Professional Documents
Culture Documents
Askep Osteomelitis
Askep Osteomelitis
TUGAS MAKALAH
ASKEP MUSCULOSKLETAL
Pembimbing Akademik: Ns.Erick Endra Cita,M.Kep.,CWCS
Disusun Oleh :
SUPRIYANTO
M14.01.0010
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan
dambaan banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun
berangsur – angsur menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit.
Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat
perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang
memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada
kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pada orang berusia di atas
50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis.
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang.
Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3
wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun.
Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita
muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya
hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit
osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak
mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia
lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-
2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta
akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit
osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di
Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk
wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun
untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di
5
seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga
perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau
keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit
osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia jauh
lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2 setelah
Negara Cina.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimksud dangan osteoporosis?
2. Apa penyebab osteoporosis?
3. Apa gejala yang ditimbulkan osteoporosis?
4. Bagaimana pengobatan osteoporosis?
5. Bagaimanakah pencegahannya?
C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan ”Osteoporosis”.
· Tujuan Umum :
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami
defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan
keperawatan serta asuhan keperawatan dari Osteoporosis.
· Tujuan Khusus :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteoforosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya
kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan
meningkatkan resiko patah tulang. Massa tulang laki – laki dan perempuan akan
berkurang seiring bertambahnya usia. Masa tulang pada perempuan berkurang lebih
cepat di bandingkan dengan laki – laki. Hal ini disebabkan pada massa menopause,
fungsi ovarium menurun drastis yang berdampak pada berkurangnya produksi
hormonestrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya karena usia
yang lanjut ( menopause ), terjadilah penurunanaktivitas osteoblas ( pembentukan
tulang baru ) dan peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur tulang ). Jadi, secara
kodrati oateoporosis lebih banyak menyerang perempuan, yaitu lebih 2,5 kali lebih
sering dibandingkan laki – laki.
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi
tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan
masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah.
Tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada
tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan
patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra
mengakibatkan deformitas skeletal. Osteoporosis merupakan penyakit skeletal
sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas
tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat
trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993).
1. Jenis Osteoporosis
8
B. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah
tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel
darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fosfat. Komponen-komponen nonselular utama dar jaringan tulang
adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium
dan fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada
matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan
tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain
yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
a. Diafisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder.
Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
Sumsum kuning terdapat pada diafisis, terutama terdiri dari sel-sel lemak.
b. Metafisis, adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.
Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa
yang mengandung sel-sel hematopoietik. Sumsum merah juga terdapat di
bagian epifisis dan diafisis tulang.
c. Lempeng epifisis, adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-
anak, dan bagian ini akna menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis
langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan
metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang berhenti. Seluruh
tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut perioteum yang
mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi yang berperan dalam proses
pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang
mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri
inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu
tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan prteoglikan sebagai metriks tulang atau jaringan
oeteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali yang memegang peranana penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim
proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral
tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
C. Etiologi
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
10
fisik akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang
merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
3. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama
pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat
penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa
menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan
keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa
menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan
serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil
akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah
pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium
sehari.
4. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan
secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah
pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
14
jenis kelamin dan apakah klien sudah menopause atau belum. Penipisan tulang
akibat pemberian steroid paling cepat berlangsung pada 6 bulan pertama
pengobatan, dengan rata-rata penurunan 5% pada tahun pertama, kemudian
menurun menjadi 1%-2% pada tahun-tahun berikutnya. Dosis harian prednison
7,5 mg per hari atau lebih secara jelas meningkatkan pengeroposan tulang dan
kemungkinan fraktur. Bahkan prednison dosis rendah (5 mg per hari) telah
terbukti meningkatkan risiko fraktur vertebra.
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).
Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih
besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
1. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
2. Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan
tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada
usia lebih muda
3. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar
20-30 % dan pd wanita 40-50 %
4. Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti
metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra
5. Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian
proksimal dan radius bagian distal.
E. Manifestasi Klinis
Osteoporosis merupakan silent disease. Klien osteoporosis umumnya tidak
mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur.
Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan
gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah
16
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin,
tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi
lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak
dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang
total yang disebut osteoporosis.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologis
17
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan
hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan
deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyao nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
G. Penatalaksanaan Medis
1. Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :
a. Pengobatan
1. perempuan yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi dan
Bifosonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
2. Perempuan pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa
mendapatkan estrogen ( biasanya bersama dengan progesterone)
18
H. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan . Penurunan fungsi, dan
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan klien yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan
fisik dan riwayat psikososial.
1. Anamnese:
a. Identitas
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
2. Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.
3. Aspek Penunjang
1. Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat
korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat.
Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan
kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus
pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas
bikonkaf.
2. CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai
nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra
diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau
penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breathing).
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang
belakang.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
23
b). B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat
dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan
efek obat
c). B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah,
klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
1. Kepala dan wajah: ada sianosis
2. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
3. Leher: Biasanya JVP dalam normal
4. Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang
disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih,
fraktur kompresi vertebra
a). B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemiha
b). B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun
perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, sertabaufeses.
c). B6 ( Bone).
yang sering Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna
vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau
gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat
badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-
length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur terjadi adalah
antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
24
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak
pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien
tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder
akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru
ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien
mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan
tinggi badan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan
skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.
4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan
gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang,
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan
stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan
menyebabkan kifosis angular.
5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak
menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).
25
C. Intervensi
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang.
Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang
dan istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam
perawatan dan penanganannya secara sederhana.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien yang 1. Dasar untuk memberikan alternative dan
masih ada. latihan gerak yang sesuai dengan
kemapuannya.
2. Rencanakan tentang pemberian program
2. Latihan akan meningkatkan pergerakan otot
latihan:
dan stimulasi sirkulasi darah
Intervensi Rasional
28
1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari 1. Menciptakan lingkungan yang aman dan
bahaya: mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
Intervensi Rasional
30
Intervensi Rasional
31
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
D. Implementasi
Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase
implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi
rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan
asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan,
kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan
mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :
1. Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam
tindakan keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang
diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan
ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan
yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan
lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik
terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan meliputi:
1. Nyeri berkurang
2. Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
3. Tidak terjadi cedera
4. Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
5. Status psikologis yang seimbang
6. Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan :
1. Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa
tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi
disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang
mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah
patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)
2. Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-
mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.
Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka
tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
B. Saran :
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja Diharapkan
makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa
calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai“ASKEP
MUSKULOSKELETAL OSTEOPOROSIS” menjadi bekal dalam
pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti
melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik
terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional
dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay, Abul K. Abbas dan Nelson Fausto. 2005. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6. Jakarta :
EGC.