Professional Documents
Culture Documents
Shelvi Rizki Amalia 1102015222 Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Shelvi Rizki Amalia 1102015222 Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Secara anatomi, kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis,
dermis, dan subkutis (subkutan).
Lapisan Epidermis
Lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam): Terletak di permukaan
Mempunyai 4 macam sel :
- Keratinosit
- Melanosit
- Sel langhans
- Sel merkel
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
1. Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati seperti sisik yg semakin
menggepeng dan menyatu, tidak memiliki inti sel, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna (jernih) dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin , yaitu
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Sel2 tersusun padat tanpa batas
yg tegas. Lpsn paling luar selalu mengelupas STRATUM
DISJUNCTUM. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
Lapisan Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Terletak di bawah epidermis
Jaringan penyambung padat yg vaskular
Berasal dari mesoderm
Tebal rata2 0,5-3 mm atau lebih
Anyaman padat tersusun tak teratur
Dermis mengandung beberapa derivate epidermis :
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
- Folikel rambut
- Kelenjar keringat
- Kelenjar sebacea
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut.
Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah
lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh
memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara
memecah simpanan lemaknya.
Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
Fungsi Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang
mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi
banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk
melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit
berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke
dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di
sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat
kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat
tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak
tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya sehingga
hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat
yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2
mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di
kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran
keluar rambut.
Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak.
Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari
ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa.
Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara
meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit
membentuk keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh
dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel
epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis
(transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.
Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang
kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum,
terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel
granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula
serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa
inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit
dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel
basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung
terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat
melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses
ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering.
LI.2 Mikosis
Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi
menjadi :
1. Mikosis Profunda
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur,
dengan gejala klinis tertentu yang menyerang bawah kulit misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular,
susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit.
Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik
dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi
peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan.
Contoh penyakitnya yaitu misetoma, sporotrikosis,kromomikosis, zigomikosis,
fikormikosis, mukormikosis.
2. Mikosis Superfisialis
a) Dermatofitosis
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
b) Non dermatofitosis
Contohnya yaitu pitiriasis vesikolor, pitirosporum folikulitis, piedra, tinea
nigra palmaris, otomikosis, keratomikosis.
Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum
dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada
manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada
individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis)
dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit
luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi
pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan.
Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian
tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi
pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.
LI.3.3 Epidemiologi
LI.3.4 Klasifikasi
A.Mikosis profunda
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan
jamur, dengan gejala klinis tertetentu yang menyerang alat di bawah kulit,
misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan
saraf sentral, otot, tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis
profunda dapat berupa afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di
bawahnya (per kontinuitatum).
18. Kromoblastomikosis
19. Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae ( berpigmen coklat)
Diantara 19 macam penyakit jamur profunda yang disebutkan di atsa
aktinomikosis menurut RIPPON (1974) sudah bukan penyakit jamur asli. Ia
cenderung memasukkan Actinomyces dan Nocardia atau bacteria-like fungi ini di
dalam golongan bakteri, walaupun masih mempunyai sifat – sifat jamur , yaitu
branching di dalam jaringan, membentuk anyaman luas benang jamur pada
jaringan maupun pada media biakan, dan menyebabkan penyakit kronik. Namun
Actinomyces dan Nocardia mempunyai sifat khas bakteri , yaitu adanya asam
muramik pada dinding sel, tidak mempunyai inti sel yang karakteristik, tidak
mempunyai mitokondria, besar mikoorganisme khas untuk bakteri, dan dapat
dihambat oleh obat – obatan anti bacterial.
Mikosis profunda biasanya dalam klinik sebagai penyakit kronik dan
residif. Manifestasi klinik morfologik dapat ebrupa tumor, infiltasi peradangan
vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat
banyaknya penyakit yang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya
tuberculosis, lepra, sifilis, frambusia, keganasan, sarcoidosis, dan pioderma
kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat diperlukan.
