You are on page 1of 7

ISSN No.

1978-3787 Media Bina Ilmiah15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP


KONSUMSI ZAT GIZI (ENERGI, PROTEIN) PADA BALITA GIZI KURANG
DI DESA LABUHAN LOMBOK

Oleh :

Yuli Laraeni, Reni Sofiyatin, Yuanita Rahayu


Dosen Pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

Abstract: "The relationship between the level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother
against the consumption of nutrients ( energy , protein ) on infant malnutrition in the village of Labuhan
Lombok "Toddler is one segment of the population that is vulnerable to malnutrition . The energy
consumption of protein is the amount of energy and protein derived from the food eaten . Knowledge ,
attitudes and behavior is closely related to maternal nutritional status of children.The purpose of this
study was to determine the relationship level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother against
the consumption of nutrients ( energy , protein ) in children under five malnutrition in the village of
Labuhan Lombok . This study was a cross sectional study . The population in this study were all children
of malnutrition in the village of Labuhan Lombok with a total sample of 59 children malnutrition based
indices W / A . Samples were taken with Systematic Random Sampling method .Data used in the study of
primary data include data on the identity of children malnutrition , level of knowledge , attitude and
behavior of the mother , the intake of nutrients ( energy , protein ) children malnutrition . Secondary data
collected is a general overview of Labuhan Lombok Village area . Data were analyzed with descriptive
statistics and statistical test Chi-square test to determine the relationship between variables .The
percentage level of knowledge , attitudes and behavior of respondents most is knowledge of the
respondents are as many as 46 people ( 78 % ) . good attitude as much as 45 respondents ( 76.3 % ) . the
behavior of the respondents are as many as 34 people ( 57.6 % ) . The energy consumption of samples
classified category of heavy deficit by 22 people ( 37.3 % ) . The level of protein intake above the needs
of the samples belonging to as many as 23 people ( 39 % ) . There was no association between maternal
knowledge on energy consumption and protein malnutrition in young children based on the chi-square
test for energy ( P value> α , ie 0.882 > 0.05 ) and protein ( P value> α , ie 0.729 > 0.05 ) . There was no
association between maternal attitudes towards the consumption of energy and protein malnutrition in
children under five years based on the chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.882 > 0.05 ) . and
protein ( P value> α , ie 0.154 > 0.05 ) and there was no association between maternal behavior towards
energy consumption and protein malnutrition in children under five years with the results of chi-square
test for energy ( P value> α , ie 0.306 > 0 , 05 ) and protein ( P value> α , ie 0.812 > 0.05 )
Keywords: Knowledge , Attitude , Behavior , Nutrition Toddler Consumption Less

PENDAHULUAN
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan zat gizi yang digunakan secara efesien, sehingga
suatu masalah gizi yang disebabkan karena memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
berbagai faktor, terutama faktor makanan yang otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
tidak memenuhi kebutuhan akan energi dan protein umum pada tingkat yang setinggi mungkin.
serta infeksi yang berdampak dari status gizi yang Konsumsi energi protein merupakan banyaknya
baik menjadi status gizi kurang bahkan buruk energi dan protein yang diperoleh dari makanan
dimana KEP tersebut terjadi dalam jangkauan yang dimakan. Dimana tubuh akan mendapatkan
waktu yang lama. Balita merupakan salah satu kondisi kesehatan gizi yang optimal (Sediaoetama,
golongan penduduk yang rawan terhadap 2008).
kekurangan gizi. Menurut Sediaoetama dalam Pengetahuan, sikap serta perilaku ibu erat
buku gizi reproduksi pada masa balita ditandai kaitannya dengan status gizi balita. Kurangnya
dengan pertumbuhan serta perkembangan yang pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua,
sangat pesat disertai dengan perubahan yang khususnya ibu merupakan salah satu penyebab
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih terjadinya kekurangan gizi pada balita,
banyak dengan kualitas yang tinggi (Waryana, pengetahuan juga mempengaruhi konsumsi pangan
2010). seseorang yang dimana pengetahuan gizi yang
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi dimiliki berpengaruh terhadap keragaman jenis dan
bilamana kondisi tubuh memperoleh kecukupan
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
16 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

