You are on page 1of 8

PORTOFOLIO

OTITIS MEDIA AKUT

Oleh :
dr. Phoespha MayangSarie

Pembimbing :
dr. Amari Aqmar

DOKTER INTERNSIP
PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
DKI JAKARTA
2018
Kasus 1
Topik : Otitis Media Akut
Tanggal Kasus : 17 Juli 2018 Presenter : dr. Phoespha Ms
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Amari Aqmar
Tempat Presentasi : Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Obyektif Presentasi :
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan
Pustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi : Seorang anak 12 tahun datang dengan keluhan keluar cairan pada telinga
kiri sejak 3 hari sebelum datang ke Puskesmas.
o Tujuan : Identifikasi dan Diagnostik Otitis Media Akut
Bahan Bahasan o Tinjauan Pustaka o Riset o Kasus o Audit
Cara Membahas o Diskusi o Presentasi o Email o Pos
Data Pasien Nama : An. S
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Seorang anak 12 tahun datang dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri sejak 3

hari sebelum datang ke Puskesmas. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan dan sedikit

berbau. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Pasien juga mengeluh adanya nyeri

telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran serta telinga terasa penuh. Keluhan

berupa telinga berdenging atau berdengung di telinga disangkal. Riwayat demam disertai batuk pilek

dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan

dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga

kanan. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher

disangkal.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
3. Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat untuk penyakit saat ini.
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Daftar Pustaka:
1. Boies, dkk. 1997. Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
2. Daly KA, Giebink GS.2000. Clinical epidemiology of otitis media.
3. Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006

Hasil Pembelajaran:
1. Gejala dan tanda OMA
2. Identifikasi dan diagnosis OMA
3. Diagnosis banding OMA
4. Manejemen OMA
5. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat OMA

Rangkuman Pembelajaran Portfolio:

1. Subjective
Seorang anak 12 tahun datang dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri sejak 3

hari sebelum datang ke Puskesmas. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan dan sedikit

berbau. Pasien juga mengeluh adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi

pendengaran serta telinga terasa penuh. Riwayat demam disertai batuk pilek dirasakan sejak 1

minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan

berkurang setelah keluar cairan dari telinga.


Objective

Keadaan Umum
- Kesan Sakit : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Kesan Gizi : Baik
- Berat Badan : 39 kg
- Tinggi Badan : 145 cm

Tanda Vital
- Nadi : 88 x / menit, kuat, isi cukup, regular
- Tekanan Darah : tidak diperiksakan
- Nafas : 18 x /menit
- Suhu : 36,6 OC (diukur dengan termometer digital)

Status Generalis

Kepala : normochepali, rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut, distribusi merata
Wajah : Simetris, Pucat (-), Sianosis (-), Ikterik (-)
Mata : kelopak mata tidak cekung, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor kanan kiri, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung
+/+, Eksofthalmus (-), Nystagmus (-), Gerakan bola mata baik
Telinga :

Kanan Kiri

Auricula Bentuk normal, Bentuk normal,

nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)

tragus pain (-) tragus pain (+)

Pre Auricular Bengkak (-), Bengkak (-),

nyeri tekan(-), nyeri tekan (-),

fistula(-) fistula (-)

Retro Bengkak (-), Bengkak (-),


Auricular Nyeri tekan(-) Nyeri tekan(-)

Mastoid Bengkak (-), Bengkak (-),

Nyeri tekan(-) Nyeri tekan(-)

CAE Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Serumen (-) Serumen (-)

Otorea (-) Otorea (+) putih

kekuningan

Membran Warna: Putih Warna: Merah

Timpani keabu-abuan

Intake (+) Intake (-)

Perforasi (-) Perforasi (+) sentral

Cone of light (+) Cone of light (-)

Retraksi (-) Retraksi (-),

Hidung : deformitas (-), deviasi septum (-), sekret -/-, pernafasan cuping hidung (-).
Bibir : Bentuk normal, simetris, tampak kering, tidak tampak sianosis dan mukosa
bibir atas dan bawah tidak hiperemis
Mulut : Oral hygiene baik, karies -/-, gigi ompong -/-
Tenggorokan :Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus -/-, uvula
ditengah, mukosa faring bergranular, dan tidak hiperemis
Leher : tidak teraba pembesaran tiroid, kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Thoraks :
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V garis midclavicularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, splitting (-), regular, mumur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi
sela iga (-), retraksi sub costa (-)
Palpasi : vokal fremitus sama pada kedua hemithoraks
Perkusi : Perkusi sonor pada kedua hemithoraks
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : datar, tidak tampak peristaltik usus, retraksi epigastrium (+)
Palpasi : abdomen teraba supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba
membesar, ,tidak teraba massa, turgor kulit kembali < 2 detik, Nyeri ketuk
CVA -/-
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 6x/menit

