You are on page 1of 11

3. 1 Nyeri Kepala Klaster (G44.

0)

Istilah sebelumnya :

Neuralgia siliaris, erythromelalgia dari kepala, erythroprosopalgia dari Bing, hemikrania


angioparalitika, hemikrania neuralgiformis kronika, sefalgia histaminik, nyeri kepala horton, penyakit
harris-horton, neuralgia migrainous (dari Harris), neuralgia petrosal (dari Gardner), neuralgia Sluder,
Neuralgia sfenopalatina, neuralgia vidian.

Deskripsi :

Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbital, supraorbital, temporal atau kombinasi dari
tempat – tempat tersebut, berlangsung 15-180 menit dan terjadi dengan frekuensi dari sekali tiap
dua hari sampai 8 kali sehari. Nyeri disertai dengan injeksi di kening dan wajah, miosis, ptosis dan
atau edema palpebra, dan atau gelisah atau agitasi

Kriteria diagnosis :

a. Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D


b. Nyeri hebat atau sangat hebat di orbital, supraorbital dan atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit (bila tidak diobati)
c. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari :
1. Satu atau lebih gejala berikut yang ipsilateral dengan nyeri kepala :
a. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi
b. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea
c. Edema palpebra
d. Dahi dan wajah berkeringat
e. Dahi dan wajah memerah
f. Perasaan penuh di telinga
g. Miosis dan atau ptosis
2. Perasaan gelisah atau agitasi
d. Serangan – serangan mempunyai frekuensi : dari 1 kali setiap 2 hari sampai 8 kali per hari
selama lebih dari separuh waktu saat gangguan terjadi kelainan aktif
e. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain

Catatan :

Selama (tetapi kurang dari setengah) dari waktu kambuhnya 3.1 nyeri kepala klaster, serangan-
serangan dapat lebih ringan dan atau pada durasi yang lebih singkat atau lebih lama

Penanganan nyeri kepala klaster :

1. Faktor – faktor psikologis  tidak memengaruhi perjalanan nyeri kepala klaster


2. Penyesuaian gaya hidup  tak memberi respons
3. Menghindari alkohol dan lain – lain selama periode klaster (periode serangan) 
bermanfaat
4. Tujuan pengobatan medis :
a. Menekan periode klaster (periode serangan )
b. Menghentikan serangan akut
c. Mengurangi frekuensi
d. Mengurangi berat / intensitasnya
5. Harus dipertimbangkan : adakah lesi struktural yang mendasari
6. Pengobatan behavioral : terapi relaksasi, biofeedback, CBT, manajemen stress

Kriteria terapi profilaksis nyeri kepala klaster :

1. Nyeri kepala klaster sulit dihilangkan dengan terapi abortif (gagal terapi abortif )
2. Nyeri kepala klaster terjadi setiap hari dan lebih lama dari 15 menit
3. Pasien nyeri kepala klaster bersedia minum obat setiap hari dan mau menerima
kemungkinan efek samping obat

3.1.1 Nyeri kepala Klaster Episodik (G44.01)


Deskripsi :
Serangan nyeri kepala klaster yang terjadi pada periode yang berlangsung 7 hari sampai 1
tahun, dipisahkan oleh periode bebas nyeri yang berlangsung 1 bulan atau lebih lama

Kriteria diagnosis :
a. Serangan – serangan yang memenuhi kriteria untuk 3.1 nyeri kepala klaster
b. Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung selama 7-365 hari (ketika tidak diobati)
dan dipisahkan oleh periode remisi bebas nyeri ≥ 1 bulan

Pengobatan nyeri kepala klaster episodik :

