Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan ASI Eksklusif enam bulan bagi ibu menyusui penderita TB Paru tentu
memerlukan dukungan semua anggota keluarga, masyarakat dan strategi fund raising guna
membangun kerjasama lintas sektor sehingga ibu menyusui penderita TB Paru tidak putus obat. Oleh
karena itu perlu pemahaman manfaat ekonomi ASI Eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita
TB Paru yang tidak putus obat enam bulan melalui program obat TB Paru gratis. Artinya pengembangan
ASI eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita TB Paru memiliki efek ganda, yaitu secara
ekonomi akan menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan status gizi bayinya.
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi terutama Tuberkulosis dan Diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi dan zat imun bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum
mengandung protein,vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Berdasarkan rekomendasi WHO (2002), maka apabila Departemen Kesehatan RI akan
menerapkan anjuran ASI ekslusif 6 (enam) bulan, masih memerlukan beberapa kajian pendukung.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab diantaranya adalah:
a. Apakah kualitas kolostrum ASI pada ibu menyusui yang menderita TB-Paru masih sama dengan
kualitas kolostrum ASI pada ibu menyusui yang sehat?
b. Bagaimana peran Puskesmas, Klinik bersalin, BBKPM dan RSUD Muwardi Surakarta dalam
pemberian ASI eksklusif pada ibu penderita TB-Paru?,
c. Bagaimana pemantauan penggunaan susu formula dan dampaknya terhadap keluarga yang ibunya
menderita TB-Paru ?,
1. Memberikan perhatian khusus pada kebutuhan bayi, terutama dalam program ketahanan pangan
sehingga sejalan dengan konvensi hak-hak bayi yaitu memperoleh ASI secara eksklusif selama enam
bulan.
2. Memberikan kontribusi khusus kepada ibu menyusui baik yang sehat maupun yang sedang
menderita penyakit tropis khususnya tuberkulosis untuk tetap dapat menjamin kebutuhan gizi
bayinya.
3. Pada tahun kedua dan seterusnya, selain ASI bayi juga mendapat MP-ASI, namun keunggulan ASI
masih tetap diperoleh, yaitu ASI merupakan sumber protein yang melengkapi serealia dan makanan
lainnya dalam MP-ASI.
4. Kolostrum, susu pertama yang dikeluarkan oleh ibu bersalin memenuhi kebutuhan gizi bayi baru
lahir karena mengandung anti virus, anti bakteri, memperkuat daya tahan bayi dan merupakan
sumber vitamin A. Dengan demikian bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki
Kandungan ASI dari ibu penderita TB-Paru menunjukkan bahwa hasil preparasi sampel ASI yang
akan diukur dan dianalisis kandungan selenium, iodium, besi dan seng (Zn) yang dilakukan di
Laboratorium Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta dengan menggunakan APN (Analisis Pengaktif
Neutron) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi pada ASI dari ibu penderita TB Paru
Jenis zat gizi * n Mean Median SD Min Max p
Besi (Fe) Sehat 16 15.85 18.3 4.127 9.19 24.3 0.025
Menderita TB 16 14.85 18.3 4.125 8.19 24.8
Seng (Zn) Sehat 16 28.16 31.57 6.041 10.8 38.3 0.025
Menderita TB 16 22.16 28.57 5.046 10.9 39.3
Selenium (Se) Sehat 16 108.75 113.293 5.5434 45.4 123.8 0.045
Menderita TB 16 104.75 103.293 3.5434 45.4 123.8
Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi selenium (Se) ASI antara kelompok ibu penderita TB
dan ibu menyusui yang sehat ternyata secara statistik berbeda sangat nyata (p<0.001).
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi selenium (Se) ASI antara
kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
N Mean SD t p
Tabel 3 menunjukkan hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi iodium (I) ASI antara
kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat secara statistik bermakna (p<0.001).
Tabel 3 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi iodium (I) ASI antara
kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
N Mean SD t p
Tabel 4 menunjukkan hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi zinc (Zn) ASI antara kelompok
ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat secara statistik bermakna (p<0.001).
Tabel 4. Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi zinc (Zn) ASI antara kelompok
ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
N Mean SD t p
Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi besi (Fe) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan
ibu menyusui yang sehat ternyata secara statistik berbeda sangat nyata (p<0.001). Selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi besi (Fe) ASI antara kelompok
ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
N Mean SD t p
Pasien
Datang PENDAFTARAN LOKET
POLI PARU/ANAK/INTERNAL/BEDAH/KULIT
KELAMIN/OBSGYN/.......
Laboratorium
DOKTER PELAKSANA
Petugas Pelaksana
DINKES
KOTA/PROPINSI
PERAWAT PENANGGUNG JAWAB
DOTS
APOTEK
Faktor – faktor yang mempengaruhi penanggulangan TB dengan strategi DOTS pada ibu menyusui:
a. Adanya SOP (Standart Operasional Pelayanan) bagi Ibu menyusui
b. Kebijakan Direktur RSDM khusus strategi DOTS pada ibu menyusui
c. Adanya Sumber Daya Manusia yang mengerti tentang strategi DOTS pada ibu menyusui
d. Adanya fasilitas penunjang dalam strategi DOTS pada ibu menyusui
e. Tidak adanya komunikasi yang baik tentang pelaksanaan strategi DOTS pada ibu
menyusui
f. Sistem pelaporan yang kurang baik untuk strategi DOTS pada ibu menyusui
g. PMO (Pengawas Minum Obat) strategi DOTS pada ibu menyusui
h. Ketidakpatuhan penderita khususnya pada ibu menyusui
i. Suplai obat yang tidak kontinyu pada strategi DOTS pada ibu menyusui
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari strategi DOTS pada ibu menyusui
di RS Dr.Moewardi perlu ditingkatkan, sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat strategi
DOTS harus dapat dikendalikan. Perlu komunikasi efektif antara pihak medis, paramedis dan
semua staf RS dalam melaksanakan strategi DOTS pada ibu menyusui dengan baik agar setiap
orang punya presepsi yang sama mengenai strategi DOTS pada ibu menyusui.