Professional Documents
Culture Documents
A. PERSEPSI....................................... ................................................ 4
a. Depersonalisasi ............................................................................ 7
b. Derealisasi .................................................................................. 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
Persepsi berasal dari bahasa latin perceptio yang berarti menerima atau
mengambil. Adapun menurut kamus besar bahasa Indonesia, persepsi itu adalah
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.1 Persepsi
merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada
objek-objek fisik maupun objek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada
stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari
lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-
lain. Persepsi terdiri dari adanya objek, stimulus, pancaindera dan proses pengolahan
persepsi dalam otak manusia. Maka, gangguan persepsi adalah ketidakmampuan
manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti
pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.
2
laku dan pola reaksi total (kepribadian) terhadap berbagai masalah yang dihadapi.3
Berikut akan diuraikan mengenai pengertian persepsi, jenis-jenis gangguan persepsi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERSEPSI
Objek, stimulus yang berasal dari luar individu dan pancaindera yang mana
stimulus secara angsung mengenai saraf sensoris yang berkerja sebagai
reseptor).
Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi
4
Persepsi melewati tiga proses, yaitu:4
B. GANGGUAN PERSEPSI
1. Depersonalisasi: Satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri
(atau tubuhnya) sebagai tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali)
2. Derealisasi: Perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak nyata
3. Ilusi: Satu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang
nyata
5
4. Halusinasi: Persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal
yang nyata. Jenis-jenis halusinasi adalah:
Halusinasi hipnagogik
Halusinasi hipnapompik
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Halusinasi penciuman
Halusinasi pengecapan
Halusinasi taktil
Halusinasi somatik
Halusinasi liliput
Halusinasi yang sejalan dengan mood
Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood
a. Depersonalisasi
Kata depersonalisasi pertama kali disebutkan oleh Dugas pada tahun 1899,
dengan mengacu dari sindrom cerebro-cardiac neurosis.8 Depersonalisasi adalah
suatu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan subyektif dengan
gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai
tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali).6 Maldonaldo et al berpendapat
depersonalisasi mencakup kehilangan atau perubahan temporer dalam perasaan yang
biasa mengenai realitas diri sendiri. Dalam suatu tahap depersonalisasi, orang merasa
terpisah dari dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Mereka mungkin memiliki
perasaan hidup dalam mimpi atau film atau bertingkah laku seperti robot.
6
Sering mereka merasakan dirinya terlepas dari badan mereka sendiri dan
menyaksikan apa yang terjadi pada badannya (out-of-body experiences) yang ddikuti
persepsi mengunjungi planet dan tempat lain. Depersonalisasi umumnya
digambarkan sebagai perasaan terisolasi, tak bernyawa, aneh, dan asing; diri sendiri
dan orang lain dianggap sebagai ‘otomat’, berperilaku mekanis (seperti robot), tanpa
inisiatif, atau pengendalian diri.
b. Derealisasi
7
Depersonalisasi dan derealisasi sering digolongkan secara bersamaan yang
disebut dengan gangguan depersonalisasi-derealisasi. Gangguan deprsonalisasi-
derealisasi ini merupakan pembagian dari Gangguan Disosiatif berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder – 5 (DSM-5).10
8
B. Selama mengalami depersonalisasi atau derealisasi, pengalaman tersebut
dirasakan tidak nyata
E. Gangguan ini tidak bisa dijelaskan lebih baik dari gangguan mental lainnya,
seperti skizofrenia, gangguan panik, gangguan depresif mayor, gangguan stres
akut, atau gangguan disosiatif lainnya.
c. Ilusi
Ilusi Ilusi adalah persepsi yang salah (misperception) atau interpretasi persepsi
yang salah (misinterpretation) terhadap suatu stimulus sensorik eksternal yang nyata.
Dalam arti lainnya, ilusi adalah suatu persepsi pancaindera yang disebabkan adanya
9
rangsangan pancaindera yang ditafsirkan secara salah atau interpretasi yang salah dari
suatu rangsangan pada pancaindera.
d. Halusinasi
10
ada orang yang berbicara (sumber bunyi). Halusinasi juga dipengaruhi oleh mental
image yang kemudian diproyeksikan ke luar sehingga seolah – olah datangnya dari
luar dirinya.