jumlah makanan yang dikonsumsi oleh balita pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua), b)
(Hayati dan Yunitasari, 2011). tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
Sikap ibu juga merupakan salah satu faktor terhadap konsumsi zat gizi (Energi, Protein) balita
yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Sikap gizi kurang berdasarkan indeks BB/U.
yang kurang baik terhadap pemberian makanan
pada ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi HASIL DAN PEMBAHASAN
anak, sehingga menghasilkan anak yang kurang
a. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
gizi (Hayati, 2011). Perilaku ibu juga erat
Ibu Balita Gizi Kurang
kaitannya dengan masalah kekurangan gizi pada
a. Pengetahuan
anak balita dapat dilihat dari adanya kebiasaan
Tingkat pengetahuan tentang konsumsi zat
yang salah dari ibu terhadap gizi anak balitanya.
besi pada ibu terhadap konsumsi zat gizi (energi
Kurangnya gizi pada balita dapat juga disebabkan
dan protein) merupakan salah satu faktor yang
oleh perilaku ibu dalam memilih bahan makanan
dapat mempengaruhi perilaku dalam upaya
yang tidak benar, tersedianya jumlah makanan
pencegahan gizi buruk pada masa pertumbuhan
yang cukup dan keanekaragaman makanan yang
dan perkembangan anak balita. Dengan
sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu
mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk karena
(Mardiana, 2006)
kurangnya konsumsi energi dan protein yang
Tujuan Umum penelitian ini untuk
berasal dari makanan dan mengetahui penyakit dan
mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan,
komplikasi dari gizi kurang serta upaya yang
sikap, dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi
dilakukan untuk pencegahan kejadian gizi kurang,
(energi, protein) pada anak balita (12-59 bulan)
sehingga kejadian gizi kurang pada balita dapat
gizi kurang berdasarkan indeks berat badan
dikurangi. Ibu Balita harus memiliki pengetahuan
menurut umur (BB/U) di Desa Labuhan Lombok
mengenai sumber makanan yang mengandung
Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok
energi dan protein, terutama untuk pertumbuhan
Timur
balita dan pengetahuan bagaimana memilih
makanan yang dapat meningkatkan atau
METODE PENELITIAN
menghambat penyerapan protein. Pada tabel 1,
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan
Crossectional dimana pengamatan variabel terikat responden yang paling banyak adalah pengetahuan
dan variabel bebas dilakukan pada waktu yang cukup sebanyak 46 orang (78%)
bersamaan yakni untuk mengetahui tingkat
Tabel1. Distribusi Tingkat Pengetahuan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap
Responden
konsumsi zat gizi (Energi, dan Protein) pada balita
gizi kurang dengan indeks BB/U berdasarkan No Tingkat Pengetahuan N %
rancangan penelitian yakni Observasional Analitik 1 Baik 8 13,6
Penelitian dilaksanakan di Desa Labuhan 2 Cukup 46 78
Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten 3 Kurang 5 8,5
Lombok Timur. Penelitian dilaksanakan pada Jumlah 59 100
bulan Februari-Juli 2013. Adapun Populasi dalam
penelitian ini adalah semua balita gizi kurang 2. Sikap
berdasarkan indeks BB/U di Desa Labuhan Sikap ibu balita dalam menentukan pilihan
Lombok yakni 140 balita, jadi populasi balita yang mengkonsumsi bahan makanan yang banyak
akan di teliti yakni sebanyak 140 balita. Sampel mengandung energi dan protein dapat merubah
merupakan bagian dari populasi yang terpilih yang pola makan yang beragam untuk menunjang
memiliki kriteria Inklusi asupan energy dan protein bagi tubuh guna
1. Balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U mencegah gizi kurang pada masa balita dapat
yang ada di Desa Labuhan Lombok. menurunkan angka gizi kurang. tabel 2, dapat
2. Balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U dijelaskan bahwa tingkat sikap responden yang
dengan usia 12-59 bulan di Desa Labuhan paling banyak adalah sikap baik sebanyak 45 orang
Lombok. (76,3%)
Kriteria Eksklusi balita dalam kondisi sakit, Tabel 2. Distribusi Tingkat Sikap Responden
ibu menolak mengikuti penelitian, balita tidak
berdomisili di daerah penelitian No Tingkat Sikap N %
Jenis data a)tentang identitas balita gizi kurang 1 Baik 45 76,3
berdasarkan indeks BB/U (nama balita, umur 2 Cukup 14 23,7
balita, nama ibu balita, berat badan, jenis kelamin, Jumlah 59 100