Terapi akut (abortif) nyeri kepala klaster episodik

1. Inhalasi O2 konsentrasi tinggi dengan menggunakan rebreathing mask atau non-rebreathing


mask 7-15 liter/menit selama 15-20 menit akan terjadi perbaikan (grade A)
2. Sumatriptan
a. Injeksi sumatriptan 3-6 mg  15 menit  perbaikan nyeri (grade A), dapat diulang
setelah 24 jam. Kontraindikasi : penyakit jantung iskemik, hipertensi tidak terkontrol.
Efek samping : pusing, letih, parestesia dan kelemahan di muka
b. Sumatriptan intranasal 20 mg/dosis dengan menggunakan nasal spray (grade B)
c. Efek samping :
1.) Nyeri pada tempat injeksi
2.) Dizziness
3.) Tiredness  fatique
4.) Numbness
5.) Parestesia
6.) Sensasi kelemahan wajah
7.) Sensasi panas dan dingin
3. Zoimitriptan 5 mg atau 10 mg per oral (grade B)
4. Ergotamine tartrate 1 mg tab sublingual  tiap 5 menit sampai 3 mg perbaikan (grade C)
5. Ergotamin 1-2 mg oral saat gejala pertama serangan, dilanjutkan dengan inhalasi O2 100%,
dilakukan sampai nyerinya reda (grade C)
6. Dihidroergotamin intranasal dan injeksi dengan dosis 0,5 – 1,5 mg i.v akan mengurangi nyeri
dalam 10 menit, pemberian i.m dan nasal lebih lama (grade C)
7. Ergotamin suppositoria (grade C )
8. Tetes hidung lidokain (grade C)
9. Inhalasi lidokain 4 % 1 ml intranasal  dengan posisi badan supine dan kepala ekstensi
diatas kepala tempat tidur  sisi nyeri kepala klaster dinaikkan memperpendek durasi nyeri
(grade C)
10. Somatostatin intravena (grade C)
11. Ocreotide subkutan (grade C)
12. Cocaine (grade C)
13. Capsaicin intranasal
14. Sodium axybate oral

Terapi profilaksis nyeri kepala klaster episodik :

1. Penghambatan kanal kalsium  verapamil 240-480 mg/hari (grade B)


2. Kortikosteroid (grade B)
a. Metilprednisolon  40-60 mg/hari
b. Deksametason  8 mg/hari
c. Prednison  60-100 mg, 1 kali per hari, minimal diberikan selama 5 hari, tappering off
10 mg/hari
1.) Bila periode klaster panjang, maka perhatikan efek samping
2.) Kontraindikasi : riwayat tuberkulosis dan riwayat psikosis
3.) Resiko delayed aseptic hip necrosis
4.) Bila dicapai durasi normal periode klaster  prednison tappering off
3. Lomerizine (grade C)
4. Ergot alkaloid (grade C)
a. Ergotamine tartrate
1.) Tab 1-2 mg  dosis 1-2 tab 30 menit – 1 jam sebelum prediksi serangan (lebih
efektif sebelum tidur )
2.) Efektif pada 1 – 2 periode klaster pertama
b. Dihidroergotamin : injeksi 1 mg i.m  2 kali/hari ½ -1 jam sebelum prediksi serangan
5. Civamide
a. Analog struktural dari capsaicin
b. Nasal spray 100 μL 0,025% (25μg) selama 5-7 hari  reduksi 67%
c. Sensasi burning dan rinorrhoea
6. Eletriptan : 80 mg/hari
7. Melatonin : 10 ml

3.1.2 Nyeri Kepala Klaster Kronis

Deskripsi :

Serangan nyeri kepala klaster terjadi lebih dari 1 tahun tanpa remisi, atau disertai remisi-remisi yang
berlangsung kurang dari 1 bulan

Kriteria diagnosis :

a. Serangan – serangan yang memenuhi kriteria untuk 3.1 nyeri kepala klaster dengan kriteria b
b. Terjadi tanpa periode remisi atau dengan periode remisi yang berlangsubg kurang dari 1
bulan, selama 1 tahun

Terapi akut (abortif) nyeri kepala klaster kronis :

Terapi akut (abortif) nyeri kepala klaster kronis sama dengan terapi akut (abortif) pada nyeri kepala
klaster episodik.

Terapi profilaksis nyeri kepala klaster kronis :


Terapi profilaksis adalah strategi pengobatan primer pada nyeri kepala klaster. Pada jenis episodik
terapi profilaksis harus dimulai secepatnya dan diberikan setiap hari selama masa serangan. Pada
tipe kronis diberikan secara terus – menerus

