruksi atau proyek, sehinga tercapai efisiensi
kerja yang optimal. Dari Time Schedule dapat kita lihat, berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk melaksanakan / menyelesaikan proyek tersebut.
Tujuan pembuatan Time Schedule adalah:
a. Untuk memperkirakan banyaknya sumber daya yang akan disediakan
atau dipakai.
b. Untuk mengontrol kemajuan sehingga bila terjadi keterlambatan akan
dapat dicarikan jalan keluarnya.
c. Untuk memberikan pedoman mengenai batas – batas waktu dari
masing – masing pekerjaan.
5.2.1 Schedule Rencana
Pada proyek ini, pelaksana telah membuat suatu jadwal yang telah
direncanakan yang dinamakan time schedule. Time schedule adalah suatu
data yang berisikan skala pembagian waktu pelaksanaan pekerjaan proyek
yang diatur sedemikian rupa sehingga didapat urutan kerja yang
dilaksanakan secara sistematis, efisien dan efektif.
Time schedule menggambarkan suatu hubungan antara pekerja dan
waktu pelaksanaan. Dari sisi kiri arah vertical terdapat susunan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan dari proses pekerjaan yanag pertama
dilakukan sampai terakhir. Pada sisi arah horizontal merupakan suatu
gambaran proyek dalam skala hari, minggu dan bulan yang dimulai dari
awal pelaksanaan proyek sampai akhir. Time schedule ini dilengkapi dengan
kurva S, yang menggambarkan antara hubungan prastasi kerja kumulatif
dengan waktu.
5.2.2 Schedule Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan proyek dilapangan nantinya diperlukan juga
sebuah schedule yang disana akan dapat kita lihat kemajuan dari suatu
pekerjaan yang dilaksanakan. Schedule ini merupakan aplikasi dari
pelaksanaan proyek, artinya schedule ini tidak akan selalu sesuai dengan

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-26
schedule rencana. Kadangkala ada keterlambatan-keterlambatan pada suatu
item pekerjaan tertentu, nantinya akan berdampak pada kualitas dan
kuantitas proyek.
Beberapa hal pengendalian waktu dilapangan :
1. Karena cuaca yang tidak menentu dan menghambat pelaksanaan
proyek, untuk menjaga agar tidak terjadi keterlambatan waktu yang
banyak, maka dilakukan peningkatan bobot pekerjaan pada saat
cuaca cerah dengan cara melaksanakan pekerjaan selanjutnya
dengan menambah tenaga kerja.
2. Melaksanakan pekerjaan setiap hari tanpa ada libur kecuali izin
dalam pelaksanaan proyek.
3. Mendatangkan alat sesuai dengan kebutuhan dan waktu dibutuhkan
dilapangan.
4. Memeriksa kondisi alat sebelum digunakan.
5. Tersedia teknisi, jika peralatan yang digunakan mengalami
kerusakan.
6. Disebagian alat harus ada pembantu operator.
7. Mengadakan pekerjaan lembur pada item-item pekerjaan tertentu.
Untuk mengetahui keterlambatan yang terjadi, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan :
1. Menetili sebab terjadinya keterlambatan dan dilaporkan pada
pertemuan rutin.
2. Mengevaluasi sebab keterlambatan dalam rangka menemukan
solusi terbaik dalam menangani keterlambatan.
3. Mengkoordinasikan solusi yang telah disepakati untuk diterapkan
dilapangan sehingga dapat langsung ditindaklanjuti dalam
pelaksanaan proyek.
Pada proyek pembangunan jalan layang kereta api Medan-Bandar
khalipah, segmen P110-P119 (Paket JLKA 17), awal penulis masuk PKL
bobot persentase pekerjaan baru berjalan 35,62%, item pekerjaan yang
sudah selesai dalam bobot 35,62%, yaitu sebagai berikut :

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-27
- Mobilisasi
- Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Pondasi
Pada terakhir penulis selesai PKL, bobot pekerjaan sudah mencapai
42,62%, jadi banyak persentase bobot pekerjaan yang penulis amati sekitar
7,00%, Perkerjaan yang penulis amati selama Praktek kerja lapangan
(PKL), yaitu sebagai berikut :

Analisa Data :

Table 5.12 Tabulasi pekerjaan mingguan


Tabulasi Progress Pekerjaan Mingguan
Minggu Ke- 35 36 37 38 39 40 41 42
Rencana 31,172 32,041 32,910 33,726 34,542 35,358 36,092 36,831
Realisasi 35,621 35,626 35,632 35,850 36,192 36,648 42,170 42,622
Keterlambatan
- - - - - - - -
Prestasi
Kecepatan
4,449 3,586 2,722 2,124 1,651 1,290 6,078 5,792
Prestasi

