Professional Documents
Culture Documents
Ardinis Arbain
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
Email : ardinis.arbain@yahoo.com
ABSTRACT
History has taught us that time after time human actions in fulfilling the
necessities of life resulted a favorable for environment and some causing harm.
The influence of human actions on the environment is also very diverse. To
overcome these problems, sufficient knowledge about forest biology and ecology
is required. In development, excessive emphasis on one aspect such as ecology
leaving behind the sociological, economic and ethical aspects did not result in a
better environment. A deep knowledge of ecology alone does not have a positive
impact. Since the emergence of global awareness of the errors of human views
and ways of acting on the environment, both abiotic and biotic, especially in the
1970s, various patterns of environmental management have been introduced. The
key environmental issues are environmental issues that are very wide-ranging and
cover many aspects of climate change, water scarcity, extinction and species
scarcity, air pollution, and increased amounts and types of solid waste. The
approaches that have been taken to deal with such problems are legality approach,
technological approach, economic approach, and educational approach. So
environmental management education must be multidimensional, interdisciplinary
and holistic as far as it can be done. The goals of environmental education can at
least cover several levels such as the level of ecological awareness, conceptual
awareness, the level of evaluation and the level of acting skills.
ABSTRAK
Sejarah telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa sejak dulu tindakan-
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ada yang berakibat
menguntungkan bagi lingkungan dan ada pula yang menimbulkan kerugian.
Pengaruh tindakan manusia terhadap lingkungan juga amat beragam. Untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang
biologi dan ekologi hutan. Dalam perkembangan, penekanan yang terlalu
berlebihan pada salah satu aspek misalnya ekologi dengan meninggalkan aspek
sosiologi, ekonomi dan etika ternyata tidak mengakibatkan lingkungan hidup
menjadi lebih baik. Pengetahuan yang dalam tentang ekologi saja ternyata tidak
memberikan dampak positif. Sejak munculnya kesadaran global tentang adanya
kekeliruan cara pandang dan cara bertindak manusia terhadap lingkungan, baik
lingkungan abiotik maupun biotik, terutama pada tahun 1970 an, bermacam-
ISSN : 2579-7766 32
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
I. PENDAHULUAN
Sejarah telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa sejak dulu
tindakan-tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ada yang
berakibat menguntungkan bagi lingkungan dan ada pula yang menimbulkan
kerugian. Banyak kegiatan yang dilakukan yang pada awalnya tentu bertujuan
baik namun kemudian menimbulkan akibat yang justru tidak baik. Pembangunan
bendungan Aswan di Sungai Nil Mesir yang ditujukan antara lain bagi perluasan
areal irigasi, untuk meningkatkankan produksi pertanian, ternyata juga
menimbulkan peningkatan populasi penderita Schystosomiasis (penyakit yang
ditimbulkan oleh cacing Schystosoma). Selain itu setelah beroperasinya
Bendungan Aswan terjadi penurunan populasi ikan Salem di Laut Tengah karena
penurunan pasokan plankton dari Sungai Nil yang telah dibendung. Dalam skala
yang lebih kecil kegiatan budidaya ikan dalam keramba di Danau Maninjau
Sumatera Barat pada awalnya amat menguntungakan namun kemudian terbukti
juga menimbulkan kerugian seperti penurunan kualitas air dan potensi wisata. Hal
tersebut membuktikan bahwa untuk melaksanakan pembangunan diperlukan
kajian yang saksama tentang akibat positif dan negatif yang akan terjadi. Usaha
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai skema pembangunan
tanpa kajian yang memadai dapat berakibat sebaliknya. Atas dasar itu diperlukan
pengetahuan yang cukup tentang bagaimana pengaruh tindakan manusia terhadap
lingkungan dan bagaimana alam bekerja serta bagaimana melaksanakan kegiatan
dalam batas-batas kemampuan alam tersebut. Pengetahuan tentang pengaruh
ISSN : 2579-7766 33
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
ISSN : 2579-7766 34
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
ISSN : 2579-7766 35
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
ISSN : 2579-7766 36
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
ISSN : 2579-7766 37
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
ISSN : 2579-7766 38
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
ISSN : 2579-7766 39
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
lebih bersih telah dilakukan upaya dengan mengganti bahan baku dalam
industri, penggunaan bahan bakar yang minim bahan pencemar serta
meminimalkan penggunaan air. Sementara itu, utuk mengurangi beban
pencemaran air oleh limbah misalnya telah diperkenalkan instalasi
pengolahaan air limbah dengan menggunakan metoda penguraian limbah
secara aerob dan anaerob dan diikuti dengan uji penggunaan indikator biologi.
