Professional Documents
Culture Documents
Hardness Laporan
Hardness Laporan
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Luas tanah gambut di Provinsi Riau sebesar 4.043.600 hektar
merupakan urutan kedua terluas di Indonesia setelah Papua dan Papua
Barat (BB Litbang SDLP, 2008). Areal gambut di Provinsi Riau pada
tahun 2007 telah dikonversi seluas 57% (1,83 juta ha dari luas hutan
gambut 3,2 juta ha. Laju konversi lahan gambut cenderung meningkat
dengan cepat, sedangkan lahan non gambut peningkatannya relatif
lebih lambat (WWF, 2008). Tersedianya lahan gambut yang cukup
luas di Provinsi Riau diharapkan dapat menjadi salah satu faktor
pendorong untuk lebih meningkatkan pemanfaatan tanah gambut
dalam bidang budidaya perikanan.
Masalah yang sering dihadapi oleh petani ikan dalam mengolah
tanah gambut ini adalah kualitas air dan tanahnya yang relatif buruk
seperti pH rendah berkisar antara 3,4 - 5, suplai air kurang terjamin,
topografi lahan kurang menguntungkan, warna air coklat kemerahan,
sedikit mengandung mineral dan kandungan unsur hara yang rendah
(Suherman et al, 2000). Penambahan unsur hara terhadap tanah
gambut diharapkan dapat memperbaiki kualitas air dan tanah gambut.
Tanah dan air yang terlalu masam dapat dinaikkan pHnya
dengan melakukan pengapuran, sedangkan untuk meningkatkan
kandungan unsur haranya dapat diatasi dengan pemupukan. Tingginya
harga pupuk kimia menyebabkan tingginya biaya pengelolaan kolam
khususnya dalam melakukan pemupukan, oleh karena itu perlu dicari
alternatif lain yaitu pupuk yang murah dan mudah didapatkan.
Menurut Goncalves dan Moro (dalam Nambiar dan Brown, 1997)
aplikasi Fly Ash merupakan salah satu alternatif yang praktis dalam
proses nutrient recycling atau mengembalikan unsur hara ke dalam
tanah. Aplikasi Fly Ash mampu memperbaiki kesuburan serta
ketersediaan hara untuk tanaman.
Fly Ash merupakan salah satu hasil pembakaran tandan kosong
kelapa sawit dan potongan kayu bekas pada pabrik kelapa sawit dan
pulp dimana fly ash merupakan limbah industri yang ramah
lingkungan karena tidak mengandung toksik bagi tanah dan
organisme. Selain itu fly ash dapat menambah kandungan unsur hara
dalam tanah yang dapat memperbaiki kualitas tanah dasar kolam
perikanan. Kemampuan fly ash sebagai bahan atau zat yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dipercaya
karena keunggulan sifat kimiawinya yang kaya akan unsur hara, tidak
mengandung bahan toksik bagi tanah dan makhluk hidup, bersifat
alkali yang selanjutnya dapat menaikkan pH tanah serta aplikasi
penggunaan Fly Ash dapat menambah kandungan unsur hara dalam
tanah (Nambiar dan Brown, 1997).
Sampai saat ini penggunaan fly ash sebagai pupuk sudah banyak
digunakan, terutama di bidang pertanian oleh para petani sawit dan
tanpa melihat dosis yang diberikan, ternyata memberikan hasil yang
baik bagi pertumbuhan tanaman sawit. Sementara dari hasil penelitian
penggunaan fly ash ini dapat meningkatkan kandungan kalium dan
tembaga pada tanah dan meningkatkan pertumbuhan jagung (Rini,
2005). Akan tetapi penggunaan fly ash ini dalam bidang budidaya
perikanan masih belum ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
fly ash terhadap kelimpahan fitoplankton dalam usaha budidaya. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
alternatif pengelolaan tanah dengan menggunakan fly ash sebagai
pupuk organik dan dapat mengurangi limbah fly ash yang dibuang ke
lingkungan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2007.
Pemupukan dilakukan di lapangan (di belakang Laboratorium
Teknologi Budidaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau). Sedangkan analisis dan identifikasi sampel
dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Bahan dan alat yang digunakan selama penelitian ini adalah;
wadah yang terbuat dari papan dan dilapisi plastik yang berbentuk
kubus dengan ukuran 50 cm x 45 cm x 40 cm sebanyak 12 buah, dan
diisi dengan tanah gambut setebal 15 cm. Tanah yang digunakan
diambil dari desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar dengan jarak 20
meter dari pinggir jalan raya. Air yang digunakan adalah air yang
berasal dari sumur bor FAPERIKA UNRI.
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fly Ash yang
diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit milik PT. Asia Sawit Makmur
Jaya (ASMJ) yang berlokasi di Desa Jake Kabupaten Kuantan
Singingi. Dari hasil analisa di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA
UNRI Fly Ash ini mengandung 0,3657 % N, 0,9693 % P2O5 dan
2,3800 % K2O.
