You are on page 1of 21

TBC ANAK

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ tubuh
manusia seperti paru, ginjal, kelenjar getah bening, selaput jantung, selaput otak usus,
dan lain-lain, tetapi yang paling banyak adalah organ paru. (Bahar,2001). Seseorang
disebut penderita tuberculosis paru jika kuman M.Tuberculosis menyerang paru.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosa, yaitu suatu bakteri tahan asam. (Suriadi,2001)
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh M.Tuberculosis
yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara.
(Netina,2002).
B. ETIOLOGI
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1–4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan asam dan lebih
tahan terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai
daerah yang banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi
kandungan oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediklesi
pada penyakit tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan
klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberculosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda
lain positif).
b. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-
tanda lain meragukan).
Penyebab tuberculosis ini adalah mycobactterium tuberculosis, mycrobacterium
bovis, dan mycobacterium africanum.
Faktor – faktor yang menyebabkan seseorang dapat terinfeksi mycobacterium
tuberculosis paru adalah :
1. Usia
Usia bayi mungkin besar mudah terinfeksi karena imaturitas imun tubuh bayi.
Pada masa puber dan remaja terjadi masa pertumbuhan cepat namun
kemungkinan mengalami infeksi cukup tinggi karena asupan nutrisi tidak
adekuat.
2. Jenis kelamin
Angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
pada masa akhir kanak – kanak dan remaja.
3. Herediter
Daya tubuh seseorang diturunkan secara genetic.
4. Keadaan stress
Situasi yang penuh stres menyebabkan kurangnya asuupan nutrisi sehingga
daya tahan tubuh menurun.
5. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid
Kemungkinan mudah terinfeksi karena daya tahan tubuh anak ditekan oleh
obat kortikosteroid.
6. Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat,
kemunginan infeksi cukup tinggi karena diet yang tidak adekuat.
7. Mycobactterium tuberculosis, mycrobacterium bovis, dan mycobacterium
africanum.
8. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebar luasan infeksi.
9. Nutrisi : satuan nutrisi yang kurang
10. Infeksi berulang : HIV, measles, pertusis
11. Tidak memenuhi turan pengobatan.

C. TANDA DAN GEJALA


a. Dahak bercampur darah
b. Batuk darah
c. Sesak nafas dan rasa nyeri dada
d. Badan lemah, nafsu makan menurun
e. Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa..
f. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh
darah).
g. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
h. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.
i. Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk
(batuk tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri
dada, hemoptysis.
b. Gejala lanjut, (jaringan paru – paru sudah banyak rusak) : pucat, anemia
lemah dan berat badan menurun.
c. Pemulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui karena mulainya
penyakit secra perlahan. Kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa
gejala atau keluhan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan fisik
b. Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit
c. Reaksi terhadap test tuberculin : reaksi test positif ( diameter = 5mm)
menunjukkan adanya infeksi primer
d. Radiologi : terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebran milier, penyebaran bronkogen,
atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.
e. Kultur sputum : kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urine,
cairan serebrospinal cairan nodus limfe ditemukan hasil tuberculosis.
f. Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,
peritoneum, kulit ditemukan tuberkal, dan basiltahan asam
g. Uji BCG: reaksi positif jika setelah mendapatkan suntikan BCG langsung
terdapat reaksi local yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari set
penyuntikan.
h. Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin test tuberculin positif
i. Penyakit TB : gambaran radiologi positif, kultur sputum posif, dan adanya
gejala- gejala penyakit
F. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
2. Sirosis hepatis
3. Meningitis (Smeltzer dan Brenda, 2002)
4. Spondilitis
5. Pleuritis
6. Bronkopneumoni
7. Atelektasis (Suriadi, 2010)

