You are on page 1of 19

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 48 tahun

Alamat : PKS Sei Galuh

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal 21 april 2016.

Keluhan utama

Benjolan di scrotum.

Riwayat penyakit sekarang

Pasien dibawa ke RS dengan keluhan terdapat benjolan di scrotum, keluhan

dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, benjolan berwarna merah dan benjolan

dirasakan hilang timbul. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut

bawah dan menjalar kepinggang. Untuk mengurangi keluhan pasien melakukan

kompres hangat.

Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada riwayat penyakit dahulu yang didapatkan pada data

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang didapatkan pada data

1
III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL (VITAL SIGN)

Dilakukan pada tanggal 21 april 2016 pada pukul 13.30

Tekanan darah : 140/86 mmHg

Suhu tumbuh : 36,6 0C

Frekuensi denyut nadi : 72 kali/menit

Frekuensi nafas : 20 kali/menit

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

A. Keadaan Umum

Kesadaran : Komposmentis dengan GCS E4V5M6

Tinggi badan : 172 cm

Berat badan : 70 kg
𝐵𝐵 70 70
Status gizi : (𝑇𝐵)2 = (172)2 = 2,95= 23, 66 (Normal)

2
Skema manusia

Gambarkan pada skema di atas jika ada kelainan lokal dan berikan keterangan

secukupnya.

Status lokalis : -

B. Pemeriksaan Kepala : Tidak ada kelainan

C. Pemeriksaan Leher

Inspeksi : Tidak ada kelainan

Palpasi : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan trakea : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan tekanan vena sentral : Tidak ada kelainan

D. Pemeriksaan Thoraks

Inspeksi : Tidak ada kelainan

Perkusi : Tidak ada kelainan

Palpasi : Tidak ada kelainan

Auskultasi : Tidak ada kelainan

3
E. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Tidak ada kelainan

Auskultasi : Tidak ada kelainan

Perkusi : Tidak ada kelainan

Palpasi : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan ginjal : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan nyeri ketok ginjal : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan hepar : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan lien : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan asites : Tidak ada kelainan

F. Pemeriksaan Ekstremitas

Lengan : Tidak ada kelainan

Tangan : Tidak ada kelainan

Tungkai : Tidak ada kelainan

Kaki : Tidak ada kelainan

V. RESUME PEMERIKSAAN FISIK

Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah: 140/86 mmHg, suhu: 36,6 0C, Nadi:

72 kali/menit, Nafas: 20 kali/menit, dan GCS E4V5M6.

4
VI. DAFTAR MASALAH PASIEN (BERDASARKAN DATA ANAMNESIS DAN

PEMERIKSAAN FISIK)

A. Masalah Aktif

Benjolan di scrotum sejak 1 bulan yang lalu.

Nyeri pada perut bawah yang menjalar ke pinggang

B. Masalah Pasif

Tidak ditemukan data yang lengkap.

VII. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis

Hernia inguinalis lateral

Diagnosis banding

Tidak ada data

VIII. RENCANA

A. Tindakan terapi

Infus RL 20 tpm

Cefotaksin 1x1

Ceterolak 3x1

B. Tindakan diagnostik/pemeriksaan penunjang

Herniopati + pasang mes

Pemeriksaan penunjang : Labolatorium

5
Hasil labolatorium

Hemoglobin : 15,9 mg%

Leukosit : 9.900 mm3

Led : 15 mm/jam

Hematokrit : 46,7 %

Trombosit : 230.000 ul

Eritrosit : 5,48 juta/mm3

Diff : 2/0/4/59/29/6

CT : 5 menit 30 detik

BT : 2 menit

GDS : 98 mg/dl

Kreatinin : 0,7 mg/dl

Ureum : 15 mg/dl

SGOT : 36 UL

SGPT : 50 UL

6
BAB II

ANALISIS

2.1 Anamnesis

Pada anamnesis :

a. Tidak ditanyakan bentuk dari benjolan ( hernia inguinalis lateral berbentuk

lonjong, sedangkan hernia inguinalis medialis berbentuk tonjolan bulat)

b. Tidak ditanyakan benjolannya akan timbul dan menghilangnya kapan?

