You are on page 1of 8

JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.

2089-7669

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA


REMAJA PUTRI DI SMK SWADAYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KARANGDORO KOTA SEMARANG
TAHUN 2013

Wina Mariana¹), Nur Khafidhoh²).


wina.mariana@rocketmail.com

ABSTRACT

Anemia is a major nutritious problem in Indonesia, which is caused by


iron deficiency. Among its impacts are brain power reduction (power of thought),
concentration, and health problems.
This general purpose is to know the connection between dietary rules and
nutritional status with phenomenon of anemia which was suffered by the adults at
SMK Swadaya, Semarang in 2013.
This research used design which was applied is correlation study with
crossectional approach. The research took place at SMK Swadaya, Semarang in
2013. The result showed The samples in the research are 84 respondents with
questionnaires and Hb digital as the research instruments. Analyses of the data are
unuvariat with frequency table and bivariat with continuity correction test. The
results for the most part respondent with dietery rules are irreguler 61,1%,
respondents with bad nutrition status 57,1%, dan respondents with anemia 71,4%.
In data processing we examined the normality through Kolmogorov-Smirnov test
with the result ρ < 0,05 so that data distribution was abnormal. Examination with
continuity correction between nutritional status with the phenomenon of anemia
got ρ value= 0,089 (>0,05), so there is not connection between nutritional status
with phenomenon of anemia to young women at SMK Swadaya Semarang in
2013.
Keywords: Nutritional Status, Anemia
¹), ²), civitas academica Poltekkes Kemenkes Semarang

Remaja adalah masa transisi psi- yang akan dikandungnya kelak (Sri
kologis dan sosial dari kanak-kanak ke Noor V, 2011).
dewasa yang akan berlangsung hingga Status gizi kurang terjadi bila tu-
akhir usia belasan atau awal dua pu- buh kekurangan satu atau lebih zat-zat
luhan. Ada beberapa faktor yang mem- gizi esensial. Faktor primer yang mem-
pengaruhi cepat lambatnya pubertas pengaruhi adalah jika susunan makanan
antara lain nutrisi, genetik, kondisi salah kualitas dan kuantitas yang dise-
kesehatan, sosial, prilaku nutrisi, dan babkan oleh kurangnya penyediaan
faktor lingkungan. Nutrisi merupakan pangan, kurang baiknya distribusi pa-
faktor yang paling kuat dan paling jelas ngan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebi-
mempengaruhi pubertas. Perempuan asaan makan yang salah dan sebagai-
sangat peka terhadap gizi karena me- nya. Faktor sekunder meliputi semua
reka akan mengkontribusi pada janin faktor yang menyebabkan zat-zat gizi
35
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

