You are on page 1of 26

Shelvi Rizki Amalia

1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

LI.1 M&M Kulit

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.


Lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air
sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting
karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya
dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka
kulit akan kering dan pecah-pecah. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme,
kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah
tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan
serta menjadi sumber infeksi (Tranggono, 2007).

Anatomi Kulit Manusia


Klasifikasi kulit :
1. Kulit tebal
- Telapak tangan
- Telapak kaki
- punggung, bahu dan bokong. (Ganong, 2008)
2. Kulit tipis
- Bagian tubuh lainnya (kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian
medial lengan atas.) (Ganong, 2008).
- Mempunyai tebal berbeda-beda

Secara anatomi, kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis,
dermis, dan subkutis (subkutan).
Lapisan Epidermis
 Lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

 Merupakan Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk


 Berasal dari ectoderm
 Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari
seluruh ketebalan kulit.

Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam): Terletak di permukaan
Mempunyai 4 macam sel :
- Keratinosit
- Melanosit
- Sel langhans
- Sel merkel
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
1. Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati seperti sisik yg semakin
menggepeng dan menyatu, tidak memiliki inti sel, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna (jernih) dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin , yaitu
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Sel2 tersusun padat tanpa batas
yg tegas. Lpsn paling luar selalu mengelupas  STRATUM
DISJUNCTUM. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.

2. Stratum lucidum (lapisan jernih)


Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih translusen tdd 3-5 lapis sel gepeng yang tersusun sangat rapat,
mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Tidak tampak pada kulit tipis. Batas2 sel tidak jelas.
Sitoplasma mengandung substansi semifluid  keratohialin, yg bersifat
eosinofil. Diduga dihasilkan oleh granula keratohialin.

3. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)


Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
berinti mengkerut. Tdd 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah , sb panjang sejajar permukaan kulit. Sitoplasma mengandung
granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang
mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

4. Stratum spinosum (lapisan malphigi) / lapisan taju


Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein yang
dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilame tersebut memegang
peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

terhadap efek abrasi.. Makin ke permukaan sel2 makin gepeng. Sel-sel


mempunyai tonjolan2 sitoplasma seperti SPINA, bertemu dg tonjolan2
sitoplasma sel disebelahnya, membentuk jembatan interseluler. Dengan
M.E jembatan ini membentuk kontak dg desmosome. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum
spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum
spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum germinativum (lapisan basal)


Adalah lapisan terbawah epidermis, terletak pada lamina basalis. Di
lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk
pigmen melanin (Tranggono, 2007). Teridiri dari selapis sel torak sampai
kubis. Mempunyai tonjolan sitoplasma yg pendek dan tipis yg tertanam
pd L. Basalis. Sering terlihat mitosis yang akan memperbaharui sel2
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk
migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor
lain.Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit. Fungsi
Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans) (Wasitaatmadja, 1997).

Lapisan Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
 Terletak di bawah epidermis
 Jaringan penyambung padat yg vaskular
 Berasal dari mesoderm
 Tebal rata2 0,5-3 mm atau lebih
 Anyaman padat tersusun tak teratur
 Dermis mengandung beberapa derivate epidermis :
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

- Folikel rambut
- Kelenjar keringat
- Kelenjar sebacea
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut.

Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:


1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah, tipis mengandung jaringan ikat
jarang.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen elastis dan retikulin, tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah
lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh
memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara
memecah simpanan lemaknya.

Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :

Fungsi Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang
mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi
banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk
melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit
berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke
dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di
sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat
kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat
tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak
tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya sehingga
hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.

Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat
yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2
mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di
kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran
keluar rambut.

Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak.
Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari
ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa.
Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara
meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit
membentuk keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh
dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel
epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis
(transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.

Fungsi Pengindra (Sensori)


Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan
rangsangan panas diperankan oleh badan Krausse. Badan taktil Meissner yang
terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-
Renvieryang terletak di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah erotik.

Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)


Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat,
kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan
penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi
pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan
panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara
ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis
yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum


berjalan dengan baik

Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)


Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis.
Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit
serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.
Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion
Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel
melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan
bertambah, produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam
lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada
melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh
pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-
oksidasi, dan karoten.

Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang
kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum,
terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel
granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula
serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa
inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit
dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel
basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung
terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat
melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses
ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering.

Fungsi Produksi Vitamin D


Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah
dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D
dari luar melaui makanan.