_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah17

3. Perilaku penting bagi tubuh karena selain sebagai sumber


Perilaku sangat berhubungan dengan energi, protein berfungsi sebagai zat pembangun
pengetahuan, tetapi peningkatan pengetahuan tidak tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh. Pada tabel
selalu menyebabkan perubahan perilaku. Perilaku 5, dapat dijelaskan bahwa tingkat konsumsi protein
kesehatan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor anak balita yang paling banyak tergolong kategori
perilaku dan faktor nonperilaku. Pendidikan diatas kebutuhan sebanyak 23 orang (39%)
merupakan bagian yang tidak terpisah dalam
menentukan cara terbaik untuk memulai proses c. Hubungan Antar Varibel
perubahan perilaku. Tabel 3, dapat dijelaskan
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
bahwa tingkat perilaku responden yang paling
Konsumsi Energi
banyak adalah perilaku cukup sebanyak 34 orang
Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
(57,6%)
energi masih dalam kategori cukup yang artinya
Tabel 3. Distribusi Tingkat Perilaku Ibu Sampel masih belum adanya kesadaran dari ibu pentingnya
tentang konsumsi energi untuk pertumbuhan dan
No Tingkat Perilaku n %
perkembangan anaknya di masa balita
1 Baik 25 42,4
2 Cukup 34 57,6 Tabel6. Hubungan Pengetahuan terhadap
Jumlah 59 100 konsumsi energi

b. Tingkat Konsumsi Zat Gizi


1. Konsumsi Energi
Tingkat konsumsi energi balita apabila sudah
mengalami defisit akan mempengaruhi kondisi dan
status gizi anak balita, energi dibutuhkan anak
balita untuk masa pertumbuhan dan beraktivitas
sesuai dengan usianya. Berdasarkan tabel 4, dapat
dijelaskan bahwa tingkat konsumsi energi anak Tabel 6 dapat digambarkan bahwa 46 orang
balita yang paling banyak tergolong kategori ibu balita gizi kurang yang memiliki pengetahuan
defisit berat sebanyak 22 orang (37,3%) tergolong cukup, tingkat konsumsi energi anak
balita gizi kurangnya tergolong defisit berat yakni
Tabel4. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi
sebanyak 16 orang (27,1%).
Sampel
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P
No Tingkat Konsumsi Energi n % value lebih besar dari α, yaitu 0,882 lebih besar
1 Defisit Berat 22 37,3 dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
2 Defisit Ringan 4 6,8 pengetahuan ibu terhadap konsumsi energi pada
3 Defisit Sedang 15 25,4 balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
4 Diatas Kebutuhan 8 13,6 sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
5 Normal 10 16,9 Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
Jumlah 59 100 terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu
balita dengan tingkat konsumsi energi balita.
2. Konsumsi Protein Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Anisya Nurul (2012) ada beberapa faktor yang
Tabel5. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein mempengaruhi asupan makan yaitu pengetahuan
Sampel dan keadaan sosial ekonomi (pendapatan) yang
No Tingkat Konsumsi n % mempengaruhi pemilihan jenis serta jumlah
Protein makanan yang akan dikonsumsi.
1 Defisit Berat 7 11,9 Faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor
2 Defisit Ringan 11 18,6 ekonomi (pendapatan) ibu anak balita gizi kurang.
3 Defisit Sedang 8 13,6 Faktor ekonomi yang kurang tidak cukup untuk
4 Diatas Kebutuhan 23 39 memenuhi kebutuhan sehari, untuk menyediakan
makanan yang bersumber zat gizi energi masih
5 Normal 10 16,9
kurang karena tidak mampu menyediakan
Jumlah 59 100
makanan yang yang mengandung zat gizi berupa
Konsumsi energi protein merupakan energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak
banyaknya protein yang diperoleh dari makanan balita makanan berupa snack ringan, yang dimana
yang dimakanProtein merupakan zat yang sangat snack memiliki kandungan energi yang tidak
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
18 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi Tabel 8. Hubungan Sikap terhadap konsumsi
anak balita gizi kurang. energi
2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Konsumsi Protein
Tabel7. Hubungan Pengetahuan terhadap
konsumsi Protein