tidak sampai di sel-sel tubuh setelah kemampuan dan konsen-trasi belajar,


makanan dikonsumsi. Faktor-faktor yang 2) mengganggu pertum-buhan sehingga
mengganggu absorbsi zat-zat gizi adalah tinggi badan tidak mencapai mak-
parasit, penggunaan laksan/ obat cuci simal, 3) menurunkan kemampuan
perut, dan sebagainya. Faktor-faktor yang fisik, 4) mengakibatkan muka pucat
mem-pengaruhi ekskresi sehingga (Ayu Bulan, 2013; Reza Akramipour,
menyebab-kan banyak kehilangan zat- 2008 dalam journal “Prevalence of
zat gizi ada-lah banyak kencing, iron deficiency anemia among
banyak keri-ngat dan penggunaan obat- adolescent school girls from
obatan. Status gizi yang kurang baik Kermasnshah”, western iron).
pada wanita me-nyebabkan siklus mens Penderita anemia diperkirakan
tidak teratur, dan mengganggu kesehatan hampir dua milyar atau 30% dari
reproduksi (Aris-man, 2009; Sri Noor
populasi dunia. Prevalensi anemia di
Verawaty, 2011).
Masalah gizi remaja merupakan Indonesia masih cukup tinggi, yaitu
kelanjutan dari masalah gizi pada usia pada remaja wanita 26.50%, wanita
anak yaitu anemia defisiensi besi serta usia subur (WUS) 26.9%, ibu hamil
kelebihan dan kekurangan berat badan. 40.1% dan anak balita 47.0%. Di Jawa
Sedikit sekali yang diketahui tentang Tengah tercatat 28% remaja menderita
asupan pangan pada remaja, meskipun anemia (Depkes RI, 2008)
asu-pan kalori dan protein sudah ter- Di kota semarang sendiri angka
cukupi, elemen lain seperti besi, kalsi- kejadian anemia pada remaja usia 10-
um, dan beberapa vitamin ternyata ma- 19 tahun di tahun 2008 sebanyak
sih kurang. Kekrangan besi dapat 25,55% remaja yang menderita ane-
mengakibatkan anemia dan keletihan. mia, meningkat pada tahun 2009 men-
Remaja membutuhkan lebih banyak jadi 40,13 % remaja putri, tahun 2010
besi dan wanita membutuhkan lebih menjadi 41,25% remaja putri yang
banyak lagi untuk mengganti besi yang menderita anemia dan tahun 2011
hilang bersamaan dengan darah haid. sebanyak 68,24% yang menderita ane-
Anemia pada remaja putri adalah suatu mia (Dinas Kesehatan Kota Semarang,
keadaan dimana kadar hemoglobin 2011). Berdasarkan hasil survei pela-
dlam darah kurang dari normal dimana cakan anemia pada remaja usia 10-19
nilai Hb normal pada remaja putri tahun menunjukan bahwa dari 37
menurut WHO ada-lah 12 g % (Aris- Kecamatan di Kota Semarang terdapat
man, 2010). peningkatan angka kejadian anemia
Anemia defisiensi besi meru-pakan terbesar yaitu di Puskesmas Karang-
masalah kesehatan utama di dunia doro Kota Semarang dengan angka
terutama negara-negara berkembang peningkatan kejadian anemia 2,4 kali
dan prevalensinya masih sangat tinggi lebih besar dari tahun sebelumnya (Di-
dalam perkembangan suatu Negara. nas Kesehatan Kota Semarang, 2011).
Tanda tanda anemia ini sendiri antara Tujuan penelitian ini adalah untuk
lain; 1) lemah, lesu, letih, lelah, dan mengetahui hubungan antara status Gi-
lalai, 2) sering me-ngeluh pusing dan zi dengan anemia pada remaja putri di
mata berkunang-kunang, 3) kelopak SMK Swadaya Wilayah kerja Puskes-
mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak mas Karangdoro Kota Semarang Tahun
tangan menjadi pucat. Akibat anemia 2013.
pada remaja putri yaitu; 1) menurunkan
36
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

METODE PENELITIAN
Tabel 4.2
Penelitian ini merupakan Peneliti- Distribusi frekuensi Responden Anemia
an kuantitatif dengan studi korelasi meng- Remaja Putri di SMK Swadaya Semarang
gunakan pendekatan cross sectional meng- Tahun 2013
gunakan uji Chi-square
Populasi pada penelitian ini adalah No Anemia F %
1 Anemia 60 71,4
Seluruh remaja putri di SMK Swadaya 2 Tidak anemia 24 28,6
Wilayah Kerja kota Semarang Tahun Total 84 100
2013. Responden yang menjadi sampel
adalah remaja putri yang bersedia men- Berdasarkan tabel 4.2 menun-
jadi responden dan sesuai dengan kri- jukan bahwa dari 84 responden, yang
teria inklusi dan menggunakan metode memiliki status gizi kurang atau kurus
sample random sampling. sebanyak 44 orang (52,4%) sedangkan
Pengumpulan data dilakukan dengan responden yang memiliki status gizi
cara menimbang satu persatu BB res- normal yaitu sebanyak 36 orang (42,9%),
ponden dengan timbangan injak, me- dan responden yang memiliki status
ngukur TB dengan microtoise dan gizi lebih atau gemuk sebanyak 4 orang
memeriksa kadar Hb dengan Hb digital (4,8%).
dan mencatat hasil pengukuran satu Berdasarkan tabel 4.3 menun-
persatu. Pengukuran yang dimaksud ada- jukan bahwa dari 84 responden, yang
lah pengukuran BB, TB, dan kadar Hb. mengalami anemi yaitu 60 orang
Analisis univariat dilakukan untuk (71,4%) sedangkan yang tidak ane-mia
menggambarkan status gizi dan anemia sebanyak 24 orang (28,6%).
responden menggunakan tabel freku-
Tabel 4.3
ensi. Analisis bivariat menggunakan uji Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Chi-squareTest untuk mengetahui hu- Kejadian Anemia Di SMK Swadaya
bungan anatara status gizi dengan Semarang 2013
kejadian anemia pada remaja putri.
Anemia Pada remaja
N Status Tidak Jmlh
HASIL DAN PEMBAHASAN o Gizi Anemia
anemia
Berikut akan diuaraikan hasil pe- F % F % F %
1 Krs
nelitian tentang kejadian anemi di- 37 61,7 7 29,2 44 52,4
masyarakat khususnya yang terjadi 2 Nml
pada responden. 22 36,7 14 58,3 36 42,9

