Professional Documents
Culture Documents
Fitri Ayu Ramadhonna (Tugas 3)
Fitri Ayu Ramadhonna (Tugas 3)
“PINJAL”
Kelas 1 A
Oleh
(161110010)
Dosen Pembimbing:
Dr. WIJAYANTONO,SKM,M.KES
TAHUN 2016/2017
A. Peran Pinjal Sebagai Vektor Penyakit
Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans,
Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-
hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing.
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes
yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila
ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman
tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu
melalui gigitan.
Bagan Penularan Penyakit :
1. Silvantic Rodent Flea Human
Penularan penyakit pes secara eksidental dapat terjadi pada orang-orang yang bila
digigit oleh pinja; tikus hutan yang infektif. Ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja
dihutan,ataupun pada orang-orang yang mengadakan rekreasi/camping di hutan.
2. Silvatic Rodent Direct Contact Human
Penularan pes inidapat terjadi pada para pekerja yang berhubungan erat dengan
tikus hutan, misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian dihutan,
dimana ia terkena darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes
3. Comersal Rodent Flea Human
Penularan pes pada orang yang terkena gigitan pinjal yang terinfeksi setelah
menngigit tikusdomestik/komersial yang mengandung kuman pes
4. Silvatic Rodent Flea Domestic Rodent Human Flea
Penularan pes dari tikus hutankomersial melalui pinjal. Pinjal yang terinfeksi
menggigit manusia
5. Human Hunal Flea Human
Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia
culex irritans (human flea)
6. Human droplet Human
Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kedapada orang lain
melalui percikan ludah atau pernapasan.
Penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat
berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunderpes). Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor
penyakit-penyakit manusia, seperti murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia.
Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing
pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia.
Selain pada manusia pinjal juga dapat mempengaruhi kesehatan hewan peliharaan
seperti di bawah ini :
1. Flea Allergy Dermatitis (FAD).
Penyakit kulit alergi pinjal. Waktu seekor kutu menggigit hewan peliharaan, ia
memasukan ludah ke dalam kulit. Hewan peliharaan mendevelop reaksi alergi
terhadap ludah/saliva (FAD) yang menyebabkan rasa gatal yang amat gatal.
Tidak saja hewan peliharaan akan menggaruk atau mengigit-gigit berlebihan
di daerah ekor, selangkangan atau punggung, jendolan juga akan muncul di
sekitar leher dan punggung.
2. Cacing Pita; Dipylidium canium.
Cacing pita (tapeworm) disalurkan oleh pinjal pada tahap larva waktu makan
di lingkungan hewan peliharaan. Telur-telur tumbuh di dalam kehidupan yang
tidak aktif dalam perkembangan pinjal ini. Jika pinjal ini di ingested oleh
hewan peliharaan waktu digrooming, cacing pita dan terus menerus
berkembang menjadi cacing dewasa di usus hewan peliharaan.
3. Anemia
Terjadi pada yang muda, yang tua atau pun yang sakit jika terlalu banyak kutu
loncat yang menghisap darahnya. Gejala anemia termasuk, gusi pucat, lemas
dan lesu pada hewan peliharaan.
B. Jenis-jenis Pinjal
Pinjal dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Species : C. felis
Morfologi
Kutu jenis ini memiliki ciri-ciri tidak bersayap, memiliki tungkai panjang,
dan koksa-koksa sangat besar, Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak
duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak
dalam lekuk-lekuk di dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet
penusuk, Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak
berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan
keputihan, Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun prenatal. Perbedaan antara
jantan dan betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung
posterior bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih
panjang, sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari
jantan
Kutu kucing ini berwarna coklat kemerahan sampai hitam, dengan betina
yang warna nya sedikit berbeda. Selain dari sedikit perbedaan dalam ukuran dan
warna, fitur utama lainnya membedakan antara jantan dan betina adalah adanya
kompleks, alat kelamin berbentuk bekicot pada laki-laki. Ctenocephalides felis
dibedakan dari kutu lain dengan ctenidia karakteristik, atau sisir, tetapi memiliki
ctenidium pronotal dan ctenidium genal dengan lebih dari 5 gigi. Morfologi kutu
kucing adalah mirip dengan kutu anjing, canis Ctenocephalides, tetapi kutu kucing
memiliki karakteristik dahi miring. Tibia belakang juga berbeda dari spesies loak
lainnya dalam hal ini tidak memiliki gigi apikal luar. Semua anggota ordo
Siphonaptera memiliki otot yang kuat berisi bresilin, protein sangat elastis, di kaki
mereka, yang memungkinkan kutu melompat setinggi 33 cm.Larva kutu mirip
belatung kecil dengan bulu pendek dan rahang untuk mengunyah. Kepompong
hidup terbungkus dalam kepompong sutra-puing bertaburan.