1. Verapamil 120 – 160 mg 3 – 4 kali sehari (grade C)


2. Lithium carbonate 900 – 1200 mg/hari 300 – 1500 mg/hari (rata – rata 600 – 900 mg) (grade
C)
3. Asam valproat (Grade C)
4. Gabapentine (grade C)
5. Topiramat (grade C )
6. Baclofen (grade C)
7. Sodium divalproat (grade C)
8. Steroid (80 – 90 % efektif untuk prevensi serangan), tidak boleh diberikan dalam waktu lama
50 – 75 mg selama pagi dikurangi 10 % pada hari ketiga
9. Methysergide 4 – 10 mg/hari
10. Methylergonovine maleate
11. Neuroleptik (chlorpromazine)
12. Clonidin transdermal atau oral
13. Ergotamine tartrate 2 mg 2-3 kali per hari, 2 mg oral atau 1 mg rektal 2 jam sebelum
serangan terutama malam hari, dihidroergotamin, sumatriptan atau triptan lainnya
14. Indometasin 150 mg/hari
15. Opioid
16. Nerve block therapy (trigeminal nerve block, stellate ganglion block, greater occipital nerve
block and sphenopalatine ganglion block : trigeminal rhizotomy : sphenopalatine ganglion
resection) (grade C)
17. Deep brain stimulation (grade C)
18. Suboccipital steroid injection ( grade C)

Tabel pengobatan nyeri kepala klaster (becker, 2015)


Terapi Dosis
Akut
Sumatriptan subkutan 6 mg
Zoimitriptan intranasal 5 mg
Oksigen 100 % 12 liter/menit selama 15 menit dengan NRBM
Profilaksis lini pertama
Verapamil (*) 240-480 mg/hari (dosis tinggi mungkin diperlukan )
Lini Kedua
Lithium 900-1200 mg/hari
Lainnya
Topiramat 100-200 mg/hari
melatonin
(*) jika serangan lebih 2 kali/hari, maka pertimbangkan terapi transisional sementara
verapamil terus bekerja (contoh : 60 mg prednison selama 5 hari, diturunkan 10 mg setiap
2 hari dihentikan )

Preventif non farmakologis :


1. Hidup dan istirahat teratur
2. Hindari tidur sore
3. Hindari alkohol
4. Batasi kepaparan terhadap zat volatil : gasoline
5. Hati – hati bila berada ditempat ketinggian
6. Hindari produk tembakau
7. Hindari sinar terang dan suara gaduh (glare and bright lights)

Pengobatan bedah untuk nyeri kepala klaster kronis

Jika pengobatan konservatif dan preventif gagal, maka dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
“histamine desensitization” atau tindakan operasi

Indikasi operasi :

1. Nyeri kepala tipe kronis tanpa remisi nyeri selama satu tahun
2. Terbatas nyeri unilateral
3. Stabil secara fisiologis dan sehat secara mental dan medis

Berbagai tindakan bedah :

1. Neurektomi oksipital
2. Pemotongan/dekompresi n. Intermedius
3. Pemotongan/dekompresi n. Petrosus superfisialis major
4. Termokoagulasi ganglion gasseri (ganglio-rhizolysis)
5. Radiofrequency terhadap lesi
6. Dekompresi n. Trigeminus
7. Injeksi gliserol pada ganglion gasseri
8. Sphenopalatine ganglionectomy (conventional surgery)
9. Section of the trigeminal nerve (efek samping : anestesi kornea)

Hasil tindakan bedah :

1. Tidak ada prosedur yang memberikan perbaikan yang berlangsung lama dan konsisten
2. Tindakan bedah dicadangkan untuk pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan medis
yang maksimal
3. Lesi – lesi radiofrequency pada ganglion trigeminal memberi hasil yang paling memuaskan
4. Keberhasilan tergantung pada terjadinya anestesia di area yang terkena, namun
menyebabkan hilangnya reflek kornea dan bahaya infeksi dan ulseratif kornea
3.2 Hemikrania paroksismal (G44.03)
Deskripsi :
Hemikrania paroksismal merupakan nyeri kepala hebat, nyeri unilateral dengan nyeri lokasi di
orbital, supraorbital, tempral atau kombinasi dari lokasi tersebut. Berlangsung selama 2-30
menit dan terjadi beberapa kali dalam sehari, serangan nyeri kepala berikatan dengan injeksi
konjungtival ipsilateral, lakrimasi, kongesti nasal, rhinorrhoea, berkeringat pada dahi dan wajah,
miosis, ptosis dan atau edema palpebra. Hemikrania paroksismal mempunyai respons absolut
terhadap indometasin