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa


P value lebih besar dari α, yaitu 0,882 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
sikap ibu terhadap konsumsi energi pada anak
Berdasarkan Tabel 7 dapat digambarkan balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
bahwa 46 orang ibu balita gizi kurang yang sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
memiliki pengetahuan tergolong cukup, tingkat Anisya Nurul (2012) yang menyatakan tidak
konsumsi protein anak balita gizi kurangnya terdapat hubungan antara sikap dengan tingkat
tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 18 konsumsi zat gizi energi.
orang (30,6%). Faktor yang mempengaruhi sikap ibu balita
Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa gizi kurang disini diantaranya pengalaman dan
P value lebih besar dari α, yaitu 0,729 lebih besar faktor ekonomi (pendapatan). Ibu balita gizi
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara kurang memiliki sikap gizi yang tergolong baik
pengetahuan ibu terhadap konsumsi protein pada berdasarkan pengalamannya dalam
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini mempersiapkan makanan untuk anak balita
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh tergolong baik, sedangkan untuk konsumsi energi
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak pada anak balita yang tergolong defisit berat
terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu dipengaruhi oleh faktor ekonomi (pendapatan)
balita dengan tingkat konsumsi protein balita. yang dimana masih kurang dalam menyediakan
Anak balita gizi kurang rata – rata konsumsi makanan yang bersumber zat gizi energi masih
sumber protein tergolong diatas kebutuhan Hal ini kurang karena tidak mampu menyediakan
disebabkan oleh ketersediaan pangan yang terdapat makanan yang yang mengandung zat gizi berupa
pada daerah penelitian yang merupakan daerah energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak
pesisir pantai yang kaya akan sumber laut berupa balita makanan berupa snack ringan, yang dimana
ikan, selain itu pemberian susu yang diberikan oleh snack memiliki kandungan energi yang tidak
ibu kepada anak balitanya. Oleh karena ituanak terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi
balita lebih banyak makan makanan sumber anak balita gizi kurang.
protein dibandingkan dengan makanan yang
mengandung sumber karbohidrat. 4. Hubungan Tingkat Sikap Ibu dengan
Selain itu terdapat pula faktor infeksi yang Konsumsi Protein
mempengaruhi konsumsi zat gizi anak balita gizi Tabel9. Hubungan Sikap terhadap konsumsi
kurang, yang dimana konsumsi protein pada anak Protein
balita gizi kurang tergolong diatas kebutuhan,
sedangkan konsumsi energi tergolong defisit
berat, hal ini disebabkan tidak lain dari pada
penyakit infeksi yang bisa dialami oleh anak balita
gizi kurang seperti ISPA maupun diare.

3. Hubungan Tingkat Sikap Ibu dengan


Konsumsi Energi
Pada Tabel 8 dapat digambarkan bahwa 45
orang ibu balita gizi kurang yang memiliki sikap Berdasarkan Tabel 9 dapat digambarkan
tergolong baik, tingkat konsumsi energi anak balita bahwa 45 orang ibu anak balita gizi kurang yang
gizi kurangnya tergolong defisit berat yakni memiliki sikap tergolong baik, tingkat konsumsi
sebanyak 18 orang (30,6%). protein anak balita gizi buruknya tergolong diatas
kebutuhan yakni sebanyak 18 orang (30,6%).