Siklus Hidup
Telur akan menetas 2-10 hari menjadi larva yang makan darah kering (yang
dikeluarkan pinjal dewasa), feses, bahan organik lainnya. Larva juga membuat pupa
dengan menyilih 2 kali. Stadium larva berlangsung 1-24 minggu. Pupa dapat hidup
selama 1 minggu sampai 1 tahun tergantung faktor lingkungan.Pinjal ini dapat sebagai
hospes intermedier dari Dypillidium caninum, dan menyebabkan gatal dan iritasi pada
tubuh hospes (kucing).
Habitat
Kutu kucing hidup di sarang dan tempat beristirahat dari host mereka ketika
mereka tidak makan, dan tuan rumah mereka ketika mereka makan. Mereka hidup di
hampir semua jenis habitat, selama itu hangat dan lembab cukup untuk
mempromosikan pembangunan. (Roberts dan Janovy, 2000).Hewan ini ditemukan di
daerah yang beriklim tropis, terestrial biomes, seperti padang pasir atau gundukan,
savana atau padang rumput, kaparal, hutan hujan, hutan belukar, perkotaan, pinggiran
kota, serta pertanian
b) Pinjal anjing (Ctenocephalides canis)
Klasifikasi:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Species : C. Canis
Ciri-ciri :
1. Berukuran sekitar 1-2 mili meter dan terlihat tipis (gepeng).
2. Mampu bergerak cepat di antara bulu anjing.
3. Pinjal hidup dari menghisap darah induk semangnya.
4. Seekor pinjal betina harus menghisap darah agar bisa betelur dan mereka
bisa menghasilkan 50 butir telur sehari di badan anjing.
5. Telur pinjal tidak lengket sehingga mudah lepas dari badan anjing dan
menetas 2- 5 hari kemudian.
6. Seumur hidupnya, pinjal betina mampu menghasilkan 1.500 butir telur.
7. Setelah telur menetas, mereka menjadi larva dan kemudian setelah cukup
besar membuat kepompong.
8. Masa kepompong merupakan masa bertahan paling awet bagi pinjal,
bahkan pestisida pun tidak berpengaruh. Mereka sanggup menunggu
bertahun-tahun sampai waktu yang tepat untuk keluar dari kepompong.
Suhu ruangan yang hangat dan lembab mendorong mereka cepat keluar dari
kepompong dan mencari induk semang baru.
Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan
Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun mereka
memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang menggigit
manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan, tetapi
spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum menghasilkan
telur.
Morfologi
Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar,
Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke
belakang dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di
dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis
sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari
10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan,. Perbedaan antara jantan dan
betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung posterior
bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih panjang,
sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan.
Kutu dewasa berwarna hitam kecoklatan, tapi tampak hitam kemerahan setelah
makan darah. Kutu dewasa panjangnya 3-4mm. Memiliki baik ctenidia genal dan
pronatal, memiliki mata, pada koksa kaki ke-2 (mesopleuron) ditemukan batang
pleural (batang meral).
Siklus Hidup
Ada empat tahap utama dari siklus hidup kutu: telur, larva, pupa dan
dewasa. Dibutuhkan sekitar 30 sampai 40 hari untuk kutu anjing dalam
mengerami telur menjadi telur yang sempurna,meskipun ada beberapa kasus yang
menunjukkan siklus ini berlangsung selama satu tahun.Kutu betina mulai bertelur
dalam waktu 2 hari makan darah pertamanya. Telur yang putih dan kecil (0.5mm)
tetapi yang terlihat dengan mata telanjang. Telur diletakkan pada rambut, bulu
atau dalam habitat hospesnya, mereka kemudian jatuh ke tempat-tempat seperti
tempat tidur, karpet atau perabot. Beberapa kutu meletakkan 3-18 telur sekaligus
di dalam tubuh anjing tersebut,hal ini berpotensi memperbanyak telur hingga 500
telur selama beberapa bulan. Telur menetas dalam 1-12 hari setelah disimpan
kemudian memproduksi larva seperti cacing yang tidak memiliki kaki dan tidak
ada mata.
Larva berwarna putih dan 1,5-5mm panjang dengan pelindung dari bulu
tipis. Mereka jarang tinggal di tubuh inang mereka, kemudian mereka segera
mencari daerah tertutup seperti tempat tidur hewan peliharaan , serat karpet dan
retakan pada lantai di mana mereka mencari makanan sementara menghindari
cahaya. Larva memakan berbagai bahan organik termasuk kulit-kulit yang
terjatuh, kotoran hewan dan kotoran dewasa (terdiri dari darah ). Larva
memungkinkan untuk mengganti kulit mereka untuk tumbuh dan berubah menjadi
kepompong sutra selama 5-15 hari. Sisa larva sebagai pre-pupa selama 3 hari
sebelum molting lagi untuk membentuk pupa.
Pupa mengembangkan dalam kokon dari lima hari sampai lima minggu.
Dalam kondisi normal, bentuk dewasa siap untuk muncul setelah kira-kira 2
minggu tetapi pada temperatur yang lebih tinggi perubahan akan lebih cepat.
Mereka kadang-kadang tetap tinggal di kokon sampai getaran atau kebisingan
dirasakan (yang mengindikasikan keberadaan manusia atau binatang) yang berarti
- karena tidak ada gerakan bentuk dewasa dapat tinggal di kokon sampai dengan 6
bulan.
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Subfamily : Pulicinae
Genus : Pulex
Species : P. Irritans
Siklus Hidup
Metamorfosis sempurna, pinjal dewasa dapat hidup 58 hari tanpa makan
dan 234 hari bila dapat makan. Pinjal betina bertelur berukurannya kecil
berbentuk ovoid, berwarna keputihan dengan panjang 0,5 mm berjumlah 3 – 18
butir setiap hari (sejumlah 448 selama hidupnya, biasanya diletakkan dicelah
kandang atau tubuh hospes definitif (tetapi pada umumnya sebelum menetas akan
jatuh. Dari dalam telur akan keluar larva berbentuk seperti cacing bergerak aktif
untuk mencari makan berupa bahan-bahan organik atau darah yang mengering.
Larva terdiri dari 14 segmen yang ditutupi oleh bulu-bulu. Larva akan mengalami
ekdisis (menyilih) selama 3 kali dan pergantian kulit yang terakhir terjadi di dalam
kokon. Didalam kokon yang biasanya tertutup oleh partikel kotoran, terbentuk
pupa yang berwarna keputihan dan akhirnya terbentuk pinjal dewasa. Sampai
terbentuknya kokon itu diperrlukan waktu 14-21 hari, lalu menjadi dewasa. Pinjal
bisa hidup selama 1 – 2 tahun dan tahan hidup tanpa menghisap darah selama 6
minggu.
Habitat
Pulex irritans mempunyai habitat di berbagai jenis hewan, termasuk manusia.
Pulex irritans adalah pinjal manusia. Pinjal ini umum terdapat di California
dan kadang-kadang terdapat di kandang-kandang ayam. Pinjal tersebut dapat
menyerang banyak hewan lain termasuk babi, anjing, kucing dan tikus. Pinjal
ini membawa tifus endemic.
Pulex irritans yang makan pada inangnya bisa hidup selama 125 hari dan tanpa
makan tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dan dapat hidup selama
513 hari (Soviana, ).
Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk yang
jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran, kucing
rumah, ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar, dan spesies
lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara untuk cestode,
Dipylidium caninum.
d) Pinjal Tikus
a. Pinjal tikus utara (Nosopsyllus fasciatus)
Klasifikasi:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Ceratophyllidae
Genus : Nosopsyllus
Species : N. fasciatus
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Species : X. Cheopis
Morfologi
Kutu pada tikus tidak memiliki sisir genal atau pronotal. Karakteristik ini
dapat digunakan untuk membedakan kutu tikus oriental dari kutu kucing, kutu
anjing,dan kutulainnya.Tubuh kutu adalah hanya sekitar sepersepuluh dari satu inci
panjang (sekitar 2,5 mm).
Kutu memilki dua fungsi, yaitu untuk menyemprotkan air liur atau sebagian
darah dicerna ke dalam gigitan dan untuk menyedot darah dari tuan rumah. Proses ini
memancarkan secara mekanis patogen yang dapat menyebabkan penyakit kutu
mungkin. Kutu menghela napas bau karbon dioksida dari manusia dan hewan dan
melompat dengan cepat ke sumber untuk memberi makan pada host yang baru
ditemukan. kutu adalah bersayap sehingga tidak bisa terbang, tapi bisa lompat jauh
dengan bantuan kaki kuat kecil. Sebuah kaki kutu terdiri dari empat bagian. Bagian
yang paling dekat dengan tubuh adalah coxa tersebut. Berikutnya adalah femur, tibia
dan tarsus.
Siklus Hidup
Tahap Telur
Seekor kutu betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan peliharaan anda.