Fungsi Ekspresi Emosi


Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit
mampu berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa
manusia. Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan
tersenyum, kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air
matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh
kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa
erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga
kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya


sama seperti organ tubuh lain.

Pembentukan warna pada kulit


Warna pada kulit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pigmentasi epidermis
dan sirkulasi kapiler yang ada di lapisan dermis. Pigmentasi epidermis
dipengaruhi oleh dua pigmen, yaitu karoten dan melanin.
Karoten merupakan pigmen merah-jingga yang berakumulasi di epidermis.
Paling banyak terdapat di stratum korneum pada orang berkulit terang, juga di
jaringan lemak pada lapisan dermis dan subkutis. Perubahan warna yang
diakibatkan oleh karoten paling terlihat pada orang berkulit pucat, sedangkan pada
orang berkulit gelap sulit terlihat. Karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A
yang diperlukan untuk pemeliharaan epitel dan sintesis fotoreseptor di mata.
Melanin merupakan pigmen kuning-coklat, atau hitam yang diproduksi
oleh melanosit. Melanosit sendiri berada di antara sel-sel basal dan memiliki
juluran ke sel-sel di atasnya. Perbandingan jumlah melanosit dan sel basal
bervariasi, mulai dari 1:20 sampai 1:4. Badan Golgi melanosit membentuk
melanin dari tyrosin dengan bantuan Cu dan oksigen, lalu mengemasnya menjadi
vesikel-vesikel melanosom. Melanosom ini akan dihantarkan melalui juluran
melanosit dan mewarnai sel-sel keratin di atasnya sampai didegradasi oleh
lisosom.
Jumlah melanosit baik pada orang kulit hitam maupun kulit putih adalah
sama, yang berbeda adalah aktivitas dan produksi pigmennya (melanosit). Pada
orang kulit pucat transfer melanosom hanya sebatas stratum spinosum, sedangkan
pada orang berkulit gelap melanosom dapat dihantarkan hingga ke stratum
granulosum.

LI.2 Mikosis
Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi
menjadi :
1. Mikosis Profunda
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur,
dengan gejala klinis tertentu yang menyerang bawah kulit misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular,
susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit.
Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik
dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi
peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan.
Contoh penyakitnya yaitu misetoma, sporotrikosis,kromomikosis, zigomikosis,
fikormikosis, mukormikosis.
2. Mikosis Superfisialis
a) Dermatofitosis
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang
disebabkan golongan jamur dermatofita. Contoh penyakitnya yaitu tinea pedis,
tinea unguium, tinea korporis, tinea kapitis, tinea barbe, tinea kruris, tinea pedis et
manum, tinea fasialis.

b) Non dermatofitosis
Contohnya yaitu pitiriasis vesikolor, pitirosporum folikulitis, piedra, tinea
nigra palmaris, otomikosis, keratomikosis.

LI.3 M&M Dermatomikosis


LI.3.1 Definisi
LI.3.2 Etiologi
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi:
microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan
di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah: E.floccosum,
T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T.
tonsurans.
Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.
Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:
SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)
Tabel 2.1 Spesies Microsporum.

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau


powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7
hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin
saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum
dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada
manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada
individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis)
dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit
luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi
pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan.
Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian
tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi
pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

LI.3.3 Epidemiologi
LI.3.4 Klasifikasi
A.Mikosis profunda
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan
jamur, dengan gejala klinis tertetentu yang menyerang alat di bawah kulit,
misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan
saraf sentral, otot, tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis
profunda dapat berupa afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di
bawahnya (per kontinuitatum).

Dikenal beberapa penyakit jamur profunda yang klinis dan manifestasinya


berbeda satu dengan yang lain. CONANT dkk. (1977) misalnya mencantumkan
dalam bukunya Manual of Clinical Mycology berbagai penyakit, yaitu :
1. Aktinomikosis
2. Nokardiosis
3. Antinomikosis misetoma
4. Blastomikosis
5. Parakoksidiodomikosis
6. Lobomikosis
7. Koksidiodomikosis
8. Histoplasmosis
9. Histoplasmosis Afrika
10. Kriptokokosis
11. Kandidiosis
12. Geotrikosis
13. Aspergillosis
14. Fikomikosis
15. Sporotrikosis
16. Maduromikosis
17. Rinosporidiosis
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