(biasanya benjolan akan timbul pada waktu mengedan, batuk atau

mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring,

c. Tidak ditanyakan riwayat mual muntah untuk membedakannya dengan

hernia inguinalis medialis.

2.2 Pemeriksaan fisik

Tidak dilakukan pemeriksaan pada skrotum (inspeksi, palpasi, maupun

pemeriksaan transluminasi)

2.3 Pemeriksaan penunjang

Hanya dilakukan pemeriksaan labolatorium. (harusnya dilakukan juga

pemeriksaan USG maupun CT Scan abdomen dan pelvis)

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hernia Inguinali

3.1.1 Anatomi

Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s

fascia, peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique,

transversus abdominis, transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery

epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus

sheath.

Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian

bawah dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin.

Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale.

Dining kanalis inguinalis di bentuk oleh muskulus oblikus externus

abdominis dan di bentuk oleh facsia abdominalis. Kanalis inguinalis dibatasi

di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian

terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus abdominis.

Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus

inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus

abdiminis. Atapnya ialah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan

di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanalis inguinalis berisi

funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada

perempuan.

8
3.1.2 Definisi Hernia

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek aau bagian

lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong,

dan isi hernia.

Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus

masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis.

Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan

tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut kedalam skrotum (kantung

zakar) sesaat sebelum dilahirkan.

3.1.3 Epidemiologi

Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia

inguinalis direk, indirek, serta hernia femoralis. Hernia insisional 10%, hernia

ventralis 10%, hernia umbillikalis 3%, dan hernia laiinya sekitar 3%.

Gambar 1. Letak hernia.

9
3.1.4 Etiologi hernia inguinalis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau

didapat. Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-

laki dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar

sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula

faktor yang dapat mendorong isis hernia melewati pintu yang sudah terbuka

cukup lebar itu.

Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia inguinalis, yaitu (1) kanalis inguinalis yang berjalan miring,

(2) struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis

internus ketika berkontraksi, (3) fasia transversa kuat yang menutupi

trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan

mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang

berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan

didalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

3.1.5 Klasifikasi hernia inguinalis

1. Hernia inguinalis indirek

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinlis lateralis

karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis yang

terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian

masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol

10
keluar anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan

akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis. Kantong hernia

berada dalam otot kremaster, terletak antromedial terhadap vas deferent

dan struktur lain dalam funikulum spermatikum.

Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan

bawaan berupa tidak mampunya prosesus vaginalis peritoneum sebaga

akibat proses turunnya testis ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di

sebelah kanan atau kiri. Hernia yang dikanan biasanya berisi sekum dan

sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian kolon

desendent.

2. Hernia inguinalis direk

Hernia ingunalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis,

menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hesselback, daerah yang

dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh

epigastrika inferior dibagian laeral dan tepi otot rektus di bagian medial.

Dasar segitiga hasselback dibentuk oleh fasia transversal yang diperlukan

oleh serat aponeurosis otot transversus abdominis yang kadang tidak

sempurna sehingga di daerah ini berpotensi melemah.

Hernia inguinlis medialis hampir selalu disebabkan oleh

peninggian tekanan intraabdomennkronik dan kelemahan otot dinding di

trigonum hasselback. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,

khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah,

mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia gelincir

11
yang mengandung sebagian dinding kandung kemih atau kolon. Kadang

ditemukan defek kecil di otot oblikus internus abdominis, pada segala

usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menybabkan

strangulasi.

3.1.6 Embriologi dan patogenesis

Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis

lateralis akibat dari prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai

berkembang selama 5 minggu kehamilan, ketika sel benih primordial

berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi gonad. Gubernakulum

ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub

inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum.

Selama perjalanan turun, gubernakulum melalui dinding anterior abdomen

pada tempat cincin inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus

vaginalis merupakan penonjolan di vertikulum peritoneum yang terbentuk

tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi melalui dinding abdomen

dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis. Testis yang pada mulanya

terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum, turun ke daerah cincin

dalam pada sekitar umur kehamilan 28 minggu. Penurunan testis melalui

kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis

(meningkatkan tekanan abdomen), testis turun kedalam skrotum pada umur

kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna

ke prosesus vaginalis.

