DAFTAR ISI
Pengantar vii
Bab 1 Pendahuluan 1
Bab 2 Wawasan Kependidikan Guru 13
Bab 3 Tujuan Pengajaran 28
Bab _4 Cara Belajar Siswa Aktif 71
Bab 5. Strategi Inkuiri 83
Bab_6 Strategi Penyelesaian Masalah (Problem Solving) 111
Bab 7 Diskusi Kelompok 125
Bab 8 Ceramah Bervariasi 136
Bab 9 Strategi Pengajaran Afektif 146
Daftar Pustaka 168PENGANTAR
paya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengem-
bangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi
pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap
guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu
keharusan, terutama dalam memasuki era globalisasi dewasa
ini, agar generasi muda kita tidak menjadi korban dari
globalisasi iru sendiri. Pendidikan yang berorientasi pada
kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa
ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu penge-
tahuan dan teknologi yang berkembang cepat tidak dapat
dikejar dengan caraccara lame: yang dipalai dalam sekolah:
sekolah kita. Ibarat mengejar mobil yang melaju dengan
kecepatan tinggi di atas tol dengan delman.
Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi penge-
tahuan kepada siswa di kelas karena materi yang diperolehnya
tidak selalu sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.
Yang dibutuhkannya adalah kemampuan untuk mendapat-
kan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan
viiSTRATEG! BELAJAR-MENGAJAR
profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem
lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan
pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam
pemahaman seperti ini memerlukan suatu strategi belajar-
mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada
pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai,
terutama dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap
inovatif subjek didik. Untuk itu, perlu dibina dan dikembang-
kan kemampuan profesional guru untuk mengelola program
pengajaran dengan strategi belajar-mengajar yang kaya dengan
variasi.
Untuk membina dan mengembangkan kemampuan ter-
sebut dibutuhkan sumber-sumber yang relevan, yakni buku-
buku, yang dapat membantu guru dan calon guru. Namun,
sampai sekarang buku-buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan ini masih sangat langka. Buku
ini dengan segala kelemahannya merupakan salah satu usaha
untuk mengurangi kelangkaan tersebut. Tulisan dalam buku
ini bersumber dari catatan-catatan kuliah saya kepada
mahasiswa FKIP di Universitas Kristen Satya Wacana selama
kurang lebih 12 tahun. Tanggapan-tanggapan mahasiswa
setiap perkuliahan merupakan masukan yang telah turut
memperkaya buku ini. Banyak juga guru alumni FKIP tersebut
yang mengharapkan agar buku seperti ini dapat mereka mi
sebagai salah satu pegangan mereka dalam melaksanakan
tugas profesi mereka sehari-hari di sekolah. Harapan ini juga
yang mendorong saya untuk menulis buku ini.
Terbitnya buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Drs. Cornelis Sutikno, Drs. Imam Sudibyo, Drs. Slameto,
sebagai teman-teman yang pernah menjadi anggota tim
pengajar mata kuliah ini, telah turut memberi masukan yang
viliPENGANTAR
berharga sehingga isi buku ini berkembang seperti sekarang
ini, untuk itu saya mengucapkan terima kasih. Kepada teman-
teman penatar di P3G Depdikbud tahun 1980-1982 saya
mengucapkan terima kasih. Merekalah yang pertama kali
memperkenalkan saya strategi belajar-mengajar ini. Kesulitan
ini dialami sendiri oleh penulis saat mengasuh mata kuliah
ini pada FKIP Universitas Kristen Satya Wacana selama
kurang lebih 12 tahun, Kepada Willi Toisuta, S.Pd.,Ph.D.,
teman dan Rektor UKSW tahun 1984-1992, saya meng-
ucapkan terima kasih atas dorongan yang selalu diberikan—
tidak hanya kepada saya, tetapi juga semua dosen—agar me-
ngembangkan kariernya dengan menulis, bahkan turut mem-
berikan sumber-sumber yang diperlukan bagi penulisan itu,
termasuk jasa konsultasi gratisnya.