G. PATOFISIOLOGI
a. Masuknya kuman tuberculosis didalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis
serta daya tahan tubuh manusia.
b. Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup kedalam paru – paru, maka
terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut focus primer. Basil
tuberculosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut
kekelenjar limfe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar
regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi
terjadi sekitar 2-10 minggu(6-8 minggu) pasca infeksi.
c. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji
tuberculin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer
disebut masa inkubasi.
d. Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama
di perifer dekat pleura,tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru
dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional
serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih
banyak terjadi melalui hematogen.
e. Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke
limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitive
terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag
atau mengaktiifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal,
atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang
biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran
yang relatifpadat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
f. Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak;
penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbulkan
gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus
dan menimbulkan gejala akut, kadang – kadang kronis, penyebaran
hematogen berulang.
H. PENATALAKSANAAN
a. Nutrisi adekuat
b. Kemoterapi : pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3
karasteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya
akan oksigen, basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen
berkembang lambat dan dorman hingga nbeberapa tahun, basil yang
mengalami mutasi sehingga resistensi terhadap obat. Isonized (INH) bekerja
sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama 18-24
bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara
INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama 2
bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberiakan 2 kali
dalam 1 minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diiberikan
intramuscular) dan ethambutol. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan
dengan obat antituberculosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya
pada meningitis.
c. Pembedahan : dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan
cara mengangkat jaringan paru yang rusak, tindaka ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulornatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
d. Pencegahan ; menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberculosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang
adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan karnoterapi, pemberian
imunisasi BCG untuk menungkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberculosis virulen.
I. PATHWAYS
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah
sebagai berikut :

1. Riwayat Perjalanan Penyakit

Keluhan utama: Batuk produkif dan non produktif

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:

a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.

d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.

e. Daya tahan tubuh yang menurun.

f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:

a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.

c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan


penyakitnya.

d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

4. Riwayat Sosial Ekonomi:


a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan
pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
Faktor Pendukung:

 Riwayat lingkungan.
 Pola hidup. (Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri).
 Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

1) Pola aktivitas dan istirahat


Subjektif: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur,
demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.

2) Pola nutrisi
Subjektif: Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif: Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

3) Respirasi
Subjektif: Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif: Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning
atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di
daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak
napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

4) Rasa nyaman/nyeri
Subjektif: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif: Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

5) Integritas ego
Subjektif: Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif: Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir
penyakit.
b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ;
Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
e) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

B. INTERVENSI

INTERVENSI
No NANDA (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakanAirway Suctioning
Bersihan Jalan Nafas keperawatan selama …. x
1. Pastikan kebutuhan
24 jam klien akan:
Batasan Karakteristik : oral/tracheal suctioning
Respiratory status :2. Auskultasi suara nafas
 Tidak ada batuk
Ventilation sebelum dan sesudah
 Suara napas
suctioning.
tambahan Respiratory status :
Airway patency 3. Informasikan pada klien
 Perubahan
dan keluarga tentang
frekuensi napas Respiratory Status: Gas suctioning

 Perubahan iramaExchange
4. Minta klien nafas dalam
napas
Aspiration Prevention, sebelum suction dilakukan.

 Sianosis yang dibuktikan dengan


5. Berikan O2 dengan
indikator sebagai berikut:
 Kesulitan menggunakan nasal untuk

berbicara/mengeluar (1-5 = tidak pernah, jarang, memfasilitasi suksion

kan suara kadang-kadang, sering, atau nasotrakeal

selalu) 6. Gunakan alat yang steril


 Penurunan bunyi
napas setiap melakukan tindakan
Kriteria Hasil :

 Dispnea 7. Anjurkan pasien untuk


 Mendemonstrasikan
istirahat dan napas dalam
 Sputum dalam batuk efektif dan suara
setelah kateter dikeluarkan
jumlah yang nafas yang bersih, tidak
dari nasotrakeal
berlebihan ada sianosis dan
dyspneu (mampu8. Monitor status oksigen
 Batuk yang tidak
mengeluarkan sputum, pasien
efektif
mampu bernafas9. Ajarkan keluarga
 Ortopnea dengan mudah, tidak bagaimana cara melakukan
ada pursed lips) suksion
 Gelisah
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien10. Hentikan suksion dan
 Mata terbuka tidak merasa tercekik, berikan oksigen apabila pasien
lebar irama nafas, frekuensi menunjukkan bradikardi,
pernafasan dalam peningkatan saturasi O2, dll.
Faktor yang
rentang normal, tidak
berhubungan: Airway Management
ada suara nafas
abnormal)
Lingkungan 1. Buka jalan nafas, guanakan
 Mampu
teknik chin lift atau jaw thrust
mengidentifikasikan
 Perokok pasif
bila perlu
dan mencegah factor
 Mengisap asap
2. Posisikan pasien untuk
yang dapat
 Merokok memaksimalkan ventilasi
menghambat jalan
nafas 3. Identifikasi pasien
Obstruksi jalan napas
perlunya pemasangan alat
 Spasme jalan jalan nafas buatan
napas
4. Pasang mayo bila perlu
 Mucus dalam
jumlah yang 5. Lakukan fisioterapi dada
berlebihan jika perlu