_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah19

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa masih kurang dalam menyediakan makanan yang
P value lebih besar dari α, yaitu 0,154 lebih besar bersumber zat gizi energi masih kurang karena
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara tidak mampu menyediakan makanan yang yang
sikap ibu terhadap konsumsi protein pada anak mengandung zat gizi berupa energi. Ibu anak balita
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini biasanya membelikan anak balita makanan berupa
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh snack ringan, yang dimana snack memiliki
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak kandungan energi yang tidak terlalu banyak untuk
terdapat hubungan antara sikap gizi ibu balita mencukupi kebutuhan energi balita gizi kurang.
dengan tingkat konsumsi protein balita.
Balita gizi kurang memiliki rata – rata 6. Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan
konsumsi sumber protein tergolong diatas Konsumsi Protein
kebutuhan Hal ini disebabkan oleh ketersediaan
Tabel 11. Hubungan Perilaku terhadap konsumsi
pangan yang terdapat pada daerah penelitian yang
Protein
merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan
sumber laut berupa ikan, selain itu pemberian susu
yang diberikan oleh ibu kepada anak balitanya oleh
karena itu anak balita lebih banyak makan
makanan sumber protein dibandingkan dengan
makanan yang mengandung sumber karbohidrat.

5. Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan


Konsumsi Energi
Tabel 10. Hubungan Perilaku terhadap konsumsi Berdasarkan Tabel 11 dapat digambarkan
energi bahwa 25 orang ibu anak balita gizi kurang yang
memiliki perilaku tergolong cukup tingkat
konsumsi protein anak balita gizi buruknya
tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 14
orang (23,8%). Hal ini menunjukkan perilaku ibu
tidak mempengaruhi konsumsi protein pada balita
gizi kurang.
Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
P value lebih besar dari α, yaitu 0,812 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
Berdasarkan Tabel 10 dapat digambarkan perilaku ibu terhadap konsumsi protein pada anak
bahwa 25 orang ibu balita gizi kurang yang balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
memiliki perilaku tergolong baik, tingkat konsumsi sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
energi anak balita gizi buruknya tergolong defisit Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
berat yakni sebanyak 12 orang (20,3%). terdapat hubungan antara perilaku gizi ibu balita
Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa dengan tingkat konsumsi protein balita.
P value lebih besar dari α, yaitu 0,306 lebih besar Perilaku ibu tergolong cukup. Hal ini
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara disebabkan pengetahuan dan sikap ibu balita gizi
perilaku ibu terhadap konsumsi energi pada anak kurang dalam mengetahui dan menyajikan
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini makanan untuk balita gizi kurang. Untuk
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh konsumsi protein tergolong diatas kebutuhan, hal
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang
terdapat hubungan antara perilaku gizi ibu balita terdapat pada daerah penelitian yang merupakan
dengan tingkat konsumsi energi balita. daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber laut
Menurut Pranadji (1988) dalam penelitian berupa ikan, selain itu pemberian susu yang
Rena Ningsih (2008),mengemukakan pengetahuan diberikan oleh ibu kepada anak balitanyayang
gizi, sikap terhadap gizi, dan keterampilan gizi menyebabkan anak balita lebih banyak makan
secara bersama-sama akan menentukan perilaku makanan sumber protein dibandingkan dengan
gizi. makanan yang mengandung sumber karbohidrat.
Untuk konsumsi energi pada anak balita yang Selain faktor ketersedian pangan, faktor
tergolong defisit berat faktor yang infeksi juga mempengaruhi konsumsi zat gizi anak
mempengaruhinya yaitu faktor ekonomi balita gizi kurang, dimana berdasarkan penelitian
(pendapatan) ibu balita gizi kurang yang dimana yang telah dilakukan konsumsi protein pada anak