Akhirnya, kepada semua rekan dosen FKIP, khususnya
pada Jurusan Pendidikan Ekonomi, saya mengucapkan terima
kasih atas kerja sama dan diskusi-diskusi dalam rangka pe-
ngembangan materi dalam buku ini. Namun, saya sendiri
menyadari bahwa masih terdapat kelemahan dalam buku ini.
Untuk itu, diharapkan kritik-kritik dan masukan dari
pembaca, khususnya bagi penyempurnaan buku ini dan bagi
pengembangan pendidikan pada umumnya.
W. GuléBAB 1
PENDAHULUAN
1. Pengertian Strategi
stilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia ke-
militeran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang
berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan
sebagai ilmu kejendevalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi
dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang.
Tujuan perang itu sendiri tidak ditentukan oleh militer, terapi
oleh politik. Sekali tujuan sudah ditetapkan oleh politik, maka
militer harus memenangkannya.!
Strategi dibedakan dengan taktik. Strategi dalam dunia
kemiliteran berhubungan dengan perang, yaitu cara yang
paling efektif untuk memenangkan perang. Taktik ber-
hubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk
melaksanakan peperangan itu. Kalau strategi adalah ilmu
peperangan, maka taktik adalah ilmu pertempuran.’ Pengerti-
an strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pen-
didikan. Menurut Ensiklopedia Pendidikan, strategi ialah the
1STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR:
art of bringing forces to the battle field in favourable position. Dalam
pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa
pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling
menguntungkan.
Dalam perkembangan selanjutnya strategi tidak lagi hanya
seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang dapat
dipelajari. Dengan demikian istilah strategi yang diterapkan
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar-
mengajar adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan
pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
‘Tujuan pengajaran itu sendiri ditetapkan dalam perencana-
an pengajaran atau yang kita kenal dengan kurikulum. Di
samping tujuan pengajaran, baik dalam arti tujuan instruk-
sional maupun tujuan noninstruksional, kurikulum memuat
isi dan pengalaman belajar yang semuanya turut menentukan
pemilihan strategi belajar-mengajar.
Strategi belajar-mengajar itu memuat berbagai alternatif
yang harus dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka pe-
rencanaan pengajaran. T. Raka Joni mengartikan strategi
belajar sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-murid
dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar.’ Perbuatan atau
kegiatan guru-murid di dalam proses belajar-mengajar itu
terdiri atas bermacam-macam bentuk. Keseluruhan bentuk
itulah yang dimaksud dengan pola dan urutan umum per-
buatan guru-murid. Seorang guru yang merencanakan
pengajarannya, lebih dahulu harus memikirkan strateginya.
Setelah menentukan suatu alternatif barulah ia menyusun
rencana pengajaran atau desain instruksional.
Strategi belajar-mengajar, menurut J.R. David dalam
Teaching Strategies for College Class Room (1976), ialah a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular
2PENDAHULUAN
educational goal (P3G, 1980). Menurut pengertian ini strategi
belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat ke-
giatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu. Kadang-kadang metode pengajaran sering dikacau-
kan dengan strategi belajar-mengajar.
Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan
seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran
yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka,
bisa dilaksanakan dengan berbagai metode seperti ceramah,
diskusi kelompok, maupun tanya jawab. Keseluruhan metode
itu termasuk media pendidikan yang digunakan untuk meng-
gambarkan strategi belajar-mengajar. Strategi dapat diartikan
sebagai a plan of operation achieving something ‘rencana kegiatan
untuk mencapai sesuatu’. Sedangkan metode ialah a way in
achieving something ‘cara untuk mencapai sesuatu’. Metode
pengajaran termasuk dalam perencanaan kegiatan atau
strategi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
* Strategi belajar-mengajar adalah rencana dan cara-cara
membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat
terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai
secara efektif.
* Cara-cara membawakan pengajaran itu merupakan pola
dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam per-
wujudan kegiatan belajar-mengajar.
¢ Pola dan urutan umum perbuatan guru-murid itu merupa-
kan suatu kerangka umum kegiatan belajar-mengajar yang
tersusun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan
yang telah ditetapkan.