3 Gmk
Analisa Data. 1 1,7 3 12,5 4 4,8

Tabel 4.1 Total 60 100 24 100 84 100


Distribusi Frekuensi Responden Status Gizi
Remaja Putri di SMK Swadaya Semarang α = 0,05 ρ value : 0,08
tahun 2013.

Hasil analisis hubungan anta-ra


No Status gizi F %
Status Gizi dengan anemia pada remaja
1 Kurus 44 52,4 putri di SMK Swadaya Tahun 2013
2 Normal 36 42,9
diperoleh bahwa remaja putri dengan
3 Gemuk 4 4,8
status gizi kurus dan anemia 37 orang
(61,7%) lebih banyak dibandingkan
Total 84 100
dengan remaja yang memiliki status
37
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

gizi kurus dan tidak anemia sebanyak 7 Hasil analisis hubungan antara
orang (29,2%), sedangkan remaja yang Status Gizi dengan anemia pada remaja
memiliki status gizi normal dan tidak putri di SMK Swadaya Tahun 2013.
anemia 14 orang (58,3%) lebih banyak diperoleh bahwa proporsi re-maja de-
dibandingkan dengan remaja yang ngan status gizi kurus + gemuk (tidak
memiliki status gizi normal dan anemia baik) dan anemia yaitu 38 orang
sebanyak 22 orang (36,7%). Sedang- (63,3%) lebih banyak di bandingkan
kan remaja yang memiliki status gizi dengan remaja yang memiliki status
gemuk dan anemia satu orang (1,7%) gizi tidak baik dan tidak anemia
lebih sedikit dibanding remaja yang sebanyak 10 orang (41,7%), sedangkan
memiliki status gizi gemuk dan tidak remaja yang memiliki status gizi
anemia sebanyak 3 orang (12,5%). normal dan tidak anemia sebanyak 14
Hubungan Status Gizi dengan orang (58,3%) lebih banyak diban-
anemia pada remaja putri dilakukan dingkan remaja yang memiliki status
penggabungan sel karena pada tabel 3 x gizi normal dan anemia sebanyak 22
2 terdapat 2 sel (33,3%) dengan nilai orang (36,7%). Namun berdasarkan
harapan (E) < 5 yaitu 2,9 pada status hasil uji statistik tidak ada hubungan
gizi gemuk dan anemia serta 1,1 pada yang bermakna antara status gizi dan
status gizi gemuk dan tidak anemia. anemia (ρ value = 0,089 > 0,05).
Menurut Hastono (2001) jika ada sel
yang mempunyai nilai harapan (ekspetasi) PEMBAHASAN
<5 lebih dari 20% jumlah seluruh sel
maka peneliti harus menggabungkan Status Gizi
kategori yang berdekatan dalam rangka Berdasarkan hasil penelitian dari
memperbesar frekuensi harapan dari 84 responden di SMK Swadaya Sema-
sel-sel tersebut yaitu dengan mengga- rang pada tabel 4.2 dapat dijelaskan
bungkan baris atau kolom sehingga bahwa sebagian responden mempunyai
tidak ada sel yang memiliki ekspetasi status gizi kurus yaitu sebanyak 44
<5. Setelah dila-kukan penggabungan orang (52,4%). Dari data frekuensi pola
pada kategori status gizi kurus dan makan responden didapatkan hasil
gemuk, meng-hasilkan tabel 2 x 2. sebagian besar responden memiliki
Berikut adalah tabel hubungan antara pola makan yang tidak teratur, asupan
status Gizi dengan kejadian anemia zat makanan dan jumlah kalori yang
pada remaja putri setelah dilakukan tidak adekuat ini dapat menyebabkan
penggabungan sel : gangguan status gizi, hal ini sesuai
Tabel 4.4
dengan pendapat Merryana (2012)
Hubungan Antara Status Gizi Dengan yang me-nyebutkan bahwa status gizi
Kejadian Anemia Di SMK Swadaya kurang atau kurus disebabkan karena
Semarang 2013
Anemia Pada remaja
pola makan yang tidak benar, kebiasa-
No
Status
Anemia
Tidak Jumlah an makan yang buruk, dan ketidak-
Gizi anemia sukaan yang berlebihan terhadap ma-
F % F % F %
1 Krs + kanan tertentu. Tubuh yang langsing
38 63,3 10 41,7 48 57,1
Gmk sering menjadi idaman bagi para
2 Normal 22 36,7 14 58,3 36 47,6
Total 60 100 24 100 84 100 remaja terutama wanita remaja hal ini
α = 0,05 ρ value = 0,089 sering menjadi fakor penyebab ter-
jadinya defisiensi zat gizi, karena untuk

