Professional Documents
Culture Documents
Efek Daun Kelakai Terhadap Jumlah Eritrosit Dan HB Pada Tikus PDF
Efek Daun Kelakai Terhadap Jumlah Eritrosit Dan HB Pada Tikus PDF
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/311066062
CITATIONS READS
0 604
7 authors, including:
Noor Cahaya
Universitas Lambung Mangkurat
7 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Noor Cahaya on 28 November 2016.
Abstract. Kelakai (Stenochlaena palustris) is one of medicinal plants that used by Dayak ethnic society as an alternative
medicine to treat anemia. This study was aimed to determine the effect of Stenochlaena palustris leaf extract on erythrocytes
cell count, erythrocytes shape changes and haemoglobin levels. Twenty-four male wistar rats were randomly grouped into
six: 1 (normal), 2 (positive, ferro sulfat), 3 (negative),4 (extract 50 mg/kgBB), 5 (extract 100 mg/kgBB) and 6 (extract 150
mg/kgBB). Anemia was induced with per oral of 125 mg/kgBB sodium nitrite for 18 days. Stenochlaena palustris leaves
extract administered orally on day 19 through day 25. Erythrocytes cell count, the shape of erythrocytes and hemoglobin
levels were observed on day 26. The results showed that haemoglobin levels was significantly (p<0.05) increased in rats
administered with extract. Extract of Stenochlaena palustris were able to improve the shape of erythrocytes. There was no
significant (p>0.5) number of erythrocytes in the rats administered with the extracts when compared with the negative and
positive groups.
2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
plate sambil diaduk hingga homogen dan diolah dalam analisis data (Nursucihta et
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. al., 2014).
2.5.5 Perlakuan Hewan Uji 2.5.8 Pengamatan Bentuk Eritrosit
Sebanyak 24 ekor tikus jantan galur Pengamatan bentuk eritrosit dilakukan
Wistar diadaptasikan dengan lingkungan dengan pembuatan sediaan apusan darah
selama satu minggu. Tikus tersebut tipis. Darah diambil menggunakan pipet
kemudian dibagi menjadi 6 kelompok kemudian diteteskan diatas kaca objek.
yakni kelompok normal, positif, negatif, Kaca objek lain diletakkan di sebelah
ekstrak daun S. palustris dosis 50 kiri tetes darah tadi dengan tangan kanan
mg/KgBB, dosis 100 mg/KgBB dan dan digerakkan ke kanan hingga
dosis 150 mg/KgBB. Induksi anemia mengenai tetesan darah. Tetes darah
dilakukan dengan pemberian natrium akan menyebar pada sisi kaca penggeser
nitrit 125 mg/kgBB/hari secara peroral itu. Setelah itu geser kaca objek ke kiri
sambil memegangnya miring dengan
selama 18 hari. Pemberian ekstrak daun
sudut antara 30° sampai 45°. sediaan
S. palustrissecara (p.o) dilakukan selama
dibiarkan kering di udara. Sediaan
7 hari dimulai dari hari ke-19 hingga apusan darah kemudian direndam dalam
hari ke-25. Pengamatan jumlah eritrosit, larutan pewarna Wright dalam larutan
bentuk eritrosit, dan kadar hemoglobin penyanggah (metanol) selama 20 menit,
untuk kelompok positif, negatif, dan lalu dicuci atau dibilas dengan aquades
ekstrak daun S. palustris dilakukan pada dan dikeringkan dengan udara dalam
hari ke-26. Sedangkan pada kelompok sikap vertikal. Pengamatan bentuk
normal dilakukan pengamatan pada hari eritrosit dilakukan dengan mengamati
ke-1. bentuk eritrosit pada apusan kemudian
2.5.6 Pengukuran Jumlah Eritrosit membandingkannya dengan bentuk
Darah yang bercampur dengan eritrosit normal (Aisyah et al., 2013;
antikoagulansia (EDTA) dihisap dengan Gandasoebrata, 2004).