Metode uji yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Bak kayu
disusun secara acak dengan menggunakan pola Rancangan Acak
Lengkap (RAL) satu faktor terdiri dari empat taraf perlakuan dan tiga
kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah dosis Fly Ash (grade
0,3657-0,9693-2,3800) yang berbeda, mengikuti rumus konversi yang
dianjurkan Boyd (1979). Dosis Fly Ash ditetapkan berdasarkan unsur
N yang dikandung Fly Ash kemudian dikonversikan ke dalam rumus
yang dianjurkan Boyd (1979), yaitu P0 = Tanpa Pemberian Fly Ash
(kontrol), P1 = 246,1 g/m2, P2 = 492,2 g/m2 dan P3= 738,3 (g/m2).
1.2.2. Hardness
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam
kalsium dan magnesium air sadah tidak baik untuk mencuci karena
ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan berikatan dengan sisa asam karbohidrat
pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih.
Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut dalam
air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari
larutan dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian
melekat pada logam (wadah) dan menjadi keras sehingga
mengakibatkan timbulnya kerak.
1.2.2.1. Pengertian Hardness
Hardness adalah kandungan mineral-mineral tertentu di
2+
dalam air, umumnya ion kalsium (Ca ) dan ion magnesium
2+
(Mg ) dalam bentuk garam karbonat.
1.2.2.2. Klasifikasi Hardness
Kesadahan dapat dibedakan menjadi :
1. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan
oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2,
4. Kesadahan Karbonat
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang
menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan
karbonat (CO3–) di dalam air. KH sering disebut sebagai
alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk
mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat
H+)Kesadahan ini umumnya dihilangkan menggunakan
resin penukar ion. Untuk proses air minum sampai sekarang
hanya dipakai resin dengan sifat anionik.
2.1. Alat
1. Buret 50 ml 1 buah
2. Statif & kleim 1 buah
3. Pipet volume 25 ml 1 buah
4. Bola karet 1 buah
5. Corong 1 buah
6. Erlenmeyer 500 ml 1 buah
7. Pipet mili 10 ml 1 buah
8. Erlenmeyer 200 ml 1 buah
9. Gelas ukur 100 ml 1 buah
10. Pipet tetes 5 buah
11. Beaker glass 500 ml 2 buah
12. Botol semprot 1 buah
13. Spatula 1 buah
2.2. Bahan
diamkan
1. Sampel + aquades + KOH 50% Lar. tidak berwarna
5 menit
diaduk
2. Lar. tak berwarna + HONH2 HCl 10 % sampai rata
Lar. tdk berwarna
dititrasi
5. Lar. merah gelap Lar. biru
EDTA 0.01 M
dititrasi
5. Lar. merah gelap Lar. biru
EDTA 0.01 M
BAB VI
PENGOLAHAN DATA
= 12,636 mg/l
= 21,384 mg/l
= 26,244 mg/l
HOOCCH2 CH2COOH
N - CH2 - CH2 - N
HOOCH2 CH2COOH
EDTA
HOOCCH2 CH2COOCa
N - CH2 - CH2 – N
HOOCH2 CH2COOCa +
Kalsium EDTA
Larutan Biru
2. Reaksi Penetapan Kadar Mg2+
2NH4 OH + H2O
OH OH
MgCl2 + O3S
N=N
NO2
Cl Cl
Magnesium hidroksida
HOOCCH2 CH2COOH
N - CH2 - CH2 – N
HOOCH2 CH2COOH
EDTA
HOOCCH2 CH2COMg
N - CH2 - CH2 – N +
HOOCH2 CH2COMg
Magnesium EDTA
Cl Cl
Larutan biru
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan bahwa pada air sungai diperoleh kadar Ca2+ sebesar
33,6 mg/l, kadar Mg2+ sebesar 26,244 mg/l serta kesadahan totalnya adalah
192 mg/l
2. Dari hasil percobaan bahwa pada air mineral merk aqua diperoleh kadar
Ca2+ sebanyak16 mg/l, kadar Mg2+ sebanyak 21,384 mg/l serta kesadahan
totalnya adalah 128 mg/l
3. Dari hasil percobaan bahwa pada air mineral merk total 8+ diperoleh kadar
Ca2+ sebanyak 30,4 mg/l,kadar Mg2+ sebanyak 12,636 mg/l serta
kesadahan totalnya adalah 128 mg/l
4. Dari Analisa data dapat disimpulkan bahwa air mineral merk aqua
memiliki kandungan Ca2+ dan yang lebih kecil dari pada air mineral merk
total 8+ dan pada sampel air mineral merk Aqua memiliki kadar Mg2+ yang
lebih kecil dari pada air mineral merk total 8+.
7.2 SARAN
1. Pada saat pengambilan larutan KCN 10% sebaiknya berhati – hati karena
KCN 10% termasuk larutan yang berbahaya.
2. Kesadahan pada air limbah cuci pakaian dan air mineral merk “ades” dapat
ditanggulangi dengan pemanasan,penambahan soda kapur
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Pamungkas Niken, dkk. Jurnal : Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Sawit
(Fly Ash) Untuk Meningkatkan Kelimpahan Fitoplankton Pada Media
Budidaya. 2012
Sumber Internet :
http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/04/analisa-hardness-dalam-air.html
https://www.google.com/#q=pengertian+kesadahan
https://www.google.com/#q=pengertian+kesadahan
LAMPIRAN
Karakteristik Air