18. Kromoblastomikosis
19. Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae ( berpigmen coklat)
Diantara 19 macam penyakit jamur profunda yang disebutkan di atsa
aktinomikosis menurut RIPPON (1974) sudah bukan penyakit jamur asli. Ia
cenderung memasukkan Actinomyces dan Nocardia atau bacteria-like fungi ini di
dalam golongan bakteri, walaupun masih mempunyai sifat – sifat jamur , yaitu
branching di dalam jaringan, membentuk anyaman luas benang jamur pada
jaringan maupun pada media biakan, dan menyebabkan penyakit kronik. Namun
Actinomyces dan Nocardia mempunyai sifat khas bakteri , yaitu adanya asam
muramik pada dinding sel, tidak mempunyai inti sel yang karakteristik, tidak
mempunyai mitokondria, besar mikoorganisme khas untuk bakteri, dan dapat
dihambat oleh obat – obatan anti bacterial.
Mikosis profunda biasanya dalam klinik sebagai penyakit kronik dan
residif. Manifestasi klinik morfologik dapat ebrupa tumor, infiltasi peradangan
vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat
banyaknya penyakit yang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya
tuberculosis, lepra, sifilis, frambusia, keganasan, sarcoidosis, dan pioderma
kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat diperlukan.
Pemeriksaan tersebut adalah sediaan langsung dengan KOH, biakan jamur,
pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan imunologik termasuk tes kulit,
maupun serologic dan pemeriksaan imunologik yang lain. Pemeriksaan tambahan
ini diperlukan untuk memastikan atau menyingkirkan mikosis profunda dan
penyakit yang disebut sebagai diagnosis banding. Sebagai contoh, pemeriksaan
lapangan gelap, histopatologik, dan pemeriksaan tes serologic untuk sifilis yang
spesifik, maupun yang non spesifik. Demikian pula pemeriksaan pemeriksaan
khusus untuk penyakit tertentu.

MISETOMA
Definisi:
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat disebabkan
Actinomyces, Nocardia , dan Eumycetes atau jamur berpigmen.
Etiologi :
 Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma
 Botryomycosis yang disebabkan oleh bakteri
 Madurromycosis yang disebabkan oleh jamur berfilamen
Gejala klinis :
 Pembengkakan
 Abses
 Sinus, didalamnya ditemukan butir-butir (granula) yang berpigmen kemudian
dikeluarkan melalui eksudat
 Fistel multiple

Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan


pembengkakan seperti tumor jinak dan ahrus disertai butir-butir. Inflamasi dapat
menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dan dapat menyerang subkutis,
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

fasia, otot dan tulang. Sering terbentuk fistel, yang mengeluarkan eksudat. Butir –
butir sering bersama – sama eksudat mengalir ke luar dari jaringan.

Diagnosis:
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian
diatas. Namun bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan,
diagnosis akan lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat
penting untuk terapi dan prognosis

Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan
amputasu kadang –kadang perlu dipertimbangkan. Obat – obat , misalnya
kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit
yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan
waktu lama ( 9bulan-1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat
baru antifungal , misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma
maduromikotik.

Prognosis:
Quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo
ad sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan
aktinomikosis/botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi
pada alat – alat dalam merupakan kecualian

SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan
ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di
atas nodus sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit
jamur ini mempunyai insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan
ditemukan pada pekerja hutan maupun petani (HUTAPEA,1978;SIREGAR dan
THAHA 1978)
Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak
sukar dibuat. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah
pembiakan terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik.
Pernah dilaporkan sekali-sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di
paru dan alat dalam lain. Pada kasus-kasus ini rupanya terjadi infeksi melalui
inhalasi.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan
kalium yodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan
amfoterisin B atau itrakonazol dapat diberikan.

KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa
adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna
(dematiaceous). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang


besar. Pertumbahan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan
tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan,
muka, telinga, leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di
Indonesia. Sumber penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.
Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah
dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi,
ada juga kemungkinan penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan
saraf sentral pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas
pada kulit, bila lesinya luas dapat mengganggu kegiatan penderita sehari-hari.
Pengobatannya sulit. Terapi sinar x pernah dilakukan dengan hasil yang
berbeda-beda. Kadang-kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi
mikotik disusul dengan skin graft memberi hasil yang memuaskan. Obat-obatan
biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam
waktu yang lama.
Pada akhir-akhir ini hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan
kombinasi amfoteresin B dan 5-fluorositosin. Demikian pula pengobatan dengan
kantong-kantong panas di Jepang. Prognosis, seperti diuraikan oada hasil terapi di
atas. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini,
terutama bila penyebabnya adalah Cladosporium carrionii.