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan,
dan 10% lainnya adalah halusinasi penghidu, pengecapan, dan perabaan.25 Halusinasi
merupakan gejala psikopatologi yang cukup serius, dapat ditemukan pada gangguan
jiwa yang organik dan terutama gangguan jiwa yang fungsional.2
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang keliru yang terjadi saat akan
tertidur; secara umum bukan tergolong fenomena yang patologis.
b. Halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi saat terbangun dari
tidur; secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
c. Halusinasi dengar (auditorik): persepsi bunyi yang palsu, biasanya berupa suara
orang tetapi dapat juga bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan jenis
halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang berupa citra yang berbentuk
(sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai contohnya,
kilatan cahaya); seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
e. Halusinasi cium (olfaktoris): persepsi menghidu yang palsu; seringkali terjadi
pada gangguan medis umum.
f. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang keliru, seperti rasa
kecap yang tidak menyenangkan, sebagai gejala awal kejang; seringkali terjadi
pada gangguan medis umum.
g. Halusinasi raba (taktil; haptik): persepsi keliru tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti sensasi dari suatu tungkai yang teramputasi (phantom limb),
sensasi adanya gerakan pada kulit atau di bawah kulit (formication).
11
h. Halusinasi somatik: sensasi keliru tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam tubuh
atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari organ visceral (juga dikenal
sebagai cenesthesic hallucination).
i. Halusinasi liliput: persepsi yang keliru di mana benda-benda tampak lebih kecil
ukurannya (juga dikenal sebagai mikropsia) atau benda terlihat lebih besar
ukurannya (makropsia).6
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood congruent hallucination): halusinasi
di mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang depresi atau manik
(sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang
mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien manik
mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan,
dan pengetahuan yang tinggi).
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination):
halusinasi di mana isinya tidak konsisten dengan mood yang depresi atau manik
(sebagai contohnya, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema tersebut
seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak diterima, atau ketidakmampuan;
pada mania, halusinasi tidak mengandung tema-tema tersebut seperti harga diri
atau kekuasaan yang tinggi).
l. Command hallucination: persepsi perintah yang palsu di mana seseorang dapat
merasa patuh terhadap perintah atau tidak mampu untuk menolak / menentang.2,26
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
14
13. Kolev OI, Georgieva-Zhostova SO, Berthoz A. Anxiety changes
depersonalization and deralization symptoms in vestibular patients. Hindawi
Publishing Corporation Behavioural Neurology. 2014: p1-9
14. Sedeno L, Couto B, Melloni M, Canales-Johnson A, et al. How do you feel when
you can’t feel your body? Interoception, functional connectivity and emotional
processing in depersonalization-derealization disorder. Plos One. 2014: 9(6). p1-9
15. Michal M, Koechel A, Canterino M, Adler J, et al. Depersonalization disorder:
Disconnection of cognitive evaluation from autonomic responses to emotional
stimuli. Plos One. 2013: 8(9). p1-12
16. Dissociative Disorders Interview Schedule. Retrieved from
jackiewhiting.net/AbPsych/DDIntrvw.htm
17. Frewen PA, Brown MFD, Steuwe C, Lanius RA. Latent profile analysis and
principal axis factoring of the DSM-5 dissociative subtype. European Journal of
Psychotraumatology. 2015: 6. p1-16
18. Gentile JP, Snyder M, Gillig PM. Stress and trauma: Psychoterapy and
pharmacoterapy for depersonalization/derealization disorder. Innov Clin
Neurosci. 2014: 11(7-8). p37-41
19. Somer E, Amos-Williams T, Stein DJ. Evidence-based treatment for
Depersonalisation-derealisation Disorder. BMC Psychology. 2013: 1(20). p1-13
20. Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B. Psychoanalysis In: Current – Diagnosis &
Treatment in Psychiatry. McGraw Hill Companies. 2000
21. Tremblay C, Champoux F, Voss P, Bacon BA, et al. Speech and non-speech
audio-visual illusions: A developmental study. Plos One. 2007: 2(8). p1-5
22. Matute H, Blanco F, Yarritu I, Diaz-Lago M, et al. Illusions of causality: how
they bias our everyday thinking and how they could be reduced. Front Psychol.
2015 jul: 2. p1-14
23. Notredame CE, Pins D, Deneve S, Jardri R. What visual illusions teach us about
schizophrenia. Frontiers in Integrative Neuroscience. 2014 aug: 2. p1-16
15
24. Kiteni K, Maselli A, Kording KP, Slater M. Over my fake body: body ownership
illusions for studying the multisensory basis of own-body perception. Frontiers in
Integrative Neuroscience. 2015 mar: 9(141). p1-20
25. Rahmawati Y. Asuhan keperawatan pada ny.L dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran di ruang srikandi rumah sakit jiwa daerah Surakarta.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014
26. Kairupan BHR, Elim Ch, Kandou LFJ, Suak D. Bahan Ajar Psikiatri. Bagian
Psikiatri FK UNSRAT Manado. 2007
27. Saddock BJ, Saddock VA. Kaplan & Saddock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry, 8th ed Vol 1 chapter 17. Lippincott William & Wilkins. 2005.
16