38
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

memelihara kelangsingan tubuh mera- Hasil uji statistik Continuity Cor-


ka menerapkan pembatasan makanan rection antara status gizi dengan ke-
secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi jadian anemia pada remaja putri
me-raka tidak terpenuhi. diperoleh nilai signifikansi (ρ value
=089 > 0,05) jadi tidak ada hu-bungan
Anemia remaja putri SMK Swadaya antara pola makan dengan kejadian
Semarang 2013 anemia pada remaja putri.
Berdasarkan hasil penelitian dari Hasil pemeriksaan darah reponden,
84 responden di SMK Swadaya 2013 menunjukkan bahwa kadar Hb res-
pada tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa ponden sebagian besar (71,4%) dalam
responden yang mengalami anemia kategori tidak normal normal (anemia).
yaitu sebanyak 60 orang (71,4%). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi
Responden yang mengalami ane- responden berdasarkan kadar Hb dalam
mia disebabkan karena pola makan keadaan tidak normal. Pembentukan
yang tidak teratur, pantangan makan haemoglobin (Hb) sangat dipengaruhi
telor/ daging/ ikan, tidak suka meng- dan sangat tergantung cukup tidaknya
konsumsi sayur, kebiasaan makan asupan zat gizi lain seperti protein, zat
makanan fast food dan junk food. besi dan vitamin C, hal ini sesuai de-
Keadan ini sesuai dengan pendapat ngan pendapat Darwin Karyadi (1996)
Khumaidi (2009) dan Merryana (2012) yang menyatakan bahwa konsumsi zat
yang menyatakan bahwa penyabab gizi dari makanan diharapkan seim-
anemia pada remaja putri diantaranya bang dalam kandungan zat gizinya,
karena remaja putri mengalami mens- sehingga proses metabolisme tubuh
truasi setiap bulannya, lebih banyak akan bekerja dengan optimal. Sebalik-
karena mengalami diet, mengkonsumsi nya apabila salah satu zat gizi tidak
fast food dan junk food, penyebab terpenuhi, maka metabolisme tubuh ti-
anemia defisiensi besi yang lain adalah dak dapat bekerja dengan optimal pula.
status kesehatan yang kurang baik, Kebanyakan dari remaja lebih suka
status gizi, infeksi parasit dan pe- mengkonsumsi junk food dan fast food.
ngetahuan yang kurang tentang anemia. Makanan dengan kandung-an nutrisi
Remaja tidak mempedulikan kebu- dan mineral yang sangat rendah, tinggi
tuhan akan zat gizi yang diperlukan garam, lebih banyak lemak dan gula,
tubuh terutama zat besi yang dapat makanan ini bia-sanya menghilangkan
menyebabkan terjadinya anemia, dam- nafsu makan pada makanan bergizi
pak negatif dari anemia diantaranya lain. Makanan ringan memenuhi bagian
menurunnya daya fikir dan konsentrasi, yang harus-nya dipenuhi oleh zat gizi
menurunnya prestasi, menurunnya se- lain dalam satu hari, keadaan ini dapat
mangat belajar, mempengaruhi proses menyebabkan status gizi seseorang
reproduksi dan organ reproduksinya, normal namun belum tentu tidak
serta mudah terserang penyakit. mengalami anemia.
Beberapa remaja juga minum teh
Hubungan antara Status Gizi dan kopi kurang dari satu jam setelah
dengan kejadian anemia pada makan, ini dapat menganggu penye-
remaja putri di SMK Swadaya rapan zat besi dalam tubuh. Dalam
Tahun 2013 penelitian ini tidak didapatkan hubung-
an yang bermakna antara Status Gizi

39
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

dengan kejadian anemia hal ini sama putri, adapun kesimpulan dapat dije-
dengan sebuah studi di Massachusets laskan sebagai berikut:
Dandekar US. Asso-ciation between a. Postur tubuh yang kurus banyak
serum ferritin and body composition in didominasi oleh remaja dengan
young women [Thesis]. Amherst: asumsi postur tubuh yang ideal
University of Massachusetts Amherst adalah postur tubuh yang langsing,
(2009) yang juga menunjukan tidak untuk mendapatkan postur tubuh
mendapatkan hubungan yang bermakna yang diinginkan banyak remaja
antara IMT dan persen lemak tubuh yang tidak memperhatikan asupan
dengan kadar ferritin. Berdasarkan makanan dan kebutuhan gizinya.
hasil penelitian Anindya (2011) dengan b. Sebagian besar responden menga-
judul “Hubungan Status Antropometri lami anemia karena mereka mem-
Dan Asupan Gizi. punyai pola makan yang buruk
Dengan Kadar Hb Dan Ferri-tin dalam jumlah, jenis, dan fre-
Remaja Putri” yang dilakukan di pede- kuensinya, nutrisi yang zat besi
saan Wardha, dengan hasil tidak di- yang masuk tidak sesuai dengan
dapatkan asosiasi yang bermakna an- yang dibutuhkan oleh tubuh, hal
tara IMT dengan anemia. Pada studi ini menyebabkan defisiensi absor-
yang juga dilakukan di Amerika pada psi fe yang akhirnya menyebabkan
anak-remaja usia 2-16 tahun, dimana anemia.
pada studi ini ditemukan bahwa anak c. Tidak ada hubungan antara status
dan remaja dengan status gizi over- gizi dengan anemia pada remaja
weight (per-sentil IMT ≥ 95 %) dan putri di SMK Swadaya Se-marang
berisiko overweight (persentil IMT ≤ tahun 2013 dengan nilai sign-
85 <95 %) berisiko mengalami defi- ifikansi ρ value = 0,089 (>0,05) .
siensi besi. Beberapa faktor diusulkan
un-tuk menjelaskan adanya hubungan SARAN
antara defisiensi besi dengan over- a. Bagi seluruh responden remaja putri
weight diantaranya adalah pengaruh Dari hasil penelitian menunjuk-an
genetik, ketidakaktifan fisik, asupan bahwa masih banyak respon-den
yang tidak adekuat dimana terbatasnya yang memiliki kebiasaan pola
asupan makanan yang kaya dengan makan yang kurang baik dan
besi. Ras juga diduga mempengaruhi sebaiknya remaja putri me-ngubah
hubungan antara status besi, dalam hal pola makannya, sehing-ga asupan
ini ferritin, karena pada ras tertentu makanan terjadi se-cara adekuat
kadar ferritin lebih tinggi dari ras dan zat makanan yang dikonsumsi
lainnya. Kadar ferritin juga dipengaruhi dapat diserap secara sempurna
oleh adanya infla-masi dalam tubuh. dalam tubuh.
b. Bagi responden remaja putri yang
SIMPULAN mengalami anemia
Berdasarkan hasil penelitian dan Responden sebaiknya memerik-
pembahasan maka dapat disim-pulkan sakan diri ke tempat pelayanan
dengan tabulasi silang. Hasil tabulasi kesehatan agar dapat diketahui
silang tersebut yaitu adanya hubungan penyebab anemia yang mereka
antara pola makan dan status gizi derita sehingga dapat segera dio-
dengan kejadian anemia pada remaja bati.