Kriteria diagnosis
A. Paling sedikit terdapay 20 serangan yang memenuhi kriteria B-E
B. Serangan nyeri hebat di orbital, supraorbital dan atau temporal yang bersifat unilateral dan
berlangsung selama 2-30 menit
C. Nyeri kepala disertai setidaknya satu dari gejala berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhiea ipsilateral
3. Edema palpebra ipsilateral
4. Keringat didahi dan wajah ipsilateral
5. Kemerahan di dahi dan wajah ipsilateral
6. Perasaan penuh di telina ipsilateral
7. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
D. Frekuensi serangan leboh dari 5 kali per hari selama lebih dari separuh waktu, meskipun
periode dengan frekuensi lebih rendah dapat terjadi
E. Serangan dapat dicegah secara komplit dengan dosis terapi indometasin
F. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain

Catatan :

1. Pada orang dewasa, pemberian indometasin per oral sebaiknya dimulai dengan dosis 150
mg per hari dan dapat ditingkatkan sampai 225 mg perhari. Dosis indometasin injeksi
adalah 100-200 mg

3.2.1 Hemikrania paroksismal episodik (G44.03)


Deskripsi :
Serangan hemikrania paroksismal yang berlangsung dalam periode 7 hari sampai 1
tahun dan dipisahkan oleh periode bebas nyeri yang berlangsung paling sedikit selama 1
bulan

Kriteria diagnosis :
a. Serangan yang memenuhi kriteria pada 3.2 hemikrania paroksismal
b. Setidaknya terdapat 2 periode serangan yang berlangsung selama 7 sampai 365 hari
(ketika tidak diberi obat) dan dipisahkan oleh periode remisi bebas nyeri ≥ 1 bulan

3.2.2 Hemikrania paroksismal kronis (G44.03)


Deskripsi :
Serangan hemikrania paroksismal yang terjadi lebih dari 1 tahun tanpa remisi atau
dengan remisi yang berlangsung kurang dari 1 bulan

Kriteria diagnosis :
a. Serangan yang memenuhi kriteria 3.2 hemikrania paroksismal dan kriteria B dibawah
ini
b. Terjadi tanpa periode remisis, atau dengan remisi yang berlangsung < 1 bulan
selama 1 tahun

Beberapa pilihan terapi untuk hemikrania paroksismal :

Terapi akut (abortif)

1. Indometasin, dosis maksimal yang dipakai adalah 75 mg peroral dan 100 mg


suppositoria. Hati – hati pada penderita gangguan ginjal, gangguan hati,
parkinsonisme, dan kelainan darah (grade A)
2. Sumatriptan
3. Oksigen
4. Minor occipital nerve blockade (MONB)
5. Great occipital nerve blockade (GONB)
6. Supraorbital occipital nerve blockade (SONB)
7. Piroksikam
8. Rofecoxib
9. Prednison, 40 – 60 mg/hari per oral dosis terbagi selama 5 hari, diikuti dengan
tappering off selama 2 minggu
10. Valdecoxib
11. Etoricoxib
12. Naproksen, 275 mg peroral 3 kali sehari atau 550 mg 2 kali sehari dapat digunakan
13. Betametasone
14. Metilprednisolon
15. Hypothalamic deep brain stimulation (HDBS)
16. Sphenopalatine ganglion Blockade (SPGB)

Terapi profilaksis :

1. Indometasin
2. Verapamil, sustained release 120 mg/hari per oral sekali sehari atau immediate
release ; 40 mg per oral 3 kali sehari dapat dipakai sebagai terapi profilaksis atau lini
kedua
3. NSAID, ibuprofen 400 – 800 mg per oral tiap 8 jam
4. Topiramat
5. Carbamazepin
6. Piroksikam
7. Amitriptilin

3.3 Short-lasting unilateral neuralgiform headache atttacks (G44.08)


Deskripsi :
Serangan nyeri kepala unilateral dengan derajat sedang atau berat yang berlangsung beberapa
detik hingga menit, terjadi sekurang-kurangnya satu kali sehari dan biasanya disertai lakrimasi
dan mata kemerahan ipsilateral.
Kriteria diagnosis :
A. Setidaknya ada 20 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Serangan nyeri kepala unilateral sedang atau berat yang bersifat tajam (seperti tertusuk-
tusuk) atau berdenyut disekitar orbital, supraorbital, temporal dan atau distribusi trigeminal
lain yang berlangsung selama 1 – 600 detik
C. Setidaknya satu dari gejala otonomik berikut, ipsilateral terhadap nyeri :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhiea ipsilateral
3. Edema palpebra ipsilateral
4. Keringat didahi dan wajah ipsilateral
5. Kemerahan di dahi dan wajah ipsilateral
6. Perasaan penuh di telina ipsilateral
7. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
D. Serangan terjadi dengan frekuensi setidaknya 1 kali sehari
E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain
3.3.1 SUNCT
Kriteria diagnosis :
A. Serangan yang memenuhi kriteria 3.3 SUN
B. Disertai injeksi konjungtival dan lakrimasi
3.3.1.1 SUNCT episodik
Deskripsi :
Serangan SUNCT terjadi selama 7 hari hingga 1 tahun, dipisahkan dengan periode bebas
nyeri selama 1 bulan atau lebih