Untuk pengendalian pencemaran udara oleh sumber emisi tak bergerak
dikembangkan teknologi scrubber, filter dan electrostatic precipitator guna
meminimalkan debu yang akan keluar dari cerobong. Untuk mengurangi emisi
SO2 dikembangkan teknologi Lime Injection in Multiple Burners (LIMB) (lihat,
Kristanto, 2002).
Untuk pengelolaan gas buang sumber bergerak seperti alat transportasi
dilakukan dengan pendekatan penggunaan bahan bakar minim pencemar, pola
berkendara dan rekayasa motor bakar. Dengan mengurangi kadar timbal dalam
bahan bakar misalnya maka kuantitas bahan pencemar juga akan berkurang.
Pengaturan pola berkendara pada prinsipnya meminimalkan pembakaran yang
kurang sempurna. Pengubahan desain dalam motor bakar dengan inovasi
tertentu berpeluang meminimalkan emisi.
3. Pendekatan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pendekatan ekonomi adalah penggunaan
prinsip dan perhitungan ekonomi dalam upaya meminimalkan kerusakan
lingkungan yang terjadi sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alam . Dalam
kaitan ini sebelum dilaksanakannnya eksploitasi sumber daya alam seperti
pertambangan dikawasan hutan dilakukan lebih dulu kajian valuasi lingkungan.
Manakah yang lebih menguntungkan secara ekonomi bila dibandingkan antara
ekploitasi bahan tambang (batu bara misalnya) dengan mengelola hutan -yang
akan menjadi lokasi tambang- secara berkelanjutan. Misalnya harus dihitung
lebih dulu nilai uang dari hasil hutan. Penghitungan ini haruslah memasukkan
segala jasa hutan yang bisa diuangkan. Sebagai contoh hutan sebagai daerah
tangkapan air akan menjaga suplai air secara berkelanjutan dalam jangka waktu
yang panjang bila vegetasi diatasnya tidak dihilangkan. Jadi nilai hutan
dihitung secara ekonomi dalam bentuk nilai air yang kalau hutan hilang maka
ISSN : 2579-7766 40
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
air harus dibeli atau didatangkan dengan harga tertentu. Hutan juga merupakan
tempat hidup satwa. Satwa tersebut bisa menjadi objek wisata pendidikan
(eduwisata) yang akan menghasilkan uang dari pungutan terhadap pengunjung.
Bila hutan itu hilang karena ada penambangan maka uang hasil wisata tersebut
dihitung sebagai uang hilang atau kerugian. Begitulah seterusnya jasa hutan
sebagai penyerap karbon dioksida, penghasil madu lebah, penghasil tanaman
obat, tanaman hias, tanaman pewangi/ aromatik dan pengendali banjir harus di
nilai dalam bentk nilai uang. Dengan demikian pilihan untuk membuka hutan
sebagai areal pertambangan akan dilihat sebagai kerugian dibanding dengan
pemanfaatan hutan berdasarkan jasa-jasa lingkungan hutan yang telah
dikemukakan diatas. Lebih baik tetap sebagai hutan dengan seuruh jasa
lingkungannya dibanding pemanfaatan areal tersebut untuk pertambangan.
Terkait dengan pendekatan ini sebuah cabang baru dalam ekonomi telah
berkembang, cabang pengetahuan baru itu disebut dengan “Ecological
Economics” atau Ekonomi Lingkungan. Dalam perkembangannya Ekonomi
Lingkungan ini telah digunakan ebagai salah satu cara untuk melakukan
evaluasi dampak dalam studi AMDAL (lihat Dixon, 1998). Selanjutnya jasa
linhkungan dari sebuah ekosistem seperti ekosistem hutan dikembangkan pula.