pipet eritrosit (pipet thoma) sampai 2.5.9 Analisa Data
tanda 0,5. Larutan pengencer (Hayem) Data hasil pengamatan jumlah eritrosit
dihisap sampai tanda 101. Kedua ujung dan kadar hemoglobin tikus putih diolah
pipet ditutup dengan ibu jari dan jari secara statistik. Hasil perlakuan
tengah lalu dikocok dengan gerakan dilakukan pengujian normalitas
tegak lurus pada sumbu panjangnya distribusi data dengan metode Shapiro-
selama 2 menit agar darah dengan Wilk dan uji homogenitas varians data
larutan hayem tercampur. Larutan dengan metode Levene’s Test, jika data
pengencer (Hayem) yang tidak terdistribusi normal dan homogen maka
mengandung darah dalam kapiler dianalisis secara statistik dengan
dibuang dengan meneteskan sebanyak 3 menggunakan uji ANOVA pada selang
tetes. Larutan darah dimasukkan ke kepercayaan 95%, tapi jika data tidak
dalam kamar hitung. Ujung pipet terdistribusi normal maka dilanjutkan
diletakkan padatepi kaca penutup. Darah dengan Kruskal-Wallis test. Pada
akan mengalir masuk antara kaca analisis jumlah eritrosit, nilai hematokrit,
penutup dengan kamar hitung oleh kadar hemoglobin, jika perlakuan
adanya daya kapiler. Larutan darah yang memberikan pengaruh yang nyata (p <
diteteskan tidak boleh terlalu banyak. 0,05), maka pengujian dilanjutkan
Kamar hitung yang sudah berisi larutan dengan Post-Hoc test LSD.
darah diletakkan di bawah mikroskop.
Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan perbesaran 45x dilanjutkan
dengan perbesaran 100x (Indrawati et 3.1 Skrining Fitokimia
al., 2013). Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui
Jumlah Total Eritrosit = a x 104 senyawa fitokimia yang terdapat dalam daun S.
Ket: a = jumlah eritrosit hasil palustris secara kualitatif. Hasil pengujian skrining
perhitungan dalam hemositometer fitokimia daun S. palustris dapat dilihat pada Tabel 1.
(Sembiring et al., 2013). Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui
2.5.7 Pengukuran Kadar Hemoglobin senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas
Darah yang sudah diambil dilakukan biologis dari suatu tumbuhan. Skrining yang
pengujian kadar hemoglobin dengan dilakukan meliputi uji kualitatif kandungan
menggunakan alat Automated flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik,
Hematology Analyzer yang selanjutnya saponin dan antrakuinon.
Uji Hasil Gambar Keterangan Ekstrak kental yang didapatkan dari proses
Flavonoid Positif Warna larutan ekstraksi kemudian dilakukan analisis kadar zat besi
kuning intens (Fe) dengan metode Atomic Absorption
dan warnanya Spectrophotometry (AAS). Penentuan kadar zat besi
akan hilang menggunakan metode ini dipilih dengan
apabila
ditambahkan
pertimbangan bahwa alat ini dapat mengukur kadar
asam encer. logam dalam jumlah yang sangat kecil dengan hasil
Kuning yang akurat. Metode ini didasarkan pada absorbsi
intensif pada cahaya oleh atom yang sama dengan elemen yang
kertas saring. ada di dalam lampu katoda, sehingga cahaya dari
lampu katoda akan terabsorbsi. Tingkat absorbsinya
Tanin Negatif Ada endapan tergantung pada jumlah konsentrasi atom yang
terdapat dalam larutan sehingga hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Dari hasil analisis dengan 2
kali proses replikasi diperoleh kadar zat besi pada
Alkaloid ekstrak daun S. palustris yakni sebesar 63,33 ± 0,17.
Meyer Negatif Tidak ada
endapan 3.3. Jumlah Eritrosit
Perlakuan pengamatan jumlah eritrosit
dilakukan pada hari ke-25 untuk melihat perubahan
setelah pemberian ekstrak daun S. palustris. Eritrosit
berperan penting dalam menilai status kesehatan
Dragendroff Negatif Tidak ada karena perannya yang sangat besar dalam tubuh
endapan yakni mengangkut oksigen (O2) ke seleuruh tubuh
(Aisyah et al., 2013). Penelitian ini menggunakan
natrium nitrit sebagai penginduksi untuk membuat
suatu kondisi anemia pada hewan uji. Rata-rata hasil
Steroid & Negatif Tidak ada pengamatan jumlah eritrosit dapat dilihat pada tabel
Terpenoid cincin 2.