Kriteria diagnosis :
A. Serangan memenuhi kriteria 3.3,1 SUNCT dan terjadi saat serangan
B. Setidaknya ada 2 periode serangan terjadi selama 7 hari sampai 1 tahun dan
dipisahkan dengan periode remisi bebas nyeri selama ≥ 1 bulan
3.3.1.2 SUNCT Kronis
Deskripsi :
Serangan SUNCT terjadi lebih dari 1 tahun tanpa remisi, atau dengan remisi yang terjadi
kurang dari 1 bulan

Kriteria diagnosis :
A. Serangan memenuhi 3.3.1 SUNCT dan kriteria B dibawah ini
B. Terjadi tanpa periode remisi, atau dengan remisi selama < 1 tahun, setidaknya
dalam 1 tahun
3.3.2 SUNA
Kriteria diagnosis :
A. Serangan yang memenuhi kriteria 3.3 SUN dan kriteria B dibawah ini
B. Hanya disertai satu atau tanpa gejala injeksi konjungtival atau lakrimasi
3.3.2.1 SUNA episodik
Deskripsi :
Serangan SUNA terjadi selama 7 hari hingga 1 tahun, dipisahkan dengan periode bebas
nyeri sekurang- kurangnya 1 bulan

Kriteria diagnosis :
A. Serangan memenuhi kriteria 3.3.3 SUNA dan terjadi saat serangan
B. Setidaknya 2 periode serangan terjadi selama 7 hari sampai 1 tahun dan dipisahkan
dengan periode remisi bebas nyeri selama ≥ 1 bulan
3.3.2.2 SUNA Kronis
Deskripsi :
Serangan SUNA terjadi lebih dari 1 tahun tanpa remisi, atau dengan remisi yang terjadi
kuranf dari 1 bulan

Kriteria diagnosis :
A. Serangan memenuhi kriteria 3.3.2 SUNA dan kriteria B dibawah ini
B. Terjadi tanpa periode remisi, atau dengan remisi selama < 1 tahun, setidaknya
dalam 1 tahun

Sindrom SUNCT pernah ditemukan bersamaan dengan tumor hipofisis, pernah pula
bersamaan dengan sinusitis

Beberapa pilihan terapi SUN :

Terapi akut (Abortif )

1. Lidokain i.v atau infus subkutan, 2 g dilarutkan dalam 100 ml normal saline dengan
kecepatan pemberian 6 ml/jam ( 2 mg/ menit ) selama 5-14 hari (grade C)
2. Prednison
3. Metilprednison
4. Fenitoin
5. Celecoxib
6. Superior trigeminal nerve blockade (STGB)
7. Hypothalamic deep brain stimulation (HDBS)

Terapi profilaksis

1. Lamotrigin ( 25 mg/hari dan dititrasi 25 mg/minggu dengan dosis pemeliharaan 125-


200 mg/hari, maksimal dosis 400 mg/hari) (grade C)
2. Topiramat (maksimal dosis 400mg/hari) (grade C)
3. Gabapentin (dosis awal 600 mg/hari dibagi menjadi 2 dosis, ditingkatkan bila masih
terjadi serangan dalam 1 minggu menjadi 900 mg/hari dibagi menjadi 3 dosis :
maksimal 3600 mg/hari ) (grade C)
4. Verapamil
5. Indometasin
6. Karbamazepin
7. Great occipital nerve blockade (GONB)
8. Ventral area tegmental area DBS
9. Occipital Nerve Stimulation (ONS)
10. Klonazepam
11. Hypothalamic Deep Brain Stimulation (HDBS)
12. OnabotA
13. Baclofen
14. Pregabalin
15. Gamma-knife radiosurgery of the trigeminal nerve
16. Nifedipin
17. Fentanil
18. Litium
19. Metisergid
20. Zonisamid
21. Lomerizin
22. Superior trigeminal nerve blockade (STGB)