Pengembangan jasa ekosistem ini adalah upaya yang penting untuk melihat
nilai sebuah ekosistem. Costanza dkk (1998) misalnya telah merinci 17 jasa
ekosistem seperti jasa pembentukan tanah, pengaturan iklim, pengaturan air,
penyerbukan, penyediaan makanan, rekreasi dan jasa budaya.
4. Pendekatan Pendidikan
Dalam pengelolaan lingkungan tentu diperlukan pendekatan pendidikan.
Pendidikan tersebut dapat berupa pendidikan untuk menghargai seluruh
makhluk hidup sebagai penghuni bumi yang mempunyai hak yang sama
dengan manusia. Penghargaan terhadap komponen abiotik seperti air,tanah dan
udara juga dikembangkan. Namun seperti dikemukakan diawal tulisan ini
pendidikan perlu diarahkan kepada bagaimana mengelola lingkungan. Tidak
terlalu menekankan pada aspek pengetahuan kognitif tapi lebih kepada
pendidikan yang akan mengubah sikap dan perilaku untuk bertindak sebagai
makhluk yang lebih bertanggung jawab terhadap keberlangsungan planet bumi.
ISSN : 2579-7766 41
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
III. PENUTUP
Dari gambaran yang telah dikemukakan diatas dapat dilihat bahwa
masalah-masalah lingkungan amat beragam, luas dan kompleks. Pendekatan yang
telah dikembangkan untuk pengelolaan lingkungan juga amat berdimensi luas dan
bervariasi. Dengan demikian tentu diperlukan kemampuan berpikir dan bertindak
dengan basis pengetahuan yang interdisiplin. Pertumbuhan banyak pengetahuan
yang saat ini makin spesifik, mendalam dan cenderung reduksionis perlu dikaji
ulang, mengingat realita masalah yang justru tak dapat direduksi. Jika reduksionis
tak dapat dihindarkan setidaknya kesediaan untuk berfikir interdisiplin haruslah
tetap dikembangkan. Maka pendidikan pengelolaan lingkungan mestilah bersifat
multidimensional, interdisiplin dan holistik sejauh yang dapat dilakukan. Tujuan
pendidikan lingkungan setidaknya dapat mencakup beberapa tingkatan seperti
tingkatan kesadaran ekologis, kesadaran konseptual, tingkat evaluasi dan tingkat
ketrampilan bertindak seperti dikemukakan Hungerford dkk (dalam Wuryadi,
1997).
DAFTAR PUSTAKA
Costanza, R., d’Arge, R.,de Groot (1998): The Value of the World’s Ecosystem
Services: Putting the Issues in Perspective, Ecological Economics, 25, 67-
72.
Dixon, J,A., Scura, L.F., Carpenter, R.A. (1998) : Economic Analysis of
Environmental Impacts. Earthscan Publication Ltd, London).
ISSN : 2579-7766 42
Prosiding Seminar Nasional Biologi Edukasi 2017 | SEMNAS Bio-Edu 1
Enger, D.E., Smith F.B. ( 2000) : Environmental Science, Mc Graw Hill, Boston,
San Fransisco, London , Madrid.
Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), (1990) : The Price of Pollution,
Options
Kristanto, P. ( 2002) : Ekologi Industri, Andi Yogykarta.
Postel, S, (1995) : Kelangkaan air Meluas In Lester Brown , Kane, Ed Ayres,
Tanda-tanda Zaman, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Primack, R,B., Jatna Supriatna, Indrawan., Kramadibrata (1998): Biologi
Konservasi, Yayasan Obor Indonesia Jakarta
Wuryadi, (1997) : Pengelolaan Lingkungan Sebagai Materi Inti Pendidikan
Lingkungan, Lingkungan dan Pembangunan, Vol 17, No, 1.
ISSN : 2579-7766 43