Pemeriksaan tersebut adalah sediaan langsung dengan KOH, biakan jamur,
pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan imunologik termasuk tes kulit,
maupun serologic dan pemeriksaan imunologik yang lain. Pemeriksaan tambahan
ini diperlukan untuk memastikan atau menyingkirkan mikosis profunda dan
penyakit yang disebut sebagai diagnosis banding. Sebagai contoh, pemeriksaan
lapangan gelap, histopatologik, dan pemeriksaan tes serologic untuk sifilis yang
spesifik, maupun yang non spesifik. Demikian pula pemeriksaan pemeriksaan
khusus untuk penyakit tertentu.
MISETOMA
Definisi:
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat disebabkan
Actinomyces, Nocardia , dan Eumycetes atau jamur berpigmen.
Etiologi :
Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma
Botryomycosis yang disebabkan oleh bakteri
Madurromycosis yang disebabkan oleh jamur berfilamen
Gejala klinis :
Pembengkakan
Abses
Sinus, didalamnya ditemukan butir-butir (granula) yang berpigmen kemudian
dikeluarkan melalui eksudat
Fistel multiple
fasia, otot dan tulang. Sering terbentuk fistel, yang mengeluarkan eksudat. Butir –
butir sering bersama – sama eksudat mengalir ke luar dari jaringan.
Diagnosis:
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian
diatas. Namun bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan,
diagnosis akan lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat
penting untuk terapi dan prognosis
Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan
amputasu kadang –kadang perlu dipertimbangkan. Obat – obat , misalnya
kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit
yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan
waktu lama ( 9bulan-1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat
baru antifungal , misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma
maduromikotik.
Prognosis:
Quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo
ad sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan
aktinomikosis/botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi
pada alat – alat dalam merupakan kecualian
SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan
ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di
atas nodus sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit
jamur ini mempunyai insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan
ditemukan pada pekerja hutan maupun petani (HUTAPEA,1978;SIREGAR dan
THAHA 1978)
Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak
sukar dibuat. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah
pembiakan terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik.
Pernah dilaporkan sekali-sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di
paru dan alat dalam lain. Pada kasus-kasus ini rupanya terjadi infeksi melalui
inhalasi.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan
kalium yodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan
amfoterisin B atau itrakonazol dapat diberikan.
KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa
adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna
(dematiaceous). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
B.Mikosis superfisialis
Terbagi menjadi :
1. Dermatofitosis
2. Non-dermatofitosis, terdiri atas pelbagai penyakit:
- Pitriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis
Tinea Kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak
flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas “Grey pacth”
tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.
Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang
bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini
putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu
daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama
disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk
cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”.
Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi.
Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen.
Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum.
Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang
menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-
penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.
Tinea Korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan
dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban
kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas,
dada, punggung dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi
yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar
dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan
vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis
ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Tinea Kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat
bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut
atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula
yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir
kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka
efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi
dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah
lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat
meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan
T.mentografites.
Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”. Penyakit ini
sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari
harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif
bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila
ada infeksi sekunder.
Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama
ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat
terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
Tinea Unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal
kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila
di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi,
rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya
detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan
penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah
menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak
memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang
penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites
Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous
dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya
menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak
menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh
skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh
sehingga menyerupai:
Eritrodemia
Pempigus foliaseus
Iktiosis yang sudah menahun
Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,
jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang
mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini
menyerupai tinea korporis.
Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta
atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi. Penyebab utama
: Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya T.verrucosum
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar.
Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat
mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :
Tinea Versikolor
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang
kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik.
Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak,
sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang
memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam:
Piedra putih
Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang terdapat pada
rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai
rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin,
(di Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab piedra putih mempunyai hifa
yang tidak berwarna, termasuk moniliaceae. Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
mikron, artokondria dan blastokonidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih
memanjang pada rambut dan anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas
dari rambut. Tidak terlihat askus pada massa jamur.
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai
benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga
menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.
Piedra hitam
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan
yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam) yang disebabkan oleh jamur
Piedraia hortae. Penyakit ini umumnya terdapat di daerah tropik, terutama
Indonesia. Jamur ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk spora seksual.