3.4 Hemikrania kontinua


Deskripsi :
Nyeri kepala persisten yang selalu unilateral, berkaitan dengan injeksi konjungtival ipsilateral,
lakrimasi, nasal kongesti, rhinorrhoea, berkeringat di dahi dan wajah, miosis, ptosis dan atau
edema palpebra, dan atau gelisah atau agitasi. Nyeri kepala sensitif terhadap indometasin

Kriteria diagnosis
A. Nyeri kepala unilateral yang memenuhi kriteria B-D
B. Keluhan menetap lebih dari 3 bulan, dengan eksaserbasi pada intensitas nyeri derajat
sedang atau berat
C. Setidaknya satu dari gejala berikut ini :
Sekurang-kurangnya pada sisi ipsilateral nyeri kepala didapatkan salah satu gejala berikut ini
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhiea ipsilateral
3. Edema palpebra ipsilateral
4. Keringat didahi dan wajah ipsilateral
5. Kemerahan di dahi dan wajah ipsilateral
6. Perasaan penuh di telina ipsilateral
7. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
D. Mempunyai respons terhadap dosis terapeutik indometasin secara absolut
E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain

Catatan :

1. Pada orang dewasa, pemberian indometasin per oral sebaiknya dimulai dengan dosis 150
mg per hari dan dapat ditingkatkan sampai 225 mg perhari. Dosis indometasin injeksi
adalah 100-200 mg

3.4.1 Hemikrania kontinua, Subtipe remitting


Deskripsi :
Hemikrania kontinua yang memiliki karakteristik nyeri yang tidak berkelanjutan, tetapi
memiliki periode remisi setidaknya 1 hari

Kriteria diagnosis :
A. Memenuhi kriteria 3.4 hemikrania kontinua
B. Nyeri kepala tidak terjadi setiap hari atau berkelanjutan, tetapi memiliki periode
remisi ≥ 1 hari tanpa pengobatan

3.4.2 Hemikrania kontinua, subtipe unremitting


Deskripsi :
Hemikrania kontinua yang memiliki karakteristik nyeri yang berkelanjutan, tetapi
memiliki periode remisi setidaknya 1 hari selama setidaknya 1 tahun

Kriteria diagnosis :
C. Memenuhi kriteria 3.4 hemikrania kontinua
D. Nyeri kepala terjadi setiap hari atau berkelanjutan, tetapi memiliki periode remisi ≥
1 hari

Beberapa pilihan terapi untuk hemikrania kontinua

Terapi akut (abortif)

1. Indometasin
2. Supraorbital occipital nerve blockade (SONB)
3. Great occipital nerve blockade (GONB)
4. Celecoxib
5. Piroksikam
6. Minor occipital nerve blockade (MONB)
7. Oksigen
8. Sumatriptan
9. Metilprednisolon
10. Ibuprofen
11. Dorsal root ganglion blockade (DRGB)
12. Sphenopalatine ganglion blockade (SPGB)
13. Ergotamin

Terapi profilaksis :

1. indometasin
2. melatonin
3. gabapentin
4. topiramat
5. onabotA
6. celecoxib
7. verapamil
8. piroksikam
9. occipital nerve stimulation (ONS)
10. SONB
11. GONB
12. Acemethacin
13. Amitriptilin
14. DRGB
15. SPGB
16. Valproat
17. Litium
18. Triamsinolon (injeksi intraoklear)
19. Fentanil
20. Tilidin

3.5 Probable Trigeminal Autonomic Cephalgia (TAC)

Deskripsi :

Serangan nyeri kepala yang diduga keras sebagai subtipe dari trigeminal autonomic cephalgia,
akan tetapi tidak persis memenuhi kriteria diagnosis dengan segala yang tercantum diatas, dan
tidak memenuhi kriteria untuk kelainan nyeri kepala lainnya

Kriteria diagnosis :

A. Serangan memenuhi semua, kecuali A-D untuk 3.1 nyeri kepala kluster, kriteria A-E untuk
3.2 hemikrania paroksismal, kriteria A-D untuk 3.3 SUN atau kriteria A-D untuk 3.4
hemikrania kontinua
B. Tidak berikatan dengan gangguan lain
C. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain

You might also like