You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar zat.
Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi secara
beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi
ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan
dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada
beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya
hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat (Matasak, 2012).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Rahayu,2012).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi redoks menggunakan kalium
permanganat (KMnO4) untuk menentukankadar air dalam sampel. Melalui percobaan ini,
diharapkan praktikan mampu memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi
suatu larutan..

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat.
b. Mahasiswa dapat melakukan percobaan titrasi permanganometri dengann sampel air
bersih.

1.3 Rumusan Masalah


Hal-hal yang dirumuskan dalam percobaan ini adalah cara-cara penentuan kadar air di
dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri dengan menggunakan larutan standar
kalium permanganat (KMnO4).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Permanganometri


Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa
ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:

1. 1.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi
dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. 2.Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan


reduksi.Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+
dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sampel.Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator
kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu
warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan
dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar
primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan
natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat (Rahayu, 2012).
A. Kalium Permanganat

Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator. Kelemahannya


adalah dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai
kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N :

MnO4- + 8 H+ + 5e-Mn2+ + 4 H2O E° = 1,51 V

Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang. Untuk
mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III) memerlukan katalis.
Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi :

2 MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O 5 MnO2 + 4 H+


ungu tidak berwarna

Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-

Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan MnO2. MnO2
biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik. Untuk
mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya MnO2. KMnO4 dapat
distandarkan terhadap Na2C2O4.

2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O


Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain (Khopkar,
1985).
Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang
dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah
untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya
diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring
yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca
maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat
berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan
reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksidasi, yang cukup kuat
untuk mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus harus
dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis
dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-
agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa
larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi
dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untukmenghilangkan MnO2.
Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan
konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Penentuan besi dalam biji-
biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat.
Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida
sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat
setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan
reduktorJones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam
yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika larutannya
mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan
lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan
perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi
(Asroff, 2012).

B. Prinsip Titrasi Permanganometri


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion
MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana
asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam
suatu sampel.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus
tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi (Arga, 2011).

D.Standar-standar Primer untuk Permanganat


1. Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit dan
berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar
60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun
kecepatannya meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai
katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu
sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat
dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4),
di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain. Selama
beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride, yang mengharuskan
seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang
kuat. Belakangan, Fowler dan Brightmenyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan
menganjurkan agar hampir semua permanganate ditambahkan secara tepat ke larutan yang
diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai
60°C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi kesalahan apa pun
yang disebabkan oleh pembentukan hidrogen peroksida.

2. Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang diproduksi selama
proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat
berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan
berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion
klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan
semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan
asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan
“pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam
klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi
dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan
sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam
media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas(Abdillah,
2012).
E. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai indicator,
yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan
disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada
larutan seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (Arga,
2011).
F. Aplikasi Analisa Permanganometri“Pengujian Air Secara Asam”
Kecenderungan pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat terutama di
perkotaan semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka
pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu telah
dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang
dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk mengetahui proses pengolahan air minum di depot AMIU,
kualitas air minum isi ulang dari depot AMIU yang banyak beredar saat ini dan mengetahui
kondisi kesehatan lingkungan dan jumlah konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air
minum dari depot AMIU. Metodologi: Jumlah sampel depot air minum adalah 38, sedangkan
untuk sampel air setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air minum sehingga
jumlah sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas air yang diperiksa meliputi
parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990 untuk air
baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air minum. Pemeriksaan sampel air
berdasarkan Standard Method for Examination Water and Wastewater dilakukan di
laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Jakarta (Syambas, 2014).
BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Buret
2. Statif
3. Klem
4. Pipet volume
5. Push ball
6. Beaker glass
7. Pipet tetes
8. Kompor listrik
9. Botol reagel
B. Bahan
1. Larutan KMnO4
2. Larutan primer asam oksalat
3. Aquades
4. Sampel Air bersih

C.Prosedur Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam karena reaksi
tersebut tidak terjadi bolak balik.
2. Larutan KMnO4 berperan sebagai auto-indikator karena larutan KMnO4 dapat
menyebabkan perubahan warna pada larutan yang dititrasi ketika mencapai
kesetimbangan titrasi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikan selanjutnya adalah:
1. Praktikan hendaknya menjaga agar larutan KMnO4 tidak tersinari oleh sinar matahari
berhubung KMnO4 bereaksi secara langsung dengan sinar matahari.
2. Praktikan hendaknya menutup beaker-glass dengan aluminium foil saat memanaskan
larutan KMnO4 agar cepat mendidih dan larutan KMnO4 tidak berkurang jumlahnya
karena menguap.
3. Praktikan hendaknya menutup buret pada waktu larutan KMnO4 didalamnya karena
KMnO4 mudah teroksidasi.
4. Pada saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh dasar beaker glass
untuk menghindari kesalahan pada pembacaan suhu.
Sebaiknyapenentuankadarbesinyatidakhanyadilakukansecarapermanganometrisajatetapidap
atdilakukandengantitrasiredokslainnyasepertiiodimetriataudikromatometri,
sehinggapengetahuanpraktikandapatbertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Indah. 2012. Titrasi Permanganometri. http://catatankimia.com/. Diakses pada tanggal 22


Maret 2014.
, 2011. Titrasi Permanganometri. http://syadharzyarga.blogspot.com/. Diakses pada Arga
tanggal 23 Maret 2014.
Asroff. 2012. Titrasi Permanganometri. http://esek-esek.pun.bz/. Diakses pada tanggal 22
Maret 2014.
Ayu, Nana. 2009. Laporan Praktikum Titrasi Permanganometri. http://2.bp.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Dahlia, 2009. Tugas Kelompok Kimia Analitik I Permanganometri. Universitas Negeri Makassar:
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Khopkar, S.M. 1985. Konsep Dasar Kimia analitik. Depok : UI Press.
Matasak, Jerwyyiana. 2012. Permanganometri.http://jeforanal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22
Maret 2014.
Rahayu, Mira. 2012. Titrasi Permanganometri. http://mira-rahayu.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 23 Maret 2014.
ScienceLab. 2013a. Ferric Chloride. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013b. Oxalic Acid. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013c. Phosphoric Acid. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013d. Potassium Permanganate. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22
Maret 2014.
_________. 2013e. Sulfuric Acid. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013f. Water. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret2014.

You might also like