Pada tabel dapat dilihat progres pekerjaan mingguan selama melakukan


praktek kerja lapangan. Pada minggu 35 sampai minggu 42 terjadi surplus yang
artinya persentase realisasi pekerjaan dilapangan lebih besar dari persentase
rencana pekerjaan sebelumnya.
1. Minggu ke-35 sampai minggu ke-39
Pada minggu ke-35 sampai minggu ke-39 ini terjadi surplus sebesar
14.532, dimana pada minggu tersebut ada beberapa macam item pekerjaan
dari segmen P110-119 yang dilaksanakan yaitu, pekerjaan galian pile cap,
pengecoran lantai kerja (lean concrete), pengujian PDA test, pembesian
pile cap dan pengecoran pile cap.
Pada pekerjaan galian pile cap pekerjaan berjalan lancar, karena pada
saat melakukan penggalian alat berat yang digunakan tidak ada mengalami
kerusakan sehingga pekerjaan galian bisa berjalan dengan lancar dan juga

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-28
dump truck yang bekerja memuat tanah hasil galian juga mencukupi untuk
membuang galian tersebut.
Pada saat pengecoran lantai kerja, proses pengecoran berjalan lancar
sehingga bisa mempercepat progres kerja proyek sebab ketika dilakukan
pengecoran truck mixer yang digunakan lebih banyak sehingga
pengecoran lantai kerja tidak terhenti henti dan juga keadaan cuaca yang
mendukung selama pengecoran lantai kerja.
2. Minggu ke-40
Pada minggu ke-40 ini terjadi surplus sebesar 1.290, dimana pada
minggu tersebut ada beberapa macam item pekerjaan dari segmen P110-
119 yang dilaksanakan yaitu, pekerjaan pengecoran lantai kerja (lean
concrete), pembesian pile cap dan pengecoran pile cap.
3. Minggu ke-41
Pada minggu ke-40 ini terjadi surplus sebesar 6,078, dimana pada
minggu tersebut ada beberapa macam item pekerjaan dari segmen P110-
119 yang dilaksanakan yaitu, pekerjaan pembesian pile cap, pengecoran
pile cap dan pembesian pilar bagian tengah.
4. Minggu ke-42
Pada minggu ke-40 ini terjadi surplus sebesar 5.792, dimana pada
minggu tersebut ada beberapa macam item pekerjaan dari segmen P115-
119 yang dilaksanakan yaitu, pekerjaan pembesian pilar bagian tengah,
pengecoran pile cap.
Proyek ini terus mengalami peningkatan selama menjadi mahasiswa
praktek kerja lapangan pada proyek JLKA Paket 17 karena proeject manager dan
site manager selalu berinisiatif dalam menjalani tugasnya dimana pekerjaan yang
bisa dilakukan secara bersamaan dikerjakan seperti halnya peekrjaan pile cap
yang bisa dikerjakan sebanyak 2 pile cap dengan waktu yang sama terlihat dalam
schedule pada gambar 5.31

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-29
Realisasi

Rencana

Gambar 5.30 schedule pekerjaan JLKA 17 (M. 35- M. 42)


(schedule terlampir pada lampiran 8)

5.3 Pengendalian Biaya


Pengendalian biaya dalam proyek sangat menentukan demi kelancaran
suatu proyek tersebut. Tujuannya adalah agar pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan yang direncanakan agar tidak terjadinya pemborosan dan
penyimpangan atau penyalahgunaan biaya proyek itu sendiri. Pengendalian
biaya sangat penting dan besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan
pelaksanaan proyek. Dalam hal ini sangat dibutuhkan managemen yang baik.
Pengendalian biaya ini seutuhnya akan menjadi tanggung jawab
kontraktor sesuai dengan perjanjian tertulis yang telah disepakati terlebih
dahulu oleh pemilik dan kontraktor. Oleh karena itu, diperlukan kejelian dan
ketelitian dalam hal pengawasan dan pengendalian biaya, tidak hanya dari
pengawas lapangan saja, tapi juga pihak kontraktor itu sendiri.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan untuk pengendalian
biaya pada proyek jalan ini adalah :
1. Membuat laporan perkembangan proses kerja, material, pengeluaran
setiap minggunya.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-30
2. Setiap material untuk konstruksi yang dikerjakan disertai dengan
perhitungan kebutuhan/ perhitungan volume (opname).
3. Setiap pengeluaran dana proyek harus mendapat persetujuan dari
pihak-pihak terkait.
4. Membeli barang-barang dan peralatan sesuai dengan kebutuhan
proyek.
5. Mengendalikan biaya mobilisasi peralatan.
6. Setiap pembelian barang dan bahan kebutuhan proyek harus jelas dan
dengan melampirkan kwitansi pembelian.
7. Pembukuan dan pelaksanaan administrasi yang teratur, terutama
pemberian upah tenaga kerja yang tepat waktu.

RENDY YAN LUSMA


1311052004 V-31

You might also like