You are on page 1of 2

Tatalaksana Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan
membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan.

1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 minggu)

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunya
hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut sebagai periode laten.

Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar
70-80% kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah,
bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan
induksi persalinan, dan apabila gagal maka dilakuan bedah Caesar.

Pemberian antibiotic profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Antibiotik diberikan untuk
mencegah terjadinya chorioamnionitis. Waktu pemberian antibiotic diberikan segera setelah
diagnosis KPD ditegakan.

Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu
sampai 6-8 jam dengan alasan penderita menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan
mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma
obstetric karena partus dapat dikurangi.

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu
dan jalannya proses persalinan yang berhubungan dengan komplikasinya.

2. Penalataksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi.
Pengelolaan bersifat konservatif disetai pemberian antibiotic yang adekuat sebagai profilaksis.

Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37
minggu. Obat-obatan uterolitic atau tocolitic juga diberikan yang bertujuan untuk menunda proses
persalinan.

Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD
kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau
melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan
induksi persalinan tanpa mempertimbangkan umur kehamilan.
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang
timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi.

Kegagalan induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah Caesar. Seperti halnya
pada pengelolaan KPD cukup bulan.

Pengelolaan konservatif meliputi pemeriksaan leukosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-
tanda vital terutama temperatir setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian
antibiotic mulai saat diagnosis ditegakan dan selanjutnya setiap 6 jam.

Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPS telah dilapotkan secara pasti dapat
menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan
penggunaan kortikostreroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi
intraamnion.

You might also like