kecoklatan Tabel 2. Rata-rata jumlah eritrosit
atau violet Kelompok Jumlah eritrosit Mean ± SEM
Tidak ada Kontrol Normal 5,43 ± 0,08
perubahan Kontrol Positif 5,93 ± 0.33
warna hijau Kontrol Negatif 5,25 ± 0,10
kebiruan Dosis 50 mg/KgBB 5,73 ± 0,10
Fenolik Positif Terbentuk Dosis 100 mg/KgBB 5,85 ± 0,03
warna Dosis 150 mg/KgBB 5,90 ± 0,20
kehitaman
Jumlah eritrosit normal pada tikus putih adalah
6,6-9,0 x 106/ mm3 (Thrall, 2004). Jumlah eritrosit
pada setiap kelompok perlakuan menunjukkan nilai
Saponin Negatif Tidak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
terbentuk busa
kelompok normal. Hal ini disebabkan karena
pemberian induksi natrium nitrit yang menyebabkan
gangguan pada pembentukan sel darah merah dan
hemoglobin (Sambou et al., 2014). Hal tersebut
Antrakuinon Positif Terbentuk sudah sesuai jika dihubungkan dengan mekanisme
warna kuning agen penginduksi yang digunakan yakni NaNO2.
atau kuning Natrium nitrit saat masuk ke dalam tubuh
kecoklatan mempengaruhi eritrosit tetapi pada bagian yang
berfungsi mengikat O2 yakni hemoglobin. Adanya
reaksi antara NO dari natrium nitrit dengan
komponen eritrosit, yaitu hemoglobin membentuk
Berdasarkan tabel 1 diperoleh data bahwa daun nitrosohemoglobin yang mengakibatkan kompetisi
S. palustris mengandung beberapa senyawa yaitu pengikatan O2 oleh hemoglobin dengan NO dan
flavonoid, fenolik dan antrakuinon. methemoglobin yang tidak memiliki kemampuan
untuk mengikat O2 sehingga O2 yang terikat lebih
rendah (Widyastuti, 2013). Rendahnya O2 secara
2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
otomatis merangsang eritropoetin untuk dari protein globin yang berkombinasi dengan heme
melangsungkan eritropoesis sehingga terbentuk yang berfungsi sebagai alat transportasi O2 dan CO2
eritrosit, namun proses tersebut belum sempurna. (Widyawati, 2007). Rata-rata hasil pengamatan kadar
Eritropoesis yang tidak sempurna menghasilkan hemoglobin dapat dilihat pada tabel 3.
eritrosit yang tidak sempurna. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan bentuk eritrosit yang tidak Tabel 3. Rata-rata Kadar Hemoglobin (Hb)
normal dan kadar hemoglobin yang rendah. Kelompok Kadar Hb Mean ± SEM
Pemberian ekstrak daun S. palustris dapat Kontrol Normal 14,43 ± 0,27
meningkatkan jumlah eritrosit, namun tidak Kontrol Positif 15,38 ± 0.39
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0.05) Kontrol Negatif 13,35 ± 0,13
Dosis 50 mg/KgBB 14,05 ± 0,06
jika dibandingkan dengan kelompok normal.
Dosis 100 mg/KgBB 14,73 ± 0,10
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis daun S. Dosis 150 mg/KgBB 15,75 ± 0,31
palustris yang digunakan belum mampu
meningkatkan jumlah eritrosit tikus putih anemia. Kadar hemoglobin normal pada tikus putih
Grafik pengamatan jumlah eritrosit pada tiap adalah 13,2-16,4 g/dL (Thrall, 2004). Dapat dilihat
kelompok dapat dilihat pada gambar 1. bahwa kadar hemoglobin hewan uji berada dalam
kondisi normal. Dalam proses pembentukan eritrosit
salah satu prekursor yang dibutuhkan adalah zat besi
(Fe). Oleh karena itu pada hewan uji yang diberi
ekstrak daun S. palustris mengalami peningkatan
jumlah eritrosit karena kandungan zat besi yang
berfungsi sebagai salah satu bahan pembentuk sel
darah merah.Grafik pengamatan kadar hemoglobin
pada tiap kelompok dapat dilihat pada Gambar 2.
Keterangan:
*Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok (P>0.05)
2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
Tabel 4. Hasil pengamatan bentuk eritrosit 4. SIMPULAN
2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan