Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kimling
Laporan Kimling
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat.
b. Mahasiswa dapat melakukan percobaan titrasi permanganometri dengann sampel air
bersih.
1. 1.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi
dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. 2.Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat (Rahayu, 2012).
A. Kalium Permanganat
Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang. Untuk
mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III) memerlukan katalis.
Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi :
Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan MnO2. MnO2
biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik. Untuk
mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya MnO2. KMnO4 dapat
distandarkan terhadap Na2C2O4.
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus harus
dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis
dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-
agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa
larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi
dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untukmenghilangkan MnO2.
Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan
konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Penentuan besi dalam biji-
biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat.
Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida
sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat
setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan
reduktorJones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam
yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika larutannya
mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan
lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan
perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi
(Asroff, 2012).
2. Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang diproduksi selama
proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat
berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan
berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion
klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan
semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan
asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan
“pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam
klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi
dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan
sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam
media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas(Abdillah,
2012).
E. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai indicator,
yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan
disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada
larutan seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (Arga,
2011).
F. Aplikasi Analisa Permanganometri“Pengujian Air Secara Asam”
Kecenderungan pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat terutama di
perkotaan semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka
pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu telah
dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang
dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk mengetahui proses pengolahan air minum di depot AMIU,
kualitas air minum isi ulang dari depot AMIU yang banyak beredar saat ini dan mengetahui
kondisi kesehatan lingkungan dan jumlah konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air
minum dari depot AMIU. Metodologi: Jumlah sampel depot air minum adalah 38, sedangkan
untuk sampel air setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air minum sehingga
jumlah sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas air yang diperiksa meliputi
parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990 untuk air
baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air minum. Pemeriksaan sampel air
berdasarkan Standard Method for Examination Water and Wastewater dilakukan di
laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Jakarta (Syambas, 2014).
BAB III
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Buret
2. Statif
3. Klem
4. Pipet volume
5. Push ball
6. Beaker glass
7. Pipet tetes
8. Kompor listrik
9. Botol reagel
B. Bahan
1. Larutan KMnO4
2. Larutan primer asam oksalat
3. Aquades
4. Sampel Air bersih
C.Prosedur Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam karena reaksi
tersebut tidak terjadi bolak balik.
2. Larutan KMnO4 berperan sebagai auto-indikator karena larutan KMnO4 dapat
menyebabkan perubahan warna pada larutan yang dititrasi ketika mencapai
kesetimbangan titrasi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikan selanjutnya adalah:
1. Praktikan hendaknya menjaga agar larutan KMnO4 tidak tersinari oleh sinar matahari
berhubung KMnO4 bereaksi secara langsung dengan sinar matahari.
2. Praktikan hendaknya menutup beaker-glass dengan aluminium foil saat memanaskan
larutan KMnO4 agar cepat mendidih dan larutan KMnO4 tidak berkurang jumlahnya
karena menguap.
3. Praktikan hendaknya menutup buret pada waktu larutan KMnO4 didalamnya karena
KMnO4 mudah teroksidasi.
4. Pada saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh dasar beaker glass
untuk menghindari kesalahan pada pembacaan suhu.
Sebaiknyapenentuankadarbesinyatidakhanyadilakukansecarapermanganometrisajatetapidap
atdilakukandengantitrasiredokslainnyasepertiiodimetriataudikromatometri,
sehinggapengetahuanpraktikandapatbertambah.
DAFTAR PUSTAKA