Piedraia hortae, termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan langsung dari koloni
yang padat ini terlihat hifa hitam berseptum. Dalam koloni yang padat tersebut
juga dibentuk askus yang berisi askospora.
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan jamur
akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis piedra
hitam ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut.
Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat
masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-
ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan
mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan
tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar
akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam.
Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas
sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah,
berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami
gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema.
Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus,
Candida dan Penicillium.
Jamur ini termasuk Dematiaceae yang membentuk koloni berwarna coklat hitam.
Pada biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan langsung koloni
ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam.
LI.3.5 Patofisiologi
LI.3.6 Manifestasi Klinis
Timbul akibat substansi-substansi yang dihasilkan oleh jamur seperti :
1. Papul, vesikel, eritema, batas tegas dengan pinggir meninggi
2. Pruritus
3. Likenifikasi (karena garukan berulang)
4. Epidermophyton floccosum: central healing, terbatas
pada genitocruris dan medial paha
5. Trichophyton rubrum: dapat menyebar, mengenai daerah pubis,
perianal, gluteal, dan perut bagian bawah, dapat menjadi Majocchi’s
granuloma (infeksi jamur mencapai dermis dan jaringan subkutan,
ditandai dengan nodul subkutan dan abses)
6. Trichophyton mentagrophytes: penyebaran infeksi rendah, inflamasi
akut, dan lesi dapat hilang spontan
2. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke
bagian tengah dengan pisau tumpul steril
Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik
kulitnya
Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.
c) Kuku
Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan
daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian
proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal
Gunakan larutan KOH 40%
Teknik pemeriksaan preparat KOH :
- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa
kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali).
- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis
menipis dan rata.
- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10
kali lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali.
- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali
sehingga visualisasi menjadi lebih baik
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan
artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki
indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu
dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung
seperti rantai (artrospora).
- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok
dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek
(sphaghetti and meatballs)
- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat,
blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.
Tinea capitis
Ciri-ciri case:
Botak/allopecia (rambut mudah patah)
Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat
Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)
Papul yang eritem
Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)
Diagnosis Banding
1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui.
Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit
kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.
2. Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut
sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor
psikis.
3. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak
berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
Diagnosis Kerja
Tinea Capitis kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan
oleh dermatofita.
Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan
Trichophyton
Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.
Faktor resiko:
- Kebersihan/higienis tubuh kurang
- Daerah padat penduduk
- Malnutrisi dan sistem imun menurun
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Tinea Kruris
Ciri-ciri kasus:
- Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah
perut.
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak
berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna
merah bata yang khas dengan sinar Wood.
3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
Diagnosis Kerja
Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial
terutama di daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.
Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
Epidemiologi:
- Pada 10-20% pasien dermatofita
- Laki:perempuan = 3:1
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Tinea Manum
Ciri-ciri case:
- Telapak tangan gatal
- Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela
jari
Diagnosis Banding
1. Psoriasis :
Bercak-bercak eritema berbatas tegas
Skuama kasar berlapis-lapis
Gatal
2. Keratoderma palmaris
Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan
3. Dermatitis
Batasnya tidak tegas
Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah
Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan
Diagnosis Kerja
Tinea Manus
Merupakan dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.
Etiologi
Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan
Epidermophyton floccosum.
Epidemiologi:
o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia
o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi,
dari tanah atau melalui autoinokulasi.
o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
Faktor resiko:
o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis
o Higienitas kurang terjaga
o Sanitasi lingkungan yang buruk
o Imunitas yang menurun
Manifestasi Klinis
o Gatal (++)
o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik
o Kulit kering
o Skuama (+)
o Biasanya unilateral
o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan
LI.3.8 Tatalaksana
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh
lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal.
walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan
biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang
kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe
kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga
membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi
hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah
Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik
sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari
selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan
berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai
pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung
berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan
utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa
gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut
bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang
tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung,
diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan
pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau
keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara.
Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol
sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi
hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera
LI.3.9 Komplikasi
LI.3.10 Prognosis