ZIGOMIKOSIS, FIKOMIKOSIS, MUKORMIKOSIS


Penyakit jamur ini terdiri atas pelbagai infeksi jamur dan
disebabkan oleh bermcam-macam jamur pula yang taksonomi dan peranannya
masih didiskusikan, oleh karena itu di dalam buku-buku baru diberikan nama
umum, yaitu zigomikosis Zygomycetes meliputi banyak genera, yaitu Mucor,
Rhizopus, Absidia, Mortierella dan Cunning-hamella. Penyakit yang disebabkan
oleh golongan jamur ini dapat disebut sesuai dengan lokalisasi atau alat dalam
yang terserang. Contohnya rinozigomikosis, otozigomikosis, zigomikosis
subkutan, zigomikosis fasiale, atau zigomikosis generalisata. Golongan penyakit
jamur ini dapat dinamakan juga sesuai dengan jamur penyebabnya, misalnya
mukomikosis dan sebagainya.
Oleh karena penyakit ini disebabkan jamur yang pada dasarnya
oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan. Diabetes mellitus,
misalnya merupakan factor predisposisi. Demikian pula penyakit primer berat
yang lain.
Fikomikosis subkutan adalah salah satu bentuk penyakit golongan ini yang
kadang-kadang dilihat di bagian kulit dan kelamin. Penyakit ini untuk pertama
kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1956. Setelah itu banyak kasus
dilaporkan di Indonesia, Afrika, dan India. Kelainan timbul di jaringan subkutan
Antara lain di dada, perut, atau lengan atas sebagai nodus subkutan yang
perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus tersebut konsistensinya
keras dan kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya
tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak
khas, hifa lebar 6-50 miu, seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jernih kalium


yodida. Mulai dari 10-15 tetes 3 kali seharu dan perlahan-lahan dinaikan sampai
terlihat gejala intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan
1-2 tetes dan dipertahankan terus sampai tumor menghilang. Itrakonazo; berhasil
mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Dosis yang diberikan sebanyak
200mg sehari selama 2-3 bulan. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik

B.Mikosis superfisialis
Terbagi menjadi :
1. Dermatofitosis
2. Non-dermatofitosis, terdiri atas pelbagai penyakit:
- Pitriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis

Tinea Kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :

Gray pacth ring worm


Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak
flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas “Grey pacth”
tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.

Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites.
infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang
menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut
tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu
sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot”. Biasanya bentuk ini terdapat
pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi
tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab
utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum

Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang
bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini
putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu
daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama
disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk
cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”.
Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi.
Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen.
Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum.
Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang
menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-
penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

Tinea Korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan
dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban
kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas,
dada, punggung dan anggota gerak bawah.

Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi
yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar
dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan
vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis
ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi


bersama-sama dengan Tinea kruris.

Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon


gipseum, M.kanis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai : 1) Pitiriasis rosea,
2) Psoriasis vulgaris, 3) Morbus hansen tipe tuberkuloid, dan 4) Lues stadium II
bentuk makulo-papular.

Tinea Kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat
bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut
atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula
yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir
kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka
efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi
dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah
lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat
meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan
T.mentografites.

Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”. Penyakit ini
sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari
harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif
bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila
ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis yaitu sebagai berikut :


Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari
terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah
jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi
fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis
atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama
ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat
terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

Bentuk vesikuler subakut


Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian
meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut


Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan
sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis,
dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.
Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton
flokosum

Tinea Unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal
kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila
di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi,
rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya
detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan
penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah
menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak
memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang
penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites

Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous
dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya
menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak
menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh
skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh
sehingga menyerupai:
Eritrodemia
Pempigus foliaseus
Iktiosis yang sudah menahun

Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,
jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang
mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini
menyerupai tinea korporis.
Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta
atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi. Penyebab utama
: Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya T.verrucosum
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar.
Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat
mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :

Tinea Versikolor
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang
kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik.
Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak,
sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,


bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,
biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai
kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat
milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai:


Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus
diatasnya dan tepi tidak meninggi.
Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana
perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini
merupakan “lipid dependent yeast”. Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh
faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum
terhadap melanosit.

Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat.


Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu
oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak
sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi
bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus

Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang
memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam:

Piedra putih
Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang terdapat pada
rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai
rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin,
(di Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab piedra putih mempunyai hifa
yang tidak berwarna, termasuk moniliaceae. Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

mikron, artokondria dan blastokonidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih
memanjang pada rambut dan anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas
dari rambut. Tidak terlihat askus pada massa jamur.

Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai
benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga
menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.

Piedra hitam
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan
yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam) yang disebabkan oleh jamur
Piedraia hortae. Penyakit ini umumnya terdapat di daerah tropik, terutama
Indonesia. Jamur ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk spora seksual.
Piedraia hortae, termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan langsung dari koloni
yang padat ini terlihat hifa hitam berseptum. Dalam koloni yang padat tersebut
juga dibentuk askus yang berisi askospora.

Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan jamur
akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis piedra
hitam ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut.

Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat
masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-
ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan
mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan
tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar
akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam.
Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas
sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah,
berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami
gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema.
Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus,
Candida dan Penicillium.

Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara


bebas. Aspergillus dan Penicillium membentuk spora aseksual yang tersusun
seperti rantai yang disebut konidia (aleuriospora). Konidia dibentuk pada ujung
hifa khusus yang disebut konidiofor. Spora aseksual yang dibentuk oleh Mucor
dan Rhizopus, ialah sporangiospora yang letaknya di dalam gelembung
sporangium. Rhizopus membentuk rizoid (akar semu), sedangkan Mucor tidak.
Semua jamur ini membentuk koloni filamen pada biakan.jamur Candida terdiri
atas sel-sel ragi yang kadang-kadang bertunas (blastospora) dan hifa semu (yaitu
hifa yang terbentuk dari rantai blastopora) yang memanjang dan menyempit pada
sekatnya. Jamur ini membentuk koloni :seperti ragi” pada biakan.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Tinea Nigra Palmaris


Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit
telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada
kulit yang terserang dan kadang-kadang tampak bersisik. Penyebabnya adalah
Cladosporium wemecki atau Cladosporium mansoni jamur ini banyak menyerang
anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
Tinea nigra palmaris banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Penyakit
ini jarang ditemukan di Indonesia.

Jamur ini termasuk Dematiaceae yang membentuk koloni berwarna coklat hitam.
Pada biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan langsung koloni
ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam.

LI.3.5 Patofisiologi
LI.3.6 Manifestasi Klinis
Timbul akibat substansi-substansi yang dihasilkan oleh jamur seperti :
1. Papul, vesikel, eritema, batas tegas dengan pinggir meninggi
2. Pruritus
3. Likenifikasi (karena garukan berulang)
4. Epidermophyton floccosum: central healing, terbatas
pada genitocruris dan medial paha
5. Trichophyton rubrum: dapat menyebar, mengenai daerah pubis,
perianal, gluteal, dan perut bagian bawah, dapat menjadi Majocchi’s
granuloma (infeksi jamur mencapai dermis dan jaringan subkutan,
ditandai dengan nodul subkutan dan abses)
6. Trichophyton mentagrophytes: penyebaran infeksi rendah, inflamasi
akut, dan lesi dapat hilang spontan

LI.3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


1. Pemeriksaan Lampu Wood
 Prinsip:
- Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan
perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga
menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran
warna tertentu.
 Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya
 Cara :
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan
sealamiah mungkin.
- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan
terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.
- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar
perbedaan warna lebih kontras.
- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling


besar/jelas.
 Interpretasi
 Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M.
ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang.
 Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning
keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin).
 Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram
(akibat metabolit pteridin)
 Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit
porfirin).
 Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
 Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.

2. Pemeriksaan KOH
 Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
 Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke
bagian tengah dengan pisau tumpul steril
 Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
 Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
 Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik
kulitnya
 Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.
c) Kuku
 Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan
daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian
proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal
 Gunakan larutan KOH 40%
 Teknik pemeriksaan preparat KOH :
- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa
kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali).
- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis
menipis dan rata.
- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10
kali lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali.
- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali
sehingga visualisasi menjadi lebih baik
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

 Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan
artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
 Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
 Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki
indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu
dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung
seperti rantai (artrospora).
- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok
dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek
(sphaghetti and meatballs)
- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat,
blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.

Tinea capitis
Ciri-ciri case:
 Botak/allopecia (rambut mudah patah)
 Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat
 Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)
 Papul yang eritem
 Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)

Diagnosis Banding
1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui.
Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit
kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.
2. Trikotilomania  kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut
sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor
psikis.
3. Dermatitis Seboroik  peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak
berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.