40
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

c. Bagi sekolah Bakta, I Made. 2006. Hematologi


Sekolah sebaiknya mengawasi Klinik Ringkas. Jakarta : ECG.
kantin sekolah serta menganjur- Budiarto. 2002. Biostatik Untuk Ke-
kan kantin menyediakan makanan dokteran Dan Kesehatan Mas-
yang bergizi dan sehat serta memi- yarakat. Jakarta : ECG.
nimalkan makanan dan minuman
fast food seperti mie instan, DeMayer, E. M. 1993. Pencegahan
minuman kaleng, makanan dan dan Pengawasan Anemia Defi-
minuman yang banyak mengan- siensi Besi. Jakarta : Widya.
dung zat pewarna yang berbahaya Depkes RI. 2007. Survei Kesehatan
bagi tubuh. Rumah Tangga 2007. Depkes RI.
d. Bagi tenaga kesehatan (sebagai
pelaksana) _______. 2010. Profil Kesehatan ja-wa
Meningkatkan pengetahuan de- tengah 2009. Depkes RI.
ngan memberikan penyuluhan Dewi, Ayu Bulan, dkk. 2013. Ilmu Gizi
kesehatak tentang pola makan dan Untuk Praktisi Kesehatan.
anemia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
e. Bagi Dinas Kesehatan
Merencanakan program deteksi DKK Semarang. 2011. Profil Kese-
dini anemia pada remaja putri hatan Kota Semarang2011. Se-
dengan memfasilitasi pelaksana marang.
kesehatan untuk melakukan pro- Dinkes Provinsi Jateng. 2011. Profil
gram pemeriksaan fisik. Kesehatan profinsi jateng 2011.
f. Bagi peneliti selajutnya Semarang.
Sebaiknya peneliti selanjutnya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Meto-
dalam mengukur pola makan
dologi Penelitian kesehatan.
mengunakan metode record call
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
dengan pendekatan time series atau
bisa melakukan penelitian dengan Nursala. 2003. Konsep dan Penerap-an
menggunakan jenis penelitian Metodologi Penelitian Ilmu Kepe-
Quasi eksperimen. rawatan, Pedoman Tesis skripsi
dan Instrumen Penelitian Kepera-
DAFTAR PUSTAKA watan. Jakartaa : Salemba.
Adriyani, Merryana. 2012. Peranan Riwidikdo, H. 2010. Statistik kese-
Gizi dalam Siklus Kehidup-an. hatan. Yogyakarta : Mitra Cen-
Jakarta : Kencana. dekia Press.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelit- Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004.
ian Suatu Pendekatan Praktik Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan
Edisi Revisi 2010. Jakarta : PT Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Rineka Cipta. Saryono. 2008. Metodologi Peneliti-an
Arisman, MB. 2010. Gizi Dalam Daur Kesehatan. Yogyakarta: Mi-tra
Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi II. Cendekia.
Jakarta : ECG.

41
JURNAL KEBIDANAN Vol. 2 No. 4 April 2013 ISSN.2089-7669

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Pe-


nelitian. Bandung : CV Alfabeta
Sulistyoningsih, Haryani. 2011. Gizi
untuk Kesehatan Anak dan Ibu.
Jakarta : Graha Ilmu.
Supariasa, I dewa Nyoman dkk. 2002.
Penilaian Status Gizi. Jakarta :
EGC
Pratiwi, Valentina Rian. 2010. Pola
makan Sehat dan Gizi remaj.
Jakarta : Nobel Edumedia.
Tarwoto dan Wasnidar. 2007. Buku
Saku Anemia pada Ibu Hamil
Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta :
Trans Info Media
Verawaty, Sri Noor. 2011. Merawat
dan menjaga Kesehatan Seksual
Wanita. Bandung : Grafindo.

42

You might also like