Strategi belajar-mengajar merupakan rancangan dasar bagi
seorang guru tentang cara ia membawakan pengajarannya
di kelas secara bertanggung jawab. Strategi instruksional tidak
sama dengan desain instruksional. Desain instruksional me-
3STAATEG! BELAJAR-MENGAJAR
rupakan blue print suatu pengajaran. Blue print itu baru dapat
disusun setelah ditetapkan model dan bentuk pengajaran yang
dikehendaki. Atau dengan kata lain setelah diambil keputusan
tentang strategi yang dipergunakan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, strategi belajar-
mengajar juga tidak sama dengan metode pengajaran. Strategi
belajar-mengajar merupakan rencana kegiatan untuk men-
capai tujuan, sedangkan metode pengajaran adalah cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan itu. Metode pengajaran
adalah alat untuk mengoperasionalkan apa yang direncana-
kan dalam strategi. Untuk melaksanakan suatu strategi di-
gunakan seperangkat metede pengajaran tertentu. Dalam
pengertian yang demikian, maka metode pengajaran menjadi
salah satu unsur dalam strategi belajar-mengajar. Unsur lain
seperti sumber belajar, kemampuan yang dimiliki guru dan
siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi kelas,
waktu yang tersedia, dan kondisi kelas dan lingkungannya,
merupakan unsur-unsur yang juga mendukung strategi belajar-
mengajar.
2. Pendekatan
Untuk menyelesaikan persoalan pokok dalam memilih strategi
belajar-mengajar diperlukan suatu pendekatan tertentu.
Pendekatan tertentu itu merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada
dalam program belajar-mengajar. Sudut pandang tertentu itu
menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang guru dalam
menyelesaikan persoalan yang ia hadapi. Seorang guru yang
profesional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajar-
kan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang
menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan
4PENDAHULUAN
kemampuan apa yang ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar-mengajar.
Masing-masing guru memberi tekanan yang berbeda-beda
terhadap komponen-komponen pengajaran itu. Pemberian
tekanan pada aspek tertentu pada strategi belajar-mengajar
itu sangat tergantung dari persepsi guru tentang esensi mengajar.
Ada yang berpendapat bahwa mengajart itu adalah pe-
nyampaian informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian
yang demikian, maka tekanan pada strategi belajar-mengajar
terletak pada guru itu sendiri, guru berlaku sebagai sumber
informasi mempunyai posisi yang sangat dominan. Belajar
dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menertima informasi
dari guru. Pendekatan seperti ini akan menghasilkan strategi
belajar-mengajar yang disebut teacher centre strategies, suatu
strategi belajar-mengajar yang berpusat pada guru.
Namun, jika kita perhatikan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan arus globali-
sasi yang makin cepat, maka guru sebagai satu-satunya sumber
informasi tidak mungkin lagi dipertahankan. Bahkan sekolah
sendiri tidak mungkin lagi menjadi sumber informasi tunggal
bagi peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dengan strategi
yang berpusatkan guru ini tidak lagi sesuai dengan perkembang-
an yang dihadapi oleh sekolah.
Pendekatan lain bertolak dari pendapat bahwa belajar
adalah usaha untuk menguasai informasi. Dalam hubungan
ini, strategi belajar-mengajar dipusatkan pada materi pelajaran.
Pendekatan seperti ini menghasilkan apa yang disebut dengan
material centre strategies, strategi belajar-mengajar yang ber-
pusat pada materi. Dalam strategi belajar-mengajar yang
demikian, dua catatan perlu diperhatikan.
Pertama, kecenderungan pada dominasi kognitif di mana
pendidikan afektif dan keterampilan kurang mendapat tempat
5STRATEG! BELAJAR-MENGAJAR
yang seimbang dalam rangka peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Kedua, materi pelajaran yang disampaikan di dalam kelas,
dan yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang dengan
pesatnya perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Materi pelajaran itu lebih berfungsi sebagai masukan
(input) yang akan luluh dalam proses belajar-mengajar.
Pendekatan lain berpangkal dari pengertian mengajar
sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang meng-
optimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah
usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa secara optimal.