Telurnya tidak lengket, mereka mudah jatuh dari hewan peliharaan anda dan menetas
dalam dua atau lima hari. Seekor betina dapat bertelur sekitar 1.500 telur di dalam
hidupnya.
Tahap Larva
Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap
sekitar rumah anda dan makan dari kotoran kutu loncat ( darah kering yang
dikeluarkan dari kutu loncat). Larva akan tumbuh, ganti kulit dua kali dan membuat
kempongpong dimana mereka tumbuh menjadi pupae.
Tahap Pupa
Lama tahap ini rata-rata 8 sampai 9 hari. Tergantung dari kondisi cuaca,
ledakan populasi biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai hangat.
Pupa tahap yang paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai
satu tahun. Tahap Dewasa Kutu loncat dewasa keluar dari kepompong nya waktu
mereka merasa hangat, getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di
sekitarnya. Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan memulai
siklus baru. Siklus keseluruhnya dapat dipendek secepatnya sampai 3-4 minggu.
Habitat
Xenopsylla cheopis biasanya mendiami habitat tropis dan subtropis, meskipun
telah dilaporkan dalam zona sedang juga. Cheopis Xenopsylla jarang ditemukan di
tempat yang dingin karena membutuhkan iklim / tropis subtropis untuk menjadi
kepompong. Kutu yang lazim di kota-kota besar banyak. Spesies Rattus biasanya
ditemukan dalam sistem saluran pembuangan kota dan habitat terkait manusia adalah
host yang sangat baik untuk cheopis X.. Pelabuhan laut dan daerah tikus-penuh lainnya
juga habitat umum untuk cheopis X..
Kutu adalah parasit nidiculous, mereka tinggal di sarang tuan rumah. Pakaian,
tempat tidur dan sofa membuat rumah sempurna untuk banyak dari kutu. Kutu hanya
melampirkan menjadi tuan rumah sementara mereka sedang menghisap darah; di lain
waktu mereka bebas-hidup di sarang tuan rumah. (Brown, 1975; James dan Harwood,
1969)
Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari genus Rattus,
dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine tifus. Hal ini terjadi
ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian menggigit
manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan kontribusi bagi Black Death.
Xenopsylla cheopis adalah pinjal tikus tropis. Pada tikus pinjal ini lebih umum
daripada Nosopsyllus fasciatus di Negara tropis dan banyak menyerang orang.
Pinjal ini sangat penting karena memerlukan pes (disebabkan kuman Pasteurella
pestis) dari tikus kepada manusia. Bakteri tersebut berkembang biak di dalam
proventikulus pinjal sampai dapat memenuhinya. Kemudian bila pinjal terinfeksi
bakteri ini dan pinjal menggigit korban lain, pinjal tersebut tidak dapat menghisap
darah tetapi memuntahkan bakteri ke dalam luka. Pinjal ini juga menularkan
thyphus endemic (disebabkan oleh Rickettsia typhi) dari tikus kepada manusia.
X.cheopis merupakan pinjal kosmopolitan atau synathropic murine rodent yang
mempunyai ciri-ciri pedikel panjang, bulu antepidigidal panjang dan kaku.
Receptakel seminalis besar dan berkitin dengan sudut ekor meruncing. Xenopsylla
cheopis yang makan pada inangnya bisa hidup selama 38 hari dan tanpa makan
tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dan dapat hidup selama 100 hari
(Soviana, ).
A. Cara Pengendalian Pinjal
a) Pencegahan
Langkah-langkah di bawah ini dapat dilakukan untuk mencegah keberadaan pinjal
yaitu:
2. Pencucian
Cucilah tempat tidur hewan peliharaan, kasur, selimut dan barang lainnya
dengan air panas jika memungkinkan.
3. Penyemprotan Lingkungan
b) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan obat anti kutu. Obat anti kutu hanya membunuh
pinjal dewasa, pemberian obat anti kutu perlu disesuaikan agar siklus hidup pinjal
bisa kita hentikan. Pemberian obat perlu diulang agar pinjal dewasa yang
berkembang dari telur dapat segera dibasmi sebelum menghasilkan telur lagi.
c) Pengendalian
Untuk mencegah penyebaran penyebaran penyakit yang disebabkan oleh pinjal
maka perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap arthopoda tersebut. Upaya
yang dapat dilakukan, antara lain melalui penggunaan insektisida, dalm hal ini
DDT, Diazinon 2% dan Malathion 5% penggunan repllent (misalnya, diethyl
toluamide dan benzyl benzoate) dan pengendalian terhadap hewan pengerat
(rodent).
Kimia
d) Pengelolaan lingkungan