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
20 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

balita gizi kurang tergolong diatas kebutuhan, 6. Tidak ada hubungan pengetahuan, sikap dan
sedangkan konsumsi energi tergolong defisit perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi energi
berat, hal ini bisa juga disebabkan oleh penyakit pada anak balita (12-59 bulan) gizi kurang di
infeksi yang bisa dialami oleh anak balita gizi Desa Labuhan Lombok Kecamatan
kurang terutama ISPA maupun diare. Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur
Perilaku ibu pada penelitian ini tergolong 7. Tidak ada hubungan pengetahuan, sikap dan
cukup, berbeda halnya dengan perilaku anak balita perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi
gizi kurangnya, dimana ibu sudah membiasakan protein pada anak balita (12-59 bulan) gizi
diri sebelum memberi makan kepada anak kurang di Desa Labuhan Lombok Kecamatan
balitanya selalu mencuci tangan, berbeda hal Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur
dengan anaka balita, setelah bermain dengan
temannya atau setelah bermain tanah, langsung b. Saran
makan makanan yang diberikan kepadanya tanpa 1. Petugas memberikan informasi atau
mencuci tangan sebelumnya. penyuluhan kepada ibu balita gizi kurang
mengenai makanan yang bergizi dengan cara
PENUTUP memanfaatkan sumber daya alam dan
penganekaragaman makanan yang ada di
a. Simpulan
sekitar pada saat kegiatan posyandu
1. Tingkat pengetahuan dan perilaku ibu balita
2. Ibu balita gizi kurang diharapkan banyak
yang tertinggi dengan kategori cukup
menanyakan mengenai makanan yang bergizi
terbanyak, sedangkan sikap ibu balita gizi
khususnya untuk kebutuhan pertumbuhan dan
kurang yang tertinggi adalah sikap dengan
perkembangan anak balita kepada petugas
kategori baik
puskesmas pada saat kegiatan posyandu
2. Tingkat konsumsi zat gizi energi dengan
3. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih
kategori defisit berat sebanyak Hal ini
lanjut mengenai, infeksi, pola makan dan pola
disebabkan oleh faktor ekonomi (pendapatan)
asuh balita gizi kurang di daerah pesisir pantai
ibu balita yang kurang untuk memenuhi
syaarat kebutuhan sehari dan menyediakan
DAFTAR PUSTAKA
makanan yang bersumber zat gizi, serta
kebiasaan ibu membelikan balita makanan
Aeny, Anisya Nurul. 2012. Hubungan
berupa snack ringan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri
3. Tingkat konsumsi zat gizi protein pada balita
Tentang Gizi Seimbang Dengan
gizi kurang yang tertinggi adalah tingkat
Konsumsi Zat Gizi (Energi, Protein Dan
konsumsi dengan kategori diatas kebutuhan.
Fe) (Study Di SMPN 14 Mataram).
Hal ini disebabkan oleh ketersediaan pangan
Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan
yang terdapat pada daerah penelitian yang
Kemenkes Mataram Jurusan Gizi.
merupakan daerah yang kaya akan sumber
Mataram
laut berupa ikan serta pemberian susu kepada
anak balita. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
4. Belum terdapat perubahan terhadap perilaku PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
pada ibu dalam memperbaiki konsumsi zat Azwar, Azrul. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi
gizi (Energi, Protein) anak balitanya Dan Tantangan Di Masa Datang.
disebabkan ada beberapa faktor yakni Didalam : Pertemuan Advokasi Program
pendapatan, kebiasaan ibu yang memberikan Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar
snack lebih banyak dibandingkan makanan Gizi di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27
pokok kepada balita gizi kurang September 2004
5. Faktor lain yang menyebabkan konsumsi zat
gizi anak balita yang berbeda dimana Berg, Alan. 1986. Peranan Dalam Pembangunan
konsumsi energi tergolong defisit berat Nasional. Penerbit CV.Rajawali. Jakarta
sedangkan konsumsi protein tergolong diatas Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2010. Data
kebutuhan yakni faktor penyakit infeksi, Pemantauan Status Gizi
dimana sangat mempengaruhi konsumsi zat
gizi pada anak balita, selain itu perilaku Fatimah, Sari, Ikeu Nurhidayah, dan Windy
daripada anak balita yang setelah bermain Rakhmawati. 2008. Faktor-Faktor Yang
tanah tidak mencuci tangannya langsung Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada
makan makanan yang diberikan kepadanya Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Unpad Vol 10 No.
_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah21

XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal PERSAGI. 2009. Kamus Gizi Pelengkap
– 37. Padang Kesehatan Keluarga. PT Kompas Media
Nusantara. Jakarta
Gabriel, A. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) Serta Hidup Bersih dan Prakoso, Indra Bakti, Ahmad Yamin dan Raini
Sehat Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Diah Susanti, 2012 Hubungan Perilaku
Dan Kesehatan Balita Di Desa Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi
Cikarawang Bogor. Skripsi Program Dan Tingkat Konsumsi Energi Dengan
Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Staus Gizi Balita Di Desa Cibeusi
Keluarga Fakultas Pertanian IPB, Bogor Kecamatan Jatinangor Kabupaten
Sumedang. Skripsi Fakultas Ilmu
Handono, Nugroho Priyo. 2010. Hubungan
Keperawatan Universitas Padjajaran,
Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi, Pola
Bandung
Makan, Dan Energi Tingkat Konsumsi
Dengan Status Gizi Anak Usia Lima Puskesmas Labuhan Lombok. 2012. Hasil Pekan
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Penimbangan Bulan Agustus
Selogiri Wonogiri.
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan
http:\\www.akpergshwng.com\upload\nas
Pengembangan Kesehatan Kementerian
pub_handono.pdf (Diakses pada 23
Kesehatan Republik Indonesia
0ktober 2012 Pukul 19:25)
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2008. Ilmu Gizi.
Hayati, Maria Posma. 2011. Pengaruh
Dian Rakyat. Jakarta
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Serta
Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Suhardjo, dkk. 2009. Pangan, Gizi Dan Pertanian.
Pemberian Makanan Pada Balita Di UI Press. Jakarta
Puskesmas Bandar Khalifah Kabupaten Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB
Serdang Bedagai. Tesis Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan Dan Gizi.
Kesehatan Masyarakat Universitas PT Bumi Aksara. Jakarta
Sumatera Utara, Medan Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan
Khomsan, Ali. 2004. Pangan Dan Gizi Untuk Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.
Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. EGC. Jakarta
Jakarta Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama.
Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu Yokyakarta
Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Wawan, A dan Dewi. M. 2010. Teori Dan
Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Kabupaten Langkat. Skripsi Fakultas Perilaku Manusia. Nuha Medika.
Kesehatan Masyarakat Universitas Yokyakarta
Sumatera Utara, Medan
Widya karya Nasional Pangan dan Gizi
Munir, Miftahul. 2012. Hubungan Antara III.1996.LIPI.Jakarta
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Balita (1-5 Tahun) Di Wirjatmadi, Bambang dan Merryana Adriani.
Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus
Puskesmas Jenu-Tuban. Skripsi STIKES Kehidupan. Kencana Prenada Media
NU Tuban, Tuban Group. Jakarta
Ningsih, Rena. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi Yunitasari, W. 2011. Hubungan Pengetahuan,
Ibu Serta Hubungannya Dengan Sikap, Dan Perilaku Ibu Tentang Gizi
Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Balita Seimbang Terhadap Status Gizi Balita
Di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Usia 3-4 Tahun Di Posyandu RW 21
Kabupaten Bogor. Skripsi Program Studi Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan
Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Sukmajaya Depok. Skripsi Program
Keluarga Fakultas Pertanian Institut Studi Sarjana Kedokteran Fakultas
Pertanian Bogor. Bogor Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Yokyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.Metodelogi
Penelitian Kesehatan.PT Rineka Cipta.
Jakarta
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015

You might also like