12
Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak

keluar dari rongga abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi

menjadi ligamentum ovarii, dan bagian inferior gubernakulum menjadi

ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke dalam labia

mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia mayor

melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal nuck.

Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah,

lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi

masuk ke dalam saluran inguinal di sekitar cincin interna. Kegagalan

obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total

obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan

bagian distal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis.

Gambar 2.

13
3.1.7 Manifestasi klinis

Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat

paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat,

dan menghilang waktu istirahat. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya diraskan didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk

kedalm kantung hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau

terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Pada bayi atau anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha

biasanya diketahui oleh orangtua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi

menangis sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung, harus

dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.

3.1.8 Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat

paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta

mengedan atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat

sebagai penonjolan di regio inguinal yang berjalan dari lateral atas ke medial

bawah.

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.

Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada

anak, cincin hernia, berupa anulus inguinalis yang melebar, kadang dapat

14
diraba. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateral,

dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya , berarti hernia inguinalis

medial. Pada bayi perempuan, hernia teraba seperti sebuah massa padat,

biasanya terdiri atas ovarium.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum.

Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan unuk membedakannya.

3.1.9 Pemeriksaan penunjang

 Leukosit > 10.000-18.000/mm3

 Serum elektrolit meningkat

 Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia

incaserata dari suatu nodus limfatikus paologis atau penyebab lain

dari suatu massa yang teraba di inguinal

 C scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari

adanya hernia obturaor.

3.1.10 Penatalaksanaan

 Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan

reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk

mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak

dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien

anak. Reposisi di lakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang

15
isi hernia sambil membentuk corong sedangkan tangan kanan

mendorong kearah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan

yang tetap sampai terjadi reposisi.

 Operatif

Penobatan operatif merupakan satu-satunya pengobaan

hernia inguinalis yang rasional. Prinsip dasar hernia terdiri atas

herniotomi dan herniplasti.

Herniotomi dilakukan pembedahan kantong hernia sampai

ke lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada

pelekatan, kemudian di reposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu di potong.

Dikenalnya berbagai metode hernioplastik seperti

memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,

menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan

pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m. internus

abdominis yang dikenal dengan cojoint tendon ke ligamentum

inguinal poupart menurut metode basinni atau menjahit fasia

tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum

cooper pada Mc Vay.

Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah

diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan

cara mengaproksimasi muskulus oblikus internus, muskulus

tranversus abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik

16
dan ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia

direk maupun hernia inderek.

Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa

variasi teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan

berlebihan dari otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini pada

tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas

regangan. Pada teknik itu digunakan protesis mesh untuk

memperkuat 8 fasia tranversalis yang membentuk dasar kanalis

inguinalis tanpa menjahit dasar otototot ke inguinal.

Gambar 3. Teknik bassini

17
3.1.11 Diagnosis banding

 Hernia femoralis

Pada hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial

terhadap ujung ligamentum. Pada hernia femoralis, leher hernia

terletak dibawah dan lateral terhadap ujung medial ligamentum

inguinale dan tuberkulum pubikum.

 Nodes lymp inguinal

Saat nodes lymp inguinal memungkinkan untuk muncul,

mungkin penyakit ini hampir tidak dapat dibedakan dari hernia

femoral, tapi penyakit ini biasanya berada di bawah ikatan sendi

tulang inguinal.

 Hydrocele dari saluran nuck

3.1.12 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia

ireponibel. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya

terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta.

Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isis hernia dapat

pula tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkarserata yang

menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi

total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit,

18
kulang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia

obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan

isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem

organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.

Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah

sehingga akhirnya peredaran darah jaringan tergangu (strangulasi). Isis

hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisis transudat berupa

cairan serosanguinus, kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi

perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau

peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

3.1.13 Prognosis

Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik.

Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi

pascah bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya

insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi

19

You might also like