You are on page 1of 5

ANGKA KEMATIAN DI INDONESIA

MACAM-MACAM ANGKA KEMATIAN DI


INDONESIA

Disusun oleh

LUQMAN

NUR AMAYLIA KW (J410171185)

DIAN

DHESMA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pendudukan baik secara kualitas maupun kuantitas
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu yang mempengaruhi
perkembangan penduduk adalah tingkat mortalitas. Mortalitas bayi
merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan
migrasi yang mempengaruhi jumlah, struktur dan komposisi penduduk
suatu daerah. Selain mempengaruhi jumlah struktur dan komposisi
penduduk, angka kematian juga digunakan sebagai indikator yang
berhubungan dengan derajat kesehatan dan pembangunan manusia.
Peningkatan derajat kesehatan dilakukan dengan menurunkan angka
kematian khususnya angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan angka
kematian balita (Mantra, 2003). Indikator derajat kesehatan masyarakat
secara umum dapat dilihat dari (Iqbal Mubarak,Wahit, 2005) :
1. Umur harapan hidup (Life expectations)
2. Angka kematian bayi (infant mortality) dan balita menurun .
3. Bayi lahir : Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan berat badang
2500 gramatau yang kurang yang dewasa ini adalah sekitar 14 %
diharapkan akan turun menjadi setinggitingginya 7% pada masa
yang akan datang.
4. Angka kesakitan (Morbiditas).

Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan
dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan
dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan
lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja
pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular,


penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap
kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit
sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit
karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak
rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan
menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah.

Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gisi dan


kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan
faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat
(Budi Oetomo, 1985). Tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari
ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan
pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan.

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen


demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah
dan komposisi umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua
tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.

B. TUJUAN
a. Untuk mengetahui angka kematian Kasar di Indonesia
b. Untuk mengetahui angka kematian Bayi di Indonesia
c. Untuk mengetahui angka kematian Balita di Indonesia
d. Untuk mengetahui angka kematian Ibu di Indonesia

II. PEMBAHASAN
A. Angka Kematian Kasar di Indonesia
B. Angka kematian Bayi di Indonesia
Menurut Badan Pusat Statistik angka kematian bayi adalah angka
yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan
dengan per seribu kelahiran hidup). Kematian bayi adalah kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu
tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat. Di dunia,
angka kematian bayi sangat bervariatif pada setiap negara. Di negara
berkembang, angka kematian bayi masih tergolong tinggi. Berdasarka
buku tahuan statistik ASEAN dalam profil kesehatan Indonesia 2005,
Brunei Darusallam, Malaysia, dan Singapura tergolong AKB yang rendah
yaitu dibawah 20 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Indonesia , AKB-
nya yaitu sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih dibawah
negara Filipina dan Thailand, yang masing-masing AKB-nya adalah 28
dan 20 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI 2002-2003, AKB di
Indonesia yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Susenas 2004, di Indonesia pada tahun 2002 terdapat 52
bayi yang meninggal diatara 1000 kelahiran sebelum tepat 1 tahun (data
statistik Indonesia, 2009). Menurut laporan awal (preliminary report)
Survey Demografi Kesehatan Idonesia (SDKI) 2007 angka kematian bayi
memang mengalami perbaikan dari tahu-tahun sebelumnya. Tetapi angka
ini belum menggambarkan kondisi di daerah di Indonesia yang
sesunggguhya karena bila dilakukan perbandingan kondisi antar daerah,
terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara daerah maju dan terpecil,
serta antara daerah pedesaan dan perkotaan
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang
umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang
terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi
eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk


mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi
yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang
tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua
si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan
pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin
secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka
kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

IV. DAFTAR PUSTAKA


Budi Utomo, (1985). Mortalitas: Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia. Proyek
Penelitian Morbiditas dan Mortalitas. Jakarta: Universitas Indonesia.
Badan Pusat Statistik, 2001. Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi Hasil Sensus
Penduduk Tahun 2000 , Jakarta: Badan Pusat Statistik.

You might also like