Yang menjadi pusat perhatian dalam proses belajar-mengajar
jalah siswa atau peserta didik. Pendekatan ini menghasilkan
strategi yang disebut student centre strategies, strategi belajar-
mengajar yang berpusat pada peserta didik. Tujuan mengajar
adalah membelajarkan siswa. Membelajarkan siswa berarti
meningkatkan kemampuan siswa untuk memproses, me-
nemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan
dirinya dalam konteks lingkungannya.
Kalau diperharikan secara lebih saksama, baik guru mau-
pun peserta didik, mempunyai peranan yang sama penting
dalam mewujudkan kegiatan belajar- mengajar di kelas. Dalam
upaya perwujudan kegiatan belajar-mengajar, maka guru dan
siswa keduanya adalah manusia yang pada hakikatnya adalah
makhluk yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsi dan
peranan masing-masing.
Guru bukanlah orang yang serba mengetahui, dan siswa
bukanlah orang yang serba tidak tahu. Guru mempunyai ke-
lebihan tertentu yang harus digunakan untuk membelajarkan
siswa. Pendekatan yang demikian ini kita sebut pendekatan
manusiawi (humanistik). Guru dan peserta didik keduanya
adalah manusia yang menjadi fokus dari strategi belajar-
6PENDAHULUAN
mengajar. Pendekatan humanistik tersebut lebih menitik-
beratkan manusia sebagai individu. Guru secara individual
sebagai pihak yang menyampaikan ilmu dan siswa secara in-
dividual melakukan kegiatan belajar untuk membentuk
selfconcept bagi dirinya sendiri.
Moh. Amin dalam bukunya Humanistik Education me-
nyebut tiga dalil utama dalam pendekatan ini, yaitu:
1. persepsi dari seseorang individu pada setiap saat menentu-
kan tingkah lakunya;
2. persepsi-persepsi tentang dirinya adalah lebih penting
daripada persepsi-persepsi lainnya yang ada;
3. manusia lebih terikat dalam usaha terus-menerus untuk
self-fullfilment.4
Berdasarkan ketiga dalil tersebut, peranan guru dalam ke-
giatan belajar-mengajar ialah berusaha secara terus-menerus
untuk membantu peserta didik membangun konsep bagi diri-
nya sendiri, Untuk maksud tersebut maka potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik perlu diketahui, dirangsang, dan di-
kembangkan. Pendekatan yang demikian disebut pendekatan
humanistik.
Strategi belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh pen-
dekatan terhadap pendidikan. Suatu strategi belajar-mengajar
yang telah dipilih dengan pendekatan tertentu, memerlukan
seperangkat metode pengajaran untuk melaksanakannya.
Selanjutnya untuk melaksanakan suatu metode pengajaran itu
diperlukan juga dibutuhkan seperangkat keterampilan yang
relevan.
3. Komponen Strategi Belajar-Mengajar
Pengertian tentang mengajar tergantung dari persepsi guru
tentang belajar. Kalau belajar adalah menerima pengetahuan,
7STRATEG! BELAJAR-MENGAJAR
maka mengajar ialah memberi pengetahuan. Kalau belajar
adalah memiliki keterampilan, maka mengajar adalah melatih
keterampilan.
Dalam buku ini, belajar diartikan sebagai usaha untuk
mengubah tingkah laku. Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah
lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan
berbuat. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar
itu secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa
komponen, termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam
menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu.
Komponen-komponen tersebut ialah:
1. Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan acuan
yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-
mengajar. Tujuan pengajaran yang berorientasi pada pem-
bentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai jika strategi
belajar-mengajar berorientasi pada dimensi kognitif.
be
Guru. Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman
pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya
mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya. Per-
bedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pe-
milihan strategi belajar-mengajar yang digunakan dalam
program pengajaran.
3. Peserta didik. Di dalam kegiatan belajar-mengajar, peserta
didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar,
keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Masing-masing
berbeda-beda pada setiap peserta didik. Makin tinggi ke-
majemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau
variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan
dalam menyusun suatu strategi belajar-mengajar yang tepat.
8