Ekstremitas : akral hangat (+) di keempat ekstremitas, sianosis akral (-) di keempat
ekstremitas, CRT < 2 detik, ptekie (-), oedem (-)

2. Assessment
Diagnosis Otitis Media Akut Stasium Perforasi didapatkan melalui hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik telinga yang dilakukan. Pada anamnesis, tergambar jelas mengenai etiologi
dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis adanya riwayat batuk-pilek dengan sekret putih
kekuningan sebelum keluhan telinga muncul menunjukkan penyebab terjadinya infeksi pada
telinga tengah. Infeksi pada hidung dan tenggorokan dapat menyebabkan gangguan tuba
auditiva yang selanjutnya menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah, bermanifestasi
sebagai rasa penuh pada telinga yang dirasakan pasien. Sumbatan tuba yang terus berlanjut
menyebabkan hipersekresi sel goblet pada mukosa telinga tengah. Sekret merupakan media
pertumbuhan bakteri yang baik, sehingga kemudian timbul proses infeksi pada telinga tengah.
Rasa nyeri pada telinga akibat proses inflamasi. Hasil anamnesis menunjukkan proses
perjalanan penyakit yang sesuai dengan perjalanan penyakit pada OMA mulai dari stadium
oklusi tuba, stadium hiperemis, stadium supurasi dan stadium perforasi saat pasien datang
berobat ke Poliklinik.
Pemeriksaan fisik telinga mengkonfirmasi adanya proses inflamasi akibat infeksi pada
telinga tengah. Tampak sekret mukopurulen pada liang telinga kiri. Membran timpani tampak
hiperemis, edema, bulging, dengan pelebaran pembuluh darah pada membran timpani. Pada
membran timpani juga terlihat perforasi pada postero-superior pars tensa dengan sekret yang
aktif keluar melalui lubang perforasi. Walaupun telah terjadi perforasi pada membran timpani
pasien, membran timpani yang bulging masih tampak. Hal ini disebabkan karena masih
banyak terdapat sekret di dalam telinga tengah dan perforasi sangat kecil sehingga sekret
hanya dapat keluar sedikit demi sedikit, pada titik perforasi juga tampak mukosa yang edema
menonjol keluar dan menutupi perforasi. Dengan keadaan ini, penekanan membran timpani
oleh sekret yang menyebabkan tampakan bulging masih terjadi.
Harus dibedakan antara OMA dan OMSK. Riwayat keluhan telinga yang baru terjadi
selama 10 hari dengan sekret keluar mulai 3 hari lalu, menunjukkan adanya proses akut pada
telinga. Pasien juga mengaku sebelumnya tidak pernah keluar cairan dari telinga kiri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan lubang perforasi sentral kecil tunggal, tidak terdapat penipisan
pada bagian lain membran timpani.
Penanganan ditujukan pada eradikasi infeksi dan simtomatis untuk mengurangi gejala
yang dirasakan pasien. Eradikasi infeksi pada OMA harus adekuat sehingga infeksi tidak
menetap dan berubah menjadi OMSK. Terapi lini pertama diberikan pada pasien ini berupa
antibiotik selama 7 hari. Pasien diminta kembali lagi untuk kontrol setelah 7 hari untuk
melihat perkembangan terutama penutupan pada perforasi membran timpani. Dekongestan
nasal topikal digunakan untuk mengurangi sumbatan pada tuba Eustachius, sehingga drainase
sekret lebih lancar dan fungsi fisiologis proteksi tuba kembali normal. Pseudoefedrin HCl
untuk meringankan sumbatan pada rongga hidung bagian posterior atar tuba Eustachius agar
fungsi normal tuba kembali normal.
Kontrol diperlukan untuk menilai terapi telah adekuat atau belum, agar dapat mencegah
perkembangan penyakit menjadi OMSK. Antibiotik oral diberikan pada pasien ini untuk
menjamin adekuasi terapi. Antibiotic topikal dapat diberikan pada pasien setelah dilakukan
cuci telinga menggunakan H202 3% agar hasil dari penggunaan antibiotika topical dapat
maksimal.

3. Plan
Rencana Diagnosis

1. Audiometri : memeriksa gangguan pendengaran.


2. Pungsi : mengambil sekret untuk diperiksa bakteriologis
3. Lab darah rutin : mengetahui tanda-tanda infeksi akut
Rencana Pengobatan
- Rujuk poliklinik THT di RSUK Pesanggrahan untuk dilakukan:
1. Tatalaksana OMA
2. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
3. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
4. Memperlambat perburukan (progression)
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

Rencana Edukasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien.
- Menyarankan agar tidak mengorek telinga sebagai salah satu faktor risiko penyakit
pasien.
- Menjelaskan mengenai komplikasi yang dapat terjadi jika OMA tidak ditangani
dengan tepat.

You might also like