 Eksudat dalam 6. Keluarkan sekret dengan


alveoli batuk atau suction

 Materi asing 7. Auskultasi suara nafas,


dalam jumlah napas catat adanya suara tambahan

 Adanya jalan 8. Lakukan suction pada


napas buatan mayo

 Sekresi yang 9. Berikan bronkodilator bila


tertahan/sisa sekresi perlu

 Sekresi dalam 10. Berikan pelembab udara


bronki Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
Fisiologis
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Jalan napas
alergik 12. Monitor respirasi dan
 Asma status O2

 Penyakit paru
obstruksi kronis

 Hyperplasia
dinding bronchial

 Infeksi

 Disfungsi
neuromuskular

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakanEnergy Management


keperawatan selama …. x
Batasan karakteristik : 1. Observasi adanya
24 jam klien akan:
pembatasan klien dalam
 Respons tekanan
Energy conservation melakukan aktivitas
darah abnormal
2. Dorong anak untuk
terhadap aktivitas Self Care: ADLs, yang
mengungkapkan perasaan
 Respon frekuensidibuktikan dengan indikator
terhadap keterbatasan
jantung abnormalsebagai berikut:
terhadap aktivitas 3. Kaji adanya factor yang
(1-5 = tidak pernah, jarang, menyebabkan kelelahan
Faktor yang berhubungankadang-kadang, sering, atau
4. Monitor nutrisi dan
: selalu)
sumber energi tangadekuat
 Tirah baring Kriteria Hasil :
5. Monitor pasien akan
 Kelemahan
adanya kelelahan fisik dan
umum  Berpartisipasi dalam
 Ketidakseimbang aktivitas fisik tanpa emosi secara berlebihan
an antara suplai dan disertai peningkatan
6. Monitor respon
kebutuhan oksigen tekanan darah, nadi dan
kardivaskuler terhadap
RR
 Imobilitas  Mampu melakukan aktivitas

aktivitas sehari hari 7. Monitor pola tidur dan


 Gaya hidup
(ADLs) secara mandiri lamanya tidur/istirahat pasien
monoton

Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social

4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan

5. Bantu untuk mendpatkan


alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek

6. Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai

7. Bantu klien untuk


membuat jadwal latihan
diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasia
kekurangan dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif


bagi yang aktif beraktivitas

10. Bantu pasien untuk


mengembangkan motivasi diri
dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi,


social dan spiritual

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakanNutrition Management


Nutrisi : Kurang Darikeperawatan selama …. x
1. Kaji adanya alergi
Kebutuhan Tubuh 24 jam klien akan:
makanan
Batasan karakteristik : Nutritional Status : food 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
and Fluid Intake untuk menentukan jumlah
 Kram abdomen
kalori dan nutrisi yang
 Nyeri abdomen Weight : Body Mass, yang
dibutuhkan pasien.
dibuktikan dengan indikator
 Menghindari
sebagai berikut: 3. Anjurkan pasien untuk
makan
 Berat badan 20% meningkatkan intake Fe
(1-5=tidak pernah, jarang,
atau lebih di bawah
kadang-kadang, sering, atau 4. Anjurkan pasien untuk
berat badan ideal
selalu) meningkatkan protein dan
 Kerapuhan vitamin C
kapiler Kriteria Hasil :
5. Berikan substansi gula
 Diare  Adanya peningkatan
6. Yakinkan diet yang
berat badan sesuai
 Kehilangan dimakan mengandung tinggi
dengan tujuan
rambut berlebihan serat untuk mencegah
 Berat badan ideal
konstipasi
 Bising usung sesuai dengan tinggi
hiperaktif badan 7. Berikan makanan yang
 Mampu
terpilih ( sudah
 Kurang makan mengidentifikasi
dikonsultasikan dengan ahli
kebutuhan nutrisi
 Kurang informasi gizi)
 Tidak ada tanda tanda

 Kurang minat malnutrisi 8. Ajarkan pasien bagaimana


 Tidak terjadi penurunan
pada makanan membuat catatan makanan
berat badan yang
harian.
 Penurunan berat berarti
badan dengan asupan 9. Monitor jumlah nutrisi dan
makanan adekuat kandungan kalori

 Kesalahan 10. Berikan informasi tentang


konsepsi kebutuhan nutrisi

 Kesalahan 11. Kaji kemampuan pasien


informasi untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
 Membrane
mukosa pucat Nutrition Monitoring

 Ketidakmampuan
1. BB pasien dalam batas
memakan makanan
normal
 Tonus otot 2. Monitor adanya penurunan
menurun berat badan