Diagnosis Kerja
Tinea Capitis  kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan
oleh dermatofita.
 Etiologi  biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan
Trichophyton
 Epidemiologi  paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.
 Faktor resiko:
- Kebersihan/higienis tubuh kurang
- Daerah padat penduduk
- Malnutrisi dan sistem imun menurun
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

-Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak


langsung (melalui sisir, kursi bioskop, bantal).
Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu:
1. Bentuk Gray patch :
- inflamasi ringan /minimal
- kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu,
mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia.
- Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal
- Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis, yang
bersifat antropofilik ektotrik.
2. Bentuk Black Dot ringworm :
- tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang
rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit
kepala.
- Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trychophyton violaceu,
bersifat antropofilik endotrik
3. Bentuk Kerion Selsi :
- Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus,
dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus,
keadaan ini disebut sebagai kerion selsi.
- Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan
jaringan parut serta alopecia yang permanen.
- Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifat
zoofili atau geofilik.

Tinea Kruris
Ciri-ciri kasus:
- Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah
perut.

Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik  peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak
berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
2. Erythrasma  batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna
merah bata yang khas dengan sinar Wood.
3. Candidiasis  lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
4. Psoriasis  skuama lebih tebal dan berlapis-lapis

Diagnosis Kerja
Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial
terutama di daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.
Etiologi  T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
Epidemiologi:
- Pada 10-20% pasien dermatofita
- Laki:perempuan = 3:1
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

- Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembab


Faktor Resiko:
- Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat
- Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian
- Orang-orang yang berpakaian ketat
- Riwayat DM atau HIV/AIDS
Manifestasi klinis
- Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut
bagian bawah
- Gatal dan rasa terbakar pada lesi
- Biasanya kulit berwarna lebih terang
- Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata
- Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik
- Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukan

Tinea Manum
Ciri-ciri case:
- Telapak tangan gatal
- Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela
jari

Diagnosis Banding
1. Psoriasis :
 Bercak-bercak eritema berbatas tegas
 Skuama kasar berlapis-lapis
 Gatal
2. Keratoderma palmaris
 Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan
3. Dermatitis
 Batasnya tidak tegas
 Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah
 Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan

Diagnosis Kerja
Tinea Manus
Merupakan dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.

Etiologi
Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan
Epidermophyton floccosum.

Epidemiologi:
o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia
o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi,
dari tanah atau melalui autoinokulasi.
o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Faktor resiko:
o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis
o Higienitas kurang terjaga
o Sanitasi lingkungan yang buruk
o Imunitas yang menurun

Manifestasi Klinis
o Gatal (++)
o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik
o Kulit kering
o Skuama (+)
o Biasanya unilateral
o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan

LI.3.8 Tatalaksana
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh
lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal.
walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan
biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang
kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe
kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga
membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi
hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah

Infeksi Rekomendasi Alternatif

Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan


(Onychomycosis) mg/hr 6 minggu atau 400 mg/hr seminggu per bulan
untuk kuku jari selama 3-4 bulan berturut-turut.
tangan, 12 minggu Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
untuk kuku jari kaki sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18
bulan)

Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg


500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4


mg/hr sampai minggu Itraconazole 100 mg/hr
sembuh (4-6 selama 15 hr atau 200mg/hr selama
minggu), sering 1 mgg. Fluconazole 150-300
dikombinasikan mg/mggu selama 4 mgg.
dengan imidazol.

Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4


mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
minggu) Fluconazole 150-300 mg/hr selama
4 mgg.

Tinea pedis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4


500mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
minggu) Fluconazole 150-300 mg/mgg
selama 4 mgg.

Chronic and/or Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6


widespread mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive minggu sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.

Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik
sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari
selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan
berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai
pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung
berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan
utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa
gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut
bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang
tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung,
diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan
pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau
keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara.
Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol
sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi
hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
Shelvi Rizki Amalia
1102015222
Dermatomikosis SK 3 Panca Indera

Pengobatan topical yang diberikan adalah :


a. Obat antifungal Topikal
- Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
- Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
Catatan :
1. Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris
2. Untuk tinea capitis
Rehabilitasi : shampoo Selenium  menurunkan penyebaran spora dan hifa

LI.3.9 Komplikasi
LI.3.10 Prognosis

You might also like