 Mengeluh 3. Monitor tipe dan jumlah


gangguan sensasi aktivitas yang biasa dilakukan
rasa
4. Monitor interaksi anak atau
 Mengeluh asupan orangtua selama makan
makanan kurang dari
5. Monitor lingkungan
RDA (recommended
selama makan
daily allowance)
6. Jadwalkan pengobatan dan
 Cepat kenyang
tindakan tidak selama jam
setelah makan
makan
 Sariawan rongga
7. Monitor kulit kering dan
mulut
perubahan pigmentasi
 Steatore
8. Monitor turgor kulit
 Kelemahan otot
9. Monitor kekeringan,
pengunyah
rambut kusam, dan mudah
 Kelemahan otot patah
untuk menelan
10. Monitor mual dan muntah

Faktor yang berhubungan 11. Monitor kadar albumin,


: total protein, Hb, dan kadar Ht

 Faktor biologis 12. Monitor makanan


 Faktor ekonomi kesukaan

 Ketidakmampuan 13. Monitor pertumbuhan dan


untuk mengabsorpsi perkembangan
nutrisi
14. Monitor pucat, kemerahan,
 Ketidakmampuan dan kekeringan jaringan
untuk mencerna konjungtiva
makanan
15. Monitor kalori dan intake

 Faktor psikologis nuntrisi

16. Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.

17. Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet

4 Kurangnya Setelah dilakukan tindakanTeaching: Disease Process


Pengetahuan keperawatan selama …. x
1. Berikan penilaian tentang
24 jam klien akan:
Batasan karakteristik : tingkat pengetahuan pasien
Kowledge: disease process tentang proses penyakit yang
 Perilaku
spesifik
hiperbola Kowledge: health
2. Jelaskan patofisiologi dari
 Ketidakdaruratan behavior, yang dibuktikan
penyakit dan bagaimana hal
mengikuti perintah dengan indikator sebagai
ini berhubungan dengan
berikut:
 Ketidakdaruratan anatomi dan fisiologi, dengan

melakukan tes cara yang tepat.


(1-5= tidak pernah, jarang,

 Perilaku tidakkadang-kadang, sering, atau 3. Gambarkan tanda dan

tepat (mis; histeria,selalu) gejala yang biasa muncul pada

bermusuhan, agitasi, penyakit, dengan cara yang


Kriteria Hasil :
apatis) tepat

 Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses


 Pengungkapan
menyatakan penyakit, dengan cara yang
masalah
pemahaman tentang tepat
Faktor yang berhubungan penyakit, kondisi,
prognosis dan program 5. Identifikasi kemungkinan
:
pengobatan penyebab, dengna cara yang
 Pasien dan keluarga tepat
 Keterbatasan
mampu melaksanakan
kognitif
prosedur yang 6. Sediakan informasi pada
 Salah interpretasi pasien tentang kondisi,
dijelaskan secara benar
informasi  Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan
 Kurang pajanan 7. Hindari harapan yang
kembali apa yang
kosong
 Kurang minat dijelaskan perawat/tim
dalam belajar kesehatan lainnya 8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
 Kurang dapat
pasien dengan cara yang tepat
mengingat
9. Diskusikan perubahan
 Tidak familiar
gaya hidup yang mungkin
dengan sumber
diperlukan untuk mencegah
informasi
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi


atau penanganan

11. Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan


sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat

14. Instruksikan pasien


mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

C. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan.

D. EVALUASI

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah, mengacu pada
tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

a. Keefektifan bersihan jalan napas.


b. Intoleran aktivitas teratasi
c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.

d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.

e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan


perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

A. http://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-
paru/
B. http://mualimrezki.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-tb-pada-anak.html

C. http://giezta-van.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-anak-yang-
tb.html

D. http://janisarwestri.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan-tb.html

E. Nurul Najwa Kamel. 2012. TB Paru pada Anak. available from:


http://id.scribd.com/doc/ 79442751/TB-Paru-Pada-Anak (dipostkan oleh Nurul
Najwa Kamel pada 26 Januari 2012)

F. Amin M. 1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga Univercity Press.

G. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

H. Great Anoa. 2012. Asuhan Keperawatan TBC Paru pada Anak. available from:
http://healthyfocusnews.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-tbc-paru-
pada-anak.html (dipostkan oleh Great Anoa pada 30 September 2012)

I. Wian. 2012. Asuhan Keperawatan TBC Paru pada Anak. available from:
http://www.healthyrecipesdiary.org/asuhan-keperawatan-tbc-paru-pada-anak/
(dipostkan oleh Wian pada 14 April 2012)

J. Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